Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara Dengan Aspek Khusus Pembibitan

PENGELOLAAN TANAMAN KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE
SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA
DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

RADHIYA NUR ANWAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengelolaan tanaman karet
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera
Utara dengan aspek khusus pembibitan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Radhiya Nur Anwar
NIM A24100087

ABSTRAK
RADHIYA NUR ANWAR. Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara Dengan Aspek
Khusus Pembibitan. Dibimbing oleh SUWARTO.
Kegiatan magang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman dalam aspek teknis maupun aspek manajemen dalam proses pengelolaan
tanaman karet di lapangan. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Juni 2014 di kebun dolok merangir PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate,
Sumatera Utara. Pada tahun 2025 Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil
karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3.8-4.0 juta ton tahun-1. Produktivitas
karet Indonesia pada tahun 2012 adalah 1 073 kg ha-1. Produktivitas dapat meningkat

jika areal tanaman yang saat ini kurang produktif diremajakan menggunakan klon
unggul. Pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi.
Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan okulasi kemudian diuji menggunakan analisis data
statistika yaitu uji F. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase keberhasilan
okulasi lebih tinggi pada kondisi batang bawah yang sedang dorman. Persentase
keberhasilan okulasi tertinggi terdapat pada klon PB 260 (86.12%) dengan rata-rata
pertumbuhan tunas 12.24 cm bulan-1 dan persentase keberhasilan okulasi terendah
yaitu pada klon DMI 35 (48.31%). Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi
pada tanaman karet adalah pada pukul 07.00-09.00 WIB karena transpirasi dan
intensitas cahaya matahari masih rendah.
Kata kunci : karet, klon, okulasi, pembibitan

ABSTRACT
RADHIYA NUR ANWAR. Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) in PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate North Sumatera With Special
Aspects of Nursery. Supervised by Suwarto.
Internship activities enhanced knowledge, skills, and enriched experience in
technical aspects and management aspects of rubber management process in the field.
This activity started from February to June 2014 in Dolok merangir PT Bridgestone

Sumatra Rubber Estate, North Sumatra. In 2025 Indonesia targeted to be the largest
natural rubber producing countries in the world with a production of 3.8-4.0 million
tons year-1. Indonesian rubber productivity in 2012 was 1 073 kg ha-1. The
productivity can be increased if the plant area which less productive rejuvenated by
superior clones. Nursery in rubber influenced by budding activities. The observations
aimed to determine the factors which affect of success budding and tested by
statistical data analysis of F-test. The results showed that a higher percentage of
successful budding rootstock on dormant condition. The percentage of budding
success was highest in clones PB 260 (86.12%) with an average shoot growth of
12.24 cm month-1and the percentage of budding success was less in clones DMI 35
(48.31%). The best time for budding at 7:00 to 9:00 pm because low of transpiration
and low light intensity.
Keywords: budding, clone, nursery, rubber

PENGELOLAAN TANAMAN KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE
SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA
DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

RADHIYA NUR ANWAR


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul
“Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara Dengan Aspek Khusus Pembibitan” dapat
diselesaikan dengan baik.
Proses pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang

mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Bapak Ahidin dan Ibu Eni iriani, serta keluarga yang
senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi serta dukungannya kepada
penulis.
2. Prof Dr Ir Soedirman Yahya, MSc, selaku dosen pembimbing akademik atas
segala bimbingan dalam penyusunan rencana studi dan permasalahan terkait
akademik.
3. Dr Ir Suwarto, MSi. selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan,
arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah.
4. Dr Dwi Guntoro, SP, MSi. Selaku dosen penguji pada ujian akhir atas segala
masukkan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah.
5. Anggi Nindita, SP, MSi. Selaku dosen penguji pada ujian akhir atas segala
masukkan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah.
6. Ir Zuki ElNasir selaku Manager Divisi III PT BSRE atas bimbingannya
dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan.
7. Ir Heri Haryono selaku Manager Divisi IV PT BSRE atas bimbingannya
dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan.
8. Ir PE Sibarani selaku Asisten Sub-divisi I PT BSRE atas bimbingannya
dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan.

9. Ir Rizalsyah selaku Asisten FSD PT BSRE atas bimbingannya dalam
pelaksanaan magang dan pembuatan laporan.
10. HRD dan Safety Departement PT BSRE atas dukungannya dalam
pelaksanaan magang.
11. Mandor Besar beserta jajaran di Sub-divisi I PT BSRE atas bimbingannya
dalam pelaksanaan magang.
12. Keluarga Bapak Mulyadi dan Bapak Jumadi atas dukungan dan semangat
kepada penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.
13. Sahabat-sahabat Eddelweis 47 atas dukungan dan semangat kepada penulis
dalam menyusun karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014

Radhiya Nur Anwar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Karet
Budi Daya Tanaman Karet
Pembibitan Tanaman Karet
METODE
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum

Okulasi
Kondisi batang bawah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
5
8

8
8
9
9
10
10
10
10
15
15
22
36
36
36
41
44
44
44
45
43

53

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5

Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu BSRE
11
Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu
PT BSRE tahun 2005-2012
11
Luas areal penanaman TM dan TBM sesuai tahun tanam di Divisi III Dolok
Ulu PT BSRE
12
Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
13

Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
14

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Faktor sukses okulasi
17
Kode aplikasi stimulansia
29
Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE
31
Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
32
Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
32
Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
33
Perbedaan antara okulasi dini, hijau, dan cokelat
37
Persentase keberhasilan okulasi tiap klon
39
Pengamatan rata-rata tinggi tunas pada 5 klon yang diamati
40
Pengamatan kondisi batang bawah terhadap persentase keberhasilan okulasi 42
Hasil pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan
okulasi
43

