Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA I MEDAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN ECONOMIC VALUE

ADDED PADA PERUSAHAAN SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN

DENGAN SEKTOR FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI OLEH :

TOMY TANZIL 070502140 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Universitas Sumatera Utara

Medan 2010


(2)

ABSTRAK

Tomy Tanzil (2010), Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic

Value Added Pada Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan

Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia. Pembimbing Dra. Nisrul Irawati MBA. Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Prof.Dr.Ritha.F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I Dr. Khaira Amelia F.SE,MBA Ak, Dosen Penguji II Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si.

Economic Value Added (EVA) berfungsi untuk mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan berdasarkan laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dikurangi dengan biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) yang terpakai. EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kinerja keuangan pada perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi berdasarkan metode EVA sudah berjalan dengan baik dan Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah Kinerja keuangan perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi berdasarkan metode EVA telah berjalan dengan baik. dan Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah metode Uji Beda Paired Samples T-Test dan Independent Samples T-Test.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan berdasarkan EVA pada perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kinerja keuangan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi berdasarkan metode EVA telah berjalan dengan baik dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi.

Kata kunci : Net Operating Profit After Tax (NOPAT), Weighted Average Cost of Capital (WACC), Economic Value Added (EVA)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ritha.F.Dalimunthe, SE,M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus beliau berperan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Khaira Amelia F.SE,MBA Ak, selaku Dosen Penguji I.

5. Bapak Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.


(4)

7. Orangtuaku yang kucintai, Alm. Papa Soekamto dan Mama Yenny, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang senantiasa diberikan kepada penulis demi kesuksesan penulis. 8. Untuk abang dan kakak yang kusayangi, Yanto, Yanti dan Toni yang

senantiasa memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

9. Untuk teman-teman di manajemen stambuk 2007 : Thomy Yansen, Winda Novika, Martha Tambunan, Roby Ketaren, Yanti Sembiring, Karina Ginting, Diana Sipayung, terima kasih atas persahabatan yang terjalin selama masa perkuliahan.

10. Untuk abang dan kakak senior : Kak Rosdiana, Kak Tira, Bang Jimmy dan Bang Indra, terima kasih banyak atas semua saran yang telah diberikan kepada penulis.

11. Untuk teman-teman di manajemen stambuk 2007 serta para senior dan junior yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih.

Penulis sangat berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih-Nya kepada kita.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR GAMBAR……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Kerangka Konseptual……….. 7

D. Hipotesis……….. 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 10

1. Tujuan Penelitian……….. 10

2. Manfaat Penelitian……… 10

F. Metode Penelitian……….... 10

1. Batasan Penelitian...……….. 10

2. Populasi dan Sampel………. 11

3. Tempat dan Waktu Penelitian………... 14

4. Jenis dan Sumber Data……….. 14

5. Metode Pengumpulan Data……….... 15

6. Metode Analisis Data……….... 15

7. Pengujian Hipotesis... 17

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu……….. 19

B. Economic Value Added (EVA)………... 20


(6)

2. Perhitungan Economic Value Added……….... 23

3. Kelebihan dan Kelemahan EVA……….. 27

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI A. Sejarah Berdirinya Bursa Efek Indonesia... 31

B. PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES)……… 32

C. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA)... 33

D. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA)... 34

E. PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)... 35

F. PT. Davomas Abadi Tbk (DAVO)………... 36

G. PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA)………... 37

H. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)... 38

I. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)……… 39

J. PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)………... 40

K. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN)... 41

L. PT. Sekar Laut Tbk (SKLT)………... 42

M. PT. Siantar Top Tbk (STTP))………... 42

N. PT. Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ)………... 43

O. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)... 44

P. PT. Indofarma Tbk (INAF)... 46

Q. PT. Kimia Farma Tbk (KAEF)... 47

R. PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF)... 48

S. PT. Merck Tbk (MERK)... 50

T. PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA)... 51

U. PT. Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI)... 52

V. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI)... 54

W. PT. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)... 55


(7)

B. Uji Beda Paired Sample T-test... 72 C. Uji Beda Independent Sample T-test………. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 81 B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA………... ix LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan Nilai EVA Pada Tahun 2008-2009... ... 3 Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Sektor Farmasi Dengan Nilai EVA Pada Tahun

2008-2009 ... 4 Tabel 1.3 Pemilihan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman... 12 Tabel 1.4 Pemilihan Sampel Perusahaan Farmasi... 12

Tabel 1.5 Sampel Penelitian Perusahaan Makanan dan

Minuman………... 13 Tabel 1.6 Sampel Penelitian Perusahaan Farmasi... 13 Tabel 4.1 Tabel Perhitungan NOPAT Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2008... 58 Tabel 4.2 Tabel Perhitungan NOPAT Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2009... 59 Tabel 4.3 Tabel Perhitungan WACC Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2008... 60 Tabel 4.4 Tabel Perhitungan WACC Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2009... 61 Tabel 4.5 Tabel Modal Yang di Investasikan Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2008... 62 Tabel 4.6 Tabel Modal Yang di Investasikan Perusahaan Sektor Makanan dan

Minuman Tahun 2009... 63 Tabel 4.7 Tabel Perhitungan EVA Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman


(9)

Tabel 4.9 Tabel Perhitungan NOPAT Perusahaan Sektor Farmasi Tahun

2008... 66

Tabel 4.10 Tabel Perhitungan NOPAT Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2009... 67

Tabel 4.11 Tabel Perhitungan WACC Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2008... 67

Tabel 4.12 Tabel Perhitungan WACC Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2009... 68

Tabel 4.13 Tabel Modal Yang di Investasikan Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2008... 69

Tabel 4.14 Tabel Modal Yang di Investasikan Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2009... 69

Tabel 4.15 Tabel Perhitungan EVA Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2008... 70

Tabel 4.16 Tabel Perhitungan EVA Perusahaan Sektor Farmasi Tahun 2009... 70

Tabel 4.17 Tabel Paired Samples Statistic perusahaan makanan dan minuman... 73

Tabel 4.18 Tabel Paired Samples Correlations perusahaan makanan dan minuman... 73

Tabel 4.19 Tabel Paired Samples Test perusahaan makanan dan minuman... 74

Tabel 4.20 Tabel Paired Samples Statistic perusahaan farmasi... 75

Tabel 4.21 Tabel Paired Samples Correlations perusahaan farmasi... 75

Tabel 4.22 Tabel Paired Samples Test perusahaan farmasi... 76

Tabel 4.23 Tabel Group Statistic perusahaan makanan dan minuman dengan perusahaan farmasi... 77

Tabel 4.24 Tabel Independent Samples Test perusahaan makanan dan minuman dengan perusahaan farmasi... 78


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman


(11)

ABSTRAK

Tomy Tanzil (2010), Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic

Value Added Pada Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan

Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia. Pembimbing Dra. Nisrul Irawati MBA. Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Prof.Dr.Ritha.F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I Dr. Khaira Amelia F.SE,MBA Ak, Dosen Penguji II Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si.

Economic Value Added (EVA) berfungsi untuk mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan berdasarkan laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dikurangi dengan biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) yang terpakai. EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kinerja keuangan pada perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi berdasarkan metode EVA sudah berjalan dengan baik dan Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah Kinerja keuangan perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi berdasarkan metode EVA telah berjalan dengan baik. dan Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah metode Uji Beda Paired Samples T-Test dan Independent Samples T-Test.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan berdasarkan EVA pada perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kinerja keuangan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi berdasarkan metode EVA telah berjalan dengan baik dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi.

Kata kunci : Net Operating Profit After Tax (NOPAT), Weighted Average Cost of Capital (WACC), Economic Value Added (EVA)


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada perusahaan-perusahaan yang memisahkan antara kepemilikan dan manajemen secara tegas, pengukuran kinerja manajemen merupakan hal yang penting. Manajemen perusahaan sering membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Persaingan global dan resesi di seluruh dunia menunjukkan adanya kelemahan dari berbagai pendekatan keuangan tradisional yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, kondisi itu mengharuskan perusahaan memerlukan persiapan dalam membenahi dan meningkatkan kinerja setiap perusahaan. Tekanan dalam pasar yang teregulasi untuk selalu menghasilkan keuntungan yang bertambah telah membuat ratusan perusahaan besar di seluruh dunia menerapkan tolak ukur kinerja baru untuk mencatat keberhasilan manajemen dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham dan memotivasi karyawan di seluruh perusahaan agar bekerja konsisten mencapai tujuan penciptaan nilai. (Young dan Byrne,2001:4)

Mayoritas perusahaan menggunakan sejumlah ukuran untuk menyatakan tujuan dan sasaran keuangan perusahaan. Rencana-rencana strategis sering kali didasarkan pada pertumbuhan pendapatan atau pangsa pasar. Di dalam setiap industri, perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai tertinggi akan menghasilkan


(13)

Tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan akan mencerminkan apakah suatu perusahaan mampu menciptakan nilai baik atau sebaliknya. Dengan demikian, perusahaan dapat melihat sampai sejauh mana tingkat efektivitas dari kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan serta untuk kedepannya dapat memilih alternatif terbaik bagi perusahaan.

