Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Di Kph Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN
DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA BARAT & BANTEN

SANTI WULANDARI
E14090051

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa
Penebangan Di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Santi Wulandari
NIM E14090051

ABSTRAK
SANTI WULANDARI. Kuantifikasi kayu sisa penebangan di KPH Bogor
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten. Dibimbing oleh AHMAD
BUDIAMAN.
Kayu sisa pemanenan di hutan tanaman Indonesia kurang mendapat
perhatian dan ditinggalkan di lapangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung
volume kayu sisa pemanenan pada petak tebang akibat pemanenan kayu di KPH
Bogor dan membandingkan volume kayu sisa pemanenan dengan pedekatan dua
rumus volume garis intersek dan rumus volume sebenarnya pada plot ukur contoh
persegi seluas 1 ha. Metode garis intersek (Line Intersect Method, LIM) adalah
metode yang cukup baik dan mewakili data jumlah kayu sisa di lapangan karena
metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan yang disebabkan
oleh individu pohon yang ditebang saja, namun menghitung volume dari semua

kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan dengan luasan tertentu.
Penelitian ini menggunakan 3 macam garis intersek yaitu 10 m, 20 m dan 30 m.
Hasil penelitian menunjukan pendugaan volume kayu sisa pemanenan dengan
menggunakan metode garis intersek cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
volume sebenarnya. Jarak garis intersek tidak berpengaruh nyata terhadap
pendugaan volume kayu sisa pemanenan.
Kata kunci : hutan tanaman, kayu sisa, line intersect method

ABSTRACT
SANTI WULANDARI. Quantification of logging residual in Perum Perhutani
Bogor Regional Division West Java & Banten. supervised by AHMAD
BUDIAMAN.
Logging residual was given less attention as it was left in the field. The aim
of this research is to calculate the volume of logging residual and residual
estimation using intersect line method and actual volume with square sample
measurement plot of 1 ha. Line Intersect Method (LIM) represents the number of
remaining wood which has left in the field. This method is not only calculate the
volume of residual wood resulted from individual trees logging, but also calculate
the volume of all the wood waste left in a particular area. Various line intersects are
used for this research, namely: line intersect of 10 m, 20 m and 30 m. The results

showed estimation of the volume of residual wood using line intersect method tends
to be higher than the actual volume. Intersect line spacing did not significantly
affect the rest of the timber volume estimation.
Keywords: timber estates, line intersect method, wood residual,

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN
DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA BARAT & BANTEN

SANTI WULANDARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Pada Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil selesai.
Penelitian yang dilaksanakan pada bulan April–Mei 2015 ini berjudul Kuantifikasi
Kayu Sisa Penebangan di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat
& Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada KPH
Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten beserta para pegawai
yang telah membantu perizinan dan pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan MNH 46 &48 atas
kerjasama, semangat, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2015
Santi Wulandari

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Tempat
Alat dan Bahan
Batasan Masalah
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Penelitian
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa pemanenan
Volume Kayu Sisa Pemanenan
Pengaruh Jarak Garis Intersek Terhadap Volume Kayu Sisa
Pemanenan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP


1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
4
7
7
7
8
9
10
10
10

10
12

DAFTAR GAMBAR
1 Skema peletakan garis intersek pada plot bujur sangkar
100x100m
2 Ilustrasi pengukuran kayu sisa pemanenan menggunakan
LIM
3 Illustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan
menggunakan metode volume sebenarnya
4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis
intersek
5 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter

3
3
4
8
9


DAFTAR TABEL
1 Konstanta konversi satuan Van Wagner (1982)
2 Analisis ragam percobaan RAL
3 Jumlah kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter dan
jarak garis intersek
5 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak garis intersek
terhadap volume kayu sisa pemanenan