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kegiatan persemaian
Kegiatan penanaman benih
Kegiatan okulasi
Kegiatan pembukaan okulasi
Kegiatan pewiwilan
Kegiatan seleksi bibit
Kegiatan angkut bibit
Aplikasi pupuk dasar
Kegiatan kebun entres
Sistem penanaman mata lima pada tanaman karet
Kegiatan pembibitan LCC
Kegiatan pengendalian gulma
Kegiatan semprot strip
Kegiatan pemupukan TBM
Metode menunas
Kegiatan aplikasi ELS
Kegiatan retraining

16
16
18
19
19
20
20
21
21
23
24
26
27
28
28
30
33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL
Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor
Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Assistan Sub-divisi
Peta kebun PT BSRE
Data curah hujan kebun PT BSRE
Struktur organisasi divisi III PT BSRE
Deskripsi klon yang digunakan

47
48
50
51
52
53
54

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang penting baik untuk lingkup Indonesia maupun bagi internasional.
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli produksi
negara-negara lain. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia. Tanaman karet memiliki prospek yang sangat cerah sehingga upaya
peningkatan produktivitas usaha tani karet terus dilakukan, terutama dalam bidang
teknologi budidaya. Sumber devisa ini tentunya harus dikembangkan melalui
peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga, modal, dan teknologi yang tersedia tentang karet.
Luas areal karet Indonesia saat ini, 85% (2.8 juta ha) merupakan areal
perkebunan karet rakyat yang memberikan kontribusi 81% terhadap produksi
karet alam nasional (Balit Sembawa 2010). Secara keseluruhan luas pertanaman
karet di Indonesia dari tahun 1995 hingga tahun 2012 cenderung fluktuatif, tetapi
pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun
2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas 3 506 201 ha dengan produksi
mencapai 3 012 254 ton dan produktivitas 1 073 kg karet kering ha-1 (Ditjenbun
2013). Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet
alam terbesar di dunia dengan produksi 3.8–4.0 juta ton tahun-1. Permasalahan
utama karet Indonesia adalah produktivitas dan mutu karet rakyat yang sangat
rendah. Peningkatan produksi dapat dicapai jika areal kebun karet (rakyat) yang
saat ini kurang produktif dapat diremajakan dengan menggunakan klon karet
unggul sehingga produktivitas rata-rata naik minimal 1 500 kg karet kering ha-1
(Anwar 2007). Penggunaan bibit dari klon unggul dapat meningkatkan
produktivitas rata-rata kebun dari 1 400-2 000 kg karet kering ha-1 tahun-1 menjadi
3 500 kg karet kering ha-1 tahun-1 (Balit Sembawa 2010).
Perbaikan teknologi budi daya juga dapat menjadi salah satu usaha dalam
meningkatkan produksi karet di Indonesia. Persiapan pembibitan merupakan
aspek budi daya yang sangat penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan
menjadi tua dan kurang produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan
vegetatif mempunyai peranan yang penting dalam budi daya tanaman perkebunan
karena akan menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya
sehingga memiliki sifat-sifat yang hampir seragam serta memiliki kemampuan
produksi yang merata. Keseragaman ini akan meningkatkan efisiensi manajemen
pengelolaan perkebunan (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Penyediaan bibit
tanaman karet umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif terutama
menggunakan teknik okulasi. Kendala yang terdapat dalam teknik okulasi
tanaman karet diantaranya penggunaan klon unggul belum optimal dan pemilihan
teknik okulasi yang belum sesuai. Oleh karena itu pengamatan aspek-aspek yang
mempengaruhi keberhasilan okulasi perlu dilakukan.

2
Tujuan Magang
Tujuan magang secara umum untuk meningkatkan relevansi atau kesesuaian
antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan serta meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam memahami aspek teknis maupun aspek manajemen
dalam proses pengelolaan tanaman karet di lapangan. Tujuan secara khusus yaitu
untuk mempelajari dan mengetahui pengelolaan aspek pembibitan tanaman karet
terutama faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) berasal dari Brazil.
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 m dengan diameter
batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan
percabangan di bagian atas. Batang ini mengandung getah yang dikenal dengan
nama lateks.
Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Ada dua
jenis karet yaitu karet alam dan karet sintesis. Setiap jenis karet ini memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga keberadaannya saling melengkapi.
Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintesis dan sebaliknya, sehingga
kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Karet alam berasal dari alam yang
terbuat dari getah tanaman karet. Sifat dan kelebihan karet alam yaitu daya elastis
atau daya lenting yang sempurna, tidak mudah panas, tidak mudah retak, dan
sangat plastis, sehingga mudah diolah (Setiawan dan Andoko 2008).
Penelitian tentang pemuliaan karet terus dilakukan, sehingga diperoleh jenis
karet baru yang sesuai dengan keinginan. Teknik okulasi yang didahului dengan
seleksi tanaman induk sebagai awal kegiatan pemuliaan tanaman dapat
menghasilkan klon tanaman karet dengan potensi produksi lateks tinggi. Okulasi
dalam proses pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bahan tanam dengan
kualitas yang memiliki produktivitas lateks yang tinggi atau disebut klon unggul.
Produktivitas lateks dari klon-klon yang dianjurkan umumnya akan semakin
meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Tahun-tahun
pertama, produksinya biasanya hanya 100-1000 kg karet kering ha-1 tahun-1.
Produksi tersebut akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun
ke-8 sebesar 2000 kg karet kering ha-1 tahun-1. Setelah itu, produksinya akan terus
menurun sampai diremajakan (Setiawan dan Andoko 2008). Aspek pembibitan
yang menentukan kualitas klon yang dihasilkan harus diperhatikan agar
mendapatkan hasil lateks yang optimal.
Budi Daya Tanaman Karet
Aspek budi daya dalam pengelolaan tanaman karet merupakan bagian yang
sangat penting. Sistem budidaya yang baik akan menghasilkan hasil panen dengan

