Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung

PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB
DI PROVINSI LAMPUNG

NURSIL OCSANARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Galur
Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Nursil Ocsanari
A24090147

ABSTRAK
NURSIL OCSANARI. Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung.
Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR
Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil sepuluh galur harapan
padi tipe baru (PTB). Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajaya, Kelurahan Raja
Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung. Dilakukan
pada bulan April-Agustus 2013.Pengamatan pascapanen dilakukan di
Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan satu faktor yakni galur dalam
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Galur yang
digunakan IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-151-1, IPB 160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB
161-F-1-2-1, IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, dan Mekongga. Hasil menunjukkan
bahwa galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan galur terbaik dibandingkan galur-galur
lainnya, dan menunjukkan sifat-sifat penting padi tipe baru antara lain memiliki

jumlah anakan produktif sedang, jumlah gabah hampa per malai rendah, jumlah
gabah isi tinggi, bobot 1000 butir tinggi, dan produktivitas yang tinggi. Galur IPB
160-F-3-1-1 dan IPB 160-F-4-2-1 juga berpotensi untuk dilakukan uji lanjutan.
Kata kunci: multi lokasi, padi tipe baru

ABSTRACT
NURSIL OCSANARI. Evaluation of IPB Rice Lines in Province of Lampung.
Supervised by HAJRIAL ASWIDINNOOR.
The objective of this research was to evaluate ten (10) lines of new plant
type (NTP) of rice. This research was conducted on April – August 2013 in Desa
Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar
Lampung, Lampung. Postharvest observation was conducted in Postharvest
Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural
University (IPB). A Randomized Complete Block Design with a factor and three
replication were used in this experiment. Ten lines of rice that were used are IPB
158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, IPB 160-F3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1,
IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, and Mekongga. The result showed that IPB 161-F-61-1 line is the best line and has important characters of new plant type of rice
such as medium number of productive tillers, low number of empty grains, high
number of filling grains, high weight of 1000 grains, and high productivity. IPB
160-F-3-1-1 and IPB 160-F-4-2-1- could also potentially developed.

Keywords: multi location, new plant type

PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB
DI PROVINSI LAMPUNG

NURSIL OCSANARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung

Nama
: Nursil Ocsanari
NIM
: A24090147

Disetujui oleh

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung
Nama
: Nursil Ocsanari

NIM
: A24090 147

Disetujui oleh

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc
Pembimbing

Tanggal Lulus:

27

,-014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Penelitian dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2013 di Desa Sukajaya,
Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung, dengan judul Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi

Lampung.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orangtua ayah Perwira Asmuni dan ibu Gustiana Sangun serta adik
Muhammad Yazir Gustara atas doa, cinta, semangat dan dukungan yang
selalu tercurah kepada penulis.
2. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan arahan serta nasihat kepada penulis
3. Bunda (Almh) Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS yang telah membimbing
dan mendampingi penulis sejak awal masuk IPB hingga semester 4.
4. Dr. Ir. Nurul Khumaida, Msi selaku pembimbing akademik sejak awal masuk
departemen hingga penulis lulus.
5. Heru Suharyono, SP selaku Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) Kemiling, tante Ir. Rili Pujiana Sangun, MM dan om
Ir.Hamdan Malik atas bantuan, kerjasama dan semangat yang di berikan
selama penulis melakukan penelitian.
6. Teman-teman civitas IPB yaitu Michel Erison, Dini Dwiyanti, Shinta C
Wardani, Citra Alif Siamifta, Isnaeni Yunita Susanti, Yoga S Santoso,
Sukirman, Seken Polansky, Estu Widi Andriani, Siti Nurhidayah, Arina
Saniaty, serta Yulius Beny Ardo yang telah memberikan bantuan, saran dan
semangat pada penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Nursil Ocsanari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu

2

Bahan dan Alat


2

Metode Penelitian

2

Pelaksanaan Penelitian

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum

4

Keragaan Galur-Galur Padi yang Diuji


5

Produktivitas

6

Karakter Vegetatif Galur-Galur Padi yang Diuji

7

Karakter Generatif Galur-Galur Padi yang Diuji

8

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan


12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi
yang diuji

6

2 Rataan produktivitas galur-galur yang diuji

7

3 Rataan panjang batang, jumlah anakan total, dan jumlah anakan
produktif galur-galur yang diuji

8

4 Rataan panjang malai, umur berbunga, dan umur panen galur-galur
yang diuji

9

5 Rataan jumlah gabah total, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan
persen gabah hampa galur-galur yang diuji

