Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.)
TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA
UJI MULTILOKASI

ISKANDAR ZULKARNAEN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian 10 Galur
Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka
Uji Multilokasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Iskandar Zulkarnaen
NIM A24100023

ABSTRAK
ISKANDAR ZULKARNAEN. Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa
L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi. Dibimbing
oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR.
Percobaan ini dilakukan untuk mengevaluasi keragaan produksi dan
berbagai karakter agronomi sepuluh galur padi tipe baru yang dilaksanakan di
Kebun Percobaan Sawah Baru, Dramaga, Bogor pada bulan April−Agustus 2014.
Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu
faktor dan tiga ulangan. Faktor tersebut adalah galur yang merupakan hasil seleksi
pada uji daya hasil lanjut yang telah dilakukan sebelumnya (IPB160-F-36-2-1,
IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1, IPB160-F-54-2-1,
IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1, IPB162-F-17-1-1,
IPB168-F-8-1-1), dan dua varietas unggul nasional (Ciherang dan Mekongga)
sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur IPB160-F-36-2-1

memiliki produktivitas 7.95 ton ha-1 yang lebih tinggi dari varietas Ciherang (6.62
ton ha-1) dan varietas Mekongga (6.86 ton ha-1). Terdapat galur-galur dengan
tingkat produktivitas setara dengan varietas pembanding dengan komponen hasil
yang baik sehingga cukup berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, galurgalur tersebut antara lain IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) dan IPB160-F-54-21-1
(7.51 ton ha-1)
Kata kunci: galur, multilokasi, padi, produksi tinggi, tipe baru

ABSTRACT
ISKANDAR ZULKARNAEN. Trial 10 New Plant Type Rice (Oryza sativa L.)
Promising Lines of IPB in Dramaga, Bogor for Multilocation Test. Supervised by
HAJRIAL ASWIDINNOOR.
The experiment was conduted to evaluate production variability and
agronomic traits of ten new plant type rice held at Sawah Baru Experimental Field,
Dramaga, Bogor in April−August 2014. Experiment using Randomized
Completely Block Design, single factor and three replications. The factor was
lines which selected from advanced yield trial that have been conducted before
(IPB160-F-36-2-1,
IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1,
IPB160-F-54-2-1, IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1,
IPB162-F-17-1-1, IPB168-F-8-1-1), and two national varieties (Ciherang and

Mekongga) as a check. The result showed that line IPB160-F-36-2-1 which
productivity is 7.95 ton ha-1 have significantly higher productivity than Ciherang
(6.62 ton ha-1) and Mekongga (6.86 ton ha-1). There are lines that have equal
productivity from check with good yield components which potential for further
development, that lines are IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) and IPB160-F-54-211 (7.51 ton ha-1)
Keywords: high yield, line, multilocation, new type, rice

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.)
TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA
UJI MULTILOKASI

ISKANDAR ZULKARNAEN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru
IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi
Nama
: Iskandar Zulkarnaen
NIM
: A24100023

Disetujui oleh

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dengan judul “Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L. ) Tipe Baru IPB
di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi” ini dilaksanakan untuk
mengevaluasi keragaan produksi dan berbagai karakter agronomi dari galur
harapan padi tipe baru (PTB) yang diharapkan dapat dilepas menjadi varietas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hajrial Aswidinnoor,
MSc selaku pembimbing skripsi serta Bapak Prof Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo,
MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping
itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adang beserta petani
sawah baru yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar AGH, kedua orang tua serta
seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
membutuhkannya.


Bogor, Maret 2015
Iskandar Zulkarnaen

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pemuliaan Tanaman Padi

2


Padi Tipe Baru

3

Uji Multilokasi

3

METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan dan Alat Penelitian

4


Pelaksanaan Penelitian

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum

6

Produktivitas Gabah Kering Giling

7

Karakter Agronomi
SIMPULAN DAN SARAN


10
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP


22

DAFTAR TABEL
1 Produktivitas gabah kering giling (kadar air 14%)
2 Nilai rataan panjang batang, tinggi tanaman dan jumlah anakan
produktif1
3 Nilai rataan umur berbunga, umur panen dan masa pengisian gabah1
4 Nilai rataan panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,
persentase gabah hampa dan bobot 1 000 butir1

8
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi tanaman pada 8 Juli 2014 (7 MST)
2 Keragaan galur IPB160-F-36-2-1 (11 MST)

7
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout petak penelitian dan pemberian kode pada galur
2 Rata-rata curah hujan dan suhu di Dramaga, Bogor bulan AprilAgustus 2014 (BMKG Dramaga, Bogor)
3 Rekapitulasi analisis uji f dan koefisien keragaman pada berbagai
karakter agronomi dan produktivitas galur-galur dan varietas
pembanding yang diuji
4 Deskripsi verietas pembanding Ciherang dan Mekongga
5 Keragaan beberapa galur padi di lahan Dramaga, Bogor

16
17

17
18
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang per tahun meningkat 1.49% (BPS 2013)
menyebabkan konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian semakin banyak
terjadi di Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk tentu juga akan
meningkatkan kebutuhan pangan, terutama beras sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas padi sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk
Indonesia. Peningkatan produktivitas padi pada lima tahun terakhir masih belum
dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan produktivitas menurun dari
tahun 2010 ke tahun 2011. Produksi beras nasional pada tahun 2013 adalah 71.28
juta ton dengan produktivitas rata-rata 5.15 ton/ha (BPS 2013).
Peningkatan produktivitas padi yang semakin melandai disebabkan potensi
produksi varietas unggul baru (VUB) yang saat ini banyak dikembangkan sudah
mencapai potensi hasil maksimum sehingga pemberian teknologi budi daya
apapun akan sulit untuk meningkatkan produktivitas. Perlu dikembangkan
varietas lain yang memiliki potensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan
varietas unggul baru yang saat ini ditanam petani. Padi tipe baru (PTB)
merupakan varietas padi yang paling ideal untuk menggantikan padi-padi varietas
unggul baru. Padi tipe baru baru dikembangkan di Indonesia pada tahun 1995.
Padi tipe baru memiliki jumlah anakan sedang tetapi semua produktif, jumlah
gabah per malai 200−250 butir, batang yang kokoh dengan tinggi 80−90 cm, daun
berwarna hijau tua yang tebal dan tegak, sistem perakaran yang kuat, berumur
110-130 hari. Potensi hasil padi tipe baru 30 – 50% lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas unggul yang ada saat ini (Peng et al. 2008). Tingginya produksi
padi tipe baru disebabkan oleh karatkter padi tipe baru yang hampir seluruh
anakannya produktif dengan malai yang panjang dan lebat serta persentase jumlah
gabah isi yang tinggi.
Tetua dari galur-galur yang diuji memiliki daun bendera yang tegak, dan
jumlah gabah per malai yang banyak sehingga diharapkan dapat terhindar dari
hama burung serta memiliki produktivitas yang tinggi. Generasi yang diuji adalah
generasi ke-9 karena pada generasi ke-9 dirasa konstitusi genetik sudah cukup
stabil. Pengujian galur generasi lanjut ini dilakukan untuk melihat tingkat
produksi dan kemampuan adaptasi galur.
Terdapat dua tipe padi yang memiliki daya hasil tinggi yang saat ini
dikembangkan yaitu padi hibrida dan padi tipe baru. Padi hibrida umumnya
memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibanding padi tipe baru, namun produksi
benih pada budi daya padi hibrida tidak bisa dilakukan sendiri oleh petani. Benih
padi hibrida diproduksi oleh perusahaan benih dengan harga yang cukup tinggi.
Hal tesebut menjadi dasar pemikiran dalam pengembangan padi tipe baru karena
Indonesia belum cukup siap untuk mengadopsi teknologi untuk memproduksi
padi hibrida secara massal.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keragaan produksi dan berbagai
karakter agronomi dari galur harapan padi tipe baru (PTB) di Dramaga, Bogor.
Hipotesis
1. Terdapat minimal satu galur padi dengan daya hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas pembanding.
2. Terdapat minimal satu galur padi dengan karakter agronomi yang baik.

TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan Tanaman Padi
Terdapat dua langkah yang dapat dilakukan dalam meningkatkan hasil
produksi padi dengan memodifikasi lingkungan tumbuh tanaman dan
memodifikasi susunan genetik suatu varietas padi. Dengan memodifikasi
lingkungan tumbuh, tanaman padi dapat berproduksi secara optimal, tetapi bila
lingkungan tumbuh sudah benar-benar optimum dan tanaman padi tersebut tidak
akan mencapai potensi hasil yang lebih tinggi lagi. Salah satu cara untuk
meningkatkan potensi hasil dari suatu varietas padi adalah dengan memodifikasi
susunan genetik suatu varietas padi dengan pemuliaan tanaman padi.
Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan merubah susunan genetik
suatu tanaman baik melalui persilangan secara konvensional atau merubah
susunan genetik secara molekuler sehingga tanaman hasil pemuliaan memiliki
karakter yang lebih baik dengan karakter tanaman yang sudah ada sebelumnya.
Dalam pemuliaan tanaman terdapat berbagai metode untuk membentuk
keragaman genetik antara lain dengan hibridisasi, eksplorasi, introduksi, mutasi,
manipulasi kromosom, hibridisasi somatik ataupun dengan transfer gen. Usaha
dalam pemuliaan padi selain bertujuan untuk meningkatkan produksi juga agar
sesuai dengan kondisi agroekosistem, sosial, budaya dan minat masyarakat
(Susanto et al. 2003)
Metode pemuliaan yang dilakukan pada tanaman padi umumnya sama
dengan pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri lainnya. Metode seleksi yang
paling sering digunakan adalah metode seleksi bulk dan pedigree. Tahapan seleksi
bulk diawali dengan menyilangkan kedua tetua galur murni. Benih hasil
persilangan tersebut (F1) kemudian ditanam untuk menghasilkan benih F2,
kemudian benih dari hasil penanaman F2 dicampur (bulk) untuk memperoleh
benih F3. Metode tersebut diulangi sampai dengan generasi F5. Mulai dari
generasi F5 dilakukan seleksi secara individual, selanjutnya pada generasi F6
dilakukan seleksi baris. Pada generasi F7 dilakukan penanaman benih dari baris
terbaik dan pada generasi F8 dan F9 dilakukan uji daya hasil dan uji multilokasi.
Perbedaan pada metode seleksi pedigree adalah seleksi dilakukan pada awal

3

generasi (F2) dan dilakukan pencatatan silsilah pada tiap generasinya (Syukur et
al. 2012).
Padi Tipe Baru
Pengembangan padi tipe baru pertama kali dilakukan oleh International
Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 1970an. Pengembangan padi tipe baru
dilakukan untuk meningkatkan potensi hasil melebihi potensi hasil varietas hasil
inbreeding dari sub spesies indica yang hanya mencapai 10 ton ha-1.
Pengembangan padi tipe baru di IRRI terinspirasi dari penelitian Colin Malcolm
Donald pada tahun 1968 mengenai pemuliaan tanaman dengan pendekatan
ideotipe. Tujuan pengembangan padi tipe baru yaitu memiliki produksi 30 − 50%
lebih tinggi padi yang pada saat itu digunakan. Pemualiaan padi tipe baru
umumnya dilakukan dengan memodifikasi tanaman dari segi morfologi. Hal ini
dilakukan karena pemuliaan dengan memodifikasi dari segi morfologi lebih
mudah dilakukan dibandingkan dari segi fisiologi. (Yang et al. 2007)
Peningkatan potensi hasil produksi padi di Indonesia saat ini difokuskan
pada pemuliaan varietas padi tipe baru. Beralihnya pengembangan varietas padi
tipe baru dari yang sebelumnya varietas unggul baru ini disebabkan varietas
unggul baru potensi hasilnya sudah tidak bisa meningkat lagi karena potensi
hasilnya sudah mencapai titik maksimum, sehingga saat ini banyak pemulia yang
mengembangkan padi tipe baru. Padi tipe baru memiliki morfologi yang tidak
jauh berbeda dengan varietas unggul yang sebelumnya dikembangkan, karakter
yang paling membedakan adalah pada varietas padi tipe baru memiliki anakan
yang sedikit yang hampir seluruhnya produktif tetapi memiliki malai yang
panjang dan lebat sehingga potensi hasil padi tipe baru ini pun lebih tinggi
dibanding varietas unggul baru yang sebelumnya dikembangkan (Peng et al.
2008).
Pengembangan padi tipe baru di Indonesia dimulai pada tahun 1995 oleh
Balai Penelitan Padi namun baru diintensifkan pada tahun 2000. Padi tipe baru
merupakan hasil persilangan dari sub spesies japonica dan indica sehingga
diharapkan dari keragaman genetik yang cukup luas dapat dihasilkan varietas padi
tipe baru yang memiliki potensi hasil yang lebih tinggi lagi (Susanto et al. 2003).
Uji Multilokasi
Syarat pelepasan suatu varietas baru harus berasal dari tetua yang jelas,
bersifat baru, seragam, unik dan stabil, sehingga untuk memenuhi persyaratan
tersebut maka perlu dilakukan pengujian daya hasil dan adaptasi pada daerahdaerah yang dapat mewakili agroklimat dan rekomendasi teknik budidaya
terhadap galur yang akan dilepas (Sudarna 2010). Sebelum suatu galur dilepas
menjadi varietas, dilakukan tiga tahap uji daya hasil yaitu uji daya hasil
pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan uji multilokasi. Uji multilokasi
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menguji kembali daya hasil galur-galur
yang sebelumnya telah diseleksi pada uji daya hasil.