3
kualitas yang lebih baik. Hasil panen yang bermutu tinggi juga akan
meningkatkan produktivitas dan tentunya jumlah produksi karet akan meningkat.
Berikut ini adalah faktor budi daya yang penting dan harus diperhatikan.
Pemilihan Lokasi
Tanaman karet akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang memiliki
ketinggian antara 200–400 mdpl, kemiringan maksimum 45o dengan kualitas
tanah yang baik. Ketinggian >600 mdpl tidak cocok untuk tanaman karet karena
berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Suhu optimal untuk tanaman karet antara
25 oC sampai 35 oC. Tanaman karet dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan
antara 1 500–4 000 mm tahun-1 dan merata sepanjang tahun, akan tetapi tanaman
karet akan tumbuh lebih baik di daerah dengan curah hujan antara 2 500–4 000
mm tahun-1 dengan 100–150 hari hujan tahun-1 (Anwar 2001).
Pengolahan Tanah dan Persiapan Tanam
Pengolahan tanah dan persiapan tanam berkaitan dengan istilah replanting
dan newplanting. Replanting merupakan penanaman ulang setelah tanaman lama
dianggap tidak ekonomis lagi, sedangkan newplanting merupakan penanaman
bukaan baru yang sebelumnya tidak ditanami tanaman karet. Kegiatan ini dimulai
dari pembabatan pohon-pohon yang tumbuh, hal ini dilakukan dengan cara
manual atupun dengan cara mekanik untuk kebun yang luas. Setelah itu tanah
dibongkar atau dibajak dengan cangkul atau traktor sehingga sisa-sisa akar
terangkat. Pada tanah yang bergelombang dengan kemiringan diatas 10 o dibuat
teras dengan lebar teras minimal 1.5 m jarak antara teras yang satu dengan yang
lain 7 m untuk jarak tanam 7 m x 3 m. selain itu pada pengolahan tanah harus
diperhatikan juga perencanaan pembuatan jalan untuk lancarnya pengawasan dan
pekerjaan di kebun dengan pertimbangan menyesuaikan dengan kemudahan
angkutan lateks dari kebun ke tempat pengolahan (Setiawan dan Andoko 2008).
Penanaman
Sistem penanaman karet harus direncanakan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan hasil produksi yang baik. Sistem penanaman karet yaitu dengan
sistem monokultur atau sistem tumpang sari. Pada sistem monokultur
penanamannya dengan jarak segi tiga, bujur sangkar, dan tidak teratur. Sistem
jarak tanam segitiga dan bujur sangkar menghasilkan jarak tanam yang teratur
tetapi hanya bisa diterapkan pada penanaman di tanah yang datar sampai agak
tegak. sedangkan untuk jarak tidak teratur hanya untuk penanaman di tanah
miring yang diteras. Bibit okulasi yang biasanya ditanam di kebun biasanya
diperoleh dari kebun pembibitan atau dari polybag sehingga untuk
memindahkannya harus dibongkar terutama bibit yang berasal dari kebun
pembibitan.
Sebelum penanaman dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang 4.5 m x
4 m dan pembuatannya dimulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak tanam
tersebut. Jarak tanam yang digunakan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
dan tergantung pada kebijakan manajemen masing-masing perkebunan. Lubang
tanam untuk okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik adalah 40 cm x 40
cm x 40 cm. sedangkan untuk bibit okulasi stum tinggi umur 2–3 tahun adalah 60
cm x 60 cm x 60 cm. jika panjang akar tunggang bibit stum tinggi lebih dari 80

4
cm, maka dibagian tengah lubang tanam ditugal sedalam 20 cm. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang, kemudian
ditimbun dengan tanah bawah (subsoil) dan tanah atas (topsoil). Setelah itu lubang
tanam diisi tanah sampai penuh dan dipadatkan sampai permukaannya rata dengan
sekelilingnya untuk mencegah dan menahan terjadinya erosi (Boerhendhy dan
Suryaningtyas 2012).
Kebutuhan Bibit
Kerapatan tanaman karet berkisar 500–600 tanaman ha-1, tergantung
variasi jarak tanam dan kondisi lahan (Boerhendhy dan Suryaningtyas 2012).
Kebutuhan bibit untuk tiap hektarnya dipengaruhi oleh jarak tanam yang
digunakan. Jarak tanam 4.5 m x 4 m jumlah pohon yang bisa ditanam untuk 1 ha
adalah 555 pohon. Selain itu disiapkan juga bibit untuk sulaman sebanyak 5%
dari jumlah yang akan ditanam sehingga jumlah bibit yang harus disiapkan
berjumlah 527 bibit siap tanam hektar-1. Bibit yang ditanam harus memiliki
kualitas yang baik dan jagur.
Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman terbagi atas perawatan tanaman sebelum menghasilkan
dan perawatan tanaman menghasilkan. Perawatan tanaman sebelum menghasilkan
meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan,
pemeliharaan tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 2 tahun sehingga
tahun ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman. Penyiangan gulma dapat
dilakukan dengan cara manual dan kimia. Penyiangan dengan cara manual
biasanya dilakukan 2–3 kali setahun. Sedangkan secara kimia gulma dapat
dikendalikan dengan herbisida dilakukan 2–3 kali dalam setahun.
Kegiatan pemupukkan bertujuan untuk mempertahankan kesuburan dan
menjaga kelestarian tanah, menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman,
mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan penyakit, mempercepat matang sadap dan mempertahankan produksi
(Wijaya dan Hidayati 2012). Cara pemupukan ada 2 macam, yaitu manual circle
dan chemical strip weeding. Pemupukan dengan cara manual circle dilakukan
dengan terlebih dahulu membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan jarak
dari pohon disesuaikan dengan umur tanaman. Setelah itu pupuk ditaburkan di
saluran dan ditutup kembali dengan tanah. Sedangkan pemupukan dengan cara
chemical strip weeding dilakukan dengan meletakan pupuk di luar jarak 1.0–1.5 m
dari barisan tanaman. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pergantian musim,
antara musim penghujan ke musim kemarau. Jenis pupuk yang diberikan adalah
urea (45% N), SP36 (36% P2O5), dan KCL (50% K2O). Dosis yang digunakan
disesuaikan dengan jenis tanah yang ditanami (Setiawan dan Andoko 2008).
Peremajaan
Peremajaan dilakukan pada kebun-kebun karet yang pohonnya sudah tidak
berproduksi dengan baik atau sudah melebihi umur ekonomisnya. Karet yang
sudah tua ditebang dan akarnya dibongkar. Perlakuan peremajaan dilakukan
seperti pada saat penanaman baru. Hanya saja, pada penanaman bibit perlu

