Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni Jacq.) SEBAGAI KANDIDAT OBAT
ANTIDIABETES

AULIA MANAR NAFISA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat
Antidiabetes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Aulia Manar Nafisa
NIM B04100155

ABSTRAK
AULIA MANAR NAFISA. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes. Dibimbing oleh
TUTIK WRESDIYATI dan SITI SA’DIAH.
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dengan kelainan
metabolisme glukosa, protein, dan lemak. DM merupakan salah satu contoh
kondisi stres oksidatif, sehingga membutuhkan tambahan antioksidan eksogen.
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mempunyai potensi sebagai antioksidan yang
dapat digunakan sebagai obat antidiabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah
membandingkan metode ekstraksi (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut yang
berbeda (etanol 96% dan air). Aktivitas antioksidan dari semua ekstrak, dievaluasi
dengan metode DPPH yang diukur dengan nilai IC50. Nilai IC50 dari ekstrak biji
mahoni yang telah didapat adalah 1.03 mg/ml, 1.87 mg/ml, 4.09 mg/ml, dan 1.15
mg/ml masing-masing pada ekstrak biji mahoni maserasi etanol (ME), ekstrak biji
mahoni maserasi air (MA), ekstrak biji mahoni refluks etanol (RE), dan ekstrak

biji mahoni refluks air (RA). Hasil uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak biji
mahoni yang menggunakan metode maserasi dan pelarut etanol, memiliki
aktivitas antioksidan yang paling baik dibandingkan dengan ekstrak lainnya (MA,
RE, dan RA).
Kata kunci: antioksidan, DPPH, maserasi, refluks, Swietenia mahagoni Jacq.

ABSTRACT
AULIA MANAR NAFISA Antioxidant Activity from Mahagony seed extract
(Swietenia mahagoni Jacq.) as Candidates of Antidiabetic Medicine. Supervised
by TUTIK WRESDIYATI and SITI SA'DIAH.
Diabetes mellitus (DM) is a progressive chronic degenerative disease with
glucose, protein, and lipid metabolic dysfunction. DM is one of oxidative stress
conditions that requiring additional exogenous antioxidants. Mahagony is
potential for antioxidant which can be used as an antidiabetic medicine. The
objective of this research is to compare antioxidant activity of several Swietenia
mahagony seed extracts from different methods of extraction (reflux and
maceration) and type of solvents (ethanol and water). Antioxidant activity of all
extract were evaluated by DPPH method and quantified the IC50 values. The IC50
values of all extracts are 1.03 mg/ml, 1.87 mg/ml, 4.09 mg/ml, and 1.15 mg/ml,
respectively to ethanol maceration extract (ME), water maceration extract (MA),

ethanol reflux extract (RE), and water reflux extract (RA). The result showed that
extract resulted from maceration method using ethanol has the highest
antioxidant activity, compare to the others (MA, RE, and RA).
keys: antioxidant, DPPH, maceration, reflux, Swietenia mahagoni Jacq.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni Jacq.) SEBAGAI KANDIDAT OBAT
ANTIDIABETES

AULIA MANAR NAFISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes
Nama
: Aulia Manar Nafisa
NIM
: B04100155

Disetujui oleh

Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet
Pembimbing 1

Siti Sa’diah, MSi Apt.
Pembimbing 2

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD, APVet

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Judul skripsi yang telah
dilaksanakan adalah “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia
mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes”. Penyusunan skripsi ini
dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir tahap sarjana (S1)
di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Disadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk membantu
kesempurnaan penulisan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak yang
mendukung dan memberikan arahan di dalam penelitian ini, khususnya kepada
Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet sebagai pembimbing pertama dan Siti
Sa’diah, MSi Apt. sebagai pembimbing kedua yang selalu sabar dan terus
memberi arahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih kepada
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini melalui
Skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Penelitian Dasar untuk Bagian
dengan nomor kontrak 281/IT3.41.2/L2/SPK/2013 atas nama Prof Drh Tutik

Wresdiyati, PhD PAVet. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada teman satu
penelitian Venny F dan Melly yang selalu memberi motivasi dan saling memberi
semangat dalam mengerjakan penelitian, kedua orangtua dan keluarga yang telah
memberi semangat dan doanya, serta teman-teman angkatan 47, adik angkatan,
maupun kakak alumni yang telah memberikan motivasi dan arahan untuk
menjadikan penulisan skripsi ini lebih baik. Semoga tulisan ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2014

Aulia Manar Nafisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Antioksidan dan Radikal Bebas

2

Uji Aktivitas Antioksidan

3

Mahoni

4

Ekstraksi

5


METODE

6

Tempat dan Waktu Penelitian

6

Bahan

6

Alat

6

Prosedur Penelitian

6


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

7
10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN


13

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1 Kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak biji mahoni maserasi
air (MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA), dan refluks etanol
(RE).
2 Nilai IC50 ekstrak biji mahoni.