Nilai Tambah Ekonomis atau Economic Value Added (EVA) yang merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA sendiri merupakan alat komunikasi yang efektif untuk penciptaan nilai yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan pasar modal.(Young dan Byrne,2001:18). EVA merupakan suatu aliran, dikarenakan EVA mengukur tingkat laba. EVA adalah suatu cara mengubah pengukuran saham dari kelebihan pengembalian menjadi aliran. Perbedaan pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba ekonomis yang dimana merupakan kebalikan dari laba akunting.(Young dan Byrne,2001:32). EVA mempertimbangkan seluruh biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan sedangkan perhitungan akuntansi hanya terbatas pada beban yang dibebankan pada perusahaan selama periode waktu tertentu.

EVA merupakan hak milik merek dagang ekslusif dari Stern Stewart Company, sebuah konsultan manajemen berbasis di New York. Stern Stewart menjadikan istilah EVA sebagai hak ciptanya, sehingga kantor-kantor konsultan lain memberikan nama yang berbeda untuk nilai ini. (Brigham dan Houston, 2006:68). Beberapa perusahaan besar seperti Coca-Cola, AT&T, Intel, General


(14)

Electric, Yahoo dan sebagainya menggunakan EVA dalam mencapai keberhasilan perusahaan-perusahaan tersebut. (Young dan Byrne,2001:55). Menurut CEO Coca-Cola, Roberto Goizueta, EVA merupakan kunci untuk sebuah keberhasilan perusahaan sehingga perusahaan mampu menciptakan laba ekonomis dan perusahaan akan mencapai efisiensi yang sangat besar. (Young dan Byrne, 2001:43).

Metode EVA bertujuan mengukur real return yang dihasilkan perusahaan. Pendekatan ini kurang populer di Indonesia. Perusahaan yang sadar dan mau menggunakan EVA untuk mengukur kinerja perusahaan, umumnya perusahaan asing atau saham perusahaan dimiliki pemodal asing, misalnya Unilever dan Sari Husada. Jika perusahaan sungguh-sungguh ingin mengaplikasikan pendekatan EVA, harus melibatkan semua pihak, terutama tingkat manajer hingga direksi (SWA , Oktober 2003).

Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang menggunakan metode EVA sebagai tolak ukur kinerjanya, maka dalam skripsi ini akan dilakukan perbandingan mengenai tingkat nilai EVA yang tercipta dari dua perusahaan yang berada pada sektor sejenis yaitu pada sektor Industri Barang Konsumsi. Sub sektor yang dibandingkan dalam skripsi adalah perusahaan makanan dan minuman dengan perusahaan farmasi. Sektor perusahaan Makanan dan Minuman merupakan perusahaan yang menghasilkan produk-produk makanan serta minuman bagi masyarakat. Sektor makanan dan minuman memiliki lima belas perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di BEI. Sektor makanan dan


(15)

konsumsi harian bagi masyarakat sehingga pergerakan harga saham sektor makanan dan minuman cenderung stabil sehingga investor yang tidak suka bermain risiko biasanya memilih saham sektor makanan dan minuman.

Sektor perusahaan Farmasi merupakan perusahaan yang menghasilkan produk obat-obatan bagi masyarakat. Sektor farmasi sendiri memiliki sembilan perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di BEI. Perusahaan farmasi juga cenderung memiliki pergerakan nilai saham yang cukup stabil sehingga menimbulkan risiko yang kecil bagi investor yang berinvestasi di sektor farmasi.

Berikut ini akan disajikan daftar perusahaan sektor makanan dan minuman serta farmasi dengan tingkat nilai EVA dari tahun 2008 sampai dengan 2009.

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Sektor Makanan & Minuman dengan Nilai EVA Pada Tahun 2008-2009

NO

Nama Perusahaan

EVA

2008 2009 1 Akasha Wira Internasional Tbk -50367.12 -13944.32 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 13593.64 -2279.19 3 Aqua Golden Mississippi Tbk -12564 -6942.45 4 Cahaya Kalbar Tbk 32123.13 1520.66 5 Davomas Abadi Tbk -257604.45 -1140875.21 6 Delta Djakarta Tbk -13136.28 -8295.3 7 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk - - 8 Indofood Sukses Makmur Tbk 1557221.77 391216.96 9 Multi Bintang Indonesia Tbk 23315.5 28752.84


(16)

No Nama Perusahaan 2008 2009 10 Mayora Indah Tbk 3870.5 -8302.73 11 Prasidha Aneka Niaga Tbk 27358.16 -8742.78 12 Nippon Indosari Corpindo Tbk - - 13 Sekar Laut Tbk -439.26 -13614.84 14 Siantar Top Tbk 9570.23 -17786.91 15 Ultrajaya Milk Tbk -396345.44 8655.55

Sumber :

Tabel 1.2

Daftar Perusahaan Sektor Farmasi Dengan Nilai EVA Pada Tahun 2008-2009

NO

Nama Perusahaan

EVA

2008 2009 1 Darya Varia Tbk -16383.36 13776.3 2 Indofarma Tbk 16913.22 5355.55 3 Kimia Farma Tbk 6422.48 3592.41 4 Kalbe Farma Tbk 38221.94 138136.91

5 Merck Tbk -90.1 -170

6 Pyridam Farma Tbk 896.53 -210.7 7 Schering Plough Indonesia Tbk 5633.2 1019.9 8 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk -451.4 5286.24 9 Tempo Scan Pacific Tbk -58457.73 -40971.98


(17)

Pada Tabel 1.1 disajikan nilai EVA dari seluruh perusahaan yang berada pada sektor makanan dan minuman. Dari 15 perusahaan makanan dan minuman di BEI pada tahun 2008, ternyata hanya 7 perusahaan yang mampu menciptakan nilai EVA yang positif dan 6 perusahaan menghasilkan nilai EVA yang negatif dan 2 perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangannya pada 2 tahun terakhir sehingga tidak bisa ditelusuri bagaimana nilai EVA pada perusahaan tersebut. Pada tahun 2009, perusahaan makanan dan minuman yang menghasilkan EVA positif semakin menurun jumlahnya menjadi hanya 4 perusahaan dan yang menghasilkan EVA negatif menjadi 9 perusahaan. Hal tersebut menggambarkan penurunan kinerja dari beberapa perusahaan sektor makanan dan minuman yang menimbulkan nilai EVA pada perusahaan menjadi negatif.

Pada Tabel 1.2 disajikan nilai EVA dari seluruh perusahaan yang berada pada sektor farmasi di BEI. Dari 9 perusahaan farmasi di BEI pada tahun 2008, ternyata ada 5 perusahaan yang mampu menghasilkan nilai EVA yang positif dan 4 perusahaan yang menghasilkan nilai EVA yang negatif. Pada tahun 2009, perusahaan farmasi yang menghasilkan EVA positif menjadi 6 perusahaan, meningkat dari tahun 2008, dan yang menghasilkan EVA negatif adalah 3 perusahaan. Hal tersebut menggambarkan ada peningkatan kinerja perusahaan farmasi yang dimana perusahaan mampu meningkatkan nilai EVA dan mampu mempertahankan nilai EVA yang positif untuk tidak menurun.

Dengan demikian judul penelitian ini adalah “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia”.


(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. “Apakah kinerja keuangan pada perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi berdasarkan metode EVA sudah berjalan dengan baik” ?

2. “Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia” ?

C. Kerangka Konseptual

Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net operating after tax) atau disingkat NOPAT dikurangi dengan biaya modal (cost of capital). (Young dan Byrne,(2001:35). Menurut Brigham dan Houston (2006:69), menyatakan bahwa EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat jauh berbeda dengan dari laba akuntansi. EVA memberikan gambaran mengenai suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah memberikan tambahan pada nilai pemegang saham.


(19)

Dalam penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa jika dibandingkan dengan pengukuran lainnya, EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Hasil penemuan para peneliti mendukung efektivitas EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Sebagian dari temuan tersebut adalah sebagai berikut : EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham. Korelasi tersebut lebih kuat jika dibandingkan dengan kolerasi EVA dengan tingkat pengembalian investasi dalam harta atau Return on Equity (ROE) dan tingkat pengembalian penjualan Return on Sales (ROS). Sehubungan dengan itu tidak mengherankan jika EVA dianggap sebagai metode yang unggul.

Jumlah perusahaan yang belum menggunakan metode EVA dalam mengevaluasi kinerja keuangan masih banyak. Ukuran evaluasi yang biasa digunakan hanya sebatas Earnings (laba akuntasi) yang dihasilkan pada setiap periodenya.