4

Uji multilokasi bertujuan melihat daya adaptasi dan keragaan tanaman
pada berbagai ekologi dan iklim tertentu. Uji multilokasi umumnya dilakukan bila
komoditas yang diuji merupakan komoditas yang ditanam secara merata di
seluruh wilayah suatu negara. Jumlah galur dan jumlah luasan pada uji multilokasi
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan uji daya hasil pendahuluan dan uji daya
hasil lanjutan karena galur yang diuji merupakan hasil seleksi dari uji daya hasil
sebelumnya. Uji multilokasi khususnya pada padi, minimal dilakukan pada
delapan lokasi dan dua musim. Uji multilokasi ini juga dilakukan untuk menekan
hilangnya galur unggul selama seleksi akibat adanya interaksi genotipe dan
lingkungannya (Nasir 2001).

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Dramaga, Bogor
dengan ketinggian tempat ±200 mdpl pada bulan April sampai dengan Agustus
2014. Komponen produksi diamati di Laboratorium Pasca Panen, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah 10 galur padi tipe baru generasi ke-9 yaitu
IPB160-F-36-2-1, IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1,
IPB160-F-54-2-1, IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1,
IPB162-F-17-1-1, IPB168-F-8-1-1, dua varietas unggul nasional Ciherang dan
Mekongga sebagai pembanding, pupuk Urea, dan pupuk Phonska (15:15:15). Alat
yang digunakan berupa alat pertanian umum untuk budi daya padi sawah,
meteran, timbangan, alat pengukur kadar air, karung serta alat tulis.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) satu faktor dengan 10 galur padi tipe baru dan dua varietas
pembanding sebagai perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat
36 satuan percobaan. Petak percobaan yang digunakan berukuran 4 × 5 m 2
sehingga luas total petak percobaan yang digunakan ±720 m2. Layout petakan dan
pemberian kode untuk masing-masing galur tertera pada Lampiran 1.
Pratanam
Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum pindah tanam,
pengolahan tanah dilakukan dengan traktor sampai terbentuk lumpur secara
sempurna. Sebelum melakukan penyemaian, benih diimbibisi dengan
merendamnya selama satu hari kemudian benih diperam sampai muncul radikula

5

(bakal akar). Benih disemai pada petakan berukuran 5 × 10 m2 untuk semua galur
dan varietas pembanding. Pemupukan Urea dilakukan dengan dosis 10 g m-2 pada
7 HSS.
Penanaman
Pindah tanam (transplanting) dilakukan pada 18 hari setelah semai (HSS).
Setiap galur dan varietas pembanding ditanam pada petakan sawah berukuran 4 ×
5 m2. Masing-masing galur dan varietas pembanding diulang sebanyak tiga kali
ulangan. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam 20 × 20 cm
menggunakan dua bibit per lubang tanam.
Pemeliharaan
Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, pemupukan pertama dilakukan
pada 3 hari setelah tanam (HST). Pemupukan pertama menggunakan dosis 40 kg
ha-1 Urea dan 200 kg ha-1 Phonska. Pemupukan kedua dilakukan pada 21 HST
dengan dosis 100 kg ha-1 Urea dan 100 kg ha-1 Phonska, sedangkan pemupukan
ketiga dilakukan pada 40 HST dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 60 kg
ha-1. Pengendalian gulma dan hama penyakit tidak dilakukan karena populasinya
sedikit sehingga tidak mempengaruhi produksi padi, sedangkan pengendalian
hama burung dilakukan dengan kaleng yang digantung berjejer menggunakan tali.
Pengaturan irigasi dilakukan menyesuaikan dengan tingkat populasi hama keong.
Pemanenan
Sebelum panen lahan dikeringkan terlebih dahulu. Pemanenan dilakukan
ketika 80% rumpun telah menguning dengan memilih rumpun sehat dan normal
yang dipotong di bagian pangkal menggunakan ani-ani. Panen dilakukan bertahap
dengan melihat jumlah rumpun yang sudah menguning pada petakan.
Pengamatan
Pengambilan tanaman contoh, pengamatan karakter panjang batang
dilakukan pada satu hari sebelum panen untuk masing-masing petakan dengan 3
tanaman contoh untuk setiap petakan dan pada masing-masing tanaman diambil 3
malai, adapun peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
A. Produktivitas
1. Bobot gabah per petak, ditimbang berdasarkan total bobot gabah kering
panen pada satu satuan percobaan
2. Bobot gabah kering giling per hektar, dihitung dengan mengkonversi
bobot gabah per petak lalu pendugaan bobot pada kadar air 14%

Y=
Keterangan:
Y
: Bobot gabah kering giling per hektar (ton ha-1)
LP
: Luas petakan (m2)
GKP : Bobot gabah per petak (kg)

6

KAP : Kadar air panen (%)
KA
: Kadar air konsumsi 14% (%)
B. Karakter Agronomi
I. Karakter vegetatif
1. Panjang batang, diukur dari permukaaan tanah sampai dengan buku
malai
2. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun
terpanjang
3. Jumlah anakan produktif, dihitung berdasarkan pada anakan yang
mengeluarkan malai
II. Karakter generatif
1. Umur berbunga, ditentukan mulai dari penyemaian benih sampai 80%
tanaman sudah keluar malai
2. Umur panen, ditentukan pada saat 80% malai tanaman sudah menguning
3. Masa pengisian gabah, dihitung berdasarkan jumlah hari dari tanaman
berbunga sampai dengan panen
4. Jumlah gabah isi per malai, dihitung berdasarkan jumlah gabah bernas
yang terdapat pada satu malai
5. Jumlah gabah hampa per malai, dihitung berdasarkan jumlah gabah
hampa yang terdapat pada satu malai
6. Persentase gabah hampa, dihitung berdasarkan jumlah gabah hampa
dibagi dengan jumlah total gabah lalu dikalikan 100% pada satu malai
7. Panjang malai, diukur dari leher/pangkal malai sampai dengan ujung
malai
8. Bobot 1 000 butir, ditentukan dari penimbangan sampel gabah 1 000
butir
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji F dan untuk karakter yang
berpengaruh nyata atau sangat nyata selanjutnya dilakukan uji t-Dunnet dengan
menggunakan varietas Ciherang dan Mekongga sebagai pembanding

