Perbanyakan dengan Stek dan Produksi Tanaman Dandang Gendis ( Clinachantus nutans ) dengan Penggunaan Pupuk Organik.

PERBANYAKAN DENGAN STEK DAN PRODUKSI TANAMAN
DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans) DENGAN PENGGUNAAN
PUPUK ORGANIK

ANISA PUSPITASARI
A24100106

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dengan Stek
dan Produksi Tanaman Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) dengan
Penggunaan Pupuk Organik, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Anisa Puspitasari
NIM A24100106

ABSTRAK
ANISA PUSPITASARI. Perbanyakan dengan Stek dan Produksi Tanaman
Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) dengan Penggunaan Pupuk Organik.
Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama bertujuan
untuk mengetahui jumlah buku stek dan media pupuk organik terbaik untuk
ditanam di lahan. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak Faktorial. Percobaan ke-2 bertujuan untuk mengetahui produksi hasil
tanaman terbaik dengan menggunakan pupuk organik. Percobaan ini
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. Percobaan pertama
menggunakan perlakuan bahan stek 2, 3, dan 4 buku, campuran tanah dengan
perlakuan pupuk kandang yaitu kotoran ayam, kotoran sapi, campuran kotoran
ayam dan arang sekam, campuran kotoran sapi dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1:1 (v/v). Percobaan ke-2 dengan perlakuan pupuk kandang

kotoran ayam (10 ton ha-1), kotoran sapi (10 ton ha-1), campuran kotoran ayam (10
ton ha-1) dan arang sekam (2 ton ha-1), dan campuran kotoran sapi (10 ton ha-1)
dan arang sekam (2 ton ha-1). Hasil percobaan pertama pada pembibitan
menunjukkan bahwa perlakuan stek 3 buku dapat digunakan pada semua media
yang merupakan perlakuan terbaik pada pembibitan, sedangkan pada percobaan
ke-2 penanaman di lahan dengan pemberian kotoran sapi 10 ton ha-1 ditambah
arang sekam 2 ton ha-1 atau kotoran ayam dengan arang sekam 2 ton ha-1
memberikan produksi pucuk tertinggi sampai 10 Minggu Setelah Tanam.
Kata kunci : dandang gendis, pembibitan, produksi, pupuk organik, stek batang

ABSTRACT
ANISA PUSPITASARI. Plant Propagation using Cutttings and Production of
Clinacanthus nutans with the Organic Fertilizer. Supervised by SANDRA ARIFIN
AZIZ.

This research consisted of two experiments. The first experiment aimed to
find the number of nodes of stem cutting and organic media to produced plants to
be planted in the field. This research used Randomized Complete Block Factorial
Design. The second experiment objective was to find the highest shoot production
using organic fertilizer. This research used Randomized Complite Block Design.

The first experiment used cuttings 2, 3, and 4 nodes and manure treatment i.e :
soil mixed with chicken manure, cow manure, chicken manure and rice-hull
charcoal, cow manure and rice-hull charcoal 1:1:1 (v/v). The second experiment
used chicken manure (10 tons ha -1), cow manure (10 tons ha -1),chicken manure
(10 tons ha -1) and rice-hull charcoal (2 tons ha -1), cows manure (10 tons ha -1)
and rice-hull charcoal (2 tons ha -1). The results of the first experiment showed
that 3 node cuttings is the best treatment for producing plant in the nursery, while
in the second experiment cow manure 10 tons ha-1 with rice-hull charcoal 2 tons
ha-1 or 10 ton ha-1 chicken manure with rice-hull 2 ton ha-1 produced the highest
shoot weight 10 weeks after planting.
Key words: Clinacanthus nutans, cuttings, nursery, organic fertilizer, production

PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN STEK DAN PRODUKSI
TANAMAN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans) DENGAN
PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK

ANISA PUSPITASARI
A24100106

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOM DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skrips

: Perbanyakan dengan Stek dan Produksi Tanaman Dandang
Gendis ( Clinachantus nutans ) dengan Penggunaan Pupuk
Organik.

Nama

: Anisa Puspitasari


NIM

: A24100106

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, M.Sc.A.gr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan

jumlah buku stek dan pupuk organik untuk meningkatkan pertumbuhan dandang
gendis, sehingga dapat meningkatkan produksi yang maksimal saat panen.
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, percobaan pertama dilakukan di Kebun
Percobaan Leuwikopo Dramaga Bogor, dan percobaan ke-2 dilaksanakan di
Kebun Percobaan Organik Cikarawang IPB, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor Barat, Jawa Barat. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS. yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan
dorongan yang tulus, baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat
berguna nantinya bagi yang memerlukan.

Bogor, Juni 2014
Anisa Puspitasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

ABSTRACT

iv

PRAKATA

viii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Dandang Gendis

2


Budidaya Dandang Gendis

3

Pupuk organik

3

METODE PENELITIAN

4

Tempat dan Waktu Penelitian

4

Bahan dan Alat

4


Prosedur Analisis Data

5

Prosedur Percobaan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pembibitan
Percobaan 2. Produksi Dandang Gendis

8
8
17

SIMPULAN

21


SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

21

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1. Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh,

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.

tinggi tunas, dan jumlah cabang pada perlakuan buku stek dan
pupuk kandang
Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang
terhadap persentase tumbuh (%).
Tinggi tunas (cm) pada tiga perlakuan buku stek
Tinggi tunas (cm) pada lima perlakuan pemupukan
Jumlah cabang pada perlakuan jumlah buku stek
Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan
Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah tanaman
Bobot basah tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek
Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering tanaman
Bobot kering tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek
Rekapitulasi hasil sidik ragam luas daun, laju tumbuh relatif,
dan laju asimilasi bersih.
Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap
tiga perlakuan buku stek
Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap
lima perlakuan pemupukan
Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh,
tinggi tanaman dan jumlah cabang pada perlakuan pupuk
kandang
Tinggi tanaman (cm) pada lima perlakuan pupuk kandang
Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan
Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah, bobot kering, dan
luas daun tanaman
Bobot kering (g) tanaman pada lima perlakuan pupuk
kandang
Persentase (%) bobot kering pada lima perlakuan pupuk
kandang

9
10
10
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16

18
18
19
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1. Stek batang
2. Tanaman dandang gendis