Berikut ini adalah gambar model kerangka konseptual yang menyatakan nilai EVA perusahaan sektor makanan dan minuman tidak sama dengan nilai EVA perusahaan sektor farmasi :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Young dan O’Byrne(2001);Brigham dan Houston(2006) EVA PERUSAHAAN

SEKTOR

MAKANAN DAN MINUMAN

EVA PERUSAHAAN SEKTOR


(20)

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi berdasarkan metode EVA telah berjalan dengan baik.

2. Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan Menganalisis kinerja keuangan berdasarkan EVA pada perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan berdasarkan EVA pada perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian tentang objek yang sama di masa yang akan datang.

c. Untuk menambah pengembangan wawasan, pandangan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan


(21)

manajemen keungan, baik dari segi teoritis maupun aplikasinya secara nyata dalam dunia bisnis.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dilakukan agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dalam pembahasan dan analisis, sehingga penulis menetapkan beberapa batasan operasional sebagai berikut:

a. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi pada tahun 2008 sampai 2009

b. Menggunakan analisis EVA (Economic Value Added) sebagai alat ukur kinerja keuangan pada perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi yang terdaftar di BEI

c. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang berada pada sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang berada pada sektor makanan dan minuman serta pada sektor farmasi. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu metode penarikan sampel berdasarkan syarat dan kriteria yang ditentukan agar memperoleh data yang diinginkan. Kriteria yang ditetapkan yaitu :


(22)

a. Perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi yang di BEI pada tahun 2008 sampai 2009.

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2008 sampai 2009.

Tabel 1.3

Pemilihan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman KETERANGAN JUMLAH PERUSAHAAN Perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2009

15

Perusahaan yang datanya tidak lengkap 2 Jumlah sampel yang digunakan 13

Tabel 1.4

Pemilihan Sampel Perusahaan Farmasi

KETERANGAN JUMLAH PERUSAHAAN Perusahaan sektor farmasi yang

terdaftar di BEI dari tahun 2008-2009

9

Perusahaan yang datanya tidak lengkap 0 Jumlah sampel yang digunakan 9


(23)

Tabel 1.5

Sampel Penelitian Perusahaan Makanan dan Minuman

No Kode Saham Nama Emiten Tanggal Listing 1 ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk 13 Juni 2004 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11 Juni 1997 3 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 01 Maret 1990 4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 09 Juli 1996 5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 22 Desember 1994 6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 12 Februari 1984 7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994 8 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 17 Januari 1994 9 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 04 Juli 1990 10 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 18 Oktober 1994

11 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 08 September 1993

12 STTP PT. Siantar Top Tbk 16 Desember 1996 13 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Tbk 02 Juli 1990

Sumber :

Tabel 1.6

Sampel Penelitian Perusahaan farmasi

No Kode Saham Nama Emiten Tanggal Listing 1 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 11 November 1994

2 INAF PT. Indofarma Tbk 17 April 2001


(24)

No Kode Saham Nama Emiten Tanggal Listing

4 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 30 Juli 1991

5 MERK PT. Merck Tbk 23 Juli 1981

6 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk 16 Oktober 2001 7 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk 08 Juni 1990 8 SQBI PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 29 Maret 1983 9 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 17 Juni 1994

Sumber :

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs sampai dengan selesai.

4. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Menurut Situmorang,et al. (2010:2), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Data perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi yang terdaftar di BEI


(25)

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi dokumentasi yakni melakukan pengumpulan data dengan cara membaca, meninjau dan mempelajari dokumen, buku-buku, majalah, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan adalah:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, menjelaskan dan kemudian melakukan analisa sehingga memberikan informasi dan gambaran yang sesuai mengenai Economic Value Added (EVA) sebagai ukuran kinerja keuangan.

b. Metode Analisis Kuantitatif

Metode analisis yang menggunakan cara merumuskan dan menyajikan data dalam bentuk angka. Metode kuantitatif yang digunakan penulis adalah:

1. Dalam menganalisis EVA (Economic Value Added/Nilai Tambah Ekonomis), penulis menggunakan laporan keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba-Rugi perusahaan sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi periode 2008 sampai dengan 2009.


(26)

Rumus EVA menurut Brigham dan Houston (2001:69)

EVA = NOPAT – (WACC x Capital Employed)

dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak.

WACC = Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri

Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri

Asumsi :

1) Bila EVA > 0, maka terjadi nilai tambah pada perusahaan dimana menunjukkan bahwa manajemen telah berhasil meningkatkan nilai perusahaan.

2) Bila EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas perusahaan (nilai perusahaan tetap), dimana secara ekonomis semua laba perusahaan digunakan untuk membayar seluruh kewajiban kepada kreditur dan pemegang saham.

3) Bila EVA < 0, dimana nilai perusahaan tidak tercipta maka laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan perusahaan,kreditur dan pemegang saham.


(27)

c. Pengujian Hipotesis 1. Paired Sample T-Test

Menurut Situmorang,et al. (2010:45), uji Paired Sample T Test ini digunakan untuk menguji hipotesis beda dua rata-rata yang saling berhubungan. Sampel yang berhubungan dimaksudkan sebagai penetapan subjek masuk ke dalam salah satu dari kedua sampel dan juga bisa dikaitkan dengan variabel lain. Pair Sample T-Test banyak digunakan oleh para peneliti untuk melihat penelitian dengan perbandingan pada data sebelumnya. Hipotesis terbagi menjadi 2 jenis yaitu Hipotesis nol(Ho) dan Hipotesis Alternatif(Ha). Ho menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nilai EVA tahun 2008 dengan 2009 perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara nilai EVA tahun 2008 dengan 2009 perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi. Dengan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α) maka Ho diterima, artinya data penelitian tidak memiliki perbedaan , sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed) < taraf nyata (α) maka Ha

2. Independent Sample T-Test

diterima, artinya data penelitian memiliki perbedaan.

Independent Sample T-Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Independen disini berarti dua kelompok tersebut tidak saling terkait, tidak saling berhubungan, berasal dari dua populasi yang berbeda. (Situmorang, et al. 2010:41).


(28)

Hipotesis yang ada terbagi menjadi 2 yaitu hipotesis nol(Ho) dan Hipotesis alternatif(Ha). Ho menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nilai EVA perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara nilai EVA perusahaan sektor makanan dan minuman dengan sektor farmasi. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α) maka Ho diterima, artinya data penelitian memiliki mean yang tidak berbeda, sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed) < taraf nyata (α) maka Ha diterima, artinya data penelitian memiliki mean berbeda.


(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Hamonangan (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi EVA PT. Semen Gresik memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada PT. Indocement Tunggal Prakarsa karena selama lima tahun PT. Semen Gresik selalu memperoleh nilai EVA yang positif sedangkan dari segi MVA, kedua perusahaan memiliki kinerja yang baik karena selama lima tahun berturut-turut kedua perusahaan menghasilkan nilai MVA yang positif.

Panjaitan (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA Saham Tiga Emitten Terbaik 2008”. Hasil penelitian menunjukkan nilai EVA dari ke tiga emiten terbaik 2008 (PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. United Tractors, Tbk) selama periode penelitian (2004-2007) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan mempunyai kemampuan untuk menciptakan peningkatan nilai perusahaan. Artinya perusahaan telah menghasilkan return yang melebihi biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping karena Net Operating After Tax (NOPAT) yang dihasilkan tinggi, juga suku bunga pinjaman relatif rendah dan suku bunga SBI relatif tidak tinggi, sehingga biaya modalnya menjadi rendah


(30)

Analis sekuritas menemukan bahwa harga saham mengikuti EVA jauh lebih dekat dibanding faktor lainnya seperti laba saham, marjin operasi, atau pengembalian atas ekuitas (RoE). Korelasi ini benar-benar diperhatikan investor atau disebut pengembalian kas bersih atas modal. Oleh karena itu, semakin banyak analis sekuritas yang menghitung EVA perusahaan dan kemudian menggunakannya untuk membantu mengidentifikasi saham yang akan dibeli di pasar modal.

Penulis meyakini bahwa di masa depan akan banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan pendekatakan EVA untuk mengukur kinerja perusahaan. Hal tersebut disebabkan semakin beratnya persaingan dalam bisnis. Perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang harus menciptakan return yang sesuai dengan yang diharapkan pemilik modal, bukan hanya asal mendapatkan laba.

B. Economic Value Added (EVA) 1. Pengertian Economic Value Added

Menurut Brigham dan Houston (2006:68) konsep EVA dikembangkan oleh Joel Stern Stewart, David Glassman, Gregory Milano dan Bennett Stewart. Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989 oleh G.Bennet Steward, dalam bukunya yang berjudul “The Quest For Value”. Bennet Steward adalah seorang manajer dari Stern Steward & Co, perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat.


(31)

EVA merupakan suatu instrumen yang menunjukkan apakah manajemen dalam kegiatannya telah mampu menciptakan nilai tambah kepada perusahaan yang dimana nilai tambah tersebut berada diatas semua biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan.

