Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur

MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN
DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI DIVISI
REGIONAL II JAWA TIMUR

RIZELLA TIARANITA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Model Simulasi
Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa
Timur” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Rizella Tiaranita
NIM E14100110

ABSTRAK
RIZELLA TIARANITA. Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH
Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur. Dibimbing
oleh B UDI KUNCAHYO.
Model simulasi pengelolaan hutan di KPH Bojonegoro merupakan
suatu kegiatan membuat model mengenai pengelolaan hasil hutan baik kayu
maupun bukan kayu dengan menggunakan beberapa skenario dengan
harapan mampu meningkatkan pendapatan KPH Bojonegoro dengan jangka
waktu 2012 sampai 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan
membuat model simulasi pengelolaan hutan serta menentukan model
pengelolaan hutan terbaik di KPH Bojonegoro melalui pembuatan berbagai
skenario pengelolaan hasil hutan. Pembuatan model simulasi membutuhkan
software pemodelan yaitu Stella 9.02 dan Microsoft Excel 2010. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa skenario pengelolaan hutan yang hanya
memanfaatkan hasil hutan kayu menghasilkan nilai NPV yang terkecil yaitu
Rp694 361 428 dan BCR 1.12 (skenario I), sedangkan skenario pengelolaan
hutan yang memiliki nilai NPV terbesar adalah skenario pengelolaan usaha
hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan dengan nilai
NPV Rp6 849 280 600 dan BCR 1.28 (skenario IV).
Kata kunci: kayu, hasil hutan bukan kayu, pengelolaan hutan, manfaat –
biaya, model simulasi

ABSTRACT
RIZELLA TIARANITA. Forest Management Simulation Model in KPH
Bojonegoro, the Public Company of Indonesian Forestry in the Regional
Division II East Java. This thesis is supervised by BUDI KUNCAHYO.
Forest management simulation model in KPH Bojonegoro is an
activity to make a model of forest products management both timber and
non-timber has been developed by using several scenarios with the hopes of
increasing revenue KPH Bojonegoro with a period of 2012 to 2021. This
research was proposed to arrange and to make forest management
simulation model and also to determine the best forest management in KPH
Bojonegoro trough making some forest product scenario. In making the

simulation model, it needs modeling software called Stella 9.02 and
Microsoft Excel 2010. The results of this research shows that forest
management scenario which only utilized timber apparently produced the
lowest value of NPV Rp694 361 428 and BCR 1.12 (skenario I), where as
forest management scenario that have the largest NPV value is timber forest
management products scenario, non-timber forest products and
environmental services with a value of NPV Rp 6 849 280 600 and BCR
1.28 (scenario IV) .
Key words: timber,non-timber product, forest management, benefit-cost,
simulation model.

MODEL SIMULASI PENGELOLAAN HUTAN
DI KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI DIVISI
REGIONAL II JAWA TIMUR

RIZELLA TIARANITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Bojonegoro
Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur
Nama
: Rizella Tiaranita
NIM
: E14100110

Disetujui oleh

Dr Ir Budi Kuncahyo, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini
adalah pengelolaan hasil hutan. Dengan judul Model Simulasi Pengelolaan
Hutan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur.
Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada Bapak (Ir Mochamad
Iskak), Ibu (RatnaYuristina), Kakak (Rinda Amalia SH, MH, Raisa
Estarina, dan Mohammad Arifin), dan adik (Radityo Eko Setyo Wibowo)
atas segala doa, dukungan, semangat, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Kuncahyo, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan,

nasihat, dan motivasi dalam menyelasaikan proses penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Yulius Hero, M
Sc atas saran dan bimbingannya dalam penulisan ini, Bapak Dr Tatang
Tiryana S Hut, MSc selaku ketua sidang komprehensif dan Bapak Prof Dr
Ir I Wayan Darmawan, MSc selaku dosen penguji sidang komprehensif atas
masukan, saran, nasihat dan motivasi yang telah diberikan. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir.H. Yahya Amin, MP
selaku Sekretaris Divisi Regional II Jawa Timur, Bapak Anggar
Widyatmoko S Hut selaku ADM KPH Bojonegoro, Bapak Agus Ruswanda
selaku PSDH KPH Bojonegoro, Bapak Digwanto selaku KBKPH Pradok
KPH Bojonegoro beserta seluruh Staf KPH Bojonegoro, serta Ibu Dahlia
dari PDAM Kabupaten Bojonegoro dan Bapak Yanto dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang telah membantu
selama pengumpulan data.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Uus Saepul, S
Hut atas bimbingan, masukan, dan sarannya Adisthi Febrianty, S Hut, Dyah
Ayu Puspita Laksmi Tari, S Hut, Indri Setyawanti, S Hut, Fikri Bagus
Wicaksono, S Hut, Gina Lugina S Hut, Nadya Ayu Oktariza, dan Rizka
Permatayakti atas dukungan, semangat, dan kebersamaanya.
Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