5
9

DAFTAR GAMBAR
1 Perubahan struktur Diphenylpycrilhidrazil menjadi
Diphenylpycrilhydrazine
2 Biji mahoni sebelum dan sesudah dipisahkan kulitnya
3 Empat jenis ekstrak biji mahoni
4 Grafik aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni

3
4
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Etanol)
Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Air)
Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni refluk Etanol)
Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Refluk Air)

13
14
15
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dan
gangguan metabolisme glukosa, lipid, dan protein (WHO 2013). Penyakit ini
mempunyai morbiditas maupun mortalitas yang tinggi sehingga menjadi
permasalahan kesehatan dunia (Wild et al. 2004). Terdapat 3.4 milyar orang
meninggal pada tahun 2004 akibat kadar glukosa darah yang tinggi. Angka
kematian tersebut diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.
Meningkatnya prevalensi penyakit diabetes mellitus dari tahun ke tahun
menunjukkan perlunya perhatian serius dalam menangani penyakit tersebut. Salah
satu penanganan pada pasien diabetes dapat dilakukan melalui terapi pemberian
obat antidiabetes secara oral (WHO 2013).
Hiperglikemia menyebabkan terjadinya autooksidasi glukosa, aktivasi jalur
metabolisme poliol, dan glikasi non enzimatik pada protein (Setiawan dan
Suhartono 2005). Mekanisme tersebut akan mempercepat pembentukan senyawa
oksigen reaktif yang dapat meningkatkan kerusakan lipid, DNA, dan protein pada
berbagai jaringan. Hal ini merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal
sebagai stres oksidatif (Rahimi et al. 2005).
Kandungan antioksidan pada kondisi stres oksidatif diabetes mellitus telah
dilaporkan menurun pada jaringan hati dan pankreas (Wresdiyati et al. 2003;
2008). Antioksidan eksogen diperlukan untuk membantu menghambat kerusakan
oksidatif dalam tubuh. Peningkatan suplai antioksidan yang cukup, akan
membantu mencegah komplikasi klinis diabetes mellitus. Terdapat penelitian
yang dapat membuktikkan bahwa antioksidan pada hewan percobaan dapat
menghambat tahap awal retinopati, nefropati, dan neuropati. Begitu pula pada
penelitian manusia yang dapat menghambat komplikasi microvaskular, penurunan
insiden penyakit jantung koroner, perbaikan sistem saraf otonom jantung, dan
perbaikan vasodilatasi (Nathan et al. 2008).
Antioksidan eksogen dapat berasal dari senyawa metabolit sekunder yang
terkandung di dalam tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang sering digunakan
dalam pengobatan diabetes adalah Swietenia mahagoni Jacq. (biji mahoni)
(Hariana 2007). Menurut Rasyad et al. (2012) dan Wresdiyati et al. (2014),
senyawa antioksidan yang dimiliki oleh mahoni adalah alkaloid, flavonoid,
terpenoid/steroid, dan saponin. Biji mahoni dapat digunakan sebagai obat
antidiabetes karena mengandung antioksidan yang dapat menghambat kerusakan
oksidatif dalam tubuh (Hariana 2007).
Menurut beberapa penelitian, penarikan senyawa metabolit sekunder dari
suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh proses ekstraksi dan pelarut yang
digunakan. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk membandingkan jenis
pelarut dan metode ekstraksi yang lebih baik dalam menentukan aktivitas
antioksidan pada ekstrak biji mahoni.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan aktivitas antioksidan
menggunakan 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil (DPPH), dari 4 jenis ekstrak biji
mahoni dengan metode ekstraksi (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut (etanol
dan air) yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aktivitas
antioksidan yang paling baik diantara keempat ekstrak biji mahoni dengan metode
ekstraksi dan jenis pelarut yang berbeda. Penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai isolasi dan karakteristik
senyawa aktif yang mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni
sebagai kandidat antidiabetes.