Stern Stewart mengembangkan konsep EVA untuk membantu manajer menggabungkan dua prinsip dasar keuangan ke dalam pengambilan keputusan. Pertama adalah bahwa tujuan keuangan utama perusahaan haruslah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Kedua adalah bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada sejauh mana investor berharap laba di masa depan melebihi atau kurang dari biaya modal.(Young dan Byrne,2001:5). Peningkatan EVA secara berkelanjutan akan membawa peningkatan nilai pasar bagi perusahaan. Pendekatan ini terbukti efektif pada seluruh jenis organisasi. Kinerja saat ini sudah tercermin dalam harga saham. Ini merupakan perbaikan berkelanjutan dalam EVA yang selanjutnya akan memberi peningkatan pada kekayaan pemegang.

Joel Stern dan G. Bennet Steward (Young dan Byrne,2001:17) menyebutkan Economic Value Added yang dihitung berbasis tahunan, mewakili selisih antara laba yang dihasilkan sebuah korporasi dengan biaya modalnya. EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal hutang (beban bunga) dikurangkan ketika menghitung laba bersih, tetapi biaya ini tidak dikurangkan pada saat menghitung biaya modal ekuitas. Oleh karena itu, EVA dikatakan sebagai laba ekonomis.yang merupakan kebalikan dari laba akunting.(Young dan Byrne,2001:32).


(32)

Stern Stewart & Co. menyebutkan bahwa EVA adalah faktor yang relevan dan menentukan dalam pembentukan nilai perusahaan. Menurut pandangan tradisional, perusahaan yang efektif dan efisien adalah perusahaan dengan profitabilitas yang besar. Sedangkan menurut pendekatan EVA, perusahaan yang efektif dan efisien adalah perusahaan yang mampu menghasilkan return yang sesuai atau melebihi yang diharapkan pemilik modal. Hal ini menunjukkan pada kita, bahwa pendekatan EVA lebih komprehensif dibandingkan pendekatan tradisional. Perusahaan yang mampu menghasilkan profit belum tentu memiliki EVA yang positif, sedangkan perusahaan yang memiliki EVA yang positif sudah pasti perusahaan yang menghasilkan profit.

EVA memiliki keunggulan dibandingkan dengan instrumen perhitungan lainnya, karena selain memperhitungkan biaya utang, juga memperhitungkan biaya modal . Biaya yang timbul dari modal yang sudah tertanam menyebabkan investor kehilangan peluang memperoleh return terbaik di tempat lain, dengan tingkat risiko setara. Kedua, relatif terhadap pengukuran modern seperti penyesuaian tingkat pengembalian risiko modal dan nilai risiko, EVA lebih mudah dipahami dan diterima oleh pihak manajemen karena secara teknikal dan sistemnya lebih sederhana sehingga biayanya pun lebih murah, dan terakhir EVA mengarahkan pada satu tujuan bersama, yaitu menciptakan shareholder value, sehingga tujuan setiap fungsi divisional tidak lagi saling bertentangan. Hal ini dimungkinkan karena EVA mampu memberikan manajemen pandangan menyeluruh dalam menganalisis dan mengelola antara return, risiko dan


(33)

Menurut Young dan Byrne,(2001:32) tidak seperti pengukuran lainnya, EVA dapat dihitung pada setiap kesatuan perusahaan seperti bisnis secara geografis, divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis dan sebagainya sehingga EVA dapat memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi manajemen pada semua tingkatan.

Eksekutif perusahaan banyak yang tidak mengetahui berapa modal yang digunakan atau biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan. Biaya modal hutang sangat mudah ditentukan karena ditunjukkan dalam laporan keuangan sebagai beban bunga. Namun, biaya modal ekuitas yang lebih besar daripada biaya modal hutang tidak tercantum dalam laporan keuangan. Akibatnya, manajer seringkali memandang ekuitas sebagai modal gratis, meskipun sesungguhnya memiliki biaya yang tinggi. Jadi, tim manajemen tidak dapat mengetahui apakah dapat menutup semua biaya dan dapat menambah nilai perusahaan, jika tidak dapat menentukan biaya modal.

2. Perhitungan EVA

EVA merupakan perhitungan dari NOPAT dikurangi dengan biaya modal. NOPAT merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan pajak. Biaya modal sendiri sama dengan modal yang diinvestasikan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modal(WACC). Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston,2006:69)


(34)

dimana :

NOPAT = Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak.

WACC = Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri

Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri

a) Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Brigham dan Houston (2006:64) menyatakan bahwa NOPAT atau laba operasi bersih sesudah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aktiva nonoperasi. NOPAT dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

NOPAT = EBIT (1-Tarif Pajak) b) Menghitung biaya hutang (cost of debt) atau kd

Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt sama dengan tingkat bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur.


(35)

c) Menghitung biaya ekuitas (cost of equity)

Biaya ekuitas atau cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi sehingga menyebabkan timbulnya tambahan resiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya resiko bisnis dan resiko finansial. Resiko bisnis adalah resiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan resiko finansial adalah resiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung cost of equity menurut Rosy (2009:5) adalah :

Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas

x 100%

d) Menghitung Struktur Modal

Perhitungan struktur modal perusahaan dapat dilakukan dengan cara membagi total ekuitas dengan total utang dan ekuitas dan hasil pembagian tersebut dikalikan 100%. Rumus untuk menghitung struktur modal menurut Rosy (2009:5) adalah

Total Ekuitas

Total Utang dan Ekuitas

x 100%

e) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)

WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal seperti utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham yang


(36)

ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan.Young dan O’Byrne (2001:149) berpendapat bahwa biaya modal suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing komponen biaya modal itu dimiliki dalam struktur modal.

Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang weighted average cost of capital (WACC) yang dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2006 : 484)

( )

CostofEquity Equity Debt Equity T CostofDebt Equity Debt Debt WACC × + + − × + = 1 Wi Ki We Ke

WACC = × + × dimana :

Ke = Biaya ekuitas

We = Persentase ekuitas dalam struktur modal Ki = Biaya hutang setelah pajak

Wi = Persentase hutang dalam struktur modal

f) Menghitung Modal yang diinvestasikan (Invested Capital)

Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lain. Modal yang diinvestasikan dapat dihitung dengan rumus :


(37)

3. Keunggulan dan Kelemahan EVA

Menurut Nasser, (2003:12) EVA sebagai alternatif penilaian kinerja perusahaan yang relatif baru memiliki beberapa keunggulan maupun kelemahan sebagai berikut :

1. Keunggulan EVA :

a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran / angka yang lain.

b. EVA fokus penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai : yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manajer akan berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. c. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan

kebijaksanaan struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah. d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan

pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.


(38)

2. Kelemahan EVA :

a. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negatif. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA tahun tertentu untuk menilai, kurang tepat.

b. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.

Menurut Amirullah dalam (Nasser,2003:12), pada internal perusahaan, konsep Economic Value Added bermanfaat diantaranya untuk mengukur :

1. Measurement (pengukuran), dalam hal ini adalah pengukuran tingkat kinerja perusahaan. Dengan mengaplikasikan konsep Economic Value Added, maka perusahaan dapat mengetahui kinerjanya secara nyata, sehingga perusahaan dapat menetapkan kebijakan yang dapat menambah nilai perusahaan dan menghilangkan kebijakan yang merusak atau mengurangi nilai perusahaan.


(39)

Economic Value Added, karena dengan konsep EVA perusahaan atau unit bisnis dalam perusahaan akan menetapkan kebijakan, prosedur dan metode yang akan menambah nilai perusahaan.

3. Motivation (motivasi), dengan penerapan EVA, maka setiap stakeholders perusahaan akan termotivasi untuk berlomba menambah nilai perusahaan, karena dengan menambah nilai perusahaan akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh bagi para stakeholder perusahaan itu sendiri. 4. Mindset (Pola pikir), pola pikir para stakeholder juga akan mengalami

pergeseran dari hanya mengandalkan laba yang akan diperoleh menjadi nilai yang bertambah dalam perusahaan atas aktivitas-aktivitas penambah nilai bagi perusahaannya.


(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal indonesia yang stabil.

Sejarah Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya bursa efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, bursa Efek Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia pernah ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang, namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Bursa saham dibuka kembali di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum terjadinya perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti kembali ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.


(41)

Bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) sebelum akhir tahun 1977, institusi baru dibawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.

Bursa saham di swastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT. BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru pada tahun 1995 dan pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekwensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual dan pada tahun 2007 bursa Efek Surabaya melakukan merger dengan Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Akasha Wira Internasional (ADES)

PT Akasha Wira International Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia di tahun 1985. Nama Perusahaan telah mengalami perubahan beberapa kali, yang terakhir pada tahun 2009, ketika nama Perseroan diubah menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Sesuai dengan pasal 2 Anggaran Dasarnya, Perseroan dapat bergerak di beberapa bidang usaha.


(42)

Selama tahun yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2010, Perusahaan bergerak dalam pembotolan air minum dan bisnis distribusi. Produksi komersial dimulai tahun 1986. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jln. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta.