memerlukan dan sedikit memberikan ide bagi khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kehutanan.
Bogor, Desember 2014

Rizella Tiaranita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Hutan Tanaman Industri

2

Hasil Hutan Bukan Kayu

2

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

3

Model Simulasi

3

Analisis Ekonomi


4

METODE PENELITIAN

4

Waktu dan Tempat

4

Alat dan Bahan

4

Metode Pengumpulan Data

5

Prosedur Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Identifikasi isu, Tujuan, dan Batasan

6

Konseptualisasi Model

7

Spesifikasi Model

7

Evaluasi Model

13

Penggunaan Model

13

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1 NPV komoditas HHBK pada tingkat penurunan harga yang
2 Perbandingan NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK
3 Peringkat skenario pengelolaan usaha

berbeda

13
15
17

DAFTAR GAMBAR
1 Submodel dinamika tegakan jati
2 Sub - submodel pengelolaan usaha porang
3 Sub - submodel pengelolaan usaha jarak pagar
4 Sub - submodel pengelolaan usaha wijen
5 Sub - submodel pengelolaan usaha lempuyang
6 Sub - submodel pengelolaan usaha kapulaga
7 Submodel pengelolaan usaha HHBK
8 Submodel pengelolaan usaha jasa lingkungan
9 Model pengelolaan usaha KPH Bojonegoro
10 Perbandingan NPV metode penggunaan model
11 Perbandingan BCR metode penggunaan model

8
8
9
9
10
10
11
12
12
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Print out persamaan model
Evaluasi Model (NPV jenis HHBK jika terjadi penurunan harga)
Analisis kelayakan Usaha
Analisis Kelayakan Usaha Jenis HHBK
Laporan keuangan KPH Bojonegoro tahun 2012
Rekapitulasi produksi rencana tebangan A tahun 2012-2021
KPH Bojonegoro
7 Laporan pemasukan dan pengeluaran sumber mata Air Grogolan
8 Laporan pemasukan dan pengeluaran kawasan wisata
di Kabupaten Bojonegoro tahun 2012