10

6 Rataan bobot seribu butir dan produktivitas galur-galur yang diuji

11

DAFTAR GAMBAR
1 Penyakit yang menyerang tanaman padi

5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Varietas

14

2 Data iklim Kecamatan Raja Basa

16

3 Penyemaian, pemeliharaan, panen

16

4 Penampilan malai galur dengan varietas pembanding

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (beras) sebagai tanaman pangan dikonsumsi oleh kurang lebih
90% penduduk Indonesia (Saragih 2001) dan menjadi makanan pokok bagi
setengah populasi dunia (Singh et al. 2008). Permintaan akan beras di
Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun tidak diimbangi
dengan peningkatan produksi. Peningkatan permintaan tersebut terjadi
karena peningkatan jumlah konsumen. Dibandingkan dengan negara Asia
lain, konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139.15 kilogram per
kapita per tahun. Sedangkan rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60
kilogram per kapita per tahun (Rosalina 2013). Angka konsumsi yang tinggi
harus diimbangi dengan produksi yang tinggi pula agar tidak terjadi
kekurangan yang dapat menyebabkan terjadinya impor.
Menurut data dari BPS 2012, produktivitas padi di Indonesia pada
tahun 2012 sebesar 5.14 ton ha-1. Laju pertambahan produktivitas lahan
sawah juga semakin menurun karena semakin intensifnya pembangunan
pada sektor lain (non pertanian). Upaya peningkatan produktivitas dan
produksi yang lebih signifikan sangat dibutuhkan untuk menjamin
kebutuhan pangan masyarakat. Peningkatan produksi padi dapat ditempuh
melalui dua jalur, yaitu peningkatan potensi hasil dan peningkatan stabilitas
hasil (Daradjat et al. 2001).
Peningkatan produktivitas padi dapat dilakukan dengan
pengembangan padi tipe baru (PTB). PTB merupakan salah satu varietas
unggul yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan produktivitas padi.
PTB mempunyai sifat batang kuat, anakan sedikit tetapi produktif semua,
malai panjang dengan 200-250 butir gabah per malai, persentase gabah isi
besar, daun tegak, tebal, dan berwarna hijau tua, sistem perakaran dalam dan
banyak, tinggi tanaman sedang-pendek (90-100 cm), umur genjah, tahan
terhadap hama dan penyakit, dan kualitas bulir padi yang baik (Khush 2000).
Perakitan PTB yang mempunyai potensi hasil lebih tinggi dari Varietas
Unggul Baru (VUB) telah dikembangkan oleh International Rice Research
Institute (IRRI). Pembentukan PTB di Indonesia dimulai sejak tahun 1995.
Dari program tersebut sudah dilepas PTB generasi pertama yaitu varietas
unggul semi tipe baru yaitu Cimelati, Gilirang, Ciapus, dan varietas unggul
tipe baru Fatmawati. Namun varietas-varietas tersebut masih mempunyai
kekurangan, seperti anakan yang terlalu sedikit dan kehampaan yang tinggi
yang mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai harapan (Abdullah et al.
2008).
Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakukan berdasarkan
suatu kondisi lingkungan tertentu melainkan melalui pengujian di berbagai
agroekologi untuk memilih galur yang berproduksi tinggi, tahan terhadap
hama dan penyakit utama serta cekaman lingkungan. Selain itu perlu
dilakukan pengujian pada musim yang berbeda. Kemampuan daya hasil dan
adaptasi dari suatu genotipe atau varietas selain ditentukan oleh faktor
genetik, juga ditentukan oleh faktor lingkungan.

2
Tujuan
Penelitiaan ini bertujuan untuk menguji daya hasil sepuluh galur
harapan yang berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru (VUB).

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya,
Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung. Dilakukan pada
bulan April- Agustus 2013. Pengamatan pascapanen dilakukan di
Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 galur padi
hasil seleksi dan dua varietas unggul Ciherang dan Mekongga sebagai
pembanding. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk Phonska dan Urea,
dan pestisida berbahan aktif lamda sihalotrin. Alat yang digunakan terdiri
dari alat-alat budidaya pertanian dan alat-alat untuk pengamatan. Galurgalur dan varietas pembanding yang di uji pada percobaan ini yaitu: IPB
158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, IPB
160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB
161-F-1-2-1, IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, dan Mekongga.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu faktor dalam Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Terdapat 10 taraf galur yang
dicobakan, yaitu IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB
159-F-15-1-1, IPB 160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB
160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1, dan IPB 161-F-6-1-1.
Model rancangan yang digunakan adalah:

Keterangan :
i = 1, 2, 3, ... 10, j = 1, 2, 3
µ = nilai tengah percobaan
= pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
= pengaruh pengelompokan (ulangan) ke-j
= galat percobaan

3
Jika pada analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata,
maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Pratanam
Lahan yang digunakan berukuran lebih kurang 432 m untuk seluruh
percobaan dengan ukuran petakan 3 m × 4 m sebanyak 36 petakan.
Penyemaian dilakukan pada petakan berukuran 1 m × 1 m untuk setiap galur.
Penanaman
Benih disemai selama 26 hari, kemudian bibit hasil persemaian
dipindahkan ke dalam petakan sebanyak 2 bibit per lubang dengan jarak
tanam 25 cm x 25 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, pengairan, dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemupukan dilakukan tiga
kali. Pemupukan pertama dilakukan pada 4 hari setelah tanam (HST)
dengan pupuk Phonska dan Urea dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1
dan 40 kg ha-1. Pemupukan kedua dilakukan pada 25 HST dengan pupuk
Phonska dan Urea dengan dosis masing-masing 100 kg ha-1. Pemupukan
ketiga dilakukan pada 34 HST dengan pupuk Urea dengan dosis 60 kg ha-1.
Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut gulma secara
manual. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
berbahan aktif lamda sihalotrin dengan konsentrasi 0.2%, dan dosis 555.5 cc
ha-1. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat terlihat gejala
serangan pada tanaman. Pengendalian keong mas dilakukan dengan
mengeringkan areal pertanaman dan membuang keong secara manual.
Pemeliharaan lainnya meliputi pengairan dan pengeringan pada saat
menjelang panen.
Panen
Padi yang siap dipanen ditandai dengan 90% bulir padi telah
menguning. Pemanenan dilakukan secara manual dengan memotong
pangkal malai. Pengambilan tanaman contoh tiga ulangan dilakukan secara
acak dengan memilih lima tanaman.