5
5

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dandang gendis merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai
nama latin Clinacanthus nutans lindau dan nama daerah Kitajam (Sunda), Gendis
atau Dandang gendis (Jawa Tengah). Dandang gendis di Thailand dikenal dengan
istilah Phayayor (Lusia 2006).
Sebagian besar tanaman mengandung ratusan jenis senyawa kimia, baik
yang telah diketahui maupun yang belum diketahui jenis dan khasiatnya. Senyawa
kimia merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan obat, sebagai hasil
pengkajian menunjukkan bahwa tanaman daerah tropis mempunyai potensi yang
cukup besar untuk dikembangkan sebagai obat (Sukara 2000).
Perbanyakan yang paling baik untuk tanaman dandang gendis adalah
dengan perbanyakan secara vegetatif menggunakan stek batang. Stek batang
dikerjakan dengan cara menanam sebagian batang untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru
(Warjito dan Abidin 1989). Sofyan (2008) menyatakan regenerasi akar dan pucuk
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau
lingkungan, salah satu faktor internal yang mempengaruhi regenerasi akar dan
pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh, faktor
internal yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada
stek adalah faktor genetik.
Pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keunggulan dibandingkan,
dengan pupuk lainnya. Selain menyediakan hara bagi tanaman, pupuk kandang
juga mampu memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah, serta ramah
lingkungan (Alviana dan Susila 2009).
Pupuk kandang yang baik contohnya adalah ayam petelur, ayam petelur
sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah. Hasil kotoran dan limbah dari
pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi
pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas) (Sulistiyanti et al. 2003).
Pupuk kandang sapi dapat menstimulasi peningkatan pertumbuhan dan
dapat menyebabkan penyerapan hara yang lebih optimal, pemakaian pupuk
kotoran sapi adalah salah satu cara untuk memperbaiki sifat kimia tanah, terutama
meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara seperti N, P, K ,Ca, Mg, dan S untuk
unsur hara makro dan mikro seperti Fe, Cu, Mo (Lubis et al. 1986).
Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar. Arang
sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat
menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa
toksin atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta
merupakan sumber kalium bagi tanaman (Septiani 2012). Melati et al. (2008)
menyatakan bahwa arang sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi,
selain itu arang sekam mengandung silikat yang berperan sebagai unsur hara
mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit
tumbuhan melalui pengerasan jaringan. Saleh (2010) menyatakan penggunaan

2

campuran arang sekam dapat dipertimbangkan untuk pembibitan karena
kandungan beberapa unsur hara makro seperti N dan P relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan media pasir.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perbedaan jumlah buku stek
dan pengaruh pupuk organik terhadap peningkatan produksi pertumbuhan
dandang gendis.
Hipotesis
Hipotesis percobaan I
1. Terdapat jumlah buku pada stek batang yang terbaik untuk perbanyakan
dandang gendis.
2. Terdapat jenis perlakuan pupuk organik terbaik untuk perbanyakan
dandang gendis.
3. Terdapat interaksi antara jumlah buku stek batang dengan jenis pupuk
organik yang terbaik.
Hipotesis percobaan II
1. Terdapat jenis pupuk organik yang menghasilkan pertumbuhan dan
produksi dandang gendis tertinggi untuk perbanyakan dandang gendis.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Dandang Gendis
Dandang gendis merupakan tanaman semak belukar yang sering dijadikan
sebagai tanaman pagar dan dikenal oleh masyarakat sebagai obat kencing manis,
susah buang air kecil, dan disentri. Tumbuhan dandang gendis termasuk perdu
dengan tinggi ± 2.5 m, umumnya tumbuh di dataran rendah, batang berkayu,
tegak, beruas dan berwarna hijau, daun tanaman ini tunggal berhadapan dan
berbentuk lanset, panjang 8−15 cm, lebar 4−6 cm, bertulang menyirip, berwarna
hijau, bunga majemuk berbentuk malai, di ketiak daun dan diujung batang,
mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2−3 cm, berwarna merah muda.
Tanaman memiliki buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat, termasuk
dalam famili Acanthaceae (Yuniarti 2008).
Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan secara tradisional tidak
menimbulkan efek samping, selain itu ramuan tumbuh-tumbuhan tertentu mudah
didapat di sekitar pekarangan rumah, serta proses pengolahan obat tradisional
pada umumnya sangat sederhana (Pudjarwoto et al. 1992).
Ekstraksi pendahuluan daun dandang gendis dengan berbagai pelarut
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung komponen dari golongan
alkaloid, flavonoid, dan terpenoid (Suharty 2004). Amic et al. (2003) menyatakan
salah satu kandungan kimia pada ekstrak Dandang gendis, yaitu flavonoid

3
diketahui mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menangkap molekul
radikal bebas atau sebagai antioksidan alami. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian tentang uji fitokimia bahwa fraksi aktif ekstrak daun Dandang gendis
positif terhadap beberapa senyawa salah satunya adalah golongan flavonoid, dan
ekstrak Dandang gendis berpotensi sebagai antikanker (Sofyan 2008).
Budidaya Dandang Gendis
Pemeliharaan tanaman Dandang gendis diantaranya, membutuhkan cukup
air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama
pupuk dasar. Tanaman ini tumbuh di tempat yang cukup matahari, cara
perbanyakan yang paling baik salah satunya menggunakan stek batang,
keuntungan menggunakan perbanyakan vegetatif dengan stek batang diantaranya
lebih cepat tumbuh, sifat turunan sesuai dengan induk, dapat digabung sifat-sifat
yang diinginkan, sedangkan kelemahannya, perakaran kurang baik, lebih sulit di
kerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu, dan jangka waktu berubah
menjadi pendek (Sitompul 1987).
Stek merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif, stek adalah
pemotongan atau pemisahan bagian dari tanaman (akar, batang, daun dan tunas)
dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Berdasarkan
pengertian ini, maka stek dapat digolongkan berdasarkan bagian tanaman yang
dipotong, yaitu stek akar, stek batang dan stek daun, teknik perbanyakan melalui
stek merupakan cara yang sederhana dan mudah diaplikasikan oleh para petani
sehingga teknik perbanyakan ini diharapkan dapat diperoleh tanaman yang
sempurna, yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang dan daun dalam
waktu yang relatif singkat (Wudianto 2002).
Pupuk organik
Pupuk organik merupakan hasil dari perubahan atau peruraian bagian dari
sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan
sebagainya. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala
macam unsur, pupuk organik mengandung hampir semua unsur (baik makro
maupun mikro). Ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit.
Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat arang
(Murbandono 2000).
Terdapat beberapa jenis bahan organik salah satunya adalah pupuk kandang,
pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa
kotoran padat (feses) yang bercampur dengan sisa makanan atau yang berasal dari
kotoran cair (urin), penggunaan pupuk kandang merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi sayuran dan juga untuk memperbaiki struktur tanah.
Pupuk kandang atau pukan, seperti halnya bahan organik lain, terdiri dari masa
heterogen dari senyawa organik dalam berbagai keadaan rombakan (Harjadi
1989).