20
24
26
45
26
47
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang kehutanan memiliki visi dan misi melakukan
pengelolaan hutan secara lestari dengan memperoleh hak pengelolaan atas hutan,
sehingga Perum Perhutani harus berupaya mengelola hutan dengan
memperhatikan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan. Prinsip pengelolaan
sumberdaya hutan secara lestari yaitu berdasarkan karakteristik wilayah dan daya
dukung daerah aliran sungai, meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan
kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis
kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan
perusahaan berkelanjutan (Perhutani 2011).
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro merupakan perusahaan
umum yang memiliki hak pengelolaan sumber daya hutan di Kabupaten
Bojonegoro. Potensi utama sumberdaya hutan yang dikelola sampai saat ini ialah
Hasil Hutan Kayu (HHK) jenis kayu jati. Saat ini KPH Bojonegoro telah
menggembangkan produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa porang.
Luas kawasan KPH adalah 50 144 ha dengan luas kawasan hutan produksi 42
000.3 ha dengan luas kawasan KPH Bojonegoro yang cukup luas terdapat
beberapa potensi yang dapat dikembangkan seperti pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) dan potensi jasa lingkungan. Pengembangan dari
pemanfaatan HHBK yaitu dengan Pemanfaatan Lahan Di bawah Tegakan (PLDT)
seperti pengelolaan usaha jarak pagar, wijen, lempuyang, dan kapulaga. Potensi
jasa lingkungan berupa pemanfataan kawasan wisata dan pemanfaatan air bersih
di lahan KPH Bojonegoro. Dengan mengembangkan pengelolaan HHBK dan
pengelolaan jasa lingkungan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan KPH
Bojonegoro. Oleh karena itu penelitian ini melakukan simulasi pemodelan sistem
pada KPH Bojonegoro dengan menggunakan berbagai skenario pengelolaan hutan
yang paling sesuai dengan kondisi saat ini dan harapan di masa datang.
Perumusan Masalah
Pengelolaan sumber daya hutan di KPH Bojonegoro tidak selalu
mengedepankan perolehan pendapatan untuk perusahaan, melainkan juga mampu
meningkatkan pendapatan negara. Mengetahui apakah pengelolaan hutan yang
sudah berjalan saat ini sudah mampu meningkatkan pendapatan bagi perusahaan
atau adanya pengelolaan hutan dengan sumber daya alam yang lain yang
berpotensi mendatangkan keuntungan untuk perusahaan. Bagaimana pengaruh
atau dampak diberlakukanya kegiatan moratorium penebangan terhadap
kelestarian ekonomi perusahaan. Pengambilan keputusan harus dilakukan secara
bijak oleh KPH Bojonegoro agar skenario yang dipilih merupakan pilihan terbaik.
Hasil simulasi skenario pengelolaan hutan dapat diprediksi melalui peringkat
skenario dengan melakukan analisis kelayakan usaha. Peringkat skenario dapat
digunakan untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan kebijakan dalam
rangka meningkatkan pendapatan perusahaan.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menyusun dan membuat model simulasi
pengelolaan hutan dan menentukan model pengelolaan hasil hutan terbaik di KPH
Bojonegoro dengan berbagai skenario pengelolaan hasil hutan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Model simulasi pengelolaan hutan diharapkan dapat membantu memberikan
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perusahaan terhadap
pengelolaan hasil hutan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Memberikan informasi mengenai HHBK yang memiliki potensi untuk dapat
dikelola serta potensi jasa lingkungan di wilayah KPH Bojonegoro.

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri
Hutan tanaman industri (HTI) adalah usaha hutan tanaman untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
sesuai dengan tapaknya dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri
hasil hutan kayu maupun bukan kayu. Salah satu tujuan pembangunan HTI adalah
meningkatkan produktivitas hutan produksi, dalam rangka pemenuhan kebutuhan
bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan kerja, pemberdayaan
ekonomi masyarakat sekitar hutan, dan perbaikan kualitas lingkungan hidup
(Hendrayana 2012).
Dari perspektif perusahaan, pembangunan hutan tanaman adalah investasi
yang tipikal dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan di awal, proses
produksi yang panjang dan penuh resiko kegagalan, serta hasil yang diperoleh
dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu pengusaha sangat berhati-hati dan
penuh perhitungan yang cermat sebelum terjun ke sektor usaha hutan tanaman ini.
Sebagai pertimbangan yang cermat seorang investor selalu melihat ke belakang
dan sekaligus ke depan, menghubungkan antara potensi sumberdaya dengan
potensi pasar, dimana perusahaan dapat menentukan faktor-faktor prospek
investasi tersebut dari sisi kepastian berusaha, luas lahan, skala investasi dan
struktur modal, teknologi yang diperlukan, dan keuntungan yang akan diperoleh.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35 / Menhut-II / 2007 Hasil
Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati
baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu
yang berasal dari hutan.
Luas hutan Indonesia 120.3 juta Ha, memiliki keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi 30 sampai dengan 40 ribu jenis tumbuhan tersebar di hampir seluruh
pulau yang berpotensi menghasilkan HHBK yang cukup besar. Beberapa jenis