TINJAUAN PUSTAKA
Antioksidan dan radikal bebas
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau menghambat
reaksi oksidasi oleh radikal bebas, yaitu dengan cara mendonorkan elektronnya
sehingga dapat menetralisir dan menghancurkan radikal bebas (Kikuzaki et al.
2002). Terdapat dua jenis antioksidan, yaitu antioksidan yang ada di dalam tubuh
(endogen) dan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (eksogen). Antioksidan
endogen yang paling utama adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase,
dan glutation peroksidase. Antioksidan endogen lain yaitu transferrin, albumin,
dll. Antioksidan eksogen antara lain adalah vitamin C, vitamin E, maupun
senyawa lain yang berasal dari buah-buahan atau sayuran (Lien et al. 2008).
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Senyawa ini dapat
bermuatan positif atau negatif dan sifatnya sangat reaktif. Terdapat dua jenis
radikal bebas yaitu radikal bebas yang ada di dalam tubuh (endogen) dan radikal
bebas yang berasal dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas endogen diantaranya
berupa Reactive Oxgen Species (ROS), superoksida (O2•-), hidroksil (OH•), dan
peroksil (RO2•). Radikal bebas eksogen diantaranya berupa polusi udara, asap
kendaraan, berbagai bahan kimia, makanan yang telah hangus (carbonated),
limbah industri, dan sinar UV(Halliwell 2001; Droge 2002). Radikal bebas dalam
keadaan normal berfungsi sebagai senyawa antara atau produk dalam reaksi yang
dikatalisis enzim seperti pada rantai transport elektron di mitokondria (Rahman
2007). Sebaliknya jika berlebihan, radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan
sel dan juga merusak biomolekul seperti DNA, protein, dan lipid di dalam tubuh.
Kerusakan tersebut dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit (Halliwell
2001).
Diabetes mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolisme
kompleks dengan karakteristik tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia)
yang terjadi karena penurunan sekresi insulin secara progresif, gangguan kerja

3

insulin atau keduanya (Karunakaran dan Park 2013). Diabetes dibagi menjadi dua
tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 (disebut juga insulin dependent
diabetes mellitus atau IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, yang
dapat berasal dari reaksi autoimun, infeksi virus, dan mungkin faktor genetik. DM
tipe 2 (disebut juga non insulin dependent diabetes mellitus atau NIDDM)
disebabkan oleh resistensi reseptor insulin di sel target insulin yang menyebabkan
hormon insulin tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Takada 2008).
Kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) menyebabkan timbulnya
stres oksidatif pada penderita diabetes (Rahimi et al. 2005). Stres oksidatif
ditandai dengan adanya penurunan aktivitas antioksidan endogen serta
meningkatnya kerusakan biomolekul secara oksidatif, sehingga diperlukan
antioksidan eksogen untuk menghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh (Tiwari
2004).
Uji Aktivitas Antioksidan
Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu ekstrak dapat diketahui
melalui uji aktivitas antioksidan. Terdapat berbagai metode pengukuran aktivitas
antioksidan. Pada prinsipnya metode tersebut digunakan untuk mengevaluasi
adanya aktivitas penghambatan proses oksidasi oleh senyawa antioksidan yang
terdapat dalam bahan pangan atau contoh ekstrak bahan alam. Salah satu metode
yang umum digunakan yaitu dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenil-2pycrylhidrazil (DPPH) (Prakash 2001). Pengujian aktivitas antioksidan
menggunakan DPPH bersifat mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas
antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman. Larutan DPPH yang berperan
sebagai radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan. Hal ini akan
menyebabkan DPPH berubah menjadi 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazine yang
bersifat non-radikal yang tidak berbahaya. Meningkatnya jumlah 1,1-diphenil-2pycrylhidrazine akan ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan
menjadi warna kuning pucat (Molyneax 2004). Perubahan struktur DPPH tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perubahan struktur 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil menjadi
1,1-diphenil-2-pycrylhidrazine
Sumber: Yuhernita dan Juniarti (2011)
DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang
dapat mendonorkan atom hidrogen, sehingga berguna untuk pengujian aktivitas
antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak (Molyneax 2004). DPPH