4
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan petakan dan
pengamatan tanaman contoh.
a. Pengamatan petakan
1. Bobot gabah per petak (kg)
2. Umur berbunga (hari), yaitu umur tanaman saat 80% populasi
tanaman berbunga
3. Umur panen (hari), yaitu umur tanaman saat 90% bulir telah masak.
b. Pengamatan tanaman contoh
1. Panjang batang (cm), yaitu tinggi dari permukaan tanah hingga
buku terakhir malai
2. Jumlah anakan total per rumpun (anakan), yaitu jumlah total anakan
setiap rumpun
3. Jumlah anakan produktif per rumpun (anakan), yaitu jumlah anakan
yang bermalai
4. Panjang malai (cm), yaitu panjang dari buku terakhir hingga ujung
malai
5. Bobot seribu butir (g)
6. Jumlah gabah total per malai (butir), meliputi jumlah gabah bernas
dan gabah hampa
7. Jumlah gabah bernas per malai (butir)
8. Jumlah gabah hampa per malai (butir)
9. Persentase gabah hampa per malai (%), yaitu perbandingan antara
jumlah gabah hampa per malai dengan jumlah gabah total per malai
(persentase).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Curah hujan rata-rata selama penanaman sebesar 147.4 mm/bulan. Serangan
walang sangit muncul ketika padi telah membentuk malai sampai matang
susu. Serangan penggerek batang padi bergaris pada saat pembibitan sampai
pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan
anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif dan beluk
(malai hampa) pada tanaman stadia generatif. Ulat tentara menyerang semua
stadia pertumbuhan, daun yang dimakan dimulai dari tepi daun sampai
hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Ulat tanduk hijau merupakan
hama yang hidup pada inangnya (rumput-rumputan) yang kemudian
memakan daun mulai dari pinggiran dan ujung daun, menyerang saat fase
anakan sampai pembentukan malai.
Serangan penyakit yang ditemui yaitu hawar daun bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan busuk batang (Magnaporthe salvinii)
(Gambar 1). Hawar daun bakteri menyerang seluruh daun dan bagian

5
tanaman lainnya menjadi kering. Sel bakteri yang masuk menginfeksi
tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, yang kemudian tanaman
menunjukkan gejala kresek. Gejala awal busuk batang berupa bercak
berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah
daun dan secara bertahap membesar, lalu cendawan menembus batang padi
yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan mengakibatkan tanaman
rebah.

(a)

(b)

Gambar 1. Penyakit yang menyerang tanaman padi (a) Serangan hawar daun
bakteri dan (b) serangan busuk batang.

Keragaan Galur-galur Padi yang Diuji
Hasil sidik ragam (Tabel 1) memperlihatkan bahwa galur tidak
berpengaruh nyata terhadap karakter panjang malai, jumlah gabah isi, dan
jumlah gabah total. Galur berpengaruh nyata pada karakter panjang batang,
jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, dan hasil. Galur yang
berpengaruh nyata memperlihatkan adanya keragaman terhadap karakterkarakter yang diamati pada galur-galur padi tipe baru. Galur berpengaruh
sangat nyata pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah gabah
hampa, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 butir.
Gomez dan Gomez (2010) menyatakan bahwa nilai KK menunjukan
tingkat ketepatan perlakuan yang dibandingkan dan merupakan indeks yang
baik dari keadaan percobaan. Nilai KK yang rendah menunjukkan derajat
ketelitian yang tinggi. Nilai KK yang terlalu rendah menyebabkan terlalu
banyak perlakuan-perlakuan yang menonjol, dan sebaliknya nilai KK terlalu
besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol.