5
6
8
10

2

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam hayati yang memiliki potensi sangat

besar bagi kehidupan manusia. Salah satu sumberdaya hutan yang dimanfaatkan
adalah kayu. Untuk mengubah kayu bernilai ekonomi diperlukan kegiatan
mengeluarkan kayu dari hutan yang disebut dengan pemanenan kayu. Tujuan
pemanenan kayu adalah untuk memaksimalkan nilai hutan, mengoptimalkan suplai
bahan baku industri, meningkatkan kesempatan kerja dan mengembangkan
ekonomi regional.
Dalam rangkaian kegiatan pemanenan kayu, tahapan kegiatan yang
berpotensi menghasilkan kayu sisa terbesar adalah kegiatan penebangan
(Sastrodimedjo dan Simarmata 1981). Kayu sisa pemaenan di hutan tanaman di
Indonesia kurang mendapat perhatian dan ditinggalkan di lapangan. Kayu sisa
pemanenan ini cenderung tidak dimanfaatkan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi kayu yang dibutuhkan oleh industri kehutanan dan nilai ekonomisnya
rendah.
Sejauh ini, penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan di areal hutan
tanaman, baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa, menggunakan metode
pohon penuh (whole tree method), yang mana pada metode ini hanya dapat
memberikan informasi volume kayu sisa pemanenan pada tiap individu pohon yang
ditebang, sehingga tidak dapat menduga volume kayu sisa pemanenan keseluruhan
di lapangan. Selain metode pohon penuh, terdapat metode yang dapat digunakan
untuk menduga kayu sisa pemanenan, yaitu metode garis intersek (Line Intersect

Method, LIM). Metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan
yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang, namun juga dapat menghitung
volume dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada luasan
tertentu.
Penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan dengan metode garis intersek
belum banyak digunakan di Indonesia. Penelitian dengan metode ini di hutan tropis
pertama kali dilakukan di hutan Pelagat Malaysia (Howard dan Ward 1972).
Sementara di Indonesia, penggunaan metode ini dilakukan dibeberapa IUPHHKHA di Papua Barat (Nurfadilah 2014), IUPHHK-HA Malinau (Reza 2014), dan di
hutan tanaman di Kalimantan Selatan (Rawenda 2004).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung volume kayu sisa pemanenan pada
petak tebang akibat pemanenan kayu dan membandingkan pendugaan volume kayu
sisa pemanenan dengan menggunakan LIM dan volume sebenarnya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan
tentang volume kayu sisa pemanenan, agar nantinya dapat digunakan untuk

2

merencanakan pemanenan kayu yang meminimalkan kayu sisa pemanenan dan

potensi pemanfaatan kayu sisa pemanenan untuk beberapa penggunaan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di petak tebang 24C Resort Pemangkuan Hutan
(RPH) Maribaya, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang,
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Barat & Banten. Pengambilan data lapangan berlangsung mulai bulan April–Mei
2015.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pita meter 10 m,
tambang plastik 100 m, phiband, kamera, tally sheet, software Excel, alat tulis dan
alat hitung. Bahan penelitian ini adalah kayu sisa yang ada di petak penelitian.
Batasan masalah
Batasan kayu sisa pemanenan yang menjadi objek penelitian adalah kayu sisa
pemanenan atau bagian kayu yang dianggap tidak mempunyai nilai ekonomi dalam
suatu produksi pada waktu dan tempat tertentu, ditinggalkan di tempat tebangan,
tetapi masih mungkin untuk dilakukan pemanfaatan dengan diameter ≥ 2 cm.
Prosedur pengumpulan data
Jenis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data pokok yang diperlukan dalam penelitian ini
yang didapat dari pengukuran langsung di lapangan. Data primer teridiri atas data
panjang dan diameter ujung kayu sisa pemanenan, diameter intersek kayu sisa
pemanenan, deskripsi bentuk dan jenis kayu sisa pemanenan.
Data sekunder terdiri atas data yang didapat dari informasi yang diperoleh
dari perusahaan. Data sekunder terdiri atas: kondisi umum lokasi penelitian, luas
dan letak areal blok tebangan, potensi hutan (laporan hasil cruising), sistem
pemanenan kayu, kebijakan bagi batang (bucking policy), sistem pengujian kayu
(grading system).
Prosedur Penelitian
1. Jumlah, Bentuk dan Ukuran Plot
Plot contoh berupa bujur sangkar dengan luas 1 ha (100 m x 100 m), yang
diletakan di areal petak tebang dengan mengikuti jadwal kegiatan penebangan di
lapangan. Berdasarkan data awal yang diperoleh diketahui bahwa luas tebangan di

3

lokasi penelitian sebesar 45.01 ha, besarnya intensitas sampling ditentukan sebesar
10%, sehingga didapat jumlah plot contoh sebanyak 5 plot contoh.