4

memberikan absorbansi kuat pada panjang gelombang 517 nm. Hasil dari metode
DPPH umumnya dibuat dalam bentuk IC50 (Inhibitor Concentration 50), yang
didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan
menyebabkan tereduksi aktivitas DPPH sebesar 50% (Prakash 2001). Semakin
besar aktivitas antioksidan suatu ekstrak, maka nilai IC50-nya akan semakin kecil.
Molyneax (2004) menyatakan bahwa suatu senyawa antioksidan dikatakan baik
jika nilai IC50-nya semakin kecil.
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Menurut BPDAS (2010), terdapat dua jenis mahoni yaitu mahoni berdaun
kecil (Swietenia mahagoni Jacq.) dan mahoni berdaun lebar (Swietenia
macrophylla King). Swietenia mahagoni Jacq. memiliki daun dan buah yang
relatif lebih kecil dan lebih melengkung, sedangkan Swietenia macrophylla King
memiliki daun yang lebih besar dan lebar serta buah yang lebih besar (Hariana
2007). Pada penelitian ini, digunakan mahoni jenis Swietenia mahagoni Jacq.
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan tumbuhan tropis dan merupakan
salah satu tanaman obat. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar di hutan jati, di
tempat yang dekat dengan pantai atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon
pelindung, dan memiliki rasa yang pahit (BPDAS 2010; Hariana 2007).
Tumbuhan mahoni mengandung saponin, flavonoid, dan alkaloid (Rasyad et al.
2012; Wresdiyati et al. 2014). Tumbuhan ini memiliki efek famakologis
antipiretik, antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing
manis (diabetes mellitus), kurang nafsu makan, rematik, demam, dan masuk angin
(Naveen 2014). Gambar 2 merupakan gambar biji mahoni sebelum dan sesudah
dipisahkan kulitnya.

Gambar 2 Biji mahoni sebelum (A) dan sesudah (B) dipisahkan kulitnya
Tabel 1 merupakan hasil analisis kandungan senyawa metabolik sekunder
ekstrak biji mahoni maserasi air (MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA),
dan refluks etanol (RE) (Wresdiyati et al. 2014).

5

Tabel 1 Kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak biji mahoni maserasi air
(MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA), dan refluks etanol (RE)
No
1
2
3
4
5

5

Parameter uji

MA

ME

RA

RE

Kadar Air (%)
Kadar abu (%)
Kadar abu tidak larut asam (%)
Rendemen (%)
Organoleptik
Bentuk
Bau
Warna
Fitokimia :
Alkaloid
Wegner
Meyer
Dragendorf
Steroid
Flavonoid
Tanin
Saponin
Triterpenoid
Hidroquinon
Kadar Flavonoid total :
Quersetin % (b/b)

13.58
5.42
0.35
28.87
serbuk
khas
coklat

2.22
2.48
0.12
41.67
serbuk
khas
coklat

9.57
3.26
0.31
14.95
serbuk
khas
coklat

2.88
2.23
0.21
21.61
serbuk
khas
coklat

+
+
+
+
0.267

+
+
+
+
+
0.706

+
+
+
+
0.297

+
+
0.268

[keterangan (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi] Sumber : Wresdiyati et al. (2014)

Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan yang paling banyak
digunakan untuk menarik atau memisahkan komponen bioaktif dari suatu bahan
baku. Menurut prosesnya, ekstraksi dapat dilakukan dengan proses pemanasan
dan tanpa proses pemanasan (Ditjen POM 2000). Salah satu ekstraksi dengan
proses pemanasan adalah refluks, sedangkan ekstraksi tanpa proses pemanasan
adalah maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (suhu kamar). Prinsip maserasi terletak pada perendaman simplisia.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak
keluar. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya refluks digunakan
untuk mensistesis senyawa yang mudah menguap (volatile). Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
tetapi akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung (DepKes RI
2000).

6

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium PAU Fakultas Teknologi Pertanian, dan
Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di dalam penelitian ini berupa alat refluks, sonikator,
ELISA reader, microplate, gelas ukur, gelas piala, timbangan digital, labu
erlenmeyer, rak tabung, aluminium foil, vacum rotary evaporator, batang
pengaduk, penangas air, neraca analitik, vortex, micropipet, aluminium foil, dan
labu takar. Bahan yang digunakan berupa biji mahoni, etanol 96%, air, dan larutan
DPPH.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Ekstrak dengan Metode Refluks dan Maserasi
Metode refluks dimulai dengan memasukkan serbuk biji mahoni dan etanol
96 % atau air ke dalam alat refluks dengan perbandingan 1 : 5. Kemudian alat
refluks dipanaskan sesuai dengan titik didih pelarut selama 6 jam dan didiamkan
selama 12 jam. Hasil yang diperoleh disaring, hingga terpisah ampas dan
filtratnya. Ampas direfluks kembali dengan pelarut yang baru dan proses diulang
sebanyak 3x ulangan.Metode maserasi dimulai dengan merendam serbuk biji
mahoni pada larutan etanol 96 % atau air dengan perbandingan 1 : 5 selama 24
jam. Hasil yang diperoleh disaring, hingga terpisah ampas dan filtratnya. Ampas
dimaserasi kembali dengan pelarut baru dan proses diulang sebanyak 3x ulangan.
Selanjutnya, total dari masing-masing filtrat hasil maserasi dan refluks, diuapkan
menggunakan alat vacum rotary evaporator pada suhu 50 oC hingga diperoleh
empat jenis ekstrak kering.
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji ini dilakukan berdasarkan modifikasi dari Molyneax (2004). Hal yang
pertama dilakukan adalah membuat dua macam larutan yaitu larutan DPPH 1
mMol dalam etanol serta pembuatan larutan ekstrak yang dibuat pengenceran
dengan konsentrasi 0.625 mg/ml, 1.25 mg/ml, 2.5 mg/ml, dan 5 mg/ml dalam
etanol. Larutan uji dibuat dengan mencampurkan larutan DPPH dan ekstrak biji
mahoni dengan perbandingan 1:1. Larutan kontrol dibuat dengan mencampurkan
larutan DPPH dan etanol dengan perbandingan 1:1. Kemudian kedua larutan
tersebut dimasukkan ke dalam microplate, dikocok perlahan, dan didiamkan
selama 30 menit dalam suhu ruang (27 oC). Setelah itu, microplate dimasukkan ke
dalam ELISA reader dan absorbansi dibaca pada gelombang 517 nm.