4

Pupuk kandang kotoran ayam
Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam
petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk
organik. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh
terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai
kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.
Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, 0.80% P,0.40% K dan kadar
air 55% (Lingga 1986).
Pupuk kandang kotoran sapi
Sebagian besar peternak menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik
(dengan cara menumpuk kotoran sapi tersebut atau dimasukkan dalam tanah
berlubang). Komposisi unsur hara pada pupuk kandang sapi padat terdiri atas
campuran N 0.40%, P2O5 0,88% dan K2O 10%. Pupuk digunakan jika tidak
terjadi lagi penguraian oleh mikroba (Lingga 1986).
Arang sekam
Arang sekam padi memiliki fungsi mengikat logam dan menggemburkan
tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara, salah satu
cara memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan
menambahkan arang sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan menurunkan
berat volume tanah (bulk density), sehingga tanah banyak memilki pori-pori dan
tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan
mempercepat drainase air tanah (Kusuma et al. 2013).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian terdiri atas dua percobaan dan dua tempat. Percobaan pertama
dilakukan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo dan percobaan ke-2 dilakukakan
di kebun Percobaan Organik IPB, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor Barat, Jawa Barat, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga April 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit Dandang gendis yang berasal dari Bogor
yang diperbanyak dengan cara stek batang, pupuk organik yang berasal dari
kotoran ayam dan sapi, polybag ukuran 50 cm x 50 cm, tanah, dan arang sekam.
Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah alat ukur, timbangan,
sprayer, gunting stek, cangkul, kored, alat tulis, dan oven.

5

Gambar 1 Stek batang

Gambar 2 Tanaman Dandang
gendis

Prosedur Analisis Data
Penelitan terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor yaitu jumlah buku
stek batang dan jenis pupuk organik. Taraf masing-masing perlakuan adalah
sebagai berikut:
Perlakuan jumlah buku stek batang:
1. stek batang dengan dua buku
2. stek batang dengan tiga buku
3. stek batang dengan empat buku
Perlakuan jenis pupuk organik:
1. Tanpa pupuk
2. Tanah dan kotoran ayam 1:1(v/v)
3. Tanah dan kotoran sapi 1:1 (v/v)
4. Tanah, kotoran ayam dan arang sekam 1:1:1 (v/v)
5. Tanah, kotoran sapi, dan arang sekam 1:1:1(v/v)
Tiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan.
Masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman per polybag, sehingga populasi
Dandang gendis seluruhnya adalah 450 tanaman.
Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam
percobaan pertama adalah:
Yijk = µ +αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

6

Keterangan :
Yijk
µ
αi
βj
(αβ)j
ρk
Εijk

i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3, 4, 5
k = 1, 2, 3
= Pengaruh perlakuan jumlah buku stek ke-i dan kelompok pupuk
organik ke-j dan kelompok ke-k
= Nilai rataan umum hasil pengamatan.
= Pengaruh perlakuan jumlah buku stek ke-i
= Pengaruh kelompok jenis pupuk organik ke-j
= Pengaruh interaksi jumlah buku stek ke-i dan kelompok
jenis pupuk organik ke-j
= Pengaruh aditif kelompok
= Pengaruh galat percobaan perlakuan jumlah buku stek ke-i
kelompok pupuk ke-j

Pada percobaan ke-2, tanaman yang berumur 5 MST (Minggu Setelah
Tanam) selama fase pembibitan, dipindahkan ke lahan dengan luas 60 m2.
Rancangan yang digunakan pada percobaan ke-2 adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu perlakuan jenis pupuk organik sebagai
media. Perlakuan tersebut sama dengan percobaan pertama :
1. Tanpa pupuk
2. Kotoran ayam 10 ton ha-1
3. Kotoran sapi 10 ton ha-1
4. Kotoran ayam (10 ton ha-1) dan arang sekam( 2 ton ha-1)
5. Kotoran sapi (10 ton ha-1) dan arang sekam (2 ton ha-1)
Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam
percobaan ke-2 ini adalah:
Yij = µ + βi + Pj + εij
Keterangan :
i = 1, 2, 3, 4, 5
k = 1, 2, 3
Yij
= Pengaruh perlakuan pupuk organik kelompok ke-i dan kelompok
ke-j
µ
= Nilai rataan umum hasil pengamatan.
Βi
= Pengaruh perlakuan jumlah pupuk organik ke-i
Pj
= Pengaruh kelompok ke-j
Εik
= Pengaruh galat percobaan perlakuan pupuk organik ke-i dan
kelompok ke-j
Tiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman. Jarak tanam yang
digunakan adalah 0.5 m x 0.5 m sehingga populasi tanaman Dandang gendis
adalah 150 tanaman.
Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata, pada taraf kesalahan 5%
maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multipe Range Test (DMRT) untuk
membandingkan nilai tengah tiap parameter yang diamati antar perlakuan (Gomez
dan Gomez 1995).