100 m

2. Pengukuran Diameter Kayu Sisa Pemanenan
Kayu sisa pemanenan yang diukur adalah semua jenis kayu sisa pemanenan,
baik kayu sisa yang berasal dari pohon ditebang maupun pohon rusak akibat pohon
ditebang, kayu sisa pemanenan berupa patah, pecah, tercabut seratnya sampai batas
cabang yang ditinggalkan di petak tebang. Batasan kayu sisa pemanenan yang
diukur adalah semua kayu sisa yang berdiameter 2–5 cm (Perhutani 2015). Data
kayu dikumpulkan setelah kegiatan pemanenan kayu selesai. Terdapat dua metode
pengukuran kayu sisa pemanenan, yaitu LIM dan volume sebenarnya. LIM adalah
plot contoh berdasar pada sebuah garis contoh tanpa lebar. Pada penelitian ini garis
intersek dibuat secara pola sistematik dengan interval 10 m, 20 m, dan 30 m. Garis
pertama diletakan di selatan plot bergerak menuju ke utara (Gambar 1). Diameter
yang diukur pada metode ini adalah diameter yang dilewati garis intersek (Gambar
2).

100 m

Gambar 1 Skema peletakan garis intersek pada plot bujur sangkar 100x100 m.

Gambar 2. Illustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan menggunakan
LIM

4

Lebar 1 m

Metode pengukuran volume kayu sebenarnya dilakukan dengan
menggunakan sistem jalur pada masing-masing garis intersek, yang mana garis
interseknya sebagai pusat jalur dan lebar jalurnya 1 m. Diameter yang diukur pada
metode ini adalah diameter ujung, diameter pangkal, dan panjang kayu sisa
pemanenan pada setiap jalur (Gambar 3).

Gambar 3.Ilustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan menggunakan
metode volume sebenarnya
Diameter kayu sisa pemanenan selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas
diameter kayu sisa pemanenan yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut
(Supangat 1997):
�=




Keterangan:
P
= panjang kelas diameter
R
= diameter max – diameter min
B
= banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n
n
= jumlah kayu sisa pemanenan pada garis intersek
Prosedur Analisis Data
1.

Perhitungan volume kayu sisa dengan garis intersek
Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut (Van Wagner 1982):
�=


× ∑��


Keterangan :
V
= volume per unit area (m3)
k
= konstanta Van Wagner (1982)
d
= diameter dari kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (m)
L
= panjang garis contoh (m)

5

Faktor konversi yang digunakan untuk mendapatkan satuan dalam m3/ha
adalah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Konstanta konversi satuan Van wagner (1982).
Kombinasi Unit
Diameter Panjang
Volume
Weight
konstanta
cm
m
m3/m2
0.0001234
3
cm
m
m /ha
1.234
2
cm
m
kg/m
0.1234
cm
m
t/ha
1.234
3 2
in
ft
ft /f
0.008586
in
ft
ft3/ac
373.3
2
in
ft
Ib/ft
0.5348
in
ft
T/ha
11.65
2.

Perhitungan volume kayu sisa sebenarnya
Rumus yang digunakan untuk menentukan volume sebenarnya kayu sisa
pemanenan menggunakan rumus Brerenton sebagai berikut (Depatemen Kehutanan
2007):
V= ¼ x π x d2 x p
Diameter yang digunakan pada rumus tersebut adalah diameter rata-rata dari
diameter ujung dan pangkal pada batang utama maupun cabang.
�=

�� + ��


Keterangan :
V = volume kayu pemanenan (m3 )
π = 3.14
d
= rata-rata diameter (m)
p = panjang (m)
du = diameter rata-rata ujung (m)
dp = diameter rata-rata pangkal (m)
3.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL), yang hanya menggunakan satu faktor perlakuan dan beberapa
taraf (level) perlakuan, dengan kondisi lingkungan percobaan yang seragam. Model
linier rancangan satu faktor dalam RAL disajikan pada persamaan berikut (Gomez
& Gomez 2007), dan tabel analisis ragam disajikan pada Tabel 2.
Yij = µ j + εij
Keterangan :
Yij = volume kayu sisa pada pengukuran (jarak garis intersek) ke-i dan
ulangan ke-j