7

Analisis Data
Nilai absorbansi larutan uji dan larutan kontrol yang telah dibaca, dibuat
perhitungan % inhibisi dengan persamaan sebagai berikut.
Hambatan (% inhibisi) = (absorbansi kontrol – absorbansi sampel) x 100
absorbansi kontrol
Nilai persen inhibisi kemudian dibuat kurva terhadap konsentrasi larutan uji
(mg/ml) dengan persamaan regresi Y = a ln x + b. Nilai IC50 sebagai parameter
aktivitas antioksidan dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dengan
memasukkan nilai 50% pada y sehingga diketahui nilai konsentrasi ekstrak yang
dapat menghambat DPPH sebanyak 50% (Andayani et al. 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Empat jenis ekstrak dengan metode (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut
(etanol dan air) yang berbeda telah dihasilkan pada penelitian ini. Keempat
ekstrak biji mahoni tersebut adalah ekstrak biji mahoni maserasi etanol, maserasi
air, refluks etanol, dan refluks air (Gambar 3).

Gambar 3 Empat jenis ekstrak biji mahoni. (A) Ektrak biji mahoni maserasi
etanol, (B) ektrak biji mahoni maserasi air, (C) ektrak biji mahoni
refluks etanol, (D) ektrak biji mahoni refluks air.

8

Pelarut air dan etanol digunakan dalam penelitian ini karena merupakan
pelarut yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air dan etanol mempunyai sifat
yang mudah diperoleh dan relatif lebih aman untuk kesehatan dibandingkan
dengan pelarut organik lain. Etanol merupakan pelarut organik yang sering
digunakan sebagai pelarut obat herbal dan aman dikonsumsi (Low 2009). Pelarut
etanol mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang
bersifat non polar, sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun
non polar. Sebaliknya, pelarut air adalah pelarut polar yang dapat mengekstrak
senyawa yang sifatnya polar, namun tidak dapat mengekstrak senyawa yang
bersifat nonpolar (Pasaribu 2011). Metode maserasi dan refluks digunakan pada
penelitian ini karena metode ini paling sederhana dan mudah digunakan. Metode
ekstraksi maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan tanpa proses
pemanasan, sedangkan metode ekstraksi refluks adalah salah satu metode
esktraksi yang dilakukan dengan proses pemanasan (Ditjen POM 2000; DepKes
RI 2000).
Ekstrak biji mahoni yang telah dihasilkan, diuji aktivitas antioksidannya
dengan metode DPPH. Hasil dari metode DPPH umumnya dinyatakan dalam
bentuk IC50 (Inhibitor Concentration 50). Nilai IC50 diperoleh dengan menghitung
nilai absorbansi ekstrak biji mahoni pada beberapa konsentrasi. Nilai absorbansi
dinyatakan dalam % inhibisi yang selanjutnya digunakan untuk menghasilkan
persamaan regresi (Gambar 4), sehingga nilai IC50 dari masing-masing ekstrak
dapat diketahui (Tabel 2). Perhitungan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 1-4.

Gambar 4 Grafik aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni. (A) Ekstrak maserasi
etanol, (B) ekstrak maserasi air, (C) ekstrak refluks etanol, (D)
ekstrak refluks air.