7
Prosedur Percobaan
Persiapan media
Media yang digunakan sesuai dengan perlakuan. Setelah itu tanaman yang
telah dibibitkan dengan stek batang, dipindahkan ke lahan yang telah siap tanam.
Pembibitan
Bibit yang digunakan adalah bibit hasil pembibitan dari hasil stek batang,
jumlah bibit yang digunakan sebanyak 450 bibit. Bibit yang digunakan
merupakan bibit yang segar dan tidak terserang hama penyakit, bentuk
pertumbuhan normal, dan tidak cacat.
Penanaman
Setiap bibit yang telah dibibitkan dengan tumbuh daun baru, batang baru
dan akar, kemudian dipindahkan ke lahan yang telah siap tanam, dengan
perlakuan masing-masing.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian adalah penyiraman,
pemupukan, penyiangan, pengendalian organisme pengganggu tanaman. Aplikasi
penyiraman dilakukan setiap hari, pengendalian hama dan penyakit dilakukan
setiap dua minggu sekali.
Pengamatan percobaan I
Pengamatan yang diamati pada percobaan pertama adalah karakter
morfologi tanaman yang terdiri atas tinggi tunas baru yang terpanjang, jumlah
cabang dengan menghitung cabang yang tumbuh pada batang utama, bobot basah
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik bobot yang diamati adalah,
bobot akar, batang dan luas daun. Bobot kering ditimbang setelah daun dioven
pada suhu 85°C selama 48 jam. Masing-masing perlakuan diambil dari 2 tanaman
contoh setiap kali pengamatan.
a) Pada penelitian ini dilakukan pengamatan destruktif yang dilihat
melalui laju tumbuh relatif dan laju asimilasi basah yang dihitung
pada 4, 6, dan 8 MST. LTR yaitu menunjukkan peningkatan bobot
kering dalam suatu interval waktu, dalam hubungannya dengan
bobot asal, perhitungan menggunakan rumus berikut (South 1995):

Keterangan:
W1
= bobot kering tanaman pada waktu t1
W2
= bobot kering tanaman pada waktu t2
b) Rata-rata laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate/LAB).
LAB merupakan hasil bersih dari hasil asimilasi per satuan luas
daun dan waktu. Laju rata-rata asimilasi bersih dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

8

Keterangan:
W1
= bobot kering tanaman pada waktu t1
W2
= bobot kering tanaman pada waktu t2
A1
= luas daun total pada waktu t1
A2
= luas daun total pada waktu t2

Pengamatan pada percobaan II
Pengamatan pada percobaan ke-2 dilakukan setelah 5 MST tanaman yang
dibibitkan dipindahkan ke lahan dengan masing-masing 10 tanaman per baris.
Pengamatan yang dilakukan yaitu tinggi tanaman yang di ukur dari atas tanah sampai
pangkal atas, jumlah cabang, dan bobot panen. Frekuensi panen adalah satu kali,
untuk memenuhi kriteria panen 30cm dipanen dan 30cm disisakan, panen
dilakukan pada 8 dan 10MST.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pembibitan
Penanaman bibit Dandang gendis dilakukan pada musim penghujan, dan
ternaungi oleh pohon kopi dengan persentase rata-ratanya ± 35% yang
menyebabkan dampak yang positif pada tanaman, dilihat dari sedikitnya tanaman
yang mati dan pertumbuhan yang sempurna yang mulai terlihat pada 2 MST.
Hama yang sering muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites Esp) yang mulai terlihat pada 3 MST yang mengakibatkan
pengurangan jumlah daun. Hama ini mengakibatkan daun menggulung dan rontok
baik sebagian dengan masih tersisanya tulang daun, maupun total. Cara
pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan. Sedangkan
gulma yang sering muncul di sekitar tanaman adalah Mimosa pudica, Ageratum
conyzoides dan Boreria alata.
Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang hanya terjadi pada
4 dan 5 MST yang berpengaruh terhadap persentase tumbuh di pembibitan, Tabel
hasil rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Persentase pertumbuhan pada pembibitan yang dilakukan selama 5 minggu
menunjukkan perlakuan buku stek berpengaruh nyata pada 4 dan 5 MST,
sedangkan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata pada 2 hingga 5 MST
terhadap persentase tumbuh. Pada pengamatan persentase tumbuh terjadi interaksi
terhadap perlakuan buku stek dan pupuk kandang, hal ini menunjukkan perlakuan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pada saat pembibitan, yang di tunjukkan
pada 4 dan 5 MST (Tabel 2).

9
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh, tinggi tunas,
dan jumlah cabang pada perlakuan buku stek dan pupuk kandang
Umur tanaman
(MST)
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5

Interaksi Pupuk
kandang dan
Koefisien keragaman (%)
Buku stek
- - - - - - - - - - - - - Persentase Tumbuh - - - - - - - - - - **
tn
tn
18.63
**
tn
tn
6.48
**
*
*
5.58
**
*
**
4.87
- - - - - - - - - - - - - Tinggi Tunas - - - - - - - - - - - - - - **
tn
tn
43.22
**
*
tn
21.86
**
**
tn
15.40
**
*
tn
15.18
- - - - - - - - - - - - - - Jumlah Cabang - - - - - - - - - - - - - **
tn
tn
24.86
tn
tn
tn
7.86
**
**
tn
12.87
**
**
tn
12.71

Pupuk
Kandang

Buku
Stek

Keterangan : tn = Tidak nyata (Tidak berpengaruh nyata), (*) berpengaruh nyata pada taraf 5%,
(**) berpengaruh sangat nyata pada taraf kesalahan 1%.

Pengamatan pertumbuhan pada pembibitan diantaranya pengamatan
terhadap tinggi tunas yang dimulai pada 1 sampai 5 MST. Perlakuan stek
menunjukkan peningkatan nilai sebesar 12.8% pada 2 MST, sedangkan pada 5
MST terjadi peningkatan sebesar 13.14% dari perlakuan stek 2 buku pada stek 3
buku (Tabel 3).
Perlakuan pemupukan menunjukkan kotoran ayam dengan campuran arang
sekam menunjukkan hasil yang terbaik dengan nilai tengah 1.02 pada 2 MST,
pada perlakuan tanpa pemupukan terjadi peningkatan 54.54% terhadap perlakuan
pemupukan kotoran sapi pada 5 MST (Tabel 4).