6
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman
padi yang diujia
Karakter
F-hitung
KK (%)
Panjang batang (cm)
2.86 *
7.32
Panjang malai (cm)
1.70 tn
6.63
Jumlah anakan total
2.52 *
20.07
Jumlah anakan produktif
2.45 *
19.99
Umur berbunga (HSS)
4.49 **
0.93
Umur panen (HSS)
4.43 **
0.82
Jumlah gabah isi
1.16 tn
20.76
Jumlah gabah hampa
5.06 **
31.37
Jumlah gabah total
1.58 tn
17.07
Persentase gabah hampa (%)
4.26 **
26.28
Bobot 1000 butir (gr)
2.07 **
4.59
Hasil (ton/ha)
2.32 *
21.37
a)
* berpengaruh nyata pada taraf 5%; ** berpengaruh sangat nyata pada taraf
1%; tn tidak berpengaruh nyata; KK koefisien keragaman

Produktivitas
Varietas ciherang yang digunakan sebagai pembanding menghasilkan
produktivitas hanya 2.84 ton per hektar GKG. Data produksi tersebut sangat
tidak normal dibandingkan potensi hasil yang dalam deskripsi 8.5 ton per
hektar GKG. Jumlah anakan produktif varietas ciherang tergolong normal
(19.67 anakan), namun jumlah gabah hampa yang tinggi serta faktor
lingkungan (rebah) menyebabkan hasil produktivitas berada di bawah rataan
hasil. Melihat data produktivitas yang tidak biasa tersebut, varietas ciherang
tidak dapat digunakan sebagai pembanding terhadap galur-galur yang diuji
dalam percobaan ini, sehingga pembanding galur hanya dapat dilakukan
terhadap mekongga yang angka produktivitasnya 5.11 ton per hektar GKG.
Kisaran produktivitas antara 2 – 4 ton per hektar. Produktivitas varietas
pembanding Mekongga adalah 5.11 ton per hektar. Produktivitas terendah
dimiliki oleh galur IPB 160-F-36-1-1 yaitu 2.62 ton per hektar. Galur IPB
161-F-6-1-1 memiliki produktivitas tertinggi yaitu 4.97 ton per hektar.
Produktivitas dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif, jumlah
gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1000 butir.
Besarnya produktivitas berbanding terbalik dengan jumlah gabah hampa.
Rata-rata curah hujan selama penelitian tergolong bulan lembab (klasifikasi
iklim oldeman) yaitu 147.4 mm/bln, namun frekuensi serta hari hujan yang
tidak menentu merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
produktivitas pada galur-galur yang diuji. Selain itu serangan hama yang
cukup banyak mulai dari persemaian hingga pengisian bulir padi juga
menjadi penyebab rendahnya produktivitas. Larva penggerek batang padi
bergaris yang hidup pada batang padi merusak sistem pembuluh tanaman,
yang menyebabkan anakan mati, serta mempengaruhi jumlah rumpun yang

7
dapat dipanen. Selain itu juga penggerek batang bergaris menyebabkan
malai hampa. Hama ini menyerang seluruh galur yang diuji dengan tingkat
kerusakan mencapai 10% per petakan. Kerusakan pada malai juga di
sebabkan oleh ulat tentara yang dapat memotong malai pada pangkalnya dan
dikenal sebagai ulat pemotong leher malai. Kerusakan ini hanya terdapat
pada beberapa galur saja (IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-151-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1) dengan tingkat kerusakan 5%
perpetakan. Selain itu, sebagian besar tanaman pada seluruh galur terserang
penyakit hawar daun bakteri sehingga tanaman menjadi kering yang
disebabkan karena terinfeksinya tanaman oleh bakteri yang masuk melalui
sistem vaskular tanaman padi pada saat tanaman mengalami kerusakan pada
bagian-bagian tanaman. Tanaman rebah yang disebabkan oleh serangan
busuk batang juga berpengaruh nyata terhadap hasil produktivitas seperti
yang terjadi pada petakan Ciherang. Kerusakan ini mencapai 60% pada
petakan ulangan ke 3.
Tabel 2. Rataan produktivitas galur-galur yang diujia
Galur
Produktivitas(ton/Ha)
IPB 158-F-1-2-1
3.33 bcd
IPB 158-F-7-1-1
4.12 abcd
IPB 159-F-14-3-1
4.14 abcd
IPB 159-F-15-1-1
3.94 abcd
IPB 160-F-3-1-1
4.2 abcd
IPB 160-F-4-2-1
4.4 abc
IPB 160-F-7-3-1
3.87 abcd
IPB 160-F-36-1-1
2.62 d
IPB 161-F-1-2-1
4.06 abcd
IPB 161-F-6-1-1
4.97 ab
Ciherang
2.84 cd
Mekongga
5.11 a

Karakter Vegetatif Galur-Galur Padi yang Diuji
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji
berpengaruh nyata terhadap peubah panjang batang, dengan nilai KK 7.32%.
Galur IPB 158-F-1-2-1 merupakan galur yang memiliki panjang batang
terpanjang yaitu 75.22 cm, sedangkan galur IPB 159-F-15-1-1 merupakan
galur terpendek yaitu 58.67 cm. Varietas pembanding Mekongga memiliki
panjang batang 67.11 cm. Tanaman padi yang pendek lebih diinginkan agar
tahan terhadap kerebahan (Rasyad 1999). Pada penelitian ini seluruh
tanaman memiliki panjang batang yang pendek.
Jumlah anakan pada galur yang diuji bervariasi. Hasil analisis ragam
menunjukan galur-galur yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah
jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif. Kisaran jumlah anakan
adalah 14-23 batang. Jumlah anakan total terendah dan tertinggi berturut-