9

Tabel 2 Nilai IC50 ekstrak biji mahoni
Sampel
Ekstrak Maserasi Etanol (ME)
Ekstrak Maserasi Air (MA)
Ekstrak Refluks Etanol (RE)
Ekstrak Refluks Air (RA)

IC50 (mg/ml)
1.026
1.867
4.087
1.150

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak biji mahoni maserasi etanol
adalah 1.026 mg/ml, ekstrak refluks air 1.150 mg/ml, ekstrak maserasi air 1.867
mg/ml, dan ekstrak refluks etanol 4.087 mg/ml. Nilai IC50 terkecil pada penelitian
ini dihasilkan oleh ekstrak biji mahoni maserasi etanol. Menurut Molyneax
(2004), semakin kecil nilai IC50 dari suatu ekstrak, maka aktivitas antioksidannya
akan semakin baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni
dengan maserasi etanol memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik diantara
ketiga ekstrak biji mahoni lainnya (MA, RE, dan RE). Hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya kadar flavonoid yang juga paling tinggi pada ekstrak
maserasi etanol, seperti yang telah dilaporkan oleh Wresdiyati et al. (2014) (Tabel
1).
Pelarut etanol dengan metode maserasi menghasilkan ekstrak yang memiliki
aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol metode
refluks (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antioksidan yang
lebih terekstrak oleh etanol, namun sifatnya tidak tahan terhadap pemanasan.
Sebaliknya, pelarut air dengan metode refluks menghasilkan ekstrak yang
memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air metode
maserasi (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antioksidan
yang lebih terekstrak oleh air, namun sifatnya tahan terhadap pemanasan.
Salah satu senyawa yang diduga lebih terekstrak oleh etanol dan sifatnya
tidak tahan terhadap pemanasan adalah flavonoid. Flavanoid merupakan senyawa
polihidroksi (gugus hidroksil), sehingga bersifat polar dan dapat larut dalam
pelarut seperti etanol. Senyawa ini juga tidak tahan terhadap pemanasan (Rompas
et al. 2012). Flavonoid sebagai antioksidan dapat melindungi kerusakan progresif
sel β pankreas yang disebabkan karena adanya stres oksidatif, sehingga senyawa
ini dapat menurunkan kejadian diabetes mellitus (Song et al. 2005). Efek
antioksidan senyawa ini disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui
donor atom hidrogen dari gugus fungsi hidroksi flavonoid (Amic et al. 2003).
Ikatan rangkapnya juga dapat meningkatkan flavonoid sebagai radical-scavenger
(peredam radikal bebas) (Parul dan Kumar 2007).
Senyawa antioksidan lain yang diduga lebih terekstrak oleh air dan tahan
terhadap pemanasan adalah saponin. Saponin memiliki gugus gula (heksosa) yang
dapat larut dalam air (Lindeboom 2005). Senyawa ini dapat meredam radikal
bebas sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan (Jagtap dan Bakpat 2010).
Saponin dapat digunakan sebagai obat generik yang dapat mengobati penyakit
diabetes. Senyawa ini dapat menghambat absorpsi glukosa, sehingga dapat
berguna sebagai agen terapi diabetes mellitus (Lindeboom 2005).
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak biji mahoni dengan 2 pelarut (air dan
etanol) dan 2 metode ekstraksi (maserasi dan refluks) yang berbeda, memiliki
aktivitas antioksidan yang lemah. Menurut Molyneax (2004), suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0.05

10

mg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 0.05-0.1 mg/ml, aktivitas sedang apabila
nilai IC50 antara 0.1-0.15 mg/ml dan lemah bila nilai IC50 antara 0.15-0.2 mg/ml.
Walaupun ekstrak biji mahoni mempunyai aktivitas antioksidan yang lemah,
ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai kandidat obat antidiabetes karena
ekstrak biji mahoni dapat menghambat enzim alfa-glukosidase dalam tikus
percobaan menurut Wresdiyati et al. (2014).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai IC50 ekstrak biji mahoni maserasi etanol adalah 1.026 mg/ml, maserasi
air adalah 1.867 mg/ml, refluks etanol adalah 4.087 mg/ml, dan refluks air adalah
1.150 mg/ml. Aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni yang paling baik adalah
ekstrak dengan metode maserasi dan pelarut etanol.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan karakteristik
senyawa aktif yang mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni
sebagai kandidat antidiabetes.