10

Tabel 2 Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang terhadap
persentase tumbuh (%).
Buku Persentase Tumbuh (%)

Pupuk
Kandang

2

3

4

Rata-rata

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tanpa
pemupukan
Tanah dan
Ayam
Tanah dan
Sapi
Tanah Ayam
dan Arang
Sekam
Tanah Sapi
dan Arang
Sekam
Rata-rata

76.67 (61.74b)

100.00 (90.04a)

93.33 (77.79b)

90.00 (76.52b)

96.67 (83.89a)

100.00 (90.04a)

90.00 (78.96a)

95.56 (84.29a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

100.00 (90.04a)

94.67 (83.15b)

100.00 (90.04a)

96.67(85.37ab)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -5 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2
3
4
Tanpa
83.33 (66.17b)
100.00 (90.04a)
93.33 (77.74b)
92.22 (77.98b)
pemupukan
Tanah dan
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
90.00 (78.96a)
96.67 (86.34a)
Ayam
Tanah dan
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a)
Sapi
Tanah Ayam
dan Arang
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a)
Sekam
Tanah Sapi
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a)
dan Arang
Sekam
Rata-rata
96.67 (85.26b)
100.00 (90.04a)
96.67 (85.36b)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom, baris, atau kolom dan baris
yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.Nilai ( )
menunjukkan hasil transformasi √(x+5)

Tabel 3 Tinggi tunas (cm) pada tiga perlakuan buku stek
Jumlah buku

Umur tanaman
(MST)

2 Buku

3 Buku

4 Buku

2
3
4
5

0.78ab
1.52b
2.40b
4.49b

0.88a
1.77a
2.79a
5.08a

0.59b
1.21c
2.25b
4.30b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT

11
Tabel 4 Tinggi tunas (cm) pada lima perlakuan pemupukan
Jenis pupuk
Umur
tanaman
(MST)

Tanpa
pemupukan

Kotoran
Ayam

Kotoran
Sapi

Kotoran Ayam
dan Arang
sekam

Kotoran
Sapi dan
Arang
Sekam

2
3
4
5

0.31c
0.76c
1.78c
3.25c

0.65b
1.35b
2.06c
3.91c

0.97ab
1.67a
2.56b
4.71b

1.02a
1.93a
3.01a
5.55a

0.79ab
1.81a
3.00a
5.72a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Hasil uji lanjut pada parameter tinggi tunas menunjukkan perlakuan media
kotoran ayam atau sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan nilai tengah
tertinggi pada parameter tinggi tanaman 2 hingga 5 MST. Hal ini dipengaruhi
dengan penambahan arang sekam yang memberi tambahan unsur hara makro dan
mikro. Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar.
Arang sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat
menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa
toksin atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta
merupakan sumber kalium bagi tanaman. Sama halnya dengan penelitian Rusli
(2009) mengenai tanaman kentang yang menunjukkan adanya sejumlah unsur
makro dan mikro dalam arang sekam serta sifat arang sekam yang mudah
mengikat air yang akan mempertahankan kelembaban tanah lebih lama akan
meningkatkan penyerapan usur hara oleh tanaman.
Hasil uji lanjut pada parameter jumlah cabang, stek 2 buku menunjukkan
peningkatan sebesar 2.1% pada stek 3 buku yang terjadi pada 5 MST pada
parameter jumlah cabang perlakuan stek 3 buku menunjukkan nilai tengah
tertinggi. Hal ini karena pemakaian stek 3 buku yang mempunyai panjang ± 25
cm yang ternyata mampu mendukung pertumbuhan bibit dandang gendis sangat
baik. (Tabel 5).
Jumlah cabang pada perlakuan pemupukan, menunjukkan hasil tertinggi
pertumbuhannya terlihat pada perlakuan campuran kotoran sapi, kotoran ayam
ditambah arang sekam dan kotoran sapi ditambah arang sekam, dengan
menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 4 dan 5 MST. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Dwidjoseputro (1993) bahwa unsur hara yang tersedia selama
pertumbuhan tanaman akan berperan dalam pembentukan batang dan pelebaran
daun sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil, pada perlakuan tanpa
pemupukan menunjukkan peningkatan hasil sebesar 27.27% pada perlakuan
kotoran ayam yang terjadi pada 5 MST (Tabel 6).

12

Tabel 5 Jumlah cabang pada perlakuan jumlah buku stek
Jumlah Buku

Umur tanaman
(MST)

2 Buku

3 Buku

4 Buku

2
3
4
5

0.9a
0.9a
1.3b
1.4b

0.9a
0.9a
1.4a
1.6a

0.9a
0.9a
1.2b
1.4b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Tabel 6 Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan
Jenis Pupuk
Umur
tanaman
(MST)

Tanpa
pemupukan

Kotoran
Ayam

Kotoran
Sapi

Kotoran
Ayam dan
sekam

Kotoran
Sapi dan
Sekam

2
3
4
5

0.6b
0.9a
1.1c
1.1c

0.9a
0.9a
1.2bc
1.4b

1.0a
1.0a
1.4a
1.7a

1.0a
1.0a
1.4ab
1.6ab

1.0a
1.0a
1.5a
1.6ab

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Bobot Basah Tanaman
Bobot basah tanaman yaitu kemampuan tanaman dalam mengikat energi
dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktorfaktor lingkungan lainnya, bobot basah pada perlakuan buku stek berpengaruh
nyata, perbedaan yang terlihat dari bobot basah hanya pada perlakuan buku stek.
Stek 3 buku yang menunjukkan nilai tengah tertinggi yaitu 2.86 g. Hasil sidik
ragam dapat dilihat pada Tabel 7.
Hasil uji lanjut terhadap parameter bobot basah daun terdapat peningkatan
nilai dari stek 2 buku sebesar 121.70% pada stek 3 buku pada perlakuan bobot
basah daun 4 MST, sedangkan pada bobot basah daun 8 MST terjadi peningkatan
sebesar 152.78% dari stek 2 buku pada stek 3 buku, kemudian terjadi peningkatan
dari parameter bobot basah batang pada 6 MST sebesar 93.17% dari stek 2 buku
pada stek 4 buku. Perbedaan yang terlihat dari bobot basah hanya pada perlakuan
buku stek. Perlakuan bobot basah batang stek 3 buku menunjukkan nilai tengah
tertinggi yaitu 6.22 g pada 6 MST. Perlakuan pada bobot basah daun 4 dan 8 MST
juga menunjukan perlakuan stek 3 buku dengan nilai tertinggi. Hasil dapat dilihat
pada Tabel 8.

13
Tabel 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah tanaman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
Bobot Basah akar 4 MST
Bobot Basah akar 6 MST
Bobot Basah akar 8 MST
Bobot Basah batang 4 MST
Bobot Basah batang 6 MST
Bobot Basah batang 8 MST
Bobot Basah daun 4 MST
Bobot Basah daun 6 MST
Bobot Basah daun 8 MST

Uji F
tn
tn
tn
tn
**
tn
**
tn
*

Koefisien Keragaman (%)
12.761
15.941
21.461
16.631
17.041
25.961
15.931
24.921
33.331

Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata;(*) berpengaruh nyata
pada taraf 5%.