3
HHBK memiliki nilai cukup tinggi baik di pasar domestik maupun di pasar global
antara lain rotan, bambu, gaharu, atsiri, dan jenis lain.
Secara ekonomis HHBK memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Walaupun memiliki
nilai ekonomi tinggi namun pengembangan usaha dan pemanfaatan HHBK selama
ini belum dilakukan secara intensif, sehingga belum dapat memberikan kontribusi
yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Menurut Sudarmalik et al. (2006) HHBK memiliki prospek yang besar dalam
pengembangannya karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
hasil kayu, sebagai berikut:
1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan
dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Hal ini dikarenakan pemanenannya
tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan,
pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan, dan lain-lain.
2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume
(contohnya nilai jual gaharu per kg ataupun per cm3 sangat besar).
3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan membutuhkan
modal kecil sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat
meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan usaha pemanfaatannya dapat
dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat.
4. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah
teknologi sederhana sampai menengah.
5. Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu, batang,
buah, dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak
menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah setiap bahan bakar baik
padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel
dapat dihasilkan secara langsung dari limbah produksi atau pertanian. Ada tiga
cara untuk pembuatan biofuel yaitu ekstraksi atau pengepresan untuk memperoleh
minyak untuk pembakaran, fermentasi tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas,
fermentasi untuk menghasilkan alkohol dan ester, dan pembakaran langsung dari
biomassa (BPPP PPPP 2009).
Bahan Bakar dari tanaman yang dikembangkan sesuai blue print
pengelolaan energi nasional meliputi biodiesel, bioetanol (gasohol), dan bio-oil.
Biodiesel adalah bahan bakar untuk mesin-mesin diesel. Gasohol untuk mesinmesin berbahan bakar bensin. Sementara, bio-oil adalah pengganti minyak bakar
atau minyak tanah (Mohammad dan Sri 2007).
Model Simulasi
Menurut Purnomo (2012) pemodelan sistem adalah sebuah pengetahuan dan
seni. Sebuah pengetahuan karena ada logika yang jelas ingin dibangunnya dengan
urutan yang sesuai. Sebuah seni karena pemodelan mencakup bagaimana
menuangkan persepsi manusia atas dunia nyata dengan segala keunikannya.
Bergantung pada tujuan pemodelan, hutan dan lautan dapat dimodelkan sebagai

4
sekumpulan formulasi matematika yang reintegrasi. Berikut langkah-langkah
dalam pemodelan sistem:
1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan
2. Konseptualisasi model
3. Spesifikasi model
4. Evaluasi model
5. Penggunaan model
Analisis Ekonomi
Teknik analisis ekonomi dapat menggunakan teknik analisis kelayakan
usaha. Teknik analisis rasio manfaat terhadap biaya atau Benefit Cost Ratio (BCR)
adalah perbandingan antara besaran manfaat dengan besaran biaya yang diperoleh
atau dikeluarkan oleh suatu investasi. Metode ini membandingkan antara manfaat
dan biayanya, maka metode ini sering disebut metode analisis rasio manfaat dan
biaya. Pada dasarnya BCR akan membandingkan antara manfaat yang diperoleh
dari suatu investasi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
investasi tersebut. Pembandingan tersebut haruslah kompatibel dan didasarkan
pada referensi waktu yang sesuai. Berdasarkan referensi waktu memandangnya,
perolehan manfaat dan pengeluaran biayanya dapat didasarkan pada saat ini
(present), saat akan datang (future), dan dapat pula merupakan rataan tahunannya
(annual equivalent) (Nugroho 2004). Sedangkan Net Present Value (NPV)
merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung
nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar 2007).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Bojonegoro Divisi Regional II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April sampai Mei 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengolahan data berupa alat tulis, kalkulator,
laptop dengan perangkat lunak (Software) seperti Microsoft Word 2010, Microsoft
Excel 2010, dan Stella 9.02.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data
primer yang terkait dengan kegiatan pengelolaan hasil hutan di KPH Bojonegoro
Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur.

5
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari data sekunder
dan primer.
1. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
a. Letak dan luas areal hutan
b. Laporan keuangan KPH Bojonegoro tahun 2012
c. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) KPH Bojonegoro periode
2012-2021
d. Laporan kelola lingkungan KPH Bojonegoro tahun 2013
2. Pengumpulan data primer yang dibutuhkan dalam peneltian ini antara lain:
a. Kegiatan pengelolaan HHK di KPH Bojonegoro
b. Kegiatan pengelolaan HHBK di KPH Bojonegoro
c. Kegiatan pengelolaan sumber mata air di PDAM Kabupaten Bojonegoro
d. Kegiatan pengelolaan kawasan wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro
Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara dan diskusi kepada
Staf Perencanaan KPH Bojonegoro, Staf di lapangan (Mandor), Direktur PDAM
Kabupaten Bojonegoro, dan Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro.
Prosedur Analisis Data
1.
2.
3.