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kondisi iklim pada bulan April hingga Agustus 2014 adalah pergantian dari
musim penghujan menjadi musim kemarau. Kondisi selama budi daya padi
dilakukan cukup mendukung karena tanaman padi mendapat air dan intensitas
cahaya matahari dan air yang cukup. Tanaman tumbuh dengan baik pada fase
vegetatif ataupun fase generatif (Gambar 1). Suhu rata-rata selama bulan April
hingga Agustus 2014 adalah 26.1°C dan rata-rata curah hujan sebesar 352 mm
sedangkan untuk suhu dan curah hujan setiap bulannya dapat dilihat pada
Lampiran 2. Menurut De Datta (1981) suhu 26° C masuk ke dalam suhu optimum
dalam produksi padi, begitu juga untuk curah hujan 2000 − 4000 mm per tahun
atau 150 – 350 mm per bulan sudah lebih dari cukup. Adapun hama yang

7

menyerang tanaman di fase vegetatif adalah keong sawah (Pila ampullacea)
namun populasinya hanya sedikit sehingga dengan mudah dikendalikan dengan
mengatur ketinggian genangan pada petakan. Selain keong sawah, organisme
pengganggu tanaman yang ditemui adalah ulat penggerek batang dan hawar daun
(Xanthomonas campestris), namun karena intesitas serangannya juga tidak
mengganggu sehingga kedua organisme pengganggu tanaman tersebut tidak
dikendalikan. Pada fase generatif hama yang menyerang tanaman adalah burung
pipit, populasi burung ini cukup banyak sehingga untuk mencegah kehilangan
hasil akibat gangguan hama hama burung ini dikendalikan dengan
membentangkan tali dimana pada bagian tengah tali digantung kaleng bekas untuk
mengusir burung.

Gambar 1.

Kondisi tanaman pada 8 Juli 2014 (7 MST)
Produktivitas Gabah Kering Giling

Produktivitas atau potensi hasil suatu varietas padi dapat dilihat dari
produksi gabah kering giling yang dihasilkan oleh varietas tersebut. Produksi
gabah kering giling didapatkan dengan mengkonversi bobot gabah per petak
untuk mendapatkan gabah kering panen per hektar, selanjutnya gabah kering
panen per hektar dikonversi kembali dengan kondisi kadar air 14% untuk
mendapatkan gabah kering giling per hektar. Produksi gabah giling galur yang
diuji dan varietas pembanding ditunjukkan pada Tabel 1. Rataan produktivitas
gabah kering giling galur yang diuji dan varietas pembanding berkisar antara 5.86
– 7.95 ton ha-1 (Tabel 1). Produktivitas gabah kering giling varietas pembanding
Ciherang dan Mekongga berturut-turut adalah 6.62 ton ha-1 dan 6.86 ton ha-1.
Produktivitas kedua varietas pembanding tersebut lebih tinggi dari rataan produksi
pada deskripsi varietas (Lampiran 4) yaitu sebesar 6 ton ha-1 (BBP PADI 2009)
sehingga varietas Ciherang dan Mekongga pada penelitian ini layak digunakan
sebagai varietas pembanding.
Produksi gabah kering giling galur yang diuji cukup bervariasi. Dapat
dilihat bahwa koefisien keragaman pada produktivitas rendah yaitu hanya 6.39 %
(Lampiran 3) yang artinya keragaman produktivitas yang terjadi disebabkan oleh
genetik dari galur itu sendiri bukan berasal dari faktor lingkungan ataupun faktor

8

Tabel 1. Produktivitas gabah kering giling (kadar air 14%)
No.

Kode Galur

Ulangan 1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

IPB160-F-36-2-1
IPB160-F-36-5-1
IPB160-F-36-25-1
IPB160-F-46-6-1
IPB160-F-54-2-1
IPB160-F-54-3-1
IPB160-F-54-21-1
IPB162-F-10-2-1
IPB162-F-17-1-1
IPB168-F-8-1-1
Ciherang
Mekongga

8.75
7.31
7.99
7.19
6.87
7.55
7.80
7.13
6.76
6.21
6.92
6.44

Ulangan 2 Ulangan 3
ton ha-1
7.40
7.72
7.22
6.71
6.78
6.69
6.90
6.27
7.43
7.80
7.29
6.43
7.52
7.22
6.80
5.62
6.00
6.38
6.18
5.18
7.28
5.66
7.07
6.66

Rataan
7.95ab
7.08
7.16
6.79
7.37
7.09
7.51
6.51
6.38
5.86
6.62
6.86

KK: 6.39%; Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angkaangka yang diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%

lainnya. Galur IPB160-F-36-2-1 dengan 7.95 ton ha-1 (Gambar 2) merupakan
satu-satunya galur yang memiliki produktivitas lebih tinggi dari varietas
pembanding, baik varietas Ciherang ataupun Mekongga sedangkan galur lain
sebanding dengan kedua varietas pembanding berdasarkan uji t-Dunnet yang telah
dilakukan. Meskipun sebanding secara statistik, bila melihat angka produktivitas
gabah kering giling pada Tabel 1 terdapat galur dengan tingkat produktivitas yang
lebih rendah, lebih tinggi dan di antara kedua varietas pembanding yang
digunakan. Adapun galur dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah antara
lain, IPB168-F-8-1-1 dengan daya hasil 5.86 ton ha-1, IPB162-F-17-1-1 dengan
daya hasil 6.38 ton ha-1 dan galur IPB162-F-10-2-1 dengan daya hasil 6.51 ton
ha-1. Galur IPB160-F-46-6-1 berada di antara tingkat produktivitas kedua varietas
pembanding dengan produktivitas sebesar 6.79 ton ha-1, sedangkan selain galur di
atas memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dari kedua varietas
pembanding yang secara berurutan dari produktivitas yang paling rendah ke tinggi
yaitu IPB160-F-36-5-1 (7.08 ton ha-1), IPB160-F-54-3-1 (7.09 ton ha-1), IPB160F-36-25-1 (7.16 ton ha-1), IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1), IPB160-F-54-21-1
(7.51 ton ha-1) serta IPB160-F-36-2-1 (7.95 ton ha-1). Dapat dilihat pula bahwa
potensi hasil tertinggi dimiliki oleh galur IPB160-F-36-2-1 dengan produktivitas
gabah kering giling mencapai 8.75 ton ha-1 pada ulangan pertama, sedangkan
produktivitas gabah kering giling terendah dimiliki galur IPB168-F-8-1-1pada
ulangan ketiga dengan 5.18 ton ha-1(Tabel 1).
Menurut Worede et al. (2013) produktivitas padi berkorelasi postitif dengan
jumlah anakan produktif, tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah total,
jumlah gabah isi, biomassa dan panjang benih. Teori tersebut berlaku pada hampir
seluruh galur, namun hal yang berbeda terjadi pada galur IPB160-F-36-2-1
dengan tingkat produktivitas tertinggi tetapi memiliki karakter agronomi yang
rendah bila dibandingkan dengan galur lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena

9

pengambilan tanaman contoh untuk galur IPB160-F-36-2-1 kurang representatif
sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

Gambar 2.