6

µi
εij
i
j

= rata-rata perlakuan ke-i = µ + τi
= sisaan acak pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i ulangan
ke-j
= 1,2,...,t
= 1,2,...,ri

Hipotesa yang diuji adalah sekurangnya ada satu perlakuan jarak yang
memberikan volume berbeda yang dinotifikasikan sebagai berikut :
H0 : τi = 0 : Pada semua taraf perlakuan jarak memberikan nilai volume kayu
sisa pemanenan yang sama.
H1 : τi ≠ 0 : Sekurangnya ada taraf perlakuan jarak yaang memberikan volume
kayu sisa pemanenan berbeda.
Penerimaan H0 pada taraf uji atau tingkat nyata α menunjukan bahwa
perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
respon percobaan pada tingkat nyata α. Sebaliknya jika H1 diterima maka
sekurangnya ada satu taraf perlakuan yang memberikan respon yang berbeda.
Sebagai uji statistik adalah nilai Fhit, dengan kriterium uji atau kaidah pengambilan
keputusan sebagai berikut:
Jika Fhit ≤ Ftab α(dbp,dbs) : terima H0 pada tingkat nyata α
Jika Fhit > Ftab α(dbp,dbs) : terima H1 pada tingkat nyata α
Sumber
keragaman
Perlakuan

Tabel 2 Analisis ragam percobaan RAL.
Derajat bebas
Jumlah
Kuadrat
(db)
kuadrat (JK)
tengan (KT)
Dbp = t-1
JKP
KTP=JKP/dbp

Sisaan
Total

Dbs =∑(ri– 1)
Dbt =(∑ri) -1

JKS
JKT

Fhit
KTP/KTS

Ftab
0.05 0.01
(db, α)(db,α)

KTS=JKS/dbs

4. Analisis Deskriptif
Data deskriptif merupakan uraian data yang diperoleh saat di lapangan. Data
yang diuraikan secara deskriptif pada penelitian ini adalah sistem pemanenan dan
proses penebangan yang dilakukan oleh Perum Perhutani. Penyajian data dengan
menggunakan grafik dapat digunakan untuk menyajikan data sebaran jumlah kayu
sisa pemanenan dan sebaran volume kayu sisa pemanenan berdiameter ≥2 cm pada
setiap jarak garis intersek. Penyajian data secara tabulasi digunakan pada penyajian
data jumlah kayu sisa pemanenan, kelas diameter kayu sisa pemanenan, volume
kayu sisa pemenenan pada setiap jarak garis intersek.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis BKPH Parung Panjang yang juga termasuk dalam kelas
perusahaan mangium terletak pada 106°26’03” BT sampai 106°35’16” BT dan
06°20’59” sampai 06°27’01” LS. Keadaan curah hujan di wilayah kerja BKPH
Parung Panjang memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 3000 mm/tahun.
Dengan kondisi tersebut, maka berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan

7

Ferguson (1951), wilayah BKPH Parung Panjang memiliki kriteria bulan basah,
dimana rata-rata curah hujan per bulan di atas 100 mm/bulan. BKPH Parung
Panjang memiliki konfigurasi lapang sebagian besar relatif datar s/d landai, dengan
kemiringan lapang bervariasi mulai dari (0-8%) dan kemiringan agak curam (1525%).
Sistem pemanenan yang dilakukan di Perhutani adalah pemanenan semi
mekanis. Alat yang digunakan untuk menebang adalah chainsaw dengan jumlah
alat sebanyak 3 chainsaw, dimana 2 alat digunakan menebang dan 1 alat sebagai
cadangan. Peralatan yang digunakan untuk penebangan di Perhutani hanya
chainsaw yang tergolong modern, tetapi untuk penyaradan masih menggunakan
tenaga manual (manusia), begitu juga kegiatan muat bongkar, kegiatan
pengangkutan menggunakan alat angkut truk.
Sistem bagi batang yang digunakan di Perhutani adalah ukuran panjang 2
m untuk kayu perkakas atau biasa dikenal kayu pertukangan, kemudian 0.5 m untuk
kayu bakar dengan batas diameter 5-9 cm, dan kayu sisa pemanenan adalah
sortimen yang berdiameter