5
dilakukan pemupukan karena tanah bekas kebun karet sangat kurang unsur
haranya.
Pembibitan Tanaman Karet
Tanaman karet mempunyai masa produksi efektif selama 30 tahun setelah
itu memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Jika
tetap dipelihara dan disadap maka hasil yang diperoleh tidak akan menguntungkan
secara ekonomis sehingga diperlukan peremajaaan. Proses peremajaan tanaman
karet disiapkan dalam proses pembibitan, oleh karena itu pembibitan merupakan
salah satu bagian terpenting dalam budidaya tanaman karet (Setiawan dan Andoko
2008).
Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman atau bibit
yang ditanam, mutu bahan tanam dipengaruhi oleh mutu genetik, mutu fisiologi,
mutu fisik. Pemilihan klon unggul anjuran tanaman karet untuk diusahakan, yaitu:
1) klon penghasil lateks, dan 2) klon lateks-kayu. Persiapan bahan tanam
dilakukan sebelum penanaman dengan tenggang waktu kira-kira 1.0–1.5 tahun.
Oleh karena itu persiapan bahan tanam harus dilakukan dengan baik. Menyiapkan
bahan tanam meliputi 3 bagian kegiatan yaitu: penyiapan batang bawah (root
stock), penyiapan batang atas (budwood) dan okulasi (grafting).
Penyiapan Batang Bawah
Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang
akan digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi.
Tanaman untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap
air dan hara yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi
juga dipengaruhi oleh batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara
tanah untuk kepentingan metabolisme tanaman.
Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan lahan,
penanganan benih, persemaian, dan pemeliharaan tanaman di pembibitan
(Boerhendhy 2012).
Persiapan lahan. Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif
datar, mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar
putih. Hal yang harus diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar
dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan
diolah dengan cara dibajak dan digaru menggunakan cara manual atau dengan
traktor serta dilakukan pemupukan dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan
dosis 600-1 200 kg ha-1 hingga siap untuk ditanami (Boerhendhy 2012).
Penanganan Benih. Benih yang digunakan hendaknya berupa benih karet
yang minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi jika kedua
induknya diketahui, sementara itu benih sapuan atau tidak diketahui kedua
tetuanya tidak baik untuk dijadikan batang bawah. Klon-klon yang dianjurkan
sebagai batang bawah adalah klon GT1, LCB 1320, dan AVROS 2037. Tanaman
untuk batang bawah ditanam 1.0–1.5 tahun sebelum diokulasi. Jumlah bibit per
hektar berkisar antara 65 000–73 000 populasi tanaman. Kebutuhan benih untuk
jumlah tersebut sekitar 100 000–120 juta butir benih (BPTPJ 2007).
Persemaian. Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan
untuk memperoleh batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi)

6
bibit yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat
dan kurang baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah
pengolahan tanah dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya
kecambah di lapang. Benih yang akan dijadikan benih harus memenuhi
persyaratan ukuran benih seragam, kulit benih segar, jernih, mengkilat, dan
memantul bila dijatuhkan serta tidak berbunyi bila diguncang. Benih yang baik
mempunyai endosperm yang berwarna putih (Supijatno dan Iskandar 1998).
Penyiapan Batang Atas atau Kebun Entres
Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus
selalu mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk
keberlanjutan produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki
kebun entres yang sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres
merupakan kebun untuk mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin
kemurniannya sebagai bahan okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif
(Robbyana 2002). Berdasarkan perbedaan tanah dan iklim dari beberapa tempat di
Indonesia maka penanaman klon karet yang dianjurkan dibagi atas dua kelompok
yaitu klon anjuran untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan
Bogor adalah GT1. Sedangkan klon yang memiliki harapan untuk dijadikan
batang atas adalah PR 300. Daerah tersebut adalah Jambi, Sumatera Selatan,
lampung, Bengkulu, Jawa, Kalimantan, dan daerah Indonesia Timur. Klon anjuran
untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan Medan adalah GT1,
PR 107, dan AVROS 2037. Daerah-daerah tersebut adalah Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, dan Riau.
Okulasi
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan
dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis
dengan tujuan mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh
bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag,
atau stum tinggi. Teknik okulasi yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre
green budding), okulasi hijau (green budding), dan okulasi coklat (brown
budding). Ketiga macam teknik okulasi tersebut relatif sama, perbedaannya hanya
terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya (Amypalupy 2012).
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kompatibilitas
kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang bawah yang
kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi harus tajam
dan pekerja harus teliti dan sabar (Setiawan dan Andoko 2008). Tahapan
pelaksanaan okulasi yang harus diperhatikan yaitu kesiapan batang bawah,
penempelan perisai mata okulasi, pembungkusan, dan pemeriksaan hasil okulasi.
Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah
yang dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang okulasi.
Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang tanaman
berkisar 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai minimal
3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan dorman
sehingga kulit tidak lengket (Amypalupy 2012).
Penempelan perisai okulasi. Okulasi diawali dengan menoreh batang
bawah sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan

7
dilakukan untuk membuat jendela okulasi. Lebar jendela okulasi 1.0–1.5 cm,
panjang 5–6 cm, tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah.
Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan
membuat jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang
bawah. Perisai mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata
okulasi yang terbaik untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas
bekas tangkai daun. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan
mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai mata okulasi
ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah jendela
okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi tidak
bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut.
Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi
benar-benar menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran.
Pembalutan sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan
berukuran panjang 40 cm dan lebar 2.0–2.5 cm. untuk bukaan dari atas,
pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada
proses okulasi harus selalu bersih dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin
jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi
biasanya dilakukan pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan dan
Andoko 2008).
Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara
membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila perisai
mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil dan jika perisai
mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi dinyatakan mati (Amypalupy 2012).
Pembukaan okulasi (Kontrol 1) dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup
diberi tanda plastik dan yang mati diberi tanda, kemudian dihitung baik jumlah
yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 2) dilaksanakan 10 hari setelah kontrol 1
(31 hari setelah okulasi), yang mati tanda tali plastiknya dibuka sedangkan yang
hidup diberi tali plastik, kemudian dihitung jumlah okulasi yang hidup maupun
yang mati. (Kontrol 3) dilaksankan 10 hari setelah kontrol 2 (41 hari setelah
okulasi), yang hidup diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali plastiknya
dibuka. Untuk memudahkan pengenalan masing-masing klon, maka sambil
menghitung okulasi yang hidup pada kontrol 3 perlu dilakukan pemberian tanda
sebagai cirri klon. Okulasi dilakukan kembali di belakang jendela okulasi yang
mati pada kontol 3 (Robbyana 2002).
Pemotongan bibit. Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di
atas jendela okulasi dengan sudut miring 30o–45o membelakangi jendela okulasi.
Penampang bekas potongan ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan
tertutup dan mengurangi penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman
setelah pemotongan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit
dilebihkan 5% untuk cadangan dalam persiapan penanaman ke polybag.
Estimasi Jadwal Pemeliharaan Pembibitan Tanaman Karet
Proses kegiatan persemaian dan pembibitan tentunya memiliki tahapan
pemeliharaan yang harus diketahui, sehingga akan memudahkan dalam
mengestimasi langkah kerja yang harus dilakukan.
Menurut Robbyana (2002) Estimasi jadwal kerja dalam proses persemaian
dan pembibitan tanaman karet antara lain :
1. Pengecambahan
: Bulan Maret – April

8
2. Pindah ke lapangan
3. Seleksi Pertama
4. Seleksi Kedua
5. Okulasi
6. Kontrol I
7. Kontrol II
8. Kontrol III
9. Pemotongan
10. Pindah ke polybag
11. Pindah ke lapangan

: Bulan April, paling lambat bulan Mei
: Bulan Agustus – September
: Bulan November – Desember
: Bulan Januari – Maret
: 21 hari setelah okulasi
: 10 hari setelah bukaan okulasi
: 10 hari setelah pemerikasaan ke-1
: Tergantung jadwal penanaman
: Bulan Mei – Juli
: Bulan September–November (payung ke-2)

METODE

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan karet PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan
magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Februari sampai bulan
Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan teknis dan
kegiatan manajerial. Kegiatan teknis dilakukan untuk mendapatkan keterampilan
teknis. Kegiatan yang dilakukan adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL)
selama 1 bulan mengikuti kegiatan sesuai dengan yang dilaksanakan di lapang.
Kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan antara lain pembibitan, pemupukan,
pengendalian gulma, penyadapan, aplikasi stimulansia, dan lain-lain. Kegiatan
manajerial dilakukan sebagai pendamping mandor selama 2 bulan, sebagai
pendamping sinder Sub-Divisi selama 1 bulan, dan penyusunan laporan serta
membantu dalam kegiatan administrasi kebun untuk memperoleh keterampilan di
tingkat manajerial.
Aspek khusus yang diambil sebagai bahan analisis yaitu mengenai
pembibitan tanaman karet. Pengumpulan data yang diperlukan terdiri atas data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengamati parameter
keberhasilan okulasi yaitu (1) persentase keberhasilan okulasi pada berbagai
kondisi batang bawah, (2) persentase keberhasilan okulasi antar klon, (3)
persentase keberhasilan okulasi pada berbagai waktu okulasi, (4) pengamatan
pertumbuhan tunas hasil okulasi, dan (5) pengamatan pertumbuhan tanaman
menghasilkan. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi literatur dan
pengumpulan data sekunder dari arsip perkebunan yaitu data-data keadaan
umum perusahaan dan kebun, antara lain luas areal, curah hujan, iklim, konsesi
dan tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam, populasi tanaman, jenis klon
tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja dan standar
hari kerja), peta lokasi, dan data produktivitas dari masing-masing klon yang