4.
5.

6.

Menurut Purnomo (2012) prosedur kegiatan analisis data, sebagai berikut:
Identifikasi isu, tujuan, dan batasan untuk mengetahui pemodelan sebenarnya
perlu dilakukan.
Konseptualisasi model bertujuan untuk menetapkan konsep dan tujuan model
untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh.
Spesifikasi model yaitu melakukan tahapan pemilihan struktur model,
penentuan basic time unit, identifikasi hubungan fungsional, dan menjalankan
model.
Evaluasi model mempunyai tujuan yaitu membandingkan kewajaran dan
kelogisan model dengan data sebenarnya di lapangan.
Pengunaan model, tahapan ini dilakukan pembuatan skenario-skenario
pengelolaan hutan ke depan. Skenario-skenario yang digunakan meliputi:
a. Skenario pengelolaan usaha HHK
b. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK yang telah dikelola
c. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK
d. Skenario pengelolaan usaha HHK dan HHBK di sertai jasa lingkungan
e. Skenario pengelolaan usaha HHBK
f. Skenario pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan jika di asumsikan
terjadi moratorium penebangan hutan
Analisis kelayakan finansial
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha
pengelolaan hutan. Kriteria yang digunakan antara lain Net Present Value
(NPV), dan Benefit Cost Ratio (BCR)

6
a.

Net Present Value (NPV)
NPV = ∑
Keterangan:
Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
i = suku bunga (discount rate) (%)
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, sebagai
berikut (Gittinger 2008):
 NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan
 NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan dan tidak tidak rugi,
sehingga tergantung pihak manajemen perusahaan.
 NPV < 0, maka proyek lebih baik tidak dilaksanakan karena
mengalami kerugian.
b. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR =


Keterangan :
Bt = pendapatan (benefit) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
t = umur proyek (tahun)
i = suku bunga (discount rate) (%)
Dalam metode BCR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, sebagai
berikut (Gittinger 2008):
 BCR >1 ; maka proyek layak atau menguntungkan
 BCR 1 dan nilai BCR
> 0, sehingga perusahaan tetap memperoleh keuntungan dari pengelolaan usaha
HHBK tanpa melakukan pengelolaan usaha HHK dan apabila moratorium
penebangan ditetapkan dan NPV yang diperoleh pada tahun kesepuluh yaitu Rp1
632 538 010 dan BCR sebesar 34.77 dalam luasan lahan 1 hektar, tetapi apabila
ditanam di lahan seluas 2000 ha nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp3 292 225
570 196 dengan BCR 41.70. Skenario ini memiliki nilai NPV dan BCR yang
terbesar.
2Tabel 2 Perbandingan NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK
Jenis HHBK
Porang
Jarak Pagar
Wijen
Lempuyang
Kapulaga

NPV (Rp.)
319 904 030
34 369 994 822
24 493 840 458
868 330 338 342
483 591 960 425

BCR
6.69
6.40
7.09
5.32
4.76

Berdasarkan perbandingan nilai NPV dan BCR pada setiap jenis HHBK
pada Tabel 2 dengan asumsi luasan lahan 2000 ha diperoleh hasil bahwa jenis
HHBK yang menghasilkan NPV terbesar yaitu lempuyang sedangkan BCR
terbesar adalah wijen (Perhitungan analisis kelayakan usaha pada setiap jenis
HHBK dapat dilihat pada lampiran 4).
Skenario VI: Pengelolaan Usaha HHBK dan Jasa Lingkungan
Skenario pengelolaan HHBK dan jasa lingkungan merupakan skenario
pengelolaan usaha yang dapat diterapkan apabila terjadi moratorium penebangan.
Hasil analisis kelayakan usaha pada skenario ini memperoleh nilai NPV Rp548
997 152 dan BCR sebesar 1.50 pada tahun kesepuluh dengan suku bunga 13%.
Pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan pada skenario ini memiliki nilai
NPV terkecil dibandingkan skenario lainnya, hal ini dikarenakan pada
pengelolaan usaha jasa lingkungan memiliki biaya pengeluaran yang besar setiap
tahunnya hingga mencapai Rp22 816 497 047, sedangkan pemasukan hanya
memperoleh Rp27 327 356 763.
Kombinasi Skenario Terbaik
Pemilihan skenario terbaik dilakukan dengan menggunakan analisis
kelayakan usaha, selanjutnya memilih skenario pengelolaan usaha yang
memperoleh nilai NPV dan BCR terbesar pada tahun kesepuluh. Perbandingan
nilai NPV dan BCR pada setiap skenario pengelolaan usaha hasil hutan dapat
dilihat pada Gambar 10 dan 11.