Pabrik berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur. Water Partners Bottling SA, pemegang saham utama Perusahaan, adalah perusahaan patungan antara The Coca Cola Company dan Nestle Perusahaan SA melakukan transaksi dalam kegiatan usaha normal dengan afiliasi dari The Coca Cola Company dan anak perusahaan / afiliasi dari Nestle SA Baik The Coca Cola Company dan Nestle SA memiliki anak perusahaan dan afiliasi diseluruh dunia sampai pada Mei 2008. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi pada PT. Akasha Wira Internasional adalah :

Presiden Direktur : Agoes Soewandi Wangsapoetra Direktur Umum : TH.M. Wisnu Adjie

Presiden Komisaris : Hanjaya Limanto

Komisaris Umum : Miscellia Dotulong, Danny Yuwono Pemegang saham : Water Partners Bottling

C. Tiga Pilar Sejahtra Food Tbk (AISA)

PT. Tiga Pilar Sejahtra Food Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis makanan berupa mie instant (instant noodles).


(43)

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1953 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Juni 1997 dengan kode saham AISA dan harga saham perdana yang ditawarkan Rp.950,-.

Perusahaan ini berkantor pusat di Alun Graha Lt. I Jl Prof. Dr. Doepomo No. 233 Jakarta dan pabriknya di Jl. Raya Bogor Km 33. Perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 1172 karyawan. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Tiga Pilar Sejahtra Food Tbk sebagai berikut:

Komisaris Umum: Priyo Hadi Sutanto

Wakil Komisaris Umum: Kang Hongkie Widjaja Komisaris: Budhi Istanto Suwito dan Hans Miniaga

Komisaris Independen: Woerjatmoko dan Prof. Dr. Ir. Haryadi Mapp. Sc

Direktur Umum: Stefanus Joko Mogoginto Wakil Direktur Umum: Herry Beng Koestanto Direktur: Marsono

Pemegang saham perusahaan : PT. Tiga Pilar Sekuritas 28,91% Underwriter: PT. Trimegah Securindo

D. Aqua Golden Missisipi Tbk (AQUA)

PT. Aqua Golden Missisipi Tbk adalah perusahaan pioneer air mineral di Indonesia yang memulai usahanya pada tahun 1974 dengan satus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada


(44)

tanggal 1 Maret 1990 dengan kode saham AQUA dan harga saham perdana yang ditawarkan Rp.7.500,-.

Perusahaan ini telah mengekspor produk-produknya ke Vietnam, Kamboja, Hongkong, New Zealand, Australia, Taiwan dan Kanada. Pada Maret 2001, keluarga Utomo pemilik PT. Aqua Golden Missisipi, Tbk telah mengambil saham Danone Group industri air mineral dari 40% menjadi 70%.

Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Pulo Lontut No. 3 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 8448 karyawan. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Aqua Golden Missisipi Tbk sebagai berikut:

Komisaris Utama: Lisa Tirta Utomo Komisaris Independen: R. Soekardi Komisaris: Janto Utomo

Direktur Utama: Willy Shidarta

Direktur: John Abdi dan Parmanangsih

Pemegang saham perusahaan : PT. Tirta Investama 90,99% Underwriter : PT. Ficorinvest

E. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)

PT. Cahaya kalbar Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produk minyak kelapa sawit (palm oil). Perusahaan ini berdiri pada tahun 1968 dengan status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan terdaftar di Bursa


(45)

saham perdana Rp.1.100,-. Perusahaan ini berkantor pusat di JL. Raya Pluit Selatan Blok S-6 Jakarta-14440. Perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 117 karyawan. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Cahaya Kalbar Tbk sebagai berikut:

Komisaris Utama: Hardy Sunarlia Komisaris: Martua Sitorus

Komisaris Independen: Soedjiman Direktur Utama: Hendri Saksti

Direktur: Thomas Tonny Muksim, Erik Tjin dan Pencaka Ramajaya Pemegang saham perusahaan : PT. Cahaya Kalbar Perkasa 50,08% R/N S’Pore A/C IL/J-015110-6 17,87%

Underwriter : PT. Aspac Uppindo Sekuritas

F. Davo Mas Abadi Tbk (DAVO)

PT. Davo Mas Abadi Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri biji coklat (cocoa). Perusahaan ini berdiri pada tahun 1968 dengan status PMDM (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22 Desember 1994 dengan kode saham DAVO. Perusahaan ini berkantor pusat di Jakrata dan pabriknya berlokasi di Tangerang, Jawa Barat.

Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Davo Mas Abadi Tbk sebagai berikut:

Presiden Komisaris: Berliana Sukarmadidjaja Komisaris Independen: Achmad Setiawan


(46)

Komisaris: Husin Ramelan

Direktur Utama: Anthonius Azer Unawekta Direktur : Suhanih dan Ariyanto Wibowo

G. Delta Djakarta Tbk (DLTA)

PT. Delta Djakarta Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minuman bir pertama yaitu Anker Bir dan sekarang juga memproduksi Anker Stout di bawah brand lisensi San Miguel dan Carlsberg. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1932 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Juli 1985 dengan kode saham DLTA dan harga saham perdana Rp.2.950,-. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan luar negeri dan perusahaan ini mempekerjakan 558 karyawan. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jl. Inspaksi Barat, Desa Setiadharma, Kec. Tambun Bekasi Timur Bekasi-17510. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Cahaya Kalbar Tbk sebagai berikut:

Komisaris Utama: Ir. Tubagus Muhammad Rais

Komisaris: Faustino F. Galang, Minera laudes Borga Bibonia, Mario M. Bagus dan Jaedar Sagala

Direktur Utama: Roberto D. Dc. Leon

Direktur: Eddie Priyono, Willy A. Adipradhana dan Monica C. Segala Pemegang saham perusahaan : San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd. Malaysia 58,33%


(47)

H. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tahun 1974 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) dan terbentuk dari merger 19 industri mie instant. Perusahaan ini memproduksi mie insatant, tepung terigu, minyak goring, makanan bayi, biskuit, makanan ringan, dan bumbu makanan,sehingga

perusahaan ini menjadi perusahaan pengolahan makanan terbesar di Indonesia yang menguasai 90% pasar mie instant yang didukung oleh adanya jaringan pemasaran produk terbesar di Indonesia.

Perusahaan Indofood terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 19 Juli 1994 dengan harga saham perdana yang ditawarkan Rp.6.200,- dengan kode saham INDF. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lt. 12 di Jl. H. R Rasuna Said X-2, Kav. 5 Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di Pulai Jawa, Suamatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai berikut:

Komisaris Umum: Manuel V. Pangilian

Komisaris: Benny Setiawan Santoso, Edward A. Tortorici, Ibrahim Risjad, Albert Del Rosario, Robert Charles Nicholson

dan Graham L. Pickles

Komisaris Independen: Utomo Josodiajo, Torstein Stephansen dan Wahjudi Prakarsa


(48)

Wakil Direktur Umum: Fransiscus Welirang, Cesar Marikan Dele Gruz dan Dermawan Sarsito

Direktur : Aswan Tukiaty, Tjhie The Eie, Taufik Wiratmadja, Philip Suwardi Purnama, Mulyawan Tjandra dan Honggo Widjojo Kangmasto

Pemegang saham perusahaan : Lab Hodings Itd 46,53% Underwriter : PT. Merincorp Sewriting Indo

I. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1931 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) di bawah nama NV Nederlandsch Indische Bierbbrouwerijen dan merupakan industri minuman bir terbesar di Indonesia. Perusahaan ini mencatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 15 Desember 1981 dengan Kode MLBI dan harga saham perdana Rp.1.570,-

Kantor pusat perusahaan berlokasi di Ratu Plaza Building Lt. 24 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 9 jakarta-10270 dan pabriknya berlokasi di Jl. Daan Mogot Km. 19 Tangerang-15122. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebagai berikut:

Presiden Komisaris: Cosmas Batubara Komisaris Independen: Subarto Zaini

Komisaris: Sri Hartina, Urip Simeon,Theodore Permadi Rachmad, Bobby Hendry Noyo dan Sijbe Hiemstra


(49)

Direktur : Jasper Christiaan Hamaker, Bambang Britomo, Herman Josep Maria dan Antonius Gerardus Vande Bergri

Pemegang saham perusahaan : Heineken International B.V 75,94% Underwriter : PT. Danareksa (Persero)

J. Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT. Mayora Indah Tbk didirikan pada tahun 1977 dengan status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan perusahaan ini dikenal sebagai salah satu industri domestik manufaktur terbesar dan pengolahan bahan makanan di Indonesia. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 4 Juli 1990 dengan kode saham MYOR dan harga saham perdana Rp.9.300,- . Perusahaan ini menjalankan usahanya dibidang usaha industri makanan, kembang gula, dan biskuit.