9
ditanam pada tahun 2013. Selain itu juga dilakukan studi pustaka melalui laporan
penelitian, jurnal, buku teks, dan sumber pustaka yang lain. Jurnal kegiatan harian
magang terlampir pada Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan pada aspek khusus pembibitan tanaman karet dalam kegiatan
magang sebagai data primer yang dikumpulkan terdapat beberapa parameter
khusus yang diamati, yaitu antara lain:
1.
Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang
bawah. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada hari yang berbeda dan juru
okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman contoh pada
kondisi daun batang bawah yang sedang flush dan dorman, sehingga
terdapat 210 satuan pengamatan.
2.
Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330,
PB 340, DMI 13, DMI 35) diperoleh dari pemeriksaan okulasi pada kontrol
ke-2. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru
okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari ±275 tanaman contoh,
sehingga terdapat 4 125 satuan percobaan.
3.
Pengamatan tanaman contoh pada 3 waktu berbeda yaitu pada pukul 07.0009.00, 09.00-11.00, dan 11.00-13.00 WIB. Pengamatan terdiri atas 3
ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap
ulangan terdiri dari ±450 tanaman contoh, sehingga terdapat 4 050 satuan
percobaan.
4.
Pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330,
PB 340, DMI 13, DMI 35). Pengamatan ini dilakukan pada 100 tanaman
contoh tiap klon. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah
daun pada 1 bulan dan 2 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback)
kemudian dirata-ratakan. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng
yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari 35
tanaman contoh, sehingga terdapat 525 satuan percobaan.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip kebun dan
dokumentasi lainnya. Data sekunder yang diperoleh antara lain luas areal, curah
hujan, iklim, konsesi dan tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam,
populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan
(jumlah pekerja, keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta lokasi, peta
sebaran populasi, data produktivitas dari masing-masing klon yang ditanam, data
umur ekonomi dari masing-masing klon yang ditanam, dan data sebaran populasi
klon di tiap blok.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analaisis
deskriptif dilakukan dengan membandingkan data terhadap standar baku
perusahaan. Analisis kuantitatif hasil pengamatan terhadap persentase
keberhasilan okulasi, tinggi tunas, kondisi batang bawah, dan waktu okulasi
dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam

10
menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez 2007).

KEADAAN UMUM

Letak Geografi
Perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) terletak di
Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara. Perkebunan karet ini secara geografis terletak pada 3 o 6’ 57.5”
Lintang Utara dan 99o 7’ 17.8” Bujur Timur. Letak wilayah administratif PT
BSRE adalah sebelah timur berbatasan dengan PTPN IV Unit Dolok Ilir, sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok, sebelah utara berbatasan
dengan kebun PTPN III Unit Gunung Para, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tapian Dolok.
Perkebunan karet PT BSRE (Head Office) terletak pada ketinggian
±141 meter di atas permukaan laut dengan kondisi kelerengan lahan datar hingga
berbukit. Peta lokasi Perkebunan Karet PT BSRE sesuai luas lahan konsesi
terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan iklim di perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate
menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk kedalam tipe iklim A (sangat
basah) dengan kelembaban udara harian rata-rata + 75 % dan suhu rata-rata harian
30 oC. Rata-rata curah hujan tahunan di Perkebunan Karet PT BSRE adalah 2 377
mm tahun-1 dengan rata-rata bulan basah (BB) 9.30 bulan dan bulan kering (BK)
1.10 bulan dalam setahun. Data curah hujan di Perkebunan Karet PT BSRE dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Jenis tanah yang terdapat di Perkebunan Karet PT Bridgestone Sumatra
Rubber Estate adalah podsolik merah kuning dengan pH antara 6–7. Tanah di
perkebunan karet PT BSRE memiliki kemampuan menahan air yang relatif
rendah karena kandungan pasirnya yang cukup tinggi yaitu 50 %.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Perkebunan karet PT BSRE secara keseluruhan memiliki lahan konsesi
seluas 18 002.86 ha. Lahan tersebut terbagi atas lima divisi, yaitu Divisi I Naga
Raja seluas 3 352.26 ha, Divisi II Dolok Merangir seluas 4 590.81 ha, Divisi III
Dolok Ulu seluas 3 159.84 ha, Divisi IV Dolok Ulu seluas 2 770.20 ha, dan Divisi
V Aek Tarum seluas 4 129.75 ha.
Kegiatan magang sepenuhnya dilaksanakan di Divisi III Dolok Ulu,
tepatnya di Sub-Divisi I Pondok Baru. Divisi III Dolok Ulu terbagi atas tiga SubDivisi, yaitu Sub-Divisi H Burihan seluas 934.47 ha, Sub-Divisi I Pondok Baru
seluas 1 123.91 ha, dan Sub-Divisi J Jaman Dolok seluas 1 101.46 ha. Lahan

11
perkebunan karet yang diusahakan oleh PT BSRE sepenuhnya adalah lahan
perkebunan inti sesuai dengan status HGU yang diperoleh dari pemerintah.
Pembagian luas areal penggunaan lahan di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu BSRE
Uraian
TM karet
TBM karet
Replanting
Pembibitan
Areal terbuka dapat ditanami
Jalan dan rel
Bangunan dan pemukiman
Sawah dan rawa
Hutan konservasi
Penguasaan lahan ilegal
Total

Luas lahan Sub-Divisi (ha)
H
I
J
900.88
832.23
1 042.27
115.55
94.73
16.50
19.76
28.73
24.02
8.22
30.33
15.70
5.61
5.84
17.00
2.47
934.47 1 123.91
1 101.46

Total
2 775.38
115.55
94.73
16.50
72.51
54.25
28.45
2.47
3 159.84

Sumber : Laporan status hektar efektif 2014 Div. III Dolok Ulu

Keadaan Tanaman dan Produksi
Kombinasi klon-klon yang ditanam di PT BSRE khususnya Divisi III Dolok
Ulu antara lain adalah klon PB 260, PB 235, PB 330, PB 340, DMI 3, DMI 4,
DMI 12, DMI 13, DMI 14, RRIC 100, RRIM 901, RRIM 911, dan RRIM 921.
Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman karet selama delapan tahun di
Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok
Ulu PT BSRE tahun 2005-2012
Luas TM
Rata-rata produksi
Rata-rata produktivitas
Tahun
(ha)
(Kg kering)
(Kg kering-1ha-1tahun-1)
2005
2 681.22
3 579 248
1 335
2006
2 725.22
4 624 676
1 697
2007
2 627.44
4 938 892
1 880
2008
2 633.19
5 093 947
1 935
2009
2 719.97
5 224 591
1 921
2010
2 776.67
5 151 187
1 855
2011
2 874.45
5 229 182
1 819
2012
2 785.85
4 454 088
1 599
Sumber : Laporan Field Dry Production History Field Service Department (2013)