Keragaan galur IPB160-F-36-2-1 (11 MST)

Pertambahan tingkat produktivitas sedikit saja sesungguhnya dapat
meningkatkan produksi bila ditanam pada areal yang luas sehingga perlu
peninjauan kembali galur dengan karakter agronomi baik yang masih mungkin
untuk dikembangkan lagi. Galur IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) dan IPB160-F54-21-1 (7.51 ton ha-1) memiliki tingkat produktivitas yang sebanding dengan
kedua varietas pembanding, namun kedua galur ini memiliki karakter agronomi
yang baik yang dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi sehingga perlu
dilihat tingkat produksi dan keragaannya di tempat atau pada musim yang berbeda.
Produksi gabah kering giling pada penelitian ini berbeda antar ulangan satu
dengan ulangan lainnya. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang berbeda pada galur yang diuji maupun varietas pembanding. Tabel 1
menunjukkan bahwa ulangan 1 umumnya memiliki tingkat produksi yang lebih
tinggi dibanding ulangan 2 dan ulangan 3. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
ketinggian kontur antar ulangan, ulangan 1 merupakan ulangan dengan ketinggian
paling rendah sehingga mendapat suplai air yang lebih banyak. Selain itu, areal
ulangan 1 juga mendapat intensitas cahaya sedikit lebih banyak dibanding ulangan
lainnya karena pada ulangan 2 dan ulangan 3 ada sebagian petakan yang ternaungi
oleh pohon. Menurut Yoshida (1981) intensitas cahaya akan sangat berpengaruh
pada fase generatif yakni fase pembungaan dan pemasakkan dan hanya sedikit
berpengaruh pada fase vegetatif.

10

Karakter Agronomi
Produktivitas dari suatu varietas padi ditentukan oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah komponen hasil, baik dari
karakter vegetatif ataupun dari karakter generatifnya. Produktivitas adalah
karakter kompleks yang dikendalikan oleh banyak gen serta sangat dipengaruhi
oleh lingkungan. Selain itu, produktivitas juga berhubungan dengan karakter lain
seperti umur panen dan komponen hasil (Yoshida 1981).
Tabel 2. Nilai rataan panjang batang, tinggi tanaman dan jumlah anakan
produktif 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kode Galur
IPB160-F-36-2-1
IPB160-F-36-5-1
IPB160-F-36-25-1
IPB160-F-46-6-1
IPB160-F-54-2-1
IPB160-F-54-3-1
IPB160-F-54-21-1
IPB162-F-10-2-1
IPB162-F-17-1-1
IPB168-F-8-1-1
Ciherang
Mekongga

PB (cm)
80.15b
77.04ab
75.00ab
80.33b
73.85ab
81.44b
81.11b
85.41
85.89
74.11ab
90.15
92.28

TT (cm)
118.56
113.11
118.11
124.00
112.67
123.11
121.89
122.22
121.67
119.33
118.44
125.50

JAP
13.60b
15.33
14.53b
13.27b
14.87
12.27b
15.20
12.73b
11.60ab
12.87b
14.93
17.90

1

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang
diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; PB: panjang
batang, TT: tinggi tanaman, JAP: jumlah anakan produktif

Galur IPB160-F-36-2-1 merupakan galur dengan tingkat produktivitas
tertinggi, meskipun produktivitasnya tinggi tetapi untuk karakter agronomi dari
galur ini lebih buruk dibanding dengan galur lain khususnya karakter komponen
hasil seperti jumlah gabah isi. Galur IPB160-F-36-2-1 memiliki panjang batang
80.15 cm sedangkan tinggi tanamannya 118.56 cm. Pemuliaan tanaman padi yang
saat ini dilakukan bukan mencari tanaman yang memiliki arsitektur yang tinggi
tetapi tanaman dengan tinggi sedang dengan batang yang kuat. Seperti yang
dinyatakan Abdullah et al. (2005) bahwa umumnya padi tipe baru memiliki
batang yang kuat dengan panjang antara 80‒90 cm, sehingga galur IPB160-F-362-1 memiliki panjang batang dan tinggi tanaman yang cukup ideal. Jumlah anakan
produktif pada galur IPB160-F-36-2-1 memiliki rataan 13.60 yang lebih rendah
dibandingkan dengan varietas Mekongga yang mencapai 17.90. Pada karakter
jumlah gabah isi, galur IPB160-F-36-2-1 seharusnya memiliki jumlah gabah isi
lebih tinggi dibanding galur lainnya, tetapi ternyata galur IPB160-F-36-2-1 hanya
mampu menghasilkan jumlah gabah isi 107 butir dan jumlah gabah hampa 29
butir dengan bobot 1 000 butir 26.93 g (Tabel 4). Galur IPB160-F-36-2-1
memiliki umur panen yang relatif singkat dibanding dengan galur lain yaitu
sekitar 108 HSS (Tabel 3), tetapi sayangnya pada saat dilakukan penggebotan

11

setelah panen, gabah dari galur IPB160-F-36-2-1 ini cukup sulit untuk
dirontokkan sehingga terkadang masih ada sedikit gabah yang tersisa pada malai.
Penentuan umur panen yang tepat merupakan hal yang perlu diperhatikan sebab
dapat memengaruhi kualitas beras yang nantinya dihasilkan. Umur panen optimal
padi dapat dicapai bila hampir seluruh butir gabah pada malai padi sudah
berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut
akan menghasilkan gabah yang berkualitas sangat baik dengan kandungan butir
hijau dan butir mengapur yang rendah serta rendemen giling tinggi (Nugraha
2012).
Tabel 3. Nilai rataan umur berbunga, umur panen dan masa pengisian gabah 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kode Galur
IPB160-F-36-2-1
IPB160-F-36-5-1
IPB160-F-36-25-1
IPB160-F-46-6-1
IPB160-F-54-2-1
IPB160-F-54-3-1
IPB160-F-54-21-1
IPB162-F-10-2-1
IPB162-F-17-1-1
IPB168-F-8-1-1
Ciherang
Mekongga