Kantor pusat perusahaan terletak di Gedung Mayora Jl. Tomang Raya No. 21-23 Jakarta, sedangkan pabriknya terletak di Tangerang dan Bekasi. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Mayora Indah Tbk sebagai berikut:

Komisaris Umum: Jogi Hendra Admadja Komisaris: Hendrawan Admadja

Komisaris Independen: Agustian Widjonarko Direktur Utama: Gunawan Admadja

Direktur: Hemawan Lesmana, Andre Sulendra Admadja dan Ongkie Tedjasurya


(50)

Pemegang saham perusahaan : PT. Unita Bramindo 32,93% Underwriter : PT. Ficorinvest

K. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN)

PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk didirikan di bawah perusahaan CV. Pagoda Palembang pada tahun 1956 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan sumber daya alam dan perusahaan manajemen industri, dimana produksinya terdiri dari kopi, karet, coklat dan vanila. Perusahaan ini berstatus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 18 Oktober 1994 dengan harga saham IPO Rp.3.00,- dan kode saham PSDN.

Perusahaan Prasidha Aneka Niaga berdomisili di Jl. Ki Kemas Rindho Kertapati, Palembang dan memiliki karyawan sebanyak 1219 orang. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk sebagai berikut:

Presiden Direktur : Jeffry Sanusi Soedargo Wakil Predisen Direktur : Didik Tandiano

Direksi :H. Syamsul Bachri Uding, Budi Pringgasusanto, Lie Sukicenronon, Budinarta dan Moenardji Soedargo

Pemegang saham perusahaan : Innovest Offshone Ventures Ltd 57% Underwriter : PT. Penta Sena Arthasentusa


(51)

L. Sekar Laut Tbk (SKLT)

PT. Sekar Laut, Tbk. dimulai dari perdagangan produk kelautan di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Bisnis perdagangan tersebut kemudian dikembangkan untuk produksi kerupuk udang tradisional. Dengan kerja keras dan ketekunan, bisnis perdagangan produk kelautan tumbuh pesat. PT. Sekar Laut, Tbk. didirikan pada 19 Juli 1976 dalam bentuk Perseroan Terbatas dan kemudian secara hukum terdaftar sebagai badan hukum di departemen kehakiman pada tanggal 1 Maret 1978. Perusahaan Sekar Laut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 September 1993 dengan kode saham SKLT. Perusahaan Sekar Laut berdomisili di Jl. Jenderal Sudirman Wisma Nugra Santana Lantai 7 kav 7-8 Jakarta. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada PT. Sekar Laut Tbk adalah sebagai berikut :

Presiden Direktur : Harry Sunogo

Direktur : Tjahjono Haryono, John Canfi Gojal Presiden Komisaris : Loddy Gunadi

Komisaris : Carharine Ong, Drs.EC. Renatus Asnadi Pemegang saham : Omnistar Investment Holdings Limited

M. Siantar Top Tbk (STTP)

PT. Siantar Top Tbk didirikan pada tahun 1987 dengan status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis makan berupa makanan ringan seperti mie (snack noodle), biskuit kering, kerupuk (cracker) dan permen (candy).


(52)

Perusahaan Siantar Top pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Desember 1996 dengan kode saham STTP dan harga saham perdana Rp.2.200. Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Sidoarjo, Surabaya. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Siantar Top Tbk sebagai berikut:

Komisaris Umum : Agus Susanto Komisaris Independen : Hariono Adi Direktur Utama : Shindo Sumidomo Direktur:Pitoyo dan Armin

Pemegang saham perusahaan : PT. Kim Eng Securities 50,72% Underwriter : PT. Jade Securities

N. Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ)

PT. Ultra Jaya Milk Tbk didirkan pada tanggal 2 Nopember 1971 dengan status perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Perusahaan bergerak dalam bidang makanan dan minuman khususnya minuman aseptik yang dikemas dalam kemasan karton yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperatur) seperti minuman susu, minuman sari buah, minuman tradisional dan minuman kesehatan. Perusahaan juga memproduksi berupa mentega, teh celup, konsentrat buah-buahan tropis, susu bubuk dan susu kental manis. Saat ini perusahaan merupakan pimpinan pasar (market lader) untuk pasar susu cair.


(53)

Perusahaan berkantor pusat dan pabrik di Jl. Raya Cimarene 131 Padulangan, Bandung-40552, dengan jumlah karyawan sebanyak 1100 orang. Susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Ultra Jaya Milk Tbk sebagai berikut:

Komisaris Umum : Supiandi Prawirawidjaja

Komisaris : H. Soeharsono Sagir dan Endang Suhaja Direktur Utama: Sabana Prawirawidjaja

Direktur: Samudera Prawerawidjaja dan Yulianto Iskandar Pemegang saham perusahaan : PT. Prawirawidjaja Prakarsa 21,4% Underwriter : PT. Multicor

O. Darya Varia Laboratories (DVLA)

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk didirikan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 berdasarkan Akta No 5 Februari tanggal 5, 1976 dari Notaris Umum Abdul Latief, S.H. PT Darya-Varia Laboratoria adalah sebuah perusahaan farmasi yang berkedudukan di Indonesia.

Perusahaan Darya Varia bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi bahan kimia farmasi dan terkait dan produk perawatan kesehatan. Konsumen bisnis kesehatan Perseroan mencakup over-the-counter (OTC) produk, seperti Enervon-C, Decolgen dan Neozep. Segmen manufaktur meliputi produksi 78 merek eksklusif dan 109 produk pada kontrak, termasuk merek dari 11 perusahaan multinasional.


(54)

Perusahaan menghasilkan 21 produk untuk diekspor ke Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, Myanmar, Kamboja, Laos dan Yaman. Fasilitas produksi Perusahaan terletak di Bogor, Indonesia.

Darya-Varia Group mengambil keuntungan dari periode kekacauan ekonomi untuk merestrukturisasi dan mengembangkan kegiatan operasinya. Darya-Varia Group muncul untuk memerangi krisis dan merupakan suatu bentuk perusahaan yang akan menjadi pesaing agresif dalam perekonomian Indonesia baru dekade berikutnya. Perusahaan Darya-Varia dikelola secara profesional oleh tim eksekutif dengan banyak pengalaman di industri farmasi multi-nasional maupun perusahaan nasional lainnya. Perusahaan sebagai anggota dari Grup Unilab, melakukan bisnis dengan cara yang etis dan profesional. Mayoritas bisnis berasal dari hubungan dengan Principal multi-nasional. Darya-Varia Group adalah investasi dalam skala besar dalam meningkatkan fasilitas manufaktur bentuk modern (Good Manufacturing Practice) standar GMP, teknologi informasi state-of-the-art dan dalam meningkatkan sumber daya manusia sehingga 1.200 karyawan dapat mencapai potensi penuh .

Kantor perusahaan beralamat di Jl. Letjen T.B Simatupang Talavera Office Park lantai 8-10, no 22-26 Jakarta 12430. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dari PT. Darya Varia Laboratories adalah :

Presiden Direktur : Eric A. Gotuaco

Wakil Presiden Direktur : Charles Robert B.Dawis


(55)

Wakil Presiden Komisaris : Sunarto Prawirosujanto Komisaris : Sonny Kalona, Clinton Andrew Hess

Pemegang Saham : Blue Sphere Singapore Pte Ltd Hongkong and Shanghai Bank

P. Indofarma (INAF)

PT Indofarma (Persero) Tbk adalah sebuah perusahaan farmasi yang berkedudukan di Indonesia. Perusahaan bergerak dalam produksi barang jadi seperti obat esensial, generik, bermerek dan tradisional, kosmetik, alat kesehatan, diagnostik, kontrasepsi, serta produk makanan umum, termasuk makanan hewan dan produk kesehatan perbaikan. Selain itu, juga memproduksi bahan kemasan, mesin, peralatan dan prasarana yang berkaitan dengan industri farmasi dan lainnya. Pada tahun yang berakhir 31 Desember 2009, Perusahaan memproduksi 218 item obat. Anak perusahaan adalah PT Indofarma Global Medika, yang bergerak dalam kegiatan distribusi dan perdagangan untuk farmasi dan alat kesehatan.

Kantor perusahaan beralamat di Jl. Indofarma No.1 Cikarang Barat Bekasi 17530. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Direktur pada PT. Indofarma adalah sebagai berikut :

Direktur : Elfiano Rizaldi

Komisaris : dr. Nizar Yamanie Sp S(k), dr. H.Chalik Masulili Bsc Pemegang Saham : Negara RI


(56)

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

Q. Kimia Farma (KAEF)

Kantor perusahaan beralamat di Jl. Veteran No.9 Jakarta 10110. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada PT. Kimia Farma adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : M. Sjamsul Arifin

Direktur : Agus Anwar, Rusdi Rosman, Jisman Siagian Komisaris Utama : Agus Muhammad

Komisaris : Darmansyah, Dandossi Matram, Syafri Ahmad Pemegang Saham : Negara RI


(57)

R. Kalbe Farma (KLBF)

PT. Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) didirikan pada tahun 1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Theresia Setiady, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto (dipimpin oleh Boenjamin Setiawan). Didirikan pada tahun 1966, PT Kalbe Farma Tbk. (“Perseroan” atau “Kalbe”) telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Perseroan, pengembangan usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan-perusahaan farmasi lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul dan menjangkau pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Grup Kalbe telah menangani portofolio merek yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi yang menjangkau lebih dari 1 juta outlet.