8
turut adalah IPB 158-F-7-1-1 dan IPB 158-F-1-2-1. Abdullah et al. (2008)
menyatakan bahwa galur-galur PTB memiliki jumlah anakan sedang yaitu
12-18 anakan. Jumlah anakan pada galur-galur yang diuji 80% memiliki
jumlah anakan kategori sedang.
Tabel 3. Rataan panjang batang, jumlah anakan total, dan jumlah anakan
produktif galur-galur yang diujia
Galur
PB (cm)
JAT
JAP
IPB 158-F-1-2-1
75.22 a
21.56 ab
20.67 ab
66.55 abc
14.22 b
IPB 158-F-7-1-1
14.22 c
62.78 bc
14.22 b
IPB 159-F-14-3-1
14.33 c
58.67 c
14.22 b
IPB 159-F-15-1-1
14.44 c
59.45 c
16
b
IPB 160-F-3-1-1
16.45 bc
64
bc
15.11 b
IPB 160-F-4-2-1
15.11 bc
64.67 bc
16.11 bc
16.11 b
IPB 160-F-7-3-1
62
bc
14.56 c
14.22 b
IPB 160-F-36-1-1
66.11 bc
18.45 abc
18
ab
IPB 161-F-1-2-1
71.22
ab
20.89
abc
20.67
ab
IPB 161-F-6-1-1
63.78 bc
19.78 abc
19.67 ab
Ciherang
67.11 abc
23.11 a
22.89 a
Mekongga
a
angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa
5%; PB : panjang batang; JAT : jumlah anakan total; JAP : jumlah anakan
produktif.
Galur IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, dan
IPB 160-F-36-1-1, merupakan galur-galur yang memiliki jumlah anakan
produktif terendah yaitu sebanyak 14.22. Galur yang memiliki jumlah
anakan produktif tertinggi adalah IPB 158-F-1-2-1 dan IPB 161-F-6-1-1
dengan jumlah anakan 20.67, namun jumlah tersebut masih berada di bawah
varietas Mekongga dengan jumlah anakan 22.89. Kisaran yang cukup besar
pada jumlah anakan produktif jelas sangat mempengaruhi hasil, karena
mempengaruhi jumlah malai pada setiap petakan. Galur IPB 160-F-36-1-1
yang memiliki jumlah anakan produktif terendah juga memiliki
produktivitas terendah pula, begitu juga dengan galur IPB 161-F-6-1-1 yang
memiliki jumlah anakan produktif tertinggi produktivitasnya juga tertinggi.

Karakter Generatif Galur-Galur Padi yang Diuji
Panjang malai galur-galur yang diuji memiliki kisaran antara 21-24
cm, oleh karena itu hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa galur tidak
berpengaruh nyata terhadap peubah panjang malai. Galur IPB 160-F-3-1-1
merupakan galur terpanjang dibandingkan varietas pembanding dan galurgalur lainnya yaitu 24.90 cm, sedangkan galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan
galur terpendek yaitu 21.55 cm, namun tidak berbeda nyata dengan varietas
pembanding Mekongga yang memiliki panjang malai 21.71 cm. Panjang

9
yang diharapkan adalah yang tidak terlalu panjang, sebab apabila malai
terlalu panjang akan menyebabkan pengisian malai yang tidak terisi penuh
akibat tidak seimbangnya antara sink dan source.
Tabel 4. Rataan panjang malai, umur berbunga, dan umur panen galur-galur
yang diujia
Galur
PM (cm)
UB (HSS)
UP (HSS)
IPB 158-F-1-2-1
24.55 ab
82.7 a
115.0 a
IPB 158-F-7-1-1
22.12 ab
82.0 ab
111.0 b
IPB 159-F-14-3-1
22.17 ab
82.0 ab
112.3 b
IPB 159-F-15-1-1
22.99 ab
82.0 ab
111.7 b
IPB 160-F-3-1-1
24.90 a
81.6 ab
111.0 b
IPB 160-F-4-2-1
23.34 ab
82.0 ab
111.0 b
IPB 160-F-7-3-1
23.23 ab
81.3 ab
111.0 b
IPB 160-F-36-1-1
24.53 ab
82.3 a
111.7 b
IPB 161-F-1-2-1
22.34 ab
81.7 ab
111.7 b
IPB 161-F-6-1-1
21.55 b
82.7 a
112.3 b
Ciherang
23.77 ab
80.7 b
112.3 b
Mekongga
21.71 b
79.3 c
111.7 b
a
angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa
5% ; PM : panjang malai; UB : umur berbunga; UP : umur panen; HSS :
hari setelah semai.
Kisaran umur berbunga galur-galur yang diuji antara 81-82 hari
setelah semai (HSS). Peubah umur berbunga pada galur-galur yang diuji
memiliki hasil analisis berbeda sangat nyata dengan varietas pembanding
Mekongga yang memiliki umur berbunga lebih awal yaitu 79.3 HSS. Galur
IPB 160-F-7-3-1 (81.3 HSS) merupakan galur yang memiliki umur
berbunga lebih awal dibandingkan galur-galur lainnya, sedangkan galur IPB
158-F-1-2-1 dan IPB 161-F-6-1-1 memiliki umur berbunga lebih lama yaitu
82.7 HSS.
Kisaran umur panen pada pengujian galur antara 110-115 hari
setelah semai (HSS). Pada tabel 3 ditunjukkan data hampir seluruh galurgalur yang diuji tidak berbeda nyata dengan pembanding, hanya galur IPB
158-F-1-2-1 yang berbeda sangat nyata. Galur IPB 158-F-7-1-1, IPB 160-F3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, dan IPB 160-F-7-3-1 adalah galur-galur yang
memiliki umur panen tergenjah, yaitu 110 HSS. Galur IPB 158-F-1-2-1
memiliki umur panen terlama yaitu 115 HSS. Abdullah et al. (2008)
menyatakan bahwa salah satu kriteria padi tipe baru adalah memiliki umur
genjah yaitu antara 110-120 hari. Pada percobaan ini umur panen
mengalami penundaan selama enam hari, dikarenakan waktu panen
bertepatan dengan hari raya idul fitri. Penundaan umur panen ini
mengakibatkan gabah menjadi rusak yang mempengaruhi bobot hasil gabah.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa
galur tidak berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah gabah total. Jumlah