UB (HSS)
79.33
78.33ab
79.67
80.00
79.33
79.00
79.67
81.33
81.00
80.33
80.33
80.67

UP (HSS)
108.67
108.00b
110.67
109.00
107.67b
107.67b
108.00b
111.67
112.00
110.00
110.00
111.00

MPG (hari)
29.33
29.67
31.00
29.00
28.33b
28.67
28.33b
30.33
31.00
29.67
29.67
30.33

1

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang
diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; UB: umur
berbunga, UP: umur panen, MPG: masa pengisian gabah

Galur lain dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi adalah IPB160-F54-21-1 (7.51 ton ha-1). Galur ini juga merupakan salah satu galur dengan karakter
agronomi yang terbaik, khususnya pada pada jumlah gabah isi yang mencapai 163
butir sedangkan gabah hampanya sekitar 30 butir sehingga persentase gabah
hampanya juga hanya sekitar 15% (Tabel 4). Jumlah gabah isi dan jumlah gabah
total yang tinggi tentu akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan indeks panen.
Menurut Sanghera dan Sharma (2013) indeks panen dapat ditingkatkan dengan
cara meningkatkan ukuran sink, salah satunya dengan meningkatkan jumlah gabah
per malai dengan begitu tingkat produktivitas juga akan meningkat. Selain
karakter jumlah gabah isi, galur IPB160-F-54-21-1 juga unggul pada karakter
jumlah anakan produktif. Rataan jumlah anakan pada galur ini sebesar 15.20,
cukup tinggi bila dibandingkan dengan galur lainnya. Jumlah anakan produktif
merupakan salah satu karakter yang paling mempengaruhi tingkat produktivitas
gabah kering giling. Semakin banyak jumlah anakan produktif maka semakin
banyak malai pada satu rumpun tanaman padi, sehingga semakin banyak pula
gabah yang dapat diproduksi. Galur dengan jumlah anakan produktif yang lebih
tinggi seharusnya memiliki produktivitas yang lebih tinggi pula tentu juga dengan
melihat rasio jumlah gabah isi dengan jumlah gabah hampa dan bobot 1 000 butir.

12

Bharadwaj et al. (2012) menyatakan bahwa dengan meningkatkan jumlah anakan
produktif juga akan meningkatkan jumlah gabah total serta jumlah gabah isi
sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Pada karakter bobot 1 000 butir galur
IPB160-F-54-21-1 ini termasuk sedang, begitu juga untuk karakter panjang batang
dan tinggi tanaman. Galur IPB160-F-54-21-1 termasuk tanaman yang memiliki
umur yang genjah apabila dibandingkan dengan varietas Ciherang dan Mekongga,
dapat dilihat pada Tabel 3 galur ini memiliki umur berbunga sekitar 79 HSS
sedangkan umur panennya sekitar 108 HSS sedangkan untuk Ciherang memiliki
umur panen sekitar 110 HSS dan Mekongga 111 HSS.
Tabel 4. Nilai rataan panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,
persentase gabah hampa dan bobot 1 000 butir1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kode Galur
IPB160-F-36-2-1
IPB160-F-36-5-1
IPB160-F-36-25-1
IPB160-F-46-6-1
IPB160-F-54-2-1
IPB160-F-54-3-1
IPB160-F-54-21-1
IPB162-F-10-2-1
IPB162-F-17-1-1
IPB168-F-8-1-1
Ciherang
Mekongga

PM
(cm)
24.93
24.00
25.37b
26.59ab
24.56
24.78
25.22
26.22ab
27.56ab
26.26ab
23.89
23.44

JGI

JGH

107.00
127.00
148.67
155.00
145.67
147.67
163.00a
147.00
159.67
105.33
87.00
98.00

29.00
14.33
41.00
28.67
24.00
24.00
30.33
43.67
44.00
18.67
21.00
13.67

JGH
(%)
18.32
9.55
20.54
15.69
12.73
12.41
15.24
23.86
21.41
16.01
18.52
12.38

B1000
(g)
26.93
27.05
26.20
26.61
26.91
26.16
26.37
27.15
28.84ab
28.03ab
26.15
25.88

1

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang
diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; PM: panjang
malai, JGI: jumlah gabah isi, JGH: jumlah gabah hampa, B1000: bobot 1 000 butir

Galur IPB160-F-54-2-1 juga merupakan galur dengan tingkat produktivitas
yang cukup tinggi. Galur ini mampu memproduksi gabah kering giling sebanyak
7.37 ton ha-1 dengan potensi hasil yang mencapai 7.80 ton ha-1. Galur IPB160-F54-2-1 memiliki panjang batang dan tinggi tanaman masing-masing 73.85 cm dan
112.67 cm sedangkan anakan produktifnya juga cukup tinggi yaitu rataanya
sebesar 14.87 (Tabel 2). Umur panen galur ini juga termasuk genjah yakni hanya
sekitar 107 HSS, sedangkan umur berbunganya rata-rata 79 HSS (Tabel 3). Jarak
antara umur berbunga dan umur panen biasanya disebut dengan masa pengisian
gabah. Masa pengisian gabah akan mempengaruhi kulitas gabah secara langsung,
misalnya pemanenan yang lebih awal akan menyebabkan masa pengisian gabah
berkurang yang juga akan menambah jumlah butir hijau sehingga penting untuk
menentukan waktu panen yang tepat. Masa pengisian gabah pada galur ini
tegolong singkat yaitu selama 28.33 hari (Tabel 3), dengan persentase gabah
hampa yang cukup rendah (12.73 %) maka masa pengisian gabah untuk galur ini
tergolong baik. Karakter generatif galur ini pun cukup baik, galur ini memiliki
panjang malai 24.56 cm. Peningkatan panjang malai pada padi diduga dapat