Perseroan telah berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss. Lebih jauh,


(58)

pembinaan dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional dan partisipasi dalam proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih serta memberi kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi termasuk riset sel punca dan kanker.

Pelaksanaan konsolidasi Grup pada tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun internasional. Saat ini, Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha Kalbe di masa mendatang.

Kantor perusahaan beralamat di Jl. Letjend Suprapto Kav. 4 Jakarta. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada PT. Kalbe Farma adalah sebagai berikut :

Presiden Direktur : B.R. Irawaty Setiady

Wakil Presiden Direktur : Johannes Berchman Apik Ibrahim

Direktur : Vidjongtius, Herman Widjaja, Budi Dharmo Wreksoatmodjo Presiden Komisaris : Johannes Setijono

Komisaris : Jozef Darmawan Angkasa, Wahjudi Prakarsa, Ferdinand Aryanto


(59)

S. Merck (MERK)

Perusahaan Merck didirikan pada tahun 1970. PT Merck Tbk menjadi perusahaan publik pada tahun 1981 dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang terdaftar di Bursa Saham Indonesia. Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor pusat di Jerman dan merupakan perusahaan farmasi dan kimia tertua di dunia. PT Merck Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang farmasi dan kimia di Indonesia.

1. Di bidang farmasi, memproduksi dan menjual merek-merek farmasi ternama seperti Neurobion®, Sangobion® dan Glucophage® dengan fasilitas bersertifikat cGMP.

2. Pada bidang kimia, Merck memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat warna, serta berbagai spesialisasi kimia lainnya.

Kantor perusahaan beralamat di Jl. T.B Simatupang 8 Pasar Rebo Jakarta. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada PT. Merck adalah sebagai berikut :

Presiden Direktur : Ralf Annasentz

Wakil Presiden Direktur : Koesdianto Setyabudhi

Direktur : Bambang Nurcahyo, dr. Pierre Charbonnier, Sumonta Achachotipong

Presiden Komisaris : Walter Galinat

Komisaris : Hans Soeren Hermanson, Parulian Simanjuntak Pemegang Saham : Merck Holding gmbH


(60)

T. Pyridam Farma (PYFA)

Pyridam didirikan pada tahun 1976 oleh Mr Sarkri Kosasih, orang terkenal di industri farmasi pada saat itu. Nama Pyridam ini terinspirasi oleh fenomena Piramida, salah satu Keajaiban Dunia tertua. Pyridam dimulai dengan mendistribusikan obat-obatan hewan. Tak lama kemudian, Pyridam mulai memproduksi produk sendiri-formulasi kesehatan hewan, dan mendirikan sebuah bangunan pabrik tiga lantai. Perusahaan Pyridam bekerja sangat baik untuk membantu petani dalam mengembangkan peternakan sehingga maju. Upaya tersebut akhirnya membawa perusahaan Pyridam menerima penghargaan dari pemerintah, dengan gelar "Good Performance Mitra" pada tahun 1994 oleh Departemen Pertanian. Pada tahun 1985, Pyridam mendirikan Divisi Farmasi, dan berkembang dengan cepat. Perbaikan dipercepat memungkinkan Pyridam untuk membangun merek pabrik produksi baru di lahan 35.000 meter persegi di Cianjur, Jawa Barat, dengan keadaan seni desain mesin dan manajemen lingkungan. Pabrik ini mulai beroperasi pada bulan April 2001. Pada tahun 2000-an, kepemimpinan manajemen disahkan dari Mr Sarkri Kosasih kepada Mr Handoko Boedi Soetrisno. Di bawah kepemimpinan baru, Pyridam membuka kepemilikan sahamnya kepada publik, yang membuktikan bahwa Pyridam sesuai dengan kondisi keseluruhan perusahaan yang sehat dan profesional

Kantor perusahaan beralamat di Jl. Kemandoran VIII No.16 Jakarta 12210. Susunan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada PT. Pyridam Farma adalah sebagai berikut :


(61)

Komisaris:

Ir. Sarkri Kosasih (KomisarisUtama) Ny. Rani Thandra (Komisaris) Ny.LiannySuraja(Komisaris) Direktur :

M. Handoko Boedi Soetrisno BSc, MM (Direktur Utama) Ny. Indrawati Kosasih (Direktur)

Pemegang Saham : PT. Payridam Internasional

U. Schering Plough Indonesia (SCPI)

Perusahaan Schering Plough Indonesia awalnya bernama Essex Indonesia yang berdiri pada November 1972 dan merupakan usaha patungan Schering Corporation yang bergerak di bidang farmasi yang berkantor pusat di Amerika Serikat dengan pengusaha swasta. Pada tahun 1974, Plough Inc, sebuah perusahaan konsumen di Amerika Serikat, menambahkan sejumlah modal untuk membiayai konstruksi pabrik di Pandaan, Jawa Timur, yang mengawali produksi komersil produk farmasi tahun 1975.

Perusahaan memproduksi produk steril pada tahun 1976, dan pada tahun 1979 memproduksi bahan baku Gentamisin karena aturan pemerintah yaitu perusahaan farmasi harus memproduksi minimal satu jenis bahan baku sendiri. Pada tahun 1982 mulai mengekspor produk ke negara Hongkong, Malaysia, Taiwan, Thailand, Singapura, Bangkok, dan Sri Lanka.


(62)

Ekuitas Perusahaan sebesar 20% diambil alih oleh PT. Aseam Indonesia untuk memenuhi jadwal BKPM pada tahun 1984. Sejalan dengan perubahan pemegang saham, komposisi pemegang saham menjadi: Schering-Plough International Inc. (50%), Plough Inc (20%), Rekanan Indonesia (5,2%) dan PT Aseam Indonesia (24,8%). Pada tahun 1989, dibuat perjanjian antara Schering A.G. dari Berlin Barat, Jerman Barat, dan Schering-Plough Corporation dari New Jersey, Amerika Serikat, yang mengakibatkan PT. Essex Indonesia berubah nama menjadi PT. Schering-Plough Indonesia di bulan Juni 1990. Pada Juli 1990, sebagai refleksi fokus baru dalam tujuan perusahaan, Plough Inc., salah satu pemegang saham mengubah namanya menjadi Schering-Plough Healthcare Product Inc. Secara bersamaan, ekuitas yang dipegang oleh PT Aseam dijual kepada khalayak umum Indonesia dalam bentuk penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Indonesia.

Pendaftaran saham yang dimiliki oleh rekanan Indonesia dilakukan pada Bursa Efek Indonesia dan perusahaan mulai menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Pada tahun 1995, PT. Schering-Plough Indonesia go public dan berganti nama menjadi PT. Schering-Plough Indonesia Tbk. Pada tahun 1997. Produksi bahan baku kimia dihentikan karena proses pembuatannya yang mahal. Fasilitas steril dan tablet juga ditutup pada bulan Januari dan Februari 2002. Pada bulan Maret 2002 PT. Schering-Plough Indonesia Tbk. melakukan instalasi VMP (Vacuum Mixing Plant). Pada bulan Maret 2009, Schering-Plough merger dengan Merck.


(1)

Balance Sheet (Annual) saham KLBF

In Millions of IDR(except for per

share items)

Dec 31

2009 Dec 31 2008

Dec 31 2007 Reclassified12/31/09

Cash and Short Term Inv 1,625,260 1,446,546 1,292,179 Total Receivables, Net 1,318,080 1,001,161 927,074 Total Inventory 1,561,382 1,606,124 1,427,068 Other Curr. Assets, Total 197,170 114,224 113,687 Total Current Assets 4,701,893 4,168,055 3,760,008 Prop./Plant/Equip. - Net 1,398,128 1,327,347 1,204,148 Goodwill, Net 210,683 24,265 28,064 Intangibles, Net 50,676 58,143 42,959 Long Term Investments -- -- 704 Note Rcvble - Long Term 3,942 4,839 7,881 Other Long Term Assets 87,771 88,121 62,441 Total Assets 6,482,447 5,703,832 5,138,213 Accounts Payable 481,511 305,568 328,291 Accrued Expenses 359,977 269,366 207,404 Notes Payable/ST Debt 339,132 145,889 43,717 Curr. Port. LT Dbt/Cap Ls. 500 259,124 2,436 Other Curr. Lblts, Total 393,017 270,425 172,782 Total Current Liabilities 1,574,137 1,250,372 754,629 Total Long Term Debt 1,046 491 267,966 Total Debt 340,678 405,504 314,118 Deferred Income Tax 8,326 7,711 9,999 Minority Interest 480,234 722,137 629,812 Other Liabilities, Total 108,265 100,723 88,945 Total Liabilities 2,172,009 2,081,433 1,751,351 Common Stock 507,801 507,801 507,801 Additional Paid-In Capital 2,640 2,640 2,640 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 4,529,299 3,717,530 3,106,142 Treasury Stock - Common (688,603) (569,511) (218,311) Unrealized Gain (Loss) 102 (4,649) 21,834 Other Equity, Total (40,801) (31,411) (33,244) Total Equity 4,310,438 3,622,399 3,386,862 Total Liabilities & Shareholders'