Tabel 8 Bobot basah tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek
Bobot Basah

Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun

Jumlah buku
2
3
4
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - 0.22
0.15
0.30
7.91
5.68
7.23
1.29b
2.86a
1.86b
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -6 MST - - - - - - - - - - - - - 0.37
0.499
0.54
5.13b
6.22b
9.91a
3.27
4.54
6.27
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 MST - - - - - - - - - - - - - 1.09
1.37
1.75
6.62
13.21
12.73
5.02b
12.69a
14.79a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Bobot Kering Tanaman
Bobot kering yaitu distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian
tanaman seperti akar, batang, daun yang dapat mencerminkan produktivitas
tanaman. Hasil sidik ragam bobot kering tanaman dapat dilihat pada Tabel 9.
Bobot kering tanaman menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan
bobot basah tanaman, dimana bobot kering batang 6 MST pada stek 3 buku
menunjukkan peningkatan nilai sebesar 75.75% dari stek 2 buku, bobot kering
daun 4 MST pada stek 4 buku menunjukkan peningkatan hasil sebesar 182.35%
dari stek 2 buku, dan pada bobot kering 8 MST pada stek 4 buku terdapat
peningkatan nilai 354.83% dari stek 2 buku. Bobot basah dan bobot kering
tanaman menunjukkan perlakuan stek 3 buku mendapat nilai terbaik. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 10.

14

Tabel 9 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering tanaman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
Bobot Kering akar 4 MST
Bobot Kering akar 6 MST
Bobot Kering akar 8 MST
Bobot Kering batang 4 MST
Bobot Kering batang 6 MST
Bobot Kering batang 8 MST
Bobot Kering daun 4 MST
Bobot Kering daun 6 MST
Bobot Kering daun 8 MST

Uji F
tn
tn
tn
tn
**
tn
*
tn
*

Koefisien Keragaman
(%)
10.721
12.611
13.291
21.371
23.101
27.461
11.671
20.981
36.301

Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata
pada taraf 5%.

Tabel 10 Bobot kering tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek
Bobot Kering
Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun

Jumlah buku
2
3
4
- - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.08
0.07
0.28
1.92
1.60
2.10
0.17b
0.48a
0.28b
- - - - - - - - - - - - - - - -6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.05a
0.11a
0.21a
1.32b
1.48b
2.04a
0.66
0.61
1.16
- - - - - - - - - - - - - - - - 8 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.13
0.33
0.13
1.58
2.61
2.90
0.62b
1.99b
2.82a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Pada parameter luas daun perlakuan yang berpengaruh nyata yaitu
perlakuan buku stek, dan perlakuan pupuk kandang. Hasil Rekapitulasi sidik
ragam dapat dilihat pada Tabel 11.
Hasil uji lanjut DMRT yang berpengaruh nyata hanya terdapat pada
parameter luas daun. Pengamatan luas daun 4 MST menunjukkan peningkatan
hasil sebesar 46.15% dari stek 2 buku pada stek 3 buku sedangkan pada luas daun
8 MST terdapat peningkatan hasil 112.26% dari stek 2 buku pada stek 3 buku.
Perlakuan pemupukan menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada 8 MST,
perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan peningkatan hasil sebesar 234.76%
pada perlakuan kotoran ayam dengan campuran arang sekam, sedangkan
pengamatan terhadap laju tumbuh relatif dan laju asmilasi bersih tidak
menunjukkan hasil yang berbeda nyata baik pada perlakuan buku stek maupun
perlakuan pemupukan. Hasil uji lanjut dapat di lihat pada Tabel 12.

15
Tabel 11 Rekapitulasi hasil sidik ragam luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju
asimilasi bersih.
No

Parameter

Uji F

1
2
3
4
5
6
7

Luas Daun 4 MST
Luas Daun 6 MST
Luas Daun 8 MST
Laju Tumbuh Relatif Minggu 4-6
Laju Tumbuh Relatif Minggu 6-8
Laju Asimilasi Bersih Minggu 4-6
Laju Asimilasi Bersih Minggu 6-8

*
tn
*
tn
tn
tn
tn

Koefisien
Keragaman (%)
16.671
28.571
28.191
7.541
6.871
9.611
9.351

Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata
pada taraf 5%.

Tabel 12 Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap tiga
perlakuan buku stek
Umur
tanaman
(MST)

Jumlah buku
2

Buku

3 Buku

3

Buku

2

4
8
4-6
6-8
4-6
6-8

- - - - - - - - - - - - - - - - Luas daun (cm ) - - - - - - - - - - 0.65b
0.95ab
1.39a
2.69b
5.71a
6.09a
- - - - - - - - - - - - - - - - Laju tumbuh relatif (g) - - - - - - 0.671
0.711
0.731
0.731
0.741
0.711
- - - - - - - - - - - - - - - - Laju asimilasi bersih (
)0.691
0.721

0.691
0.761

0.751
0.721

Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) , angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris
yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Hasil uji lanjut DMRT yang berpengaruh nyata hanya terdapat pada
parameter luas daun, dimana pada 4 dan 8 MST berpengaruh terhadap perlakuan
buku stek, stek 4 buku menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 8 MST, hal ini
disebabkan karena pengaruh penyimpanan tanaman yang cukup lama, dimana
pada saat penanman destruktif pengamatan dimulai pada 4 MST. Jadi untuk
perlakuan stek 4 buku diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat tumbuh
dengan baik sehingga perakaran tumbuh dengan sempurna seperti pendapat
Warjito dan Abidin (1989) bahwa kondisi perakaran yang baik akan dapat
dihasilkan dengan medium yang cukup peredaran udaranya serta kelembabannya.
Hasil dapat dilihat pada Tabel 13.