10
gabah total berada pada kisaran 90 – 133 butir gabah per malai. Galur IPB
160-F-4-2-1 mempunyai jumlah gabah total terbanyak yaitu 133.07 butir
gabah per malai. Galur IPB 161-F-6-1-1 mempunyai jumlah gabah total
paling sedikit yaitu 90.89 butir gabah per malai.
Tabel 5. Rataan jumlah gabah total, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,
dan persen gabah hampa galur-galur yang diujia
Galur
JGT
JGI
JGH
IPB 158-F-1-2-1
102.22 ab
70.74 b
31.48 (30.45 %) bc
IPB 158-F-7-1-1
119.19 ab
95.37 ab
23.81 (20.06 %) cd
IPB 159-F-14-3-1
111.59 ab
83.07 ab
28.52 (25.84 %) bcd
IPB 159-F-15-1-1
102.11 ab
80.93 ab
21.19 (20.86 %) cd
IPB 160-F-3-1-1
119.85 ab
94.67 ab
25.19 (22.23 %) cd
IPB 160-F-4-2-1
133.07 a
105.89 a
27.19 (20.39 %) cd
IPB 160-F-7-3-1
106.85 ab
82.19 ab
24.67 (23.51 %) cd
IPB 160-F-36-1-1
124.59 ab
80.19 ab
44.41(35.29 %) ab
IPB 161-F-1-2-1
105.29 ab
78.81 ab
26.48 (24.31 %) cd
IPB 161-F-6-1-1
90.89 b
78.14 ab
12.74 (13.66 %) d
Ciherang
133.56 a
74.14 ab
59.41 (44.36%) a
Mekongga
96.78 ab
70.19 b
26.59 (28.07 %) cd
a
angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
alfa 5% ; JGI : jumlah gabah isi; JGH : jumlah gabah hampa; JGT : jumlah
gabah total.
Abdullah et al. (2008) menyatakan salah satu karakter PTB adalah
malai lebat (200-250 gabah/malai) dan bernas. Berdasarkan literatur tersebut
berarti galur-galur yang diuji masih belum memenuhi kriteria karena hanya
berkisar antara 90 – 133 gabah per malai.
Jumlah gabah isi merupakan salah satu komponen penting untuk
menentukan potensi hasil. Jumlah gabah isi pada penelitian ini berada di
bawah potensi yang terbaik dari galur dan varietas. Pada Tabel 5 disajikan
data kisaran jumlah gabah isi yaitu anatara 70 – 105 butir gabah per malai.
Berdasarkan uji lanjut DMRT hampir seluruh galur-galur yang diuji
memiliki jumlah gabah isi lebih banyak dari varietas pembanding. Jumlah
gabah isi varietas Mekongga 70.9 butir gabah per malai.
Galur IPB 160-F-4-2-1 merupakan galur yang memiliki jumlah gabah
isi terbanyak yaitu 105.89 butir gabah per malai. Susilawati et al. (2010)
menyatakan bahwa rendahnya gabah isi dan terbatasnya kemampuan
genotipe dalam menghasilkan gabah isi menunjukkan belum seimbangnya
translokasi fotosintat dari sumber (source) ke pengumpul (sink). Sink yang
terlalu besar daripada source mengakibatkan pengisian biji tidak sempurna
sehingga persen jumlah gabah hampa menjadi tinggi. Selain itu juga
terdapat serangan hama dan penyakit yang menyerang malai pada stadia
generatif. Kedua hal ini sangat mempengaruhi hasil produksi padi.
Karakter jumlah gabah hampa berpengaruh sangat nyata berdasarkan
hasil uji lanjut sidik ragam. Galur IPB 160-F-36-1-1 memiliki jumlah gabah

11
hampa terbanyak yaitu 44.41 butir per malai. Galur IPB 161-F-6-1-1
memiliki jumlah gabah hampa paling sedikit dibandingkan dengan galurgalur lainnya yaitu 12.74 butir per malai. Kedua galur yang memiliki jumlah
gabah hampa terbanyak dan paling sedikit (Tabel 5) tersebut sama dengan
galur-galur yang memiliki persen gabah hampa tertinggi (35.29%) dan
terendah (13.66%) seperti disajikan pada Tabel 5. Kisaran jumlah gabah
hampa dan persen gabah hampa berturut-turut antara 12- 44 butir gabah
permalai dan 13 – 35 %.
Makarim dan Ikhwani (2008) menyatakan bahwa persentase gabah
hampa yang tinggi pada VUTB Fatmawati disebabkan oleh malai yang
panjang dan jumlah gabah per malai yang banyak sebagai sinks yang besar,
hanya ditopang (sources) oleh beberapa anakan, sehingga tidak mampu
mencukupi kebutuhan hara dan karbohidrat. Faktor lain yang menyebabkan
kehampaan adalah faktor lingkungan. Selain hama walang sangit yang
menyerang, penelitian dilakukan pada saat musim kemarau, namun ketika
muncul bunga terjadi hujan deras, hujan tersebut diduga menyebabkan
polen rontok, selain itu juga pematangan polen membutuhkan sinar matahari,
kedua hal tersebut menyebabkan polen gagal menyerbuki putik. Hujan juga
terjadi saat pengisian bulir yang seharusnya membutuhkan lingkungan yang
kering saat pengisian agar butir padi menjadi padat. Varietas ciherang yang
memiliki persen gabah hampa tertinggi di sebabkan karena petakan varietas
ciherang mengalami rebah. Daun-daun mengering karena serangan hawar
daun bakteri menyebabkan kurangnya pati untuk mengisi bulir.
Tabel 6 Rataan bobot seribu butir galur-galur yang diujia
Galur
BSB (g)
IPB 158-F-1-2-1
26.46 abc
IPB 158-F-7-1-1
25.49 c
IPB 159-F-14-3-1
27.85 abc
IPB 159-F-15-1-1
27.43 abc
IPB 160-F-3-1-1
28.28 ab
IPB 160-F-4-2-1
25.98 bc
IPB 160-F-7-3-1
28.82 a
IPB 160-F-36-1-1
27.57 abc
IPB 161-F-1-2-1
25.93 bc
IPB 161-F-6-1-1
27.47 abc
Ciherang
26.83 abc
Mekongga
28.04 ab
a
angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa
5% ; BSB : bobot seribu butir.
Diantara komponen produksi, karakter-karakter yang paling
memberikan pengaruh terhadap potensi hasil adalah jumlah anakan
produktif, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir , Purohit dan
Majumder (2009). Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 memperlihatkan
bahwa galur berpengaruh sangat nyata terhadap karakter bobot 1000 butir.

12
Kisaran bobot 1000 butir antara 25 – 28 gram. Galur IPB 160-F-7-3-1
memiliki bobot 1000 butir tertinggi yaitu 28.82 gram. Bobot 1000 butir
terendah dimiliki oleh galur IPB 158-F-7-1-1 yaitu 25.49 gram. Varietas
pembanding Mekongga memiliki bobot 1000 butir 28.04 gram.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Pada percobaan ini galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan galur terbaik
dibandingkan galur-galur lainnya, dan menunjukkan sifat-sifat penting padi
tipe baru antara lain memiliki jumlah anakan produktif sedang, jumlah
gabah hampa per malai rendah, jumlah gabah isi tinggi, bobot 1000 butir
tinggi, dan produktivitas yang tinggi. Galur IPB 160-F-3-1-1 dan IPB 160F-4-2-1 juga berpotensi untuk dilakukan uji lanjutan.

Saran
Galur yang mempunyai potensi hasil tinggi dapat dikaji lebih lanjut
agar dapat diusulkan untuk uji multilokasi dalam rangka pelepasan varietas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Sularjo. 2008. Status, Perkembangan, dan
Prospek Pembentukan Padi Tipe Baru di Indonesia. Di dalam: Inovasi
Teknologi Tanaman Pangan, Buku 2: Penelitian dan Pengembangan
Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor
(ID). 269-287 hal.
Arafah, Sirappa M P. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan
K pada lahan sawah irigasi. J Ilmu Tanah dan Lingkungan 4
(1):15-24
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Tabel Luas Panen- ProduktivitasProduksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi [internet]. [diunduh 2013
Agu 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2013. Data
Iklim. Lampung (ID): BMKG Stasiun Masgar Lampung.
Daradjat, Suwarno AA, Abdullah B, Soewito T J, Ismail BP, Simanullang
ZA. 2001. Status Penelitian Pemuliaan Padi untuk Memenuhi
Kebutuhan Pangan Masa Depan. Sukamandi (ID). Balai Penelitian
Tanaman Padi.
Gomez KA, Gomez AA. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Sjamsuddin E, Baharsjah JS , penerjemah. Jakarta (ID):