13

meningkatkan jumlah gabah total, tetapi Li et al. (2010) menyatakan panjang
malai pada padi tidak memengaruhi jumlah gabah total pada suatu malai tetapi
hanya memengaruhi kepadatan bulir padi. Galur ini memiliki jumlah gabah isi
sekitar 145 butir, jumlah gabah hampa 24 butir serta bobot 1 000 butir 26.91 g
(Tabel 4).
Terdapat galur yang memiliki karakter unggul yang spesifik seperti pada
galur IPB160-F-36-5-1 yang memiliki persentase gabah hampa yang paing rendah.
Galur IPB160-F-36-5-1 selanjutnya dapat digunakan sebagai tetua dengan sifat
unggul memiliki persentase gabah isi yang tinggi. Galur ini juga memiliki jumlah
anakan produktif terbanyak setelah varietas Mekongga dengan rataan 15.33
(Tabel 2) serta umur panen yang singkat. Karakter agronomi dari galur ini cukup
mendukung untuk berproduksi tinggi tetapi galur ini hanya memiliki tingkat
produktivitas 7.08 ton ha-1. Galur ini memiliki potensi untuk dikembangkan
khususnya dengan melihat tingkat produksi dan karakter agronomi galur ini bila
ditanam di wilayah lain karena didapati beberapa varietas padi yang telah dilepas
dapat berproduksi tinggi spesifik untuk lokasi tertentu. Adapun galur lain yaitu
galur IPB162-F-17-1-1 dan IPB168-F-8-1-1 memiliki karakter unggul pada
karakter bobot 1 000 butir. Bobot 1 000 butir galur IPB162-F-17-1-1 dan IPB168F-8-1-1 secara berurutan adalah 28.84 g dan 28.03 g yang secara statistik lebih
tinggi dari varietas Ciherang (26.15 g) dan Mekongga (25.88 g). Sayangnya kedua
galur ini memiliki umur panen yang lebih panjang dari galur lain serta jumlah
anakan yang cukup sedikit. Galur IPB162-F-17-1-1 juga memiliki persentase
gabah hampa yang cukup tinggi sebesar 21.41 %, sedangkan untuk galur IPB168F-8-1-1 memiliki jumlah gabah isi yang paling rendah dibanding galur lain yang
diuji yaitu hanya sekitar 105 butir gabah.
Galur lain yang juga diuji pada penelitian ini adalah IPB160-F-36-25-1,
IPB160-F-46-6-1, IPB160-F-54-3-1 dan IPB162-F-10-2-1. Galur IPB160-F-3625-1 menghasilkan gabah kering giling sebanyak 7.16 ton ha-1 dengan potensi
hasil mencapai 7.99 ton ha-1 pada ulangan 1. Rataan jumlah anakan produktif
galur ini adalah sebesar 14.53. Galur ini termasuk galur dengan malai yang
panjang, namun memiliki persentase jumlah gabah hampa yang banyak (20.54 %)
dengan bobot 1 000 butir yang rendah (26.20 g). IPB160-F-46-6-1 dan IPB162-F10-2-1 secara statistik merupakan galur dengan tingkat produktivitas yang
sebanding dengan Ciherang dan Mekongga, namun bila melihat angka di Tabel 1
kedua galur ini produktivitasnya cukup rendah dibanding galur lainnya. Galur
IPB160-F-46-6-1 memiliki produktivitas gabah kering giling 6.79 ton ha-1
sedangkan galur IPB162-F-10-2-1 produktivitasnya 6.51 ton ha-1. Galur IPB160F-46-6-1 memiliki jumlah anakan produktif 13.27, cukup rendah bila
dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yang digunakan, sedangkan
pada karakter jumlah gabah isi galur ini memiliki gabah isi yang cukup banyak
yaitu 155 butir dengan persentase gabah hampa sebesar 15.69 %. Galur IPB162-F10-2-1 adalah salah satu galur dengan jumlah anakan yang paling sedikit (12.73).
Selain itu, galur ini memliki umur berbunga dan umur panen yang relatif lebih
panjang daripada galur lain yang diuji. Galur ini memiliki persentase gabah
hampa terbesar mencapai 23.86 yang artinya hampir dari seperempat total gabah
pada malai tidak berisi. Namun bobot 1 000 butir galur ini cukup tinggi yaitu

14

sebesar 27.15 g. Galur IPB160-F-54-3-1 memiliki karkter antara lain tanaman
yang cukup tinggi (123.11 cm), jumlah gabah isi sedang (147 butir), bobot 1 000
butir sedang (26.16 g), jumlah anakan produktif paling rendah (12.27), namun
umur panen yang paling singkat (107 HSS). Galur IPB160-F-54-3-1 memiliki
produktivitas gabah kering giling 7.09 ton ha-1. Produktivitas galur ini sebenarnya
dapat lebih tinggi bila memiliki jumlah anakan yang lebih banyak. Keragaan
beberapa galur yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan uji F yang telah dilakukan pada taraf 5% (Lampiran 3), galur
berperan dalam mempengaruhi keragaan hampir seluruh karakter yang diamati
yaitu produktivitas, panjang batang, jumlah anakan produktif, umur berbunga,
umur panen, masa pengisian gabah, jumlah gabah isi serta panjang malai, hanya
pada bobot 1 000 butir yang pengaruhnya tidak nyata. Koefisien keragamannya
pun nilainya di bawah 10% hampir pada semua karakter kecuali pada karakter
jumlah gabah isi (22.99%).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Galur IPB160-F-36-2-1 merupakan galur dengan produktivitas tertinggi
yaitu rataan dari ketiga ulangan menghasilkan gabah kering giling 7.95 ton ha-1
yang juga lebih tinggi dari kedua varietas pembanding Ciherang (6.62 ton ha-1)
dan Mekongga (6.86 ton ha-1).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebelum dilakukan pengusulan
pelepasan varietas dari galur yang potensial pada penelitian ini seperti ketahanan
terhadap hama dan penyakit utama dan uji organoleptik serta mutu beras yang
dihasilkan oleh galur yang potensial tersebut. Selain itu juga perlu dilihat
produktivitas galur-galur diatas pada beberapa lokasi lain dan di musim yang
berbeda untuk melihat stabilitas keragaan dan tingkat adaptasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Kustianto B, Daradjat AA. 2005. Pembentukan
padi varietas unggul tipe baru Fatmawati. J Pertanian Tanaman Pangan,
[Internet]. [diunduh 2013 Mar 7]; 24(01). Tersedia pada:
http://pangan.litbang.deptan.go.id/tanaman-pangan-306.html