16

Tabel 13 Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap lima
perlakuan pemupukan
Umur
tanaman
MST

4
8
4-6
6-8
4-6
6-8

Jenis pupuk
Tanpa
pemupukan

Kotoran
Ayam

Kotoran
Sapi

Kotoran Ayam
dan sekam

Kotoran Sapi
dan Sekam

- - - - - - - - - - - - - - - - - Luas daun (cm2) - - - - - - - - - - - - - - - - 9.00
10.51
9.35
9.85
10.95
2.56b
4.32b
5.96ab
8.57a
2.73b
- - - - - - - - - - - - - - - - - Laju tumbuh relatif (g) - - - - - - - - - - - 0.73
0.68
0.70
0.71
0.70
0.72
0.71
0.75
0.72
0.72
- - - - - - - - - - - - - - - - - -Laju asimilasi bersih (
)- - - - - 0.701
0.731

0.751
0.721

0.691
0.751

0.721
0.711

0.691
0.761

Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) , angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris
yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

Hasil uji lanjut terhadap stek 3 buku mendapatkan hasil yang terbaik pada
parameter tinggi tunas, jumlah cabang, bobot basah, bobot kering dan luas daun
hal ini diduga karena persedian fotosintat (karbohidrat) optimum untuk
pertumbuhan stek. Sama halnya dengan pernyataan Hartmann dan Kester (1978)
bahwa bahan stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan
membentuk akar dan tunas, stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan
nitrogen cukup akan membentuk akar dan tunas. Menurut Harjadi (1989) terdapat
beberapa faktor yang juga mempengaruhi keberhasilan stek, yaitu asal stek (posisi
stek pada tanaman induk), panjang stek, dan lingkungan (media pengakaran, suhu,
dan kelembaban, cahaya). Selain ketersediaan bahan makanan yang cukup untuk
pertumbuhan stek, diduga keadaan lingkungan (media pengakaran, suhu dan
kelembaban cahaya) dan pemilihan bahan stek yang baik juga merupakan salah
satu faktor keberhasilan tumbuhnya stek. Sama halnya dengan penelitian Febriana
(2009) pada tanaman buah naga bahwa pertumbuhan stek cukup baik, karena
kondisi persedian fotosintat pada sel (karbohidrat) masih optimum untuk
pertumbuhan stek namun ada sebagian kecil stek yang mengalami kematian atau
mengering dikarenakan gagalnya stek dalam tahap inisiasi perakaran.
Hasil uji lanjut luas daun 8 MST menunjukkan perlakuan pupuk kandang
yang berbeda nyata, terhadap kotoran ayam dan sekam dengan menunjukkan nilai
tengah tertinggi yaitu 8.57. Hal ini dapat disebabkan karena curah hujan pada saat
penanaman destruktif tidak terlalu tinggi, dan kandungan unsur hara makro dan
mikro kurang pada saat penanaman destruktif sehingga dibutuhkannya kandungan
hara yang lebih seperti kandungan yang tersedia pada campuran arang sekam dan
ayam sehingga mencukupi unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Rusli (2009)
menyatakan arang sekam memiliki berbagai unsur makro seperti N, P, K dan
unsur mikro seperti Si, Mg, Ca serta unsur lainnya yang diperlukan oleh tanaman,
arang sekam juga berfungsi sebagai bahan pengikat air yang menjaga kelembaban
tanah, adapun kelembaban tanah yang cukup, maka serapan beberapa unsur hara

17
yang diperlukan oleh tanaman akan berlangsung lebih baik, serapan N
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban tanah, sedangkan menurut pendapat
Dwidjoseputro (1993) kotoran ayam dapat menyuplai unsur hara oleh tanaman
untuk proses pembelahan dan perkembangan sel oleh jaringan tanaman, unsur
hara yang tersedia selama pertumbuhan tanaman akan berperan dalam
pembentukan batang dan pelebaran daun sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil.
Percobaan 2. Produksi Dandang Gendis
Bibit yang dipindahkan pada percobaan ke-2 adalah bibit dengan perlakuan
stek 3 buku karena bibit 3 buku menunjukkan pertumbuhan yang terbaik.
Tanaman dandang gendis belum dapat di budidayakan sampai dengan fase
generatif hal ini diduga karena tanaman ini mempunyai fase vegetatif yang
dominan terhadap fase generatif, seperti pendapat Harjadi (1979) tanaman akan
sangat vegetatif karena karbohidrat akan digunakan untuk perkembangan akar,
daun dan batang, sehingga pembungaan dan pembuahan tidak akan terjadi karena
karbohidtrat yang tersisa sedikit untuk perkembangan kuncup, bunga, buah dan
biji, karbohidrat lebih banyak digunakan dari pada penumpukkannya.
Hama yang sering muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites Esp), yang mulai terlihat pada 2 MST yang
mengakibatkan pengurangan jumlah daun, dan daun berlubang akibat hama
belalang. Cara pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan.
Gulma yang sering muncul di sekitar tanaman adalah Ageratum conyzoides, dan
Emilia sancifolia.
Persentase tumbuh dan parameter jumlah cabang pada tanaman dandang
gendis di lahan tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap perlakuan
pemupukan. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman terlihat berpengaruh nyata
terhadap perlakuan pemupukan terlihat pada 1, 2, 3, dan 7 MST. Rekapitulasi
sidik ragam dapat di lihat pada Tabel 14
Tinggi tanaman pada lima perlakuan pemupukan menunjukkan kotoran
ayam atau kotoran sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil yang
tidak nyata. Hasil uji lanjut DMRT pada parameter tinggi tanaman menunjukkan
perlakuan kotoran sapi dan arang sekam dapat menstimulasi peningkatan
pertumbuhan tanaman yang menunjukkan nilai tengah tertinggi, kotoran sapi
mempunyai kandungan P yang tinggi, untuk meningkatkan unsur hara, seperti
dinyatakan Lubis et al. (1986) kotoran sapi membantu memperbaiki sifat kimia
tanah terutama meningkatkan unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca,
Mg, dan S untuk unsur hara mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu dan M,
meningkatkan KTK tanah, meningkatkan daya pegang tanah terhadap air, dan
membantu meningkatkan mutu dan kualitas hasil. Rusli (2009) menyatakan
adanya sejumlah unsur hara makro dan mikro dalam arang sekam serta sifat arang
sekam yang mengikat air yang akan mempertahankan kelembaban tanah lebih
lama yang akan meningkatkan penyerapan usur hara oleh tanaman, sehingga
tanaman akan lebih baik tumbuhnya, serapan N dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban tanah (Tabel 15), sedangkan pada perlakuan jumlah cabang tidak
menunjukkan hasil yang berbeda nyata tetapi terlihat peningkatan pertumbuhan
jumlah cabang setiap minggunya (Tabel 16).