DAFTAR PUSTAKA
Amic D, Dusanka DA, Beslo D. 2003. Structure-radikal scavenging activity
relationship of flavonoids. Crotia Chem Acta. 76(1):55-61.
Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksian, kadar
fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.).
JSTek. 13(1):3.
[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jratun Departemen
Kehutanan RI. 2010. Mahoni. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 28]. Tersedia
pada: http://www.bpdaspemalijratun.net/index.php?option=com_content&
view=article&id=61:mahoni&catid=18:tanaman-berkayu&Itemid=31.
[DepKes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Volume ke-5. Jakarta (ID): Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Tradisional Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. Hlm 7-12.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta(ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Droge W. 2002. Free radicals in the physiological control of cell function. Physiol
Rev. 82(5):47-95.
Halliwell Barry. 2001. Free Radicals and Other Reactive Species In Disease
Encyclopedia Of Life Sciences. Singapore (SG): Nature Publishing Group
Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta (ID): Penebar Swaday.
Jagtap UB, Bapat VA. 2010. Artocarpus: A review of its traditional uses,
phytochemistry and pharmacology. J Ethnopharmacol. 129(1):142-166.

11

Karunakaran U, Park KG. 2013. A systematic review of oxidative stress and
safety of antioxidants in diabetes: focus on islets and their defense. Dmj.
37(2):106-112.
Kikuzaki HM, HisamotoK, Hirose K. 2002. Antioxidant properties of ferulic acid
and its related compound. J Agric Food Chem. 50(1):2161-2168.
Lien, Hua H, Chuong P. 2008. Free radicals, antioxidants in disease and health.
IJBS. 4(2):89-96
Lindeboom N. 2005. Studies on The Characterization, Biosynthesis and Isolation
of Starch and Protein from Quinoa (Chenopodium quinoa Wild). Saskatoon
Canada (US): University of Saskatchewan.
Low D. 2009. Smart talk on supplements and botanicals. JCAM. 15(1):101-102.
Molyneax P. 2004. The use of the stable free radical dyhenylpicrylhydrazil
(DPPH) for estimating antioxidant activity. JSTek. 26(2):211-219.
Nathan MD, Buse J, Mayer B, et al. 2008. Medical management of
hyperglycemia in type 2 diabetes a consebsus algorithm for the initiation
and adjustment of therapy. Diabet Care. 31(12):1-11.
Naveen YP, Divya R, Ahmed F, et al. 2014. Pharmacological effects and active
phytoconstituents of Swietenia mahagoni: a review. J Integr Med. 12(2):8693.
Parul L, Kumar D. 2007. Quercetin: a versatile flavonoid. IJMU. 2(2):22-37.
Pasaribu G. 2011. Inhibition activity of alpha glucosidase from several stem bark
of raru. J Penelitian Hasil Hutan. 29(1):10-19
Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2001. Antioxidant activity. Medallions Labs.
19(2):1-4.
Rahimi R, Nikfar S, Larijani B, et al. 2005. A review on the role of antioxidants
in the management of diabetes and its complications. Biomed
Pharmacother. 59(7):365-73
Rahman K. 2007. Studies on free radicals, antioxidants, and co-factors. Clin
Interv Aging. 2(2):219-236.
Rasyad AA, Mahendra P, Hamdani Y. 2012. Uji nefrotoksik dari ekstrak etanol
biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap tikus putih jantan galur
wistar. JPS. 15(2):79-82.
Rompas RA., Edy HJ, Yudistira. 2012.Isolasi dan identifikasi flavonoid
dalamdaun lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon. 1(2):59-63.
Setiawan B, Suhartono E. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada
Diabetes Melitus. Maj Kedokt Indon. 55(2):86-91.
Song Y, JoAnn EM, Julie EB, et al. 2005. Associations of dietary flavonoids with
risk of type 2 diabetes, and markers of insulin resistance and systemic
inflammation in women : A prospective study and cross-sectional analysis.
JACN. 5(24):376-84
Takada J. 2008. Metabolic recovery of adipose tissue is associated with
improvement in insulin resistance in a model of experimental diabetes. J
Endocr. 198(1):51-60
Tiwari AK. 2004. Antioxidants: New-generation therapeutic base for treatment of
polygenic disorders. JCRS. 86(8):1093
[WHO] World Health Organitation. 2013. Diabetic. [Internet]. [diunduh 2014
Agust 20]. Tersedia pada: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/
en/.