Hasil produksi lapangan yang dihasilkan di PT BRE adalah dalam bentuk
cup lump, yaitu lateks yang digumpalkan langsung di mangkuk penampung
menggunakan larutan asam semut (formic acid) 3 %. Hasil produksi berupa cup
lump ini kemudian diangkut menggunakan truk dan diolah di pabrik Dolok

12
Merangir (DM-Factory). Pabrik Dolok Merangir merupakan pabrik pengolahan
karet alam yang khusus memproduksi Crumb Rubber SIR 10 (TA62), SIR 20VK
(TA77), dan SIR 3WF (TA01) untuk diekspor ke Jepang, Amerika, dan Brazil.
Rata-rata produktivitas karet kering yang dihasilkan di Divisi III Dolok Ulu
menunjukkan fluktuasi perubahan yang tidak terlalu signifikan selama delapan
tahun. Produktivitas selama tahun 2005 hingga tahun 2008 cenderung mengalami
peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung
mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu
1 935 kg ha-1 tahun-1 karet kering, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada
tahun 2005, yaitu 1 335 kg ha-1 tahun-1 karet kering dengan rata-rata pencapaian
DRC (dry rubber content) kebun 48 %. Produktivitas karet Indonesia pada tahun
2013 adalah 1 092 kg ha-1 tahun-1 (Ditjenbun 2013). Hal ini menunjukkan bahwa
produktivitas karet dikebun PT BSRE lebih baik dibandingkan dengan
produktivitas nasional.
Perkebunan karet PT BSRE terdiri atas beberapa kombinasi tahun tanam,
baik tahun tanam paling tua untuk tanaman menghasilkan (TM) hingga tahun
tanam yang paling muda untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Tahun
tanam yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu adalah terdiri atas tahun tanam 1991,
1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2005, 2006, 2007,
2009, 2012, dan 2013. Tanaman karet di PT BSRE sudah mulai dapat disadap
ketika memasuki umur 42 - 48 bulan setelah dipindah tanam ke lapangan. Luas
areal penanaman tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan
(TBM) sesuai tahun tanamnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas areal penanaman TM dan TBM sesuai tahun tanam di Divisi III
Dolok Ulu PT BSRE
Luas areal penanaman Sub-Divisi (ha)
Tahun tanam
H
I
J
Tanaman Menghasilkan
1991
108.15
1993
26.42
117.21
34.06
1994
9.13
48.80
1995
74.55
1996
47.93
1997
161.64
40.25
45.20
1998
51.53
207.43
1999
187.87
39.26
113.17
2000
154.50
2001
232.30
4.31
291.10
2002
4.85
96.57
2005
200.72
2006
33.85
22.85
2009
117.21
Tanaman Belum Menghasilkan
2012
88.60
2013
94.73
Total
900.88
808.82
944.48
Sumber : Laporan status hektar efektif 2014 Field Service Department

13
Rencana pelaksanaan program replanting blok-blok di Divisi III Dolok Ulu
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
Sub-Divisi
H
I

J

Blok
U-15
AA-26
T-21
T-22
U-21
U-22
V-22
W-22
X-24
Y-22
Y-23
Y-24
AA-16
BB-16
BB-19
Total

Klon
PB 330
PB 330
PB 330
PB 340
DMI 11
PB 330
PB 340
PB 340
PB 340
DMI 13
PB 330
DMI 14
PB 340
PB 340
PB 330

Luas (ha)
23.84
22.32
10.96
24.62
6.73
24.50
24.27
24.39
20.90
25.00
25.00
25.00
18.17
24.40
24.47
325.57

Sumber : Laporan replanting program-Divisi III Dolok Ulu

Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 dicapai karena kombinasi tanaman
karet yang ditanam telah mencapai kemampuan berproduksi maksimal sesuai
potensi produksinya. Penurunan produktivitas mulai tahun 2008 hingga 2012
dipengaruhi oleh kondisi tanaman di beberapa blok telah berumur tua dan mulai
memasuki masa replanting. Kegiatan replanting terbesar pada tahun 2014
di Divisi III Dolok Ulu akan dilaksanakan secara intensif di Sub-Divisi I Pondok
Baru. Klon-klon yang akan ditanam di Divisi III Dolok Ulu sebagian besar adalah
klon karet dengan seri PB, yaitu PB 330 dan PB 340. Klon PB 330 akan ditanam
di lahan seluas 131.09 ha atau 40.26 % dari luas total replanting, sedangkan klon
PB 340 akan ditanam di lahan seluas 136.75 ha atau 42 % dari luas total
replanting. Sisa 17.74 % lahan replanting akan ditanami klon karet dengan seri
DMI (Dolok Merangir Indonesia).
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan karet PT BSRE merupakan perkebunan karet yang seluruh unit
departemennya berada pada satu lokasi terpusat, yaitu di Emplasmen Dolok
Merangir. Pimpinan tertinggi yang berwenang terhadap beberapa departemen
di PT BSRE adalah seorang Presiden Direktur. Field Department dipimpin oleh
seorang manager field operational (MFO) yang membawahi lima manajer kebun
dan seorang manager field administration (MFA). Manajer kebun masing-masing
membawahi tiga asisten lapangan dan asisten training, kecuali Divisi II Dolok
Merangir dan Divisi V Aek Tarum yang masing-masing membawahi empat
asisten lapangan dan dua asisten training, sedangkan MFA membawahi seorang
asisten field service department (FSD).
Manajer kebun berkewajiban dan berwenang mengawasi para asisten
lapangan, memberikan pedoman tata cara kerja untuk mengontrol biaya dan