18

Tabel 14 Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh, tinggi
tanaman dan jumlah cabang pada perlakuan pupuk kandang
MST

Pupuk Kandang
Koefisien keragaman (%)
- - - - - - - - Persentase Tumbuh (%)- - - - - - - - tn
5.36
tn
5.36
tn
5.36
tn
7.29
tn
8.71
tn
10.67
tn
10.67
- - - - - - - - - - -Tinggi Tanaman - - - - - - - - - - *
14.98
*
13.07
*
13.67
tn
15.27
tn
16.94
tn
13.69
*
14.39
- - - - - - - - - - Jumlah Cabang - - - - - - - - - - - - tn
11.0
tn
11.5
tn
9.5
tn
11.7
tn
13.6
tn
13.6
tn
11.1

1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan : tn = Tidak nyata (Tidak berpengaruh nyata), (*) berpengaruh nyata pada taraf 5 %,
(**) berpengaruh sangat nyata pada taraf kesalahan 1 %.

Tabel 15 Tinggi tanaman (cm) pada lima perlakuan pupuk kandang

Umur tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7

Jenis pupuk
Kotoran
Tanpa
Kotoran Kotoran Ayam dan
pemupukan Ayam
Sapi
Arang
sekam
21.5b
24.46b
27.80ab
30.46
34.68
38.01
41.29a

18.66b
20.96b
23.07b
26.49
30.08
34.87
34.34ab

20.19b
22.35b
24.02b
25.37
28.08
30.98
26.10b

21.78b
24.18b
25.64b
29.21
32.32
34.85
34.16ab

Kotoran Sapi
dan Arang
Sekam
29.11a
32.02a
34.54a
26.75
38.72
41.79
39.83a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

19
Tabel 16 Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan
Umur
tanaman
(MST)
1
2
3
4
5
6
7

Jenis pupuk
Kotoran
Tanpa
Kotoran Kotoran Ayam dan
pemupukan Ayam
Sapi
Arang
sekam
1.6
1.8
1.9
2.0
1.8
1.9
1.9
2.0
2.0
1.9
1.9
2.0
2.7
2.4
2.2
2.7
3.0
2.8
2.4
3.3
3.0
2.8
2.4
3.3
3.5
3.6
2.9
4.1

Kotoran Sapi
dan Arang
Sekam
2.0
2.0
2.0
3.0
3.2
3.2
3.4

Hasil sidik ragam hanya menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap
perlakuan bobot kering tanaman, pada perlakuan bobot basah tanaman pada panen
pertama tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap perlakuan pupuk kandang,
hal ini diduga karena air yang tersedia pada daun juga diserap oleh batang. Hasil
rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah, bobot kering, dan luas
daun tanaman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Parameter
Bobot basah daun panen 1
Bobot basah batang panen 1
Bobot kering daun panen 1
Bobot kering batang panen 1
Bobot basah daun panen 2
Bobot basah batang panen 2
Bobot kering daun panen 2
Bobot kering batang panen 2
Luas daun panen 1
Luas daun panen 2

Keterangan :

Uji f
tn
tn
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Koefisien Keragaman (%)
30.081
34.731
0.56
0.07
22.61
28.87
20.22
28.06
23.37
35.21

(1) hasil transformasi√(x+5); (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata
pada taraf 5 %.

20

Bobot kering tanaman merupakan hasil akumulasi karbohidrat yang tersedia
bagi pertumbuhan tanaman selama masa hidup tanaman tersebut, adapun
karbohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman merupakan sisa hasil
fotosintesis yang telah dikurangi dengan laju respirasi (Djumali 2011). Pada
panen pertama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata baik pada daun dan
batang. Hal ini karena serapan air yang diterima daun dan batang pada saat bobot
basah menurun menyesuaikan kadar air yang hilang.
Panen dilakukan dua kali untuk mengikuti kriteria panen yaitu pada
tanaman berumur 8 dan 10 MST, hasil yang dipanen adalah daun dan batang.
Tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan unsur hara yang cukup
selama pertumbuhan sejak pembibitan sampai menjelang panen. Ketersediaan
hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman memungkinkan tanaman tumbuh
dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik. Pada 8 atau 10MST perlakuan
kotoran ayam atau kotoran sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil
yang terbaik, hal ini diduga karena pada kotoran sapi dan kotoran ayam memiliki
unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, dengan
penambahannya arang sekam sangat membantu pertumbuhan tanaman, karena
arang sekam dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah, dan memberikan
unsur hara K sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Seperti penelitian
Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan berbagai
macam arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah,
penggunaan jenis arang sebagai pupuk organik mempunyai keuntungan ganda,
karena selain dapat menyediakan unsur hara juga dapat sebagai pembenah
tanah. Sama halnya dengan pernyataan Kusuma et al. (2013) bahwa arang sekam
dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Kondisi tanah yang baik menyebabkan akar
dapat tumbuh dengan baik. Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan akar
adalah adanya ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah adalah ruang yang dapat
ditembus oleh akar dan berisi udara untuk respirasi akar, yang sangat diperlukan
untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Hasil dapat di lihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Bobot kering (g) tanaman pada lima perlakuan pupuk kandang

Bobot kering

Batang panen
Daun panen
Bobot Total Panen
Batang panen
Daun panen
Bobot total Panen

Kotoran
Kotoran
Ayam dan
Sapi dan
Arang
Arang
sekam
Sekam
- - - - - - - - - - - - - - -Panen (8 MST)- - - - - - - - - - - - - - 6.70a
1.49d
3.47c
1.26e
3.57b
4.86c
3.40d
2.77e
6.93b
9.93a
11.56
4.89
6.24
8.19
13.50
- - - - - - - - - - - - - - - Panen (10 MST)- - - - - - - - - - - - - 18.14
25.37
13.26
20.67
19.74
37.01
43.00
28.69
45.52
35.47
55.15
68.37
41.95
66.19
55.21

Tanpa
pemupukan

Kotoran
Ayam

Kotoran
Sapi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil
yang berbeda nyata menurut uji DMRT.

21
Tabel 19 Persentase (%) bobot kering pada lima perlakuan pupuk kandang
Persentase
panen

Tanpa
pemupukan

Kotoran
Ayam

Batang panen 1
Daun panen 1
Batang panen 2
Daun panen 2

57.95
42.04
32.89
67.10

30.47
69.52
37.10
62.89

Kotoran
Sapi

Kotoran Ayam
dan Arang
sekam

Kotoran
Sapi dan