13
UI-Pr. Terjemahan dari: Statistical Prosedures for Agricultural
Research.
Khush GS. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield
potensial, p. 99-108. In JATA. S. Nanda (Ed). Rice Breeding and
Genetiks. New Hampshire (US): Science Publisher Inc.
Makarim AK, Ikhwani. 2008. Respon komponen hasil varietas padi
terhadap perlakuan agronomis. J Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 27(3): 148-153.
Purohit S, Majumder MK. 2009. Selection of high yield rice variety from a
cold tolerant three-way rice (Oryza sativa L.) cross involving Indica,
Japonica, and wide compatible variety. Middle-East J Sci Res 4(1):2831.
Rasyad A. 1999. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter agronomis
padi lahan pasang surut di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir.
Sumedang (ID). PERIPI. 80-86 hal.
Rosalina. 2013. Konsumsi Beras di Targetkan turun 1,5 Persen [internet].
[diunduh 2013 Agu 13]. Tersedia pada: http://www.tempo.co.
Saragih B. 2001. Keynote Address Ministers of Agriculture Government of
Indonesia. 2nd National Workshop on Strengthening The
Development and Use of Hybrid Rice in Indonesia. 1:10
Singh S, Pradhan SK, Virk P. 2008. Genetic Divergence In New Plant Type
Rice Under Shallow Lowland Ecosystem. Sabrao Journal of Breeding
and Genetic 40:1 (1-8).
Susilawati, Purwoko BS, Aswidinnoor H, Santosa E. 2010. Keragaan
varietas dari galur padi tipe baru Indonesia dalam sistem ratun. JAI
38(3):177-184.

14
Lampiran 1 Deskripsi Varietas
Mekongga
Nama Varietas
Kategori
Tahun
Tetua
Rataan Hasil
Potensi Hasil
Pemulia

Nomor seleksi
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Bobot 1000 butir
Ketahanan terhadap hama
Ketahanan terhadap penyakit
Anjuran tanam
Instansi pengusul
Teknisi

Mekongga
Cere
2004
A2790/2*IR64
6 t/ha
8.4 t/ha
Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat,
dan Sahardi, B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito
DS., Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
S4663-5D-KN-5-3-3
116-125 hari
Tegak
91-106 cm
13-16 batang
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Agak kasar
Tegak
Tegak
Ramping panjang
Kuning bersih
Sedang
Pulen
23 %
28 g
Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai
ketinggian 500 m dpl
Balitpa dan BPTP Sultra
M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D., S. Toyib S.
M., Edi S. MK, M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin,
Suryono, Didi dan Neneng S.

15
Ciherang
Nama Varietas
Tahun
Tetua
Rataan Hasil
Potensi Hasil
Pemulia
Nomor pedigri
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna daun telinga
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Bobot 1000 butir
Kadar amilosa
Ketahanan terhadap hama
Ketahanan terhadap
penyakit
Anjuran tanam

Ciherang
2000
IR 18349-53-1-3-1-3/IRI 19661-131-3-1///IR
64////IR 64
7 t/ha
8.5 t/ha
Tarjat T., Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Aan A.
Daradjat
S3383-1d-Pn-41-3-1
Cere
116-125 hari
Tegak
107-115 cm
14-17 batang
Hijau
Hijau
Putih
Putih
Hijau
Kasar pada sebelah bawah
Tegak
Tegak
Panjang ramping
Kuning bersih
Sedang
Sedang
Pulen
27-28 gram
23 %
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain
III dan IV
Cocok di tanam pada musim hujan dan kemarau
dengan ketinggian dibawah 500 m dpl

16

Lampiran 2 Data iklim Kecamatan Raja Basa

a

Bulan

Curah
hujan
mm HH

April
Mei
Juni
Juli
Agustus

126
149
88
175
199

13
14
9
20
17

Kelembaban
udara (%)

Suhu udara
(T)

83
83
79
85
81

27
27
27
26
27

Lama penyinaran
matahari
%
Ratarata
1598
52
1649
53
1788
58
1086
35
2043
66

HH (hari hujan), mm (milimeter) (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2013)

Lampiran 3 Penyemaian, pemeliharaan, panen

Penyemaian

Pemeliharaan

Keluarnya malai

Panen

17
Lampiran 4 Penampilan malai galur dengan varietas pembanding

Ket : (A) Galur IPB 158-F-1-2-1, (B) Galur IPB 158-F-7-1-1, (C) Galur
IPB 159-F-14-3-1, (D) Galur IPB 159-F-15-1-1, (E) Galur IPB 160F-3-1-1, (F) Galur IPB 160-F-4-2-1, (G) Galur IPB 160-F-7-3-1, (H)
Galur IPB 160-F-36-1-1, (I) Galur IPB 161-F-1-2-1, (J) Galur IPB
161-F-6-1-1, (K) Ciherang, (L) Mekongga.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Oktober 1990
dari ayah Perwira Asmuni dan ibu Gustiana Sangun. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2
Bandar Lampung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur ujian talenta mandiri (UTM)
dan diterima di Departemen agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis mengikuti salah satu organisasi mahasiswa BEM A
(FAPERTA) sebagai staf di departemen seni dan budaya periode tahun
2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan departemen dan IPB
seperti panitia seminar nasional Fakultas Pertanian, panitia acara seni dan
olah raga Fakultas Pertanian, panitia MPD, panitia IAC, panitia festival
buah dan bunga nusantara (FBBN).