14
meningkatkan efisiensi, mengawasi kegiatan administrasi lapangan, menyiapkan
estimasi produksi dan anggaran tahunan (annual budget), memperhatikan dan
meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengawasi pemeliharaan fasilitas umum
dan kebun, mengawasi dan memeriksa kualitas kegiatan penyadapan, memastikan
pengiriman hasil (cuplump dan lateks) sesuai SOP, dan memonitor kegiatan
apel/antrian pagi rutin pukul 05.30 WIB di setiap sub-divisi wilayah kerjanya
secara bergiliran. Manajer kebun dibantu oleh seorang sekretaris dan krani
manajer selama melaksanakan kegiatan di kantor kebun, sedangkan ketika di
lapangan sepenuhnya dibantu oleh para asisten kebun dan seorang asisten training.
Struktur organisasi kebun di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tenaga kerja yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE terdiri dari staf,
karyawan, dan pekerja lepas atau FL (free labour). Pekerja lepas tidak secara
langsung menjadi tanggungan pihak PT BSRE, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh
kontraktor selaku pihak kedua. Tenaga kerja staf terdiri dari majer kebun, asisten
kebun, dan asisten training. Karyawan terdiri dari karyawan SKU bulanan atau
MP (monthly paid), karyawan SKU harian atau DP (daily paid). Mandor besar,
mandor I, mandor sadap, krani, dan mandor perawatan termasuk kedalam MP,
sedangkan tenaga penyadap (tapper) termasuk kedalam DP. Jumlah tenaga kerja
di Divisi III Dolok Ulu adalah 878 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK)
0.28 orang ha-1 lebih rendah jika dibandingkan rata-rata perkebunan swasta lain
dimana Indeks tenaga kerja (ITK) di Tulung Gelam Estate adalah 0.38 orang ha-1.
Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
Jabatan
Jumlah (orang)
Staf
5
Karyawan
Monthly paid
169
Daily paid
704
Total
878
Sumber : Buku Labour force effective 2014-Divisi III Dolok Ulu

ITK =

=

= 0.28 orang ha-1

Sistem kerja yang diterapkan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah
sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian memberlakukan jam kerja
selama 7 jam HK-1, sedangkan sistem borongan adalah berdasarkan besaran basis
tugas yang harus diselesaikan setiap pekerja dan kemudian dihargai dengan
pemberian prestasi kerja berupa HK. Sistem kerja borongan tidak memiliki
batasan waktu. Artinya, jika suatu pekerjaan selesai dikerjakan dalam waktu 3 jam
dan telah mencapai basis tugas, maka akan dihargai Rp 19 000,- HK-1. Sistem
kerja borongan hanya berlaku untuk pekerja lepas atau FL, sedangkan sistem kerja
harian berlaku untuk tenaga penyadap (tapper) atau karyawan SKU harian.
Kegiatan kerja di lapangan pada hari Senin hingga Sabtu di PT BSRE bagi
pekerja lepas atau FL dimulai pada pukul 07.00 WIB - 11.00 WIB, sedangkan
kegiatan kerja bagi karyawan SKU harian dimulai pada pukul 06.30 WIB - 13.30
WIB. Karyawan SKU harian, khususnya penyadap (tapper) dan pengokulasi
umumnya tetap bekerja pada hari Minggu dengan diberi upah secara kontan

15
sebesar Rp 150 000,- hari-1. Upah ini dikenal dengan istilah upah kontanan. Jenis
pekerjaan dengan sistem borongan antara lain pengendalian gulma, hama dan
penyakit, penunasan cabang, pemupukan, pembibitan, penyemaian benih,
pengisian polybag, seleksi batang bawah (culling), penyerongan (cutback),
penimbangan dan pengangkutan cuplump, penggambaran panel sadapan, dan
aplikasi zat stimulansia. Jenis pekerjaan dengan sistem kerja harian adalah
penyadapan, okulasi, dan pemancangan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pembibitan
Total luas areal pembibitan (nursery) di BSRE adalah 16.50 ha terletak di
Sub-Divisi I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan digunakan sebagai
batang atas (entres) terdiri dari PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan
DMI 35. Kegiatan pembibitan terdiri dari dua bagian inti yaitu kegiatan di kebun
entres dan kegiatan di areal pembibitan batang bawah untuk okulasi hingga bibit
siap tanam. Kegiatan inti di pembibitan yaitu kegiatan okulasi. Kegiatan
pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman, prunning (pewiwilan),
pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan di
pembibitan dimulai pada pukul 07.00 WIB- 12.00 WIB (5 jam hari-1) karena
sistem tenaga kerja di pembibitan menggunakan sistem borongan. Kegiatan teknis
yang dilakukan di lahan pembibitan yaitu pengecambahan benih dengan cara
penyemaian, okulasi, seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), pewiwilan,
seleksi bibit siap tanam, pengangkutan bibit, pengendalian gulma, pemberian
pupuk dasar, dan pemeliharaan kebun entres.
Penyemaian. Benih karet yang digunakan untuk batang bawah dari klon
campur dikarenakan susahnya mencari benih karet dari klon yang memiliki
kriteria dan baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Kegiatan
pengecambahan benih karet untuk batang bawah di BSRE dilakukan dengan cara
menyemai di dalam bedengan semai di lokasi yang strategis, dekat dengan plot
pembibitan, dekat dengan sumber air, dan terletak di bawah tegakan pokok
tanaman karet menghasilkan sebagai naungan. Bedengan atau alur semai dibuat
persegi panjang dengan ukuran lebar 0.8 m, panjang 15 m, dan dalam 5 cm.
Setelah bedengan atau alur semai dibuat dan dialasi pasir kemudian benih karet
yang sudah direndam ditabur merata

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83