(2)

Ttl Comm. Shares Outs. 9,374 9,579 9,985 Trsy. Shrs-Comm. Primary Iss. 782 577 171

Balance Sheet (Annual) saham MERK

In Millions of IDR(except for per share

items)

Dec 31 2009

Dec 31 2008

Dec 31 2007

Cash and Short Term Inv 79,336 134,140 95,254 Total Receivables, Net 177,471 89,932 87,481 Total Inventory 79,843 70,422 76,527 Other Curr. Assets, Total 6,499 4,174 4,245 Total Current Assets 343,148 298,668 263,507 Prop./Plant/Equip. - Net 66,911 54,795 46,860 Intangibles, Net 4,334 479 10,662 Long Term Investments 10,015 10,015 -- Other Long Term Assets 1,277 5,373 3,712 Total Assets 433,971 375,064 331,062 Accounts Payable 12,233 8,196 11,353 Notes Payable/ST Debt 0 0 0 Other Curr. Lblts, Total 55,875 30,225 31,332 Total Current Liabilities 68,109 38,420 42,685 Total Long Term Debt 0 0 0

Total Debt 0 0 0

Minority Interest -- 0 9 Other Liabilities, Total 11,678 9,320 8,145 Total Liabilities 79,787 47,741 50,838 Common Stock 22,400 22,400 22,400 Additional Paid-In Capital 17,562 17,562 17,562 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 314,222 287,362 238,959 Other Equity, Total -- 0 1,303


(3)

Balance Sheet (Annual) saham PYFA

In Millions of IDR(except for per share

items)

Dec 31 2009

Dec 31 2008

Dec 31 2007

Cash and Short Term Inv 3,130 1,981 2,110 Total Receivables, Net 17,827 19,736 17,022 Total Inventory 24,071 17,742 12,722 Prepaid Expenses 463 1,831 3,021 Total Current Assets 45,490 41,291 34,875 Prop./Plant/Equip. - Net 54,047 56,680 59,728 Intangibles, Net 36 40 38 Total Assets 99,937 98,655 95,157 Accounts Payable 2,922 2,168 5,769 Accrued Expenses 30 1,461 12 Notes Payable/ST Debt 15,016 15,756 13,340 Curr. Port. LT Dbt/Cap Ls. 552 935 2,110 Other Curr. Lblts, Total 3,149 4,792 2,788 Total Current Liabilities 21,670 25,112 24,018 Total Long Term Debt 106 36 947 Total Debt 15,674 16,726 16,396 Other Liabilities, Total 5,136 4,255 3,248 Total Liabilities 26,911 29,402 28,213 Common Stock 53,508 53,508 53,508 Additional Paid-In Capital 2,065 2,065 2,065 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 17,453 13,680 11,371 Total Equity 73,026 69,253 66,944 Total Liabilities & Shareholders' Equity 99,937 98,655 95,157 Ttl Comm. Shares Outs. 535 535 535


(4)

Balance Sheet (Annual) saham SCPI

In Millions of IDR(except for per share

items)

Dec 31 2009

Dec 31 2008

Dec 31 2007

Cash and Short Term Inv 2,231 6,034 4,732 Total Receivables, Net 54,913 49,292 45,486 Total Inventory 102,531 91,862 37,527 Prepaid Expenses 3,481 6,056 3,077 Total Current Assets 163,155 153,243 90,822 Prop./Plant/Equip. - Net 35,871 35,182 33,125 Note Rcvble - Long Term 172 6,896 132 Other Long Term Assets 2,926 1,641 999 Total Assets 206,257 199,526 128,565 Accounts Payable 13,228 34,840 7,044 Accrued Expenses 7,050 6,993 4,814 Notes Payable/ST Debt 152,173 128,810 102,000 Other Curr. Lblts, Total 1,581 1,375 4,375 Total Current Liabilities 174,032 172,018 118,233 Total Long Term Debt 0 0 0 Total Debt 152,173 128,810 102,000 Other Liabilities, Total 12,556 19,160 8,533 Total Liabilities 186,589 191,178 126,767 Common Stock 3,600 3,600 3,600 Additional Paid-In Capital 1,144 613 684 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 14,924 4,135 (2,581) Other Equity, Total -- 0 96 Total Equity 19,668 8,349 1,799 Total Liabilities & Shareholders' Equity 206,257 199,526 128,565 Ttl Comm. Shares Outs. 4 4 4


(5)

Balance Sheet (Annual) saham SQBI

In Millions of IDR(except for per share

items)

Dec 31 2009

Dec 31 2008

Dec 31 2007

Cash and Short Term Inv 116,844 72,080 12,798 Total Receivables, Net 97,407 92,729 75,881 Total Inventory 32,037 39,374 49,313 Prepaid Expenses 3,868 12,208 13,337 Total Current Assets 250,157 216,390 151,329 Prop./Plant/Equip. - Net 64,568 70,106 66,070 Note Rcvble - Long Term 13 43 424 Other Long Term Assets 593 644 800 Total Assets 318,934 294,725 227,422 Accounts Payable 11,525 12,836 16,909 Accrued Expenses 16,943 14,866 13,131 Notes Payable/ST Debt 0 0 0 Other Curr. Lblts, Total 17,410 36,554 20,879 Total Current Liabilities 45,878 64,257 50,919 Total Long Term Debt 0 0 0

Total Debt 0 0 0

Other Liabilities, Total 9,608 15,923 17,801 Total Liabilities 55,485 80,180 68,720 Pref. Stock-Non Rdmbl, Net 972 972 972 Common Stock 9,268 9,268 9,268 Additional Paid-In Capital 78,616 79,052 78,568 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 174,592 125,253 69,894 Total Equity 263,448 214,545 158,702 Total Liabilities & Shareholders' Equity 318,934 294,725 227,422 Ttl Comm. Shares Outs. 9 9 9


(6)

Balance Sheet (Annual) saham TSPC

In Millions of IDR(except for per share

items)

Dec 31 2009

Dec 31 2008

Dec 31 2007

Cash and Short Term Inv 1,240,000 1,063,100 1,045,464 Total Receivables, Net 482,366 391,159 344,864 Total Inventory 585,060 556,760 430,377 Prepaid Expenses 46,650 44,136 43,227 Total Current Assets 2,354,077 2,055,155 1,863,931 Prop./Plant/Equip. - Net 715,003 665,063 628,075 Goodwill, Net 32,550 70,766 80,942 Long Term Investments 47,037 54,147 53,635 Other Long Term Assets 83,595 93,319 123,713 Total Assets 3,263,103 2,967,057 2,773,135 Accounts Payable 445,063 353,875 293,437 Accrued Expenses 82,468 55,971 38,577 Notes Payable/ST Debt 63,600 32,700 22,619 Curr. Port. LT Dbt/Cap Ls. 1,705 960 867 Other Curr. Lblts, Total 85,892 92,999 104,197 Total Current Liabilities 678,728 536,505 459,696 Total Long Term Debt 5,399 1,389 2,299 Total Debt 70,705 35,049 25,784 Deferred Income Tax 8,162 6,908 6,231 Minority Interest 34,585 75,437 99,121 Other Liabilities, Total 127,358 111,131 90,144 Total Liabilities 854,232 731,369 657,491 Common Stock 225,000 225,000 225,000 Additional Paid-In Capital 124,457 124,457 124,457 Ret. Earn.(Accum. Deficit) 1,982,479 1,802,515 1,647,921 Unrealized Gain (Loss) 649 (3,773) 2,132 Other Equity, Total 76,286 87,489 116,134 Total Equity 2,408,871 2,235,688 2,115,644


Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 186 111

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 114 120

Analisis kinerja keuangan berbasis economic value added pada perusahaan sektor industri otomotif di bursa efek indonesia periode 2009-2013

0 5 61

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR CONSUMER GOODS DENGAN PENDEKATAN EVA Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Dengan Pendekatan EVA (Economic Value Added) di Bursa Efek Indonesia Pada

0 3 15

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR CONSUMER GOODS DENGAN PENDEKATAN EVA Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Dengan Pendekatan EVA (Economic Value Added) di Bursa Efek Indonesia Pada

0 2 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI Analisis Kinerja Keuangan Pada Sektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Metode Economic Value Added (EVA).

0 2 12

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR TOBACCO DENGAN PENDEKATAN EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2002-2006.

0 1 8

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

0 3 8

ANALISIS PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA - POLSRI REPOSITORY

0 2 13