15

Bharadwaj C, Satyavathi CT, Rao SK, Mishra R, Jha S, Mishra DK. 2012.
Heterosis for Yield and Yield Components in Selected New Plant Type
Crosses of Rice (Oryza sativa L.). Trop Agric. 89:55-64
[BBP PADI] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Deskripsi Varietas Padi.
Subang (ID). Departeman Pertanian
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun.
[Internet]. [diunduh 2013 Jul 14]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/
view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12& notab=2
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Luas Panen – Produksi Tanaman Padi
Provinsi Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 14]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/ tnmn_pgn.php?kat=3&id_ subyek=53¬ab=0
De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Los Banos (PH).
John Wiley and Sons, Inc. p 31
Li F, Liu W, Tang J, Chen J, Tong H, Hu B, Li C, Fang J, Chen M, Chu C. 2010.
Rice Dense and Erect Panicle 2 is Essential for Determining Panicle
Outgrowth and Elongation. Cell Research. 20:838-849
Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID). Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 325 hlm
Nugraha S. 2012. Inovasi Teknologi Pascapanen untuk Mengurangi Susut Hasil
dan Mempertahankan Mutu Gabah/Beras di Tingkat Petani. Buletin Teknologi
Pascapanen Petanian. 8(1):48-61
Peng S, Khush GS, Virk P, Tang Q, Zou Y. 2008. Progess in Ideotype Breeding to
Increase Rice Yield Potential. Field Crop Research. 108:32-38
Sanghera GS, Sharma D. 2013. Breaking Yield Ceiling in Rice through Ideotype
Breeding and Phsyological Inverventions. Jour Pl Sci Res. 29(2):191-209
Sudarna. 2010. Teknik pengujian daya hasil lanjutan beberapa galur harapan padi
sawah tipe baru. Bul. Teknik Pertanian. 15(2): 48-51.
Susanto U, Daradjat AA, Suprihatno B. 2003. Perkembangan pemuliaan padi
sawah di Indonesia. J Litbang Pertanian. 22(3):1-7.
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Depok
(ID): Penebar Swadaya. p 236-237
Worede F, Sreewongchai T, Phumichai C, Sripichitt P. 2013. Multivariate
Analysis of Genetic Adversity among some Rice Genotypes Using Morphoagronomic Traits. J. Plant Sci. 10:1-11
Yang W, Peng S, Laza RC, Visperas RM, Dionisio-sese ML. 2007. Grain Yield
and Yield Attributes of New Plant Type and Hybrid Rice. Crop Science.
47:1393-1400
Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Manila (PH): IRRI.268p

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Layout petak penelitian dan pemberian kode pada galur

Ulangan 3

Ulangan 2
Ulangan 1

Galur/varietas
IPB160-F-36-2-1
IPB160-F-36-5-1
IPB160-F-36-25-1
IPB160-F-46-6-1
IPB160-F-54-2-1
IPB160-F-54-3-1
IPB160-F-54-21-1
IPB162-F-10-2-1
IPB162-F-17-1-1
IPB168-F-8-1-1
Ciherang
Mekongga

Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

17

Lampiran 2 Rata-rata curah hujan dan suhu di Dramaga, Bogor bulan AprilAgustus 2014 (BMKG Dramaga, Bogor)
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Rataan

Curah Hujan (mm)
511
277
85
349
538
352

Suhu (°C)
26.2
26.2
26.5
25.8
25.7
26.1

Lampiran 3 Rekapitulasi analisis uji F dan koefisien keragaman pada berbagai
karakter agronomi dan produktivitas galur-galur dan varietas
pembanding yang diuji
Karakter
Produktivitas
Panjang batang
Jumlah anakan produktif
Umur berbunga
Umur panen
Masa pengisian gabah
Jumlah gabah isi
Jumlah gabah hampa
Panjang malai
Bobot 1 000 butir
1

Uji F1
**
**
**
**
**
**
*
**
**
tn

Koefisien Keragaman
6.39 %
5.15 %
9.26 %
0.99 %
1.01 %
2.55 %
22.99 %
4.87 %#
2.89 %
3.59 %

Baris yang terdapat simbol; ** = sangat berbeda nyata pada taraf 5%,* = berbeda nyata pada taraf
5%, tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%, # = transformasi

18

Lampiran 4 Deskripsi verietas pembanding Ciherang dan Mekongga
Ciherang
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks Glikemik
Bobot 1 000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
Ketahanan terhadap
Hama Penyakit

Anjuran tanam
Pemulia
Dilepas tahun

: S3383-1D-PN-41-3-1
: IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
: Cere
: 116-125 hari
: Tegak
: 107-115 cm
: 14-17 batang
: Hijau
: Hijau
: Tidak berwarna
: Tidak berwarna
: Hijau
: Kasar pada sebelah bawah
: Tegak
: Tegak
: Panjang ramping
: Kuning bersih
: Sedang
: Sedang
: Pulen
: 23%
: 54
: 28 g
: 6,0 t/ha
: 8,5 t/ha
: Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan
biotipe 3
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
: Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran
rendah sampai 500 m dpl.
: Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.
Daradjat
: 2000

19

Mekongga
Nomor seleksi
Asal persilangan
Golongan
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Warna gabah
Kerontokan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1 000 butir
Rata-rata hasil
Potensi hasil
Ketahanan terhadap
Hama
Penyakit
Anjuran tanam
Instansi pengusul
Pemulia
Tim peneliti
Teknisi

Dilepas tahun

: S4663-5D-KN-5-3-3
: A2790/2*IR64
: Cere
: 116-125 hari
: Tegak
: 91-106 cm
: 13-16 batang
: Hijau
: Hijau
: Tidak berwarna
: Tidak berwarna
: Hijau
: Agak kasar
: Tegak
: Tegak
: Ramping panjang
: Kuning bersih
: Sedang
: Pulen
: 23%
: 88
: 28 g
: 6,0 t/ha
: 8,4 t/ha
: Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
: Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
: Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai
ketinggian 500 m dpl
: Balitpa dan BPTP Sultra
: Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan
Sahardi
: B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B. P.,
Triny S. Kadir, dan A. Rifki
: M. Suherman, Abd. Rauf Sery, Uan D., S. Toyib S.M.,
Edi S. MK, M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono,
Didi dan Neneng S.
: 2004

20

Lampiran 5

Keragaan beberapa galur padi di lahan Dramaga, Bogor

Kondisi tanaman pada 9 MST

Kondisi tanaman pada 11 MST

IPB160-F-36-5-1 (10 MST)

IPB160-F-36-25-1 (10 MST)

IPB160-F-46-6-1 (10 MST)

IPB160-F-54-2-1 (10 MST)

21

IPB160-F-54-3-1 (10 MST)

IPB162-F-10-2-1 (10 MST)

IPB162-F-17-1-1 (10 MST)

IPB168-F-8-1-1 (10 MST)

Varietas Ciherang

Varietas Mekongga

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bekasi pada tanggal 4 Maret 1993 dengan orang tua yang
bernama Istoyo Agus Patono (Ayah) dan Nurtohidah (Ibu). Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SDN Margahayu X pada tahun
2004, SMPN 4 Tambun Selatan pada tahun 2007 dan SMAN 4 Tangerang Selatan
pada tahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di departemen
Agronomi dan Hortikultura melalui jalur undangan (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan
di IPB baik sebagai panitia ataupun peserta. Penulis pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai DIKTI pada tahun 2012 dan 2013.
Penulis juga mengikuti organisasi kemahasiswaan departemen yaitu Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) pada tahun 2013 sebagai Staf Departemen
Komunikasi dan Informasi dan pada tahun 2014 sebagai Ketua Departemen
Komunikasi dan Informasi.