16
80.00
68.49

70.00
NPV (Rp) x 100000000

60.00
50.00
40.00
30.00

23.38
16.33

20.00
10.00

6.94

6.61

I

II

5.49

III

IV

V

VI

Skenario

Gambar 10 Perbandingan NPV metode penggunaan model
40.00

34.77

35.00
30.00
25.00

BCR

20.00
15.00
10.00
5.00

1.12

1.33

2.18

1.28

I

II

III

IV

1.50

V

VI

Skenario

7Gambar 11 Perbandingan BCR metode penggunaan model
Berdasarkan perbandingan nilai NPV dan BCR pada Gambar 10 dan 11
dapat dinyatakan bahwa semua skenario layak untuk diterapkan sesuai syarat
analisis kelayakan usaha NPV > 0 dan BCR > 1 (Gittinger 2008). Besarnya nilai
NPV diperoleh berdasarkan analisis kelayakan usaha yang dilakukan selama
jangka waktu sepuluh tahun mulai dari tahun 2012 sampai 2021 dengan tingkat
suku bunga sebesar 13%. Menentukan skenario terbaik ialah dengan memilih
skenario yang memiliki nilai NPV dan BCR tertinggi. Nilai NPV tertinggi didapat
pada skenario IV (HHK, HHBK, dan jasa lingkungan) sebesar Rp6 856 194 306,
sedangkan nilai BCR tertinggi diperoleh dari skenario V (HHBK) dengan nilai
BCR sebesar 34.77.

17
3

Tabel 3 Peringkat skenario pengelolaan usaha
Peringkat
skenario

Skenario
Pengelolaan usaha layak
Skenario I: Pengelolaan usaha HHK
Skenario II: Pengelolaan usaha HHK dan HHBK saat ini
Skenario III: Pengelolaan usaha HHK dan HHBK
Skenario IV: Pengelolaan usaha HHK, HHBK, dan jasa lingkungan
Skenario V: Pengelolaan usaha HHBK
Skenario VI: Pengelolaan usaha HHBK dan jasa lingkungan

4
5
2
1
3
6

Hasil analisis kelayakan usaha dengan berdasarkan nilai NPV terbesar,
dapat digunakan untuk menentukan peringkat skenario pengelolaan usaha hasil
hutan seperti yang dijelaskan oleh Gittinger (2008) bahwa untuk menentukan
peringkat skenario pengelolaan usaha hasil hutan lebih baik menggunakan kriteria
NPV. Hal ini dikarenakan jika menggunakan BCR dalam menentukan peringkat
skenario dapat menyesatkan dan membingungkan dalam pengambilan keputusan
kebijaksaan investasi karena BCR dipengaruhi oleh harga jual produk,
keterlambatan pelaksanaan, dan kenaikan harga yang sensitif berubah-ubah. Tabel
3 menunjukkan peringkat dari setiap skenario pengelolaan usaha hasil hutan.
Peringkat skenario dapat mencerminkan urutan skenario mana yang lebih sesuai
untuk diterapkan. Hasil dari peringkat skenario dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk para pengambil kebijakan yang kemudian dapat dipilih untuk
menjadi pilihan kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan perusahaan
(Purnomo 2012).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil dari membangun model serta melakukan analisis kelayakan usaha
menunjukkan bahwa skenario pengelolaan usaha hasil hutan terbaik untuk KPH
Bojonegoro adalah skenario pengelolaan usaha HHK, HHBK, dan jasa lingkungan
(skenario IV) dengan nilai NPV sebesar Rp6 856 194 306 dan BCR sebesar 1.28.
Jika kegiatan moratorium penebangan terjadi maka KPH Bojonegoro dapat
menerapkan skenario pengelolaan usaha HHBK (skenario V) dengan nilai NPV
sebesar Rp1 632 538 010 dan BCR sebesar 34.77 pada tahun kesepuluh dengan
tingkat suku bunga 13%. Pengelolaan usaha jasa lingkungan tidak dapat
diterapkan untuk dikelola dikarenakan pengelolaan jasa lingkungan pada
kenyataanya telah dikelola instansi lain yaitu untuk pengelolaan sumber mata air
telah dikelola oleh PDAM Kabupaten Bojonegoro dan kawasan wisata telah
dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