12

Wild S, Roglic G, Green A, et al. 2004. Global prevalence of diabetes: estimates
for the year 2000 and projections for 2030. Diabet Care. 27(1):1047-1053.
Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K. 2003. Immunohistochemical
study of superoxide dismutase in the liver of alloxan diabetes mellitus
Macaques. Hayati J Bio. 10(2):61-65.
Wresdiyati T, Astawan M, Kesenja R, Lestari PA. 2008. Pengaruh pemberian
tepung buah pare (Momordica charantia L) pada sel β dan SOD pankreas
tikus diabetes mellitus. J Bahan Alam. 6(5):193-200.
Wresdiyati T, Winarto A, Sa’diah S. 2014. Alpha-glucosidase inhibitor and
hypoglycemic effect of Swietenia mahagony Jacq. seed extract. Hayati J Bio
(in press).
Yuhernita, Juniarti. 2011. Analisa senyawa metabolit sekunder dari ekstrak
metanol daun surian yang berpotensi sebagai antioksidan. Makara Sains.
15(1): 48-52.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Etanol)
Rumus :
Hambatan (%) =

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel
x 100 %
Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1

= 0.4 - (-0.122) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2
= 0.4 - (-0.216) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1
= 0.4 - (0.319) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2
= 0.4 - (0.107) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.181) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.002) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.199) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.342) X 100 %
0.4

= 130.5 %
= 154 %
= 20.25 %
= 73.25 %
= 54.75 %
= 99.5 %
= 50.25
= 14.5 %

Dari persamaan regresi linier y = 29,756ln(x) + 46,985 untuk ulangan 1
dan y = 56,59ln(x) + 53,072 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(ulangan 1) ln x

= 50 - (46,985)
29.75
= 0.101324

(ulangan 2) ln x

IC50 = EXP 0.101324
IC50 = 1.105635 mg/ml
IC50 (total) = 1.105635 + 0.947162 = 1.025899 mg/ml
2

= 50 – (53,072)
56,59
= -0.05429

IC50 = EXP -0.05429
IC50 = 0.947162 mg/ml

Lampiran 2 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Air)
Rumus :
Hambatan (%) =

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel
x 100 %
Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1

= 0.4 - (0.123) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2
= 0.4 - (0.113) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.188) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.183) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.242) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.227) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.28) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.275) X 100 %
0.4

= 69.25 %
= 71.75 %
= 53 %
= 54.25 %
= 39.5 %
= 43.25 %
= 30 %
= 31.25 %

Dari persamaan regresi linier y = 18,935ln(x) + 37,15 untuk ulangan 1 dan
y = 19,116ln(x) + 39,234 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(ulangan 1) ln x

= 50 - (37,15)
18,935
= 0.678637

(ulangan 2) ln x

IC50 = EXP 0.678637
IC50 = 1.97119 mg/ml
IC50 (total) = 1.97119 + 1.756272 = 1.863731 mg/ml
2

= 50 - (39,234)
19,116
= 0.563193

IC50 = EXP 0.563193
IC50 = 1.756272 mg/ml

Lampiran 3 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni refluk Etanol)
Rumus :
Hambatan (%) =

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel
x 100 %
Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1

= 0.4 - (0.217) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2
= 0.4 - (0.175) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.199) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.201) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.272) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.270) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.293) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.297) X 100 %
0.4

= 45.75 %
= 56.25 %
= 50.25 %
= 29.75 %
= 32 %
= 32.5 %
= 26.75 %
= 25.75 %

Dari persamaan regresi linier y = 10,856ln(x) + 32,502 untuk ulangan 1
dan y = 15,689ln(x) + 32,124 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(ulangan 1) ln x

= 50 - (32,502)
10,856
= 1.611828

(ulangan 2) ln x

IC50 = EXP 1.611828
IC50 = 5.011963 mg/ml
IC50 (total) = 5.011963 + 3.124884 = 4.068423 mg/ml
2

= 50 - (32,124)
15,689
= 1.139397

IC50 = EXP 1.139397
IC50 = 3.124884 mg/ml

Lampiran 4 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Refluk Air)
Rumus :
Hambatan (%) =

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel
x 100 %
Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1

= 0.4 - (0.357) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2
= 0.4 - (0.175) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.097) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.126) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.176) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.185) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.275) X 100 %
0.4
Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.304) X 100 %
0.4

= 10.75 %
= 56.25 %
= 75.75 %
= 68.5 %
= 56 %
= 53.75 %
= 31.25 %
= 24 %

Dari persamaan regresi linier y = -6,023ln(x) + 46,869 untuk ulangan 1
dan y = 16,086ln(x) + 41,461 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(ulangan 1) ln x

= 50 - (46,869)
-6,023
= -0.51984

(ulangan 2) ln x

IC50 = EXP -0.51984
IC50 = 0.594615 mg/ml
IC50 (total) = 0.594615 + 1.70035 = 1.147483 mg/ml
2

= 50 - (41,461)
16,086
= 0.530834

IC50 = EXP 0.530834
IC50 = 1.70035 mg/ml