18
Saran
Pemilihan skenario terbaik hanya berdasarkan pada manfaat ekonomi,
sehingga diperlukan pertimbangan aspek lainya seperti aspek ekologi dan sosial.
Selain itu, dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menemukan suatu metode yang
dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan kayu, sehingga kegiatan
pengelolaan kayu dapat memberikan manfaat yang optimal dan meningkatkan
pendapatan perusahaan dengan jangka waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA
[BPPP PPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan. 2009. Tanaman Perkebunan Penghasil
Bahan Bakar Nabati ( BBN ). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Jakarta: Departemen Kehutanan RI.
Gittinger JP. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah,
Sutomo S dan Mangiri K. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia-Press.
Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture. Edisi ke-2.
Hendrayana Y. 2012. Hutan Tanaman Industri. [terhubung berkala]
http://hendrayana.staffsite.uniku.ac.id/2012/03/17/hutan-tanamanindustri/(22 Januari 2014)
[KUR]. Komite Kredit Usaha Rakyat.[internet]. [diakses 18 April 2014].Tersedia
dari: http://www.komite-kur.com/bank-briasp
Mohammad N, Sri S. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodiesel. Yogyakarta
(ID): Kanisius
Muhammad R.2004. Sistem pengelolaan dan manfaat ekonomi hutan rakyat di
Cianjur Selata (Studi kasus di Kecamatan Cibinong dan Sindang Barang)
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[MTIC] Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budi Daya Secara Organik
Tanaman Obat Rimpang. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya.
Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan (Engineering Economic): Analisis
Finansial Investasi Kehutanan & Pertanian. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
[PERPAMSI]
Persatuan
Perusahaan
Air
Minum
Seluruh
Indonesia.[internet].[diakses 26 Oktober 2014]. Tersedia dari: http:
//www.perpamsi.or.id/pdam-members/read/237/pdam-kabbojonegoro.html
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 2011. Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan
Bojonegoro. Bojonegoro (ID): Seksi Perencanaan Hutan I.
Perum Perhutani. 2013. Pedoman Budidaya Tanaman Porang (Amorphophallus
Muelleri Blume). Jakarta (ID): Perum Perhutani Kantor Pusat
Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.
Selisiyah A. 2011. Kelayakan usaha kapulaga (Amomum cardamomum) di Desa
Sedayu Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, Wilayah KPH Kedu

19
Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.
Sudarmalik Y, Rochmanto, Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. [Prosiding] Kontribusi Hutan
Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Bogor
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Umum.

20
Lampiran 1 Print out persamaan model
Submodel Dinamika Tegakan Jati
KU_I(t) = KU_I(t - dt) + (penanaman - UP_1) * dt
INIT KU_I = 15789
INFLOWS:
penanaman = KU_VIII
OUTFLOWS:
UP_1 = KU_I/umur
KU_II(t) = KU_II(t - dt) + (UP_1 - UP_2) * dt
INIT KU_II = 2567.3
INFLOWS:
UP_1 = KU_I/umur
OUTFLOWS:
UP_2 = KU_II/umur
KU_III(t) = KU_III(t - dt) + (UP_2 - UP_3) * dt
INIT KU_III = 1898.1
INFLOWS:
UP_2 = KU_II/umur
OUTFLOWS:
UP_3 = KU_III/umur
KU_IV(t) = KU_IV(t - dt) + (UP_3 - UP_4) * dt
INIT KU_IV = 1336.7
INFLOWS:
UP_3 = KU_III/umur
OUTFLOWS:
UP_4 = KU_IV/umur
KU_V(t) = KU_V(t - dt) + (UP_4 - UP_5) * dt
INIT KU_V = 300
INFLOWS:
UP_4 = KU_IV/umur
OUTFLOWS:
UP_5 = KU_V/umur
KU_VI(t) = KU_VI(t - dt) + (UP_5 - UP_6) * dt
INIT KU_VI = 378.4
INFLOWS: