Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans) Yang Dapat Dipasarkan

PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI
SAYUR FUNGSIONAL DANDANG GENDIS
(Clinacanthus nutans) YANG DAPAT DIPASARKAN

DEDE RAHMATULLOH
A24110086

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk
Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus
nutans) yang dapat Dipasarkan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Dede Rahmatulloh
NIM A24110086

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
DEDE RAHMATULLOH Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur
Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan.
Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ.
Penelitian ini dilakukan di kebun organik University Farm, Desa
Cikarawang, IPB, Dramaga, Bogor, Indonesia pada 06°31'LS, 106°44'BT, dengan
ketinggian 207 m di atas permukaan laut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
produksi sayur dandang gendis yang dapat dipasarkan dengan perlakuan pupuk

kandang. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi 2 faktor yaitu: jenis
pupuk kandang ayam, sapi, dan kambing (sebagai petak utama) dan dosis pupuk
kandang 300, 600, 900, 1 200, dan 1 500 g tanaman-1 (sebagai anak petak). Hasil
penelitian menunjukkan pemberian jenis pupuk kandang kambing dapat memiliki
hasil tertinggi terhadap seluruh peubah pada fase pertumbuhan dengan dosis 1 500
g tanaman-1 sedangkan pada fase panen dipengaruhi jenis pupuk kandang kambing
dengan dosis tertinggi 1 200 g tanaman-1 yang memiliki bobot basah batang,
bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering batang, daun dan bobot basah
yang dapat dipasarkan tertinggi.

Kata kunci : Pemanenan berulang, pertanian organik, sayuran fungsional, snake
grass, pupuk kandang.

ABSTRACT
DEDE RAHMATULLOH. Manures Application on Snake Grass (Clinacanthus
nutans) Marketable Leaf Production. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ.
This research was conducted at the organic garden University Farm,
Cikarawang Village, IPB, Dramaga, Bogor, Indonesia in 06°31' South latitude,
106°44' West longitude, with an altitude of 207 m above sea level. The aims of
this research was to determine the marketable leaf production of snake grass with

manure application. This study used a split plot design with two factors: manure
types i.e, chicken, cow, and goats manure (as main plot) and rates of manure 300,
600, 900, 1 200, and 1 500 g plant-1 (as subplot). The results showed that plant
goat manure application 1 500 g plant-1 had the higehest growth phase variables.
On harvesting phase goat manure 1 200 g plant-1 application had the highest
variables total stem weight, total wet weight, marketable leaf fresh weight, total
stem dried weight, total dried weight on harvest and marketable shoot weight.
Keywords : Repeated harvesting, organic agriculture, functional vegetable, snake
grass, manures.

PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI
SAYUR FUNGSIONAL DANDANG GENDIS
(Clinacanthus nutans) YANG DAPAT DIPASARKAN

DEDE RAHMATULLOH
A24110086

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 hingga April 2015 dengan judul
Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis
(Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kepada Hj. Ucu Nursalamah S.Pd selaku Ibunda tersayang dan H.
Hamdani S.Ip, MM selaku ayahanda tercinta yang senantiasa
memberikan dukungan sepenuh hati baik doa maupun materil yang tak
pernah putus hingga saat ini, Dudi Muhammad Wildan S.Pi sebagai

kakak dan Dikka Muhammad Ramadhan sebagai adik yang senantiasa
memberikan dukungan semangat dan nasehat.
2. Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz MS sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan pengarahan dan curahan waktunya selama
kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman MSc. Agr sebagai pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan dan curahan waktunya selama
penulis melaksanakan kegiatan akademik.
4. Dr. Ir. Maya Melati MS, MSc selaku dosen penguji skripsi.
5. Kebun Percobaan Organik University Farm, Desa Cikarawang sebagai
tempat penelitian dan Laboratorium Pascapanen sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan lancar serta Bapak Argani selaku manajer kebun.
6. Terima kasih kepada Vera Mutiarasani atas dukungan, doa, semangat dan
perhatiannya. Teman satu bimbingan Tabitha Trianada Eliazar SP dan
Farida Zulfa Qonitah SP, kaka-kaka satu bimbingan, teman-teman
Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 khususnya Faisal Aji Wibowo
SP, Burhan Effendi, Agief Julio Pratama SP, Yogi Dwiyantono, Andi
sauleka SP, Nuri Rukmiarti, M. Rizki Anjal SP, dan Sinta Refina yang
selalu memberikan bantuan nasihat, doa, serta tenaga, DANDELION 48,
Kelompok KKP Desa Bendungan, Pagaden Barat, Subang, Team

Kominfo BEM faperta 2014, Geng Akar Rumput, Dandelion Traveler,
Team Let’s Adventure, dan Divisi Konsumsi FBBN 2015.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi
untuk penelitian maupun hal-hal yang bersangkutan dengan pendidikan.

Bogor, Desember 2015
Dede Rahmatulloh

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Dandang Gendis
Pertanian Organik
Pupuk kandang
Pupuk Kandang Ayam

Pupuk Kandang Sapi
Pupuk Kandang Kambing
Panen berulang serta Kandungan senyawa dandang gendis
Jumlah klorofil daun
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Analisis Data
Prosedur Percobaan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Perlakuan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Analisis Kadar Hara N, P2O5 dan K2O pada Pupuk Kandang
Analisis Kadar Air dan N total pada Daun
Pengukuran Jumlah Klorofil Daun
Pengamatan Fase Pertumbuhan
Tinggi tanaman

Jumlah Batang
Diameter Batang
Pengamatan Fase Panen
Jumlah Daun pada Pucuk Layak dipasarkan
Bobot Basah Layak dipasarkan
Bobot Kering Layak dipasarkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

i
i
1
1
2
2
2
2

3
4
4
4
4
5
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
11
11
14
14

15
16
16
17
18
19
19
20
22
26
26
26
27
30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kombinasi jenis dan dosis pupuk kadang
Rekapitulasi hasil sidik ragam fase pertumbuhan dan fase panen
Kadar unsur N, P2O5 dan K2O pada 3 jenis pupuk kandang
Analisis kadar air dan N total pada daun dandang gendis pada 4 MST
Jumlah klorofil daun pada 4 dan 16 MST
Tinggi tanaman fase pertumbuhan dan fase panen
Jumlah batang fase pertumbuhan dan fase panen
Diameter batang fase pertumbuhan dan fase panen
Jumlah daun pada pucuk layak dipasarkan
Bobot basah batang panen
Bobot basah daun panen
Bobot basah total panen
Bobot kering batang panen
Bobot kering daun panen
Bobot kering total panen

6
11
14
15
16
17
18
18
19
21
22
22
24
24
25

DAFTAR GAMBAR
1
2

3

Dandang gendis (Clinacanthus nutans)
Teknis pemanenan tanaman dandang gendis di lahan
(a) Tanaman diukur tinggginya (b) Tanaman ketika dipangkas
(c) tanaman setelah dipangkas
Hasil panen (a) tanaman yang diberi pupuk kandang ayam

3

8
9

ii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dandang gendis (Clinacanthus nutans) nama daerah: Ki tajam (Sunda),
gendis (Jawa), merupakan perdu yang tumbuh tegak atau memanjang, dengan
tinggi 2-3 m, tumbuh di dataran rendah dan biasa digunakan sebagai pagar hidup.
Di daerah Surakarta dan Jogjakarta daun-daun ini didapat dalam perdagangan
obat-obatan sebagai obat kencing manis (Heyne 1987). Tidak hanya di Indonesia,
ternyata dandang gendis cukup terkenal di Thailand dikenal dengan istilah
phayayor (Lusia 2006). Banyak tumbuhan berkhasiat obat yang belum diketahui
khasiatnya oleh manusia, karena manusia tidak mengenal jenis dan bentuk
tanaman obat, sering kali beberapa tanaman hanya dianggap sebagai tanaman liar
yang keberadaannya dianggap mengganggu keindahan dan mengganggu
kehidupan tanaman lain (Hairana 2004). Karakter dandang gendis yang termasuk
tanaman tahunan belum banyak diketahui khasiatnya, sehingga masyarakat awam
belum membudidayakannya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman dandang
gendis yakni dengan pemberian pupuk kandang hal ini karena, sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian (2013) Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang
system pertanian organik dimaana pertanian organik menekankan penerapan
praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari
limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi
terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai
dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak
menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.
Widowati dan Hartatik (2005) mendefinisikan pupuk kandang adalah semua
produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah
hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Menurut United State Department
of Agriculture (2007) pupuk kandang adalah feces, urine dan kotoran lain yang
diproduksi oleh ternak dan bukan merupakan kompos.
Penggunaan pupuk kandang untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
sayur telah dilakukan oleh Maryam (2009) pada tanaman kangkung, yaitu pupuk
kandang ayam meningkatkan bobot layak pasar per bedeng (675.84 g bedeng-1)
dibandingkan dengan kontrol (273.96 g bedeng-1) dengan ukuran bedengan 1 m x
2.2 m. Penelitian Rahardito (2013) menbahwa pemberian pupuk kandang
kambing pada kangkung meningkatkan bobot per tanaman sebesar (27.55 g
tanaman-1) dan bobot layak pasar per bedeng (2 603.9 g bedeng-1) dibandingkan
dengan pemberian pupuk kandang sapi yang menghasilkan bobot per tanaman
(17.05 g tanaman-1) dan bobot layak pasar per bedeng (1 387.2 g bedeng-1) dan
pupuk kandang ayam yang menghasilkan bobot per tanaman (36.25 g tanaman-1)
dan bobot layak pasar per bedeng (2 980.1 g bedeng-1)
Puspitasari (2014) menemukan bahwa pembibitan dandang gendis dengan
memakai kotoran ayam, kotoran sapi dengan penambahan campuran arang sekam
dengan komposisi 1:1:1 (v/v) dengan menggunakan tanaman yang berasal dari
stek 3 buku memberikan hasil yang terbaik.

2

Produksi sayuran dandang gendis sampai 10 MST memakai pupuk kotoran sapi
10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 atau ayam 10 ton ha-1 ditambah arang
sekam 2 ton ha-1 memberikan panen pertama terbaik.
Sayuran fungsional adalah sayuran yang selain dapat memenuhi kebutuhan
gizi sayuran ini juga mempunyai manfaat lain seperti Antioksidan Pannangpetch
et al. (2007) serta Antikanker Sofyan (2008). Informasi produksi selanjutnya
belum ditemukan, informasi mengenai penggunaan pupuk kandang untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran dijadikan sebagai acuan pada
tanaman dandang gendis. Penelitian mengenai jenis dan dosis pupuk kandang
yang optimal masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian, guna
meningkatkan nilai komersial dari tanaman dandang gendis ini.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi antara
jenis dan dosis pupuk kandang terhadap produksi sayur tanaman dandang gendis
(Clinacanthus nutans).
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada jenis pupuk yang menghasilkan produksi terbaik.
2. Ada dosis pupuk yang menghasilkan produksi terbaik.
3. Terdapat interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang yang menghasilkan
produksi terbaik.

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Dandang Gendis
Dandang gendis (Clinacanthus nutans) termasuk perdu dengan tinggi lebih
kurang 2.5 m, pada umumnya tumbuh di dataran rendah. Batang berkayu, tegak,
beruas dan berwarna hijau. Daun tunggal berhadapan, bentuk lanset, panjang 8-15
cm, lebar 4-6 cm, bertulang menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk bentuk
malai, di ketiak daun dan di ujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung,
panjang 2-3 cm, berwarna merah muda. Buah berbentuk kotak agak bulat
memanjang berwarna coklat termasuk dalam famili Acanthaceae (Yuniarti 2008).
(Gambar 1) dapat dilihat tanaman dandang gendis.

3

Gambar 1 Dandang gendis (Clinacanthus nutans)

Pertanian Organik

Menurut FAO/WHO Codex Alimentarius Commission (1999) pertanian
organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang mempromosikan dan
meningkatkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus
biologi, dan aktivitas biologi tanah. Tujuan dari pertanian organik yakni
mengaplikasikan cara manajemen yang baik dalam penggunaan input off-farm,
dengan mempertimbangkan bahwa kondisi daerah memerlukan sistem adaptasi
lokal. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan ilmu-ilmu agronomi, biologi,
dan metode mekanik, yang berguna menguangi penggunaan bahan sintetis untuk
memenuhi fungsi tertentu dalam sebuah sistem.
Menurut USDA United State Department of Agriculture (2002) pertanian
organik menghasilkan produk menggunakan metode yang melestarikan
lingkungan dan menghindari bahan-bahan sintetis seperti pestisida dan antibiotik.
Standar organik USDA menggambarkan bagaimana petani bercocok tanam dan
meningkatkan kuantitas dan kualitas ternak yang dapat petani hasilkan.
Peraturan Menteri Pertanian (2013) Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013
tentang system pertanian organik dimaana pertanian organik menekankan
penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan
input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya
adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut
dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang
tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam
system.

4

Pupuk kandang
Menurut Widowati dan Hartatik (2005) mendefinisikan pupuk kandang
adalah semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan
untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Balittanah
(2005) mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam memiliki kadar 1.70% N,
2.12% P2O5, dan 1.45% K2O, pupuk kandang sapi memiliki kadar 2.34% N,
1.08% P2O5 dan 0.69% K2O dan pupuk kandang kambing memiliki kadar 1.85%
N, 1.14% P2O5 dan 2.49% K2O.
Pupuk Kandang Ayam
Menurut Widowati dan Hartatik (2005) aplikasi pupuk kandang ayam
selalu memberikan respon yang baik bagi tanaman kentang pada musim pertama.
Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang
sama dengan pupuk kandang lainnya. Maryam (2009) menyatakan bahwa caisin
(Brassica juncea), pakcoi (Brassica rapa cv. Pakchoy), kangkung (Ipomoea
reptans), dan selada (Lactuca sativa L.) dengan pemberian pupuk kandang ayam
memberikan hasil tertinggi terhadap komponen tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, jumlah daun, bobot per tanaman, bobot per bedeng, bobot layak pasar
per bedeng, panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng
dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang sapi.
Pupuk Kandang Sapi
Menurut Widowati dan Hartatik (2005) pukan sapi mempunyai kadar serat
yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N
rasio yang cukup tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat
penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan
tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan
menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut
sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Baskoro (2011) menyatakan bahwa
pada tanaman binahong terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, dan jumlah daun dengan pemberian pupuk kandang sapi memberikan
respon lebih baik jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan kambing.
Pupuk Kandang Kambing
Menurut Widowati dan Hartatik (2006) tekstur dari kotoran kambing
adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara
fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses
penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pukan kambing umumnya masih di atas 30.
Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N < 20, sehingga pukan
kambing harus dikomposkan terlebih dahulu, walaupun akan digunakan secara
langsung, pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim ke
dua pertanaman. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi dan
sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Penelitian Rahardito (2013) menunjukkan
bahwa pemberian pupuk kandang kambing pada tanaman kangkung
meningkatkan bobot per tanaman (27.55 g tanaman-1) dan bobot per bedeng (1
924.7 g bedeng-1) dibandingkan perlakuan pupuk kandang sapi meningkatkan

5

bobot per tanaman (17.05 g tanaman-1 ) dan bobot per bedeng (1 387.2 g bedeng-1)
dengan ukuran bedengan 7.5m2.

Panen berulang serta Kandungan senyawa dandang gendis
Pemanenan terhadap dandang gendis ini dilakukan panen berulang sebanyak
4 kali panen yang dimana Menurut Evers dan Holt (1972) menyatakan pemanenan
tanaman pada umur tua atau pemotongan tanaman dengan interval pendek dapat
memberikan hasil rendah dengan kualitas tinggi, tetapi dapat menurunkan
ketegaran tanaman, menghambat perkembangan tunas baru sebagai akibat
menipisnya persediaan makanan dan bila keadaan ini berlanjut maka dapat
mematikan bagi tanaman.
Pannangpetch et al. (2007) menyatakan bahwa berbagai penelitian yang
telah dilakukan dari segi ekstraksi kandungan dandang gendis menunjukkan
khasiat ekstrak daun dandang gendis berperan sebagai antioksidan. Penelitian efek
fisiologis terhadap tanaman dandang gendis telah dilakukan oleh Sugiri (1980)
dengan hasil bahwa ekstrak air daun dandang gendis dapat menurunkan gula
darah. Lebih lanjut penelitian skrining fitokimia oleh Natalia (1992) mendapatkan
bahwa dalam daun dandang gendis mengandung senyawa golongan alkaloida,
saponin, dan minyak atsiri. Penelitian Nurulita (2008) bahwa ekstrak air daun
dandang gendis memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang sama
dengan ekstrak air yaitu flavonoid, steroid atau triterpenoid, dan tanin.
Jumlah klorofil daun
Jumlah klorofil saun merupakan suatu indikator bahwa tanaman memiliki
kandungan N yang berlebih atau justru kurang pada bagian daun yang berfungsi
sebagai tempat fotosintesis, jika daun berwarna kuning cerah (klorosis), maka
tanaman kekurangan unsur hara (Ai dan Banyo 2011).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kebun organik University Farm, Desa
Cikarawang, IPB, Bogor, Indonesia pada 06°31'LS, 106°44'BT, dengan ketinggian
207 m diatas permukaan laut (m dpl). Kegiatan yang berkaitan dengan penentuan
berbagai peubah bobot basah dan kering dilakukan pada Laboratorium Pasca
panen, analisis kadar hara N, P205 dan K2O pada pupuk kandang. Kadar air dan
unsur N total pada daun dandang gendis dilaksanakan di Laboratorium Pengujian
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, Dramaga,
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember-April 2015.

6

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit Dandang Gendis yang berasal dari
Bogor yang diperbanyak dengan cara stek batang yang sudah berumur 6 bulan.
Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam petelur, pupuk
kandang sapi dan pupuk kandang kambing.
Peralatan yang digunakan adalah cangkul, kored, penggaris, meteran, jangka
sorong, amplop, plastik klep, label, karet gelang, timbangan analitik, gembor,
gunting stek, alat tulis, kamera, oven dan alat SPAD.
Prosedur Analisis Data
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi
(Tabel 1) dengan dua faktor perlakuan yaitu Pengaruh jenis pupuk kandang
sebagai petak utama dan dosis pupuk sebagai anak petak.
Tabel 1 Kombinasi jenis dan dosis pupuk kadang
Petak utama
Anak petak
Jenis pukan
Dosis (g tanaman-1)
Ayam
300
600
900
1 200
Sapi
300
600
900
1 200
Kambing
300
600
900
1 200

1 500
1 500
1 500

Kombinasi 2 faktor perlakuan menghasilkan 15 kombinasi perlakuan yang
diulang sebanyak 6 kali, dengan menggunakan 1 tanaman dalam satu satuan
percobaan sehingga menghasilkan 90 unit tanaman.
Model matematika yang digunakan untuk untuk analisis statistika adalah :
Yijk = μ + αi + δik +βj +(αβ)ij +εijk
Keterangan :
i = 1, 2, 3
Yijk

j= 1, 2, 3, 4, 5

k = 1, 2, 3

= Nilai pengamatan pada faktor perlakuan jenis pupuk ke-i
dan dosis pupuk ke-j dan ulangan ke-k
(μ, αi, βj) = Merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh petak utama
(jenis pupuk ke-i);i=1, 2, 3 dan Pengaruh anak petak
(dosis pupuk ke-j); j=1,2,3,4,5
(αβ)ij
= Komponen interaksi dari jenis pupuk taraf ke-i (i = 1, 2, 3)
dan perlakuan dosis pupuk taraf ke-j (j= 1,2,3,4,5)
δik
= Merupakan komponen acak dari petak utama (jenis pupuk)
yang menyebar normal (0,σδ 2 )
εijk
= Pengaruh acak dari anak petak (dosis pupuk) yang
menyebar normal (0,σ 2).
Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Exel 2013 dan SAS
9.1.3. Perlakuan pemupukan diuji dengan menggunakan Uji F dan yang berbeda
nyata dilanjutkan dengan Uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5%.

7

Prosedur Percobaan
Penanaman
Tanaman berumur 6 bulan, tanaman yang digunakan berjumlah 90 tanaman,
dengan menggunakan jarak antar perlakuan 80 cm x 80 cm, setelah penanaman
lalu disiram air secukupnya.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali, yakni pada bulan Desember 2014 dan Maret
2015, pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dikarenakan khawatir unsur hara
pada tanah tidak mencukupi. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur
disekitar piringan tanaman masing-masing sebanyak satu dosis lalu di tutup tanah.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian mencakup penyiangan
gulma, pengendalian hama, penyakit tanaman, pembumbunan, penyiraman, dan
pemeliharaan terahadap sanitasi lahan.
Perlakuan Percobaan
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, sedangkan untuk
pengamatan panen dilakukan setiap satu bulan sekali, dimana total dari
pengamatan yakni lima bulan. Peubah yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh
tanaman dengan menggunakan meteran.
2. Jumlah batang menghitung batang tanaman yang sudah tumbuh dan
menghitung batang tanaman yang muncul dari permukaan tanah.
3. Diameter batang diukur 10 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan jangka sorong.
4. Jumlah daun diukur dengan menggunakan alat penghitung (counter) dari
sisa pangkasan ke atas. Pengamatan di bagi menjadi dua fase, yakni fase
pertumbuhan dan fase panen. Jumlah daun di lahan dihitung pada 2, 6, 10,
dan 14 MST (minggu setelah tanam) menggunakan alat penghitung
(counter), dimana daun yang dihitung adalah daun yang baru muncul
hingga batas tali rafia setinggi 80 cm.
Jumlah daun fase panen didapatkan dari hasil panen batang dan daun yang
sebelumnya telah dipisahkan antara batang dan daunnya, dihitung dengan
menggunakan alat penghitung (counter), penghitungan dilakukan pada
Laboratorium Pascapanen, AGH, IPB.
5. Jumlah klorofil daun hanya dilakukan pada 2 dan 16 MST diukur dengan
menggunakan alat SPAD, dengan cara menjepit daun muda (dua buku
dibawah pucuk) dan daun tua menggunakan alat SPAD untuk menentukan
ada tidaknya gejala kekurangan atau kelebihan N secara visual dengan
acuan jumlah klorofil.
6. Pemanenan tanaman dandang gendis dilakukan pada minggu ke 4, 8, 12,
dan 16 MST, pemanenan tanaman dengan cara dipangkas, adapun kriteria
panen tanaman yaitu sebagai bobot basah yang layak dipasarkan minimal
dengan tinggi tanaman telah mencapai 110 cm dari permukaan tanah dan

8

bagian yang dipanen minimal sepanjang 30 cm dari pucuk. Pemanenan
dilakukan sebanyak 4 kali panen dimulai dari 4, 8, 12, dan 16 MST pada
(Gambar 2a) sebelum dipanen tanaman diukur terlebih dahulu tingginya.
(Gambar 2b) setelah diketahui tinggi tanaman maka tanaman dipanen
dengan cara dipangkas menggunakan gunting tanaman, tanaman dipangkas
diatas acuan tali rafia yang telah diikatkan pada setiap tanaman yang
sebelumnya telah diukur ketinggiannya dan disamakan setinggi 80 cm.
(Gambar 2c) merupakan tanaman yang telah dipanen dan disamaratakan
tingginya untuk kemudian 4 MST setelah panen akan dipangkas kembali
sebanyak 4 kali hingga 16 MST.

Gambar 2 Teknis pemanenan tanaman dandang gendis di lahan (a)
Tanaman diukur tinggginya (b) Tanaman ketika dipangkas (c) tanaman
setelah dipangkas
Fase panen di lahan dilanjutkan ke Laboratorium Pascapanen untuk
dilakukan pengambilan gambar terhadap tanaman. Hal ini berguna untuk
mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk kandang secara visual
terhadap tanaman. (Gambar 3a, 3b, dan 3c) merupakan gambar tanaman
pada saat 8 MST yang secara berurutan dari kiri ke kanan dengan
pemberian pupuk kandang ayam, sapi dan kambing dan 5 taraf dosis yakni
300, 600, 900, 1 200, dan 1 500 g tanaman-1.

9

Gambar 3 Hasil panen (a) tanaman yang diberi pupuk kandang ayam
(b) tanaman yang diberi pupuk kandang sapi (c) tanaman yang diberi pupuk
kandang kambing.
7. Bobot basah (g tanaman-1) terhadap batang, daun, dan bobot basah total
yang layak dipasarkan dilakukan pada saat panen yang dilaksanakan setiap
1 bulan sekali setiap akhir bulan selama 4 bulan, setelah diketahui bobot
basah total, bobot basah batang, dan bobot basah daun (g tanaman-1)
kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, adapun
kriteria bobot basah total adalah keseluruhan batang dan daunnya, untuk
bobot basah batang hanya batangnya saja yang ditimbang dengan terlebih
dahulu dipisahkan dari daunnya, dan untuk bobot basah daun hanya
daunnya saja yang ditimbang, setelah diketahui bobot basah total, batang
dan daun layak dipasarkan.
8. Bobot kering (g tanaman-1) batang, daun, dan total layak dipasarkan
dengan kriteria yang sama seperti bobot basahnya lalu dimasukan kedalam
amplop setelah itu dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 105o C
selama satu hari dengan tujuan agar bobot keringnya konstan.
9. Kadar hara N, P2O5 dan K2O pada pupuk kandang (%) untuk
teknisnya sebagai berikut, pertama, tanaman sampel ditimbang seberat 200
g, lalu kemudian dipindahkan ke dalam botol timbang kosong yang telah
diketahui beratnya. Setelah ditimbang, kemudian sampel akan dipanaskan
dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 3 jam, setelah itu sampel
dapat di dinginkan dalam desikator dan kemudian dilakuakan
penimbangan. Pemanasan dan penimbangan sampai beratnya tetap, berat
yang hilang adalah berat air.

10

10. Kadar air (%) Penimbangan dilakukan terhadap 200 g contoh pupuk,
kemudian dimasukkan ke dalam botol timbang kosong yang telah
diketahui beratnya. Panaskan dalam oven pengering pada suhu 105oC
selama 3 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang. Ulangi pemanasan
dan penimbangan sampai beratnya tetap, berat yang hilang adalah berat air
(William 2000).
Kadar air (%) = (W-W1) x 100/W
Keterangan:
W = Bobot contoh asala dalam g
W1=Bobot contoh setelah dikeringkan dalam g
100 = faktor konversi ke %
Fka (faktor koreksi kadar air) = 100/(100- % kadar air)
(Dihitung dari kadar air contoh pupuk halus dan digunakan sebagai factor
koreksi dalam perhitungan hasil analisis).
11.
Kadar N total daun dengan metode Kjeldahl dengan cara destilasi,
pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih
(gunakan air bebas ion dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu
didih dan aquades hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung untuk
NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1%
yang ditambah 3 tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan
dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10
ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Didestilasi
hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat
dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda. Catat volume
titrasi contoh (Vc) dan blanko (Vb) (Lisley et al. 1990)
Perhitungan cara destilasi:
Kadar nitrogen (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 100 mg contoh-1 x fk = (Vc - Vb) x N
x 14 x 100 500-1 x fk = (Vc - Vb) x N x 2,8 x fk
Keterangan :
Vc, b = ml titar contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4
14 = bobot setara nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Menurut data BMKG (2015) rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian
dari bulan Januari hingga April 251, 346, 374, dan 206 mm bulan-1. Rata-rata
suhu selama penelitian dari bulan Januari hingga April adalah 25.2, 25.0, 25.6,
dan 25.8°C. Penanaman dandang gendis dilakukan menjelang musim penghujan,
dengan kondisi lahan tidak ternaungi tanaman lain. Sekitar lahan terdapat tanaman
serai wangi yang ditanam dari penelitian sebelumnya untuk menghambat serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT).
Tanaman tumbuh seragam dan cukup tegak, dengan ditopang penyangga
kayu. Hama yang pernah muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal
(Chrysodeixis chalcites Esp) yang mulai terlihat pada 12 MST saja yang
mengakibatkan pengurangan jumlah daun yang berada di bagian pucuk, meskipun
hanya beberapa tanaman saja yang terserang kurang dari (1%). Cara
pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan. Hama keong
juga menyerang pada 16 MST lebih tepatnya pada Bulan April dengan intensitas
rendah tidak merusak tanaman hanya menempel pada kayu penopang tanaman
saja. Gulma yang muncul di sekitar tanaman adalah Ageratum conyzoides dan
Mimosa pudica.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam fase pertumbuhan dan fase panen
Umur
Jenis
Dosis
Interaksi
Koefisien
(MST)
(J)
(D)
(J)*(D)
keragaman ( %)
…………...Kadar air…………..
4

tn

tn

tn

4.2

…………...Kadar N total…………..
4

tn

tn

tn

4.9

…………...Jumlah klorofil…………..
4

tn

*

tn

16

tn

*

tn

…………...Tinggi…………..

Muda dan tua
18.2 dan 14.0
Muda dan tua
25.6 dan 9.3

2

tn

tn

tn

4.8

4

tn

*

tn

5.3

6

tn

tn

tn

6.0

8

tn

tn

tn

6.7

10

tn

tn

tn

3.7

12

Umur
(MST)

Jenis
Dosis
Interaksi
(J)
(D)
(J)*(D)
…………...Tinggi…………..

Koefisien
keragaman ( %)

12

tn

tn

tn

5.8

14

tn

tn

tn

7.6

16

tn

tn

tn

7.7

…………...Jumlah batang………
2

tn

tn

tn

24.5

4

tn

tn

tn

22.4

6

tn

tn

tn

17.9

8

tn

tn

tn

17.9

10

tn

tn

tn

21.9

……….Jumlah batang…………
12

tn

tn

tn

19.2

14

tn

tn

tn

20.1

16

tn

tn

tn

19.9

………..Diameter batang………
2

tn

tn

tn

13.1

4

tn

tn

tn

11.8

6

tn

tn

tn

8.3

8

tn

tn

tn

29.8tr

10

tn

tn

tn

6.5

12

tn

tn

tn

5.8

14

tn

tn

tn

16

tn

tn

tn

5.2
5.7

………...Jumlah daun…………
2

tn

tn

tn

19.6

4

tn

tn

tn

31.5

6

tn

tn

tn

26.6

8

tn

tn

tn

22.4

10

tn

tn

tn

19.7

12

tn

tn

tn

20.5 tr

14

tn

tn

tn

27.5

16

tn

tn

tn

29.5

13

Umur
(MST)

Jenis
(J)

Dosis
(D)

Interaksi
(J)*(D)

Koefisien
keragaman ( %)

4

…….Bobot basah batang……
tn
tn
tn

23.1

8

tn

*

tn

18.8

12

tn

tn

tn

24.7

16

*

tn

tn

33.9

…….Bobot basah daun……
4

tn

tn

tn

23.1

8

tn

*

tn

18.8

12

tn

tn

tn

25.0

16

tn

tn

tn

33.0

…….Bobot basah total……..
4
8

tn
tn

tn
*

tn
tn

23.1
18.8

12

tn

tn

tn

23.6

16

*

tn

tn

30.1

…….Bobot kering batang…..
4

tn

tn

tn

19.9

8

tn

*

tn

13.9

12

tn

tn

tn

24.3 tr

16

tn

tn

tn

18.4 tr

……….Bobot kering daun…….
4

tn

tn

tn

19.2

8

tn

*

tn

15.3

12

tn

tn

tn

28.6

16

tn

tn

tn

22.7 tr

……….Bobot kering total…..
4

tn

tn

tn

20.7

8

tn

*

tn

13.1

12

tn

tn

tn

28.6

16

tn

tn

tn

18.1 tr
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata, (*) = berpengaruh nyata pada taraf
5%, (**) = berpengaruh sangat nyata pada taraf 5%, tr = transformasi √(x+0.5)
untuk peubah diameter batang 8 MST, jumlah daun 12 MST, bobot kering batang
12 dan 16 MST, transformasi √(x+0.25) untuk bobot kering daun dan bobobt
kering total pada 16 MST.

14

Analisis Kadar Hara N, P2O5 dan K2O pada Pupuk Kandang
Analisis hanya dilakukan terhadap kadar N, P2O5 dan K2O. Hasil analisis
pupuk kandang ayam, sapi dan kambing, ternyata pupuk kandang kambing
memiliki kadar N lebih tertinggi, untuk kadar P2O5 tertinggi didapatkan dari
pupuk kandang ayam, kemudian untuk kadar K2O dari pupuk kandang ayam, sapi,
dan kambing lebih rendah jika dibandingkan dengan literatur dari Balittanah
(2005). Hasil analisis selaras dengan penelitian Widowati dan Hartatik (2006)
yang melaporkan bahwa pupuk kandang ayam petelur mempunyai kadar hara P
lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya.
Tabel 3 Kadar unsur N, P2O5 dan K2O pada 3 jenis pupuk kandang
Unsur
pupuk ayam
pupuk sapi
pupuk kambing
……………….….(%)……………………..
Nitrogen N
1.65
1.38
2.71
Fosfor P2O5
2.59
0.31
0.78
Kalium K2O
0.67
0.51
1.85
Analisis Kadar Air dan N total pada Daun
Hasil analisis kadar air menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi
meningkatkan kadar air sebesar 0.35% sedangkan pemberian pupuk kandang
kambing sebesar 0.37% jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam, untuk
dosis terbaik diperoleh dari perlakuan dosis 1 200 g tanaman-1 dengan perbedaan
sebesar 0.22% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 data tersaji pada
(Tabel 4). Hasil analisis kadar air berkisar antara 8.70 hingga 10.26% ternyata
lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Akbar (2010) yang melaporkan
bahwa kadar air yang terkandung dalam daun dandang gendis kering rata-rata
sebesar 14.30%. Hasil penelitian Utama et al. (2007) yang menyatakan bahwa
kadar air pada tanaman selada, kangkung, dan sawi berturut-turut yakni 10.8,
10.44 dan 11.66% ternyata kadar air dandang gendis yang berkisar antara 9.43
hingga 10.26% lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman selada, kangkung,
dan sawi.
Hasil analisis kadar N total menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
kambing memiliki N total tertinggi dan selisih sebesar 1.03% dengan pupuk
kandang sapi dan selisih 1.01% dengan pemberian pupuk kandang ayam. Dosis
tertinggi diperoleh dari perlakuan dosis 600 g tanaman-1 yang berbeda sebesar
0.36% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 data tersaji pada (Tabel 5).
N total dari daun dandang gendis ini berkisar antara 3.77 hingga 3.93% jika
dibandingkan dengan hasil penelitian Utama et al. (2007) pada tanaman kangkung
yang menunjukkan kisaran 0.19-0.22% N total pada daun kering maka N total
dandang gendis masih lebih besar.

15

Tabel 4 Analisis kadar air dan N total pada daun dandang gendis pada 4 MST
Jenis pukan
(% Kadar air)
(%N total)
Ayam
Sapi
Kambing
Dosis Pupuk
(g tanaman-1)

9.53
9.77
9.74

3.77
3.87
3.91

300
9.66
3.83
600
9.70
3.93
900
9.69
3.87
1 200
9.85
3.84
1 500
9.50
3.79
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%
Pengukuran Jumlah Klorofil Daun
Pengukuran karakter fisiologi seperti jumlah klorofil, merupakan salah
satu pendekatan untuk mempelajari pengaruh kekurangan air terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi, karena parameter ini berkaitan erat dengan laju
fotosintesis (Li et al. 2006). Salisbury dan Ross (1995) mengemukakan bahwa
tingkat warna daun menunjukkan kecukupan tanaman tehadap unsur N.
Pengamatan terhadap jumlah klorofil pada daun menggunakan alat SPAD, yang
dilakukan pada 4 dan 16 MST.
Hasil pengamatan pada 4 MST menunjukkan bahwa jenis pupuk kandang
kambing meningkatkan jumlah klorofil sebesar 1.02% pada daun muda jika
dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan sapi, lain halnya dengan daun tua,
ternyata pemberian pupuk kandang ayam terbaik dalam meningkatkan jumlah
klorofil jika dibandingkan dengan pukan sapi dan kambing yang masing-masing
selisih 1.07 dan 1.03%, untuk dosis terbaik pada daun muda yakni 600 g tanaman1
yang selisih 1.09% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 sedangkan
pada daun tua dosis 1 200 g tanaman-1 memberikan nilai tertinggi bagi jumlah
klorofil daun, ternyata dosis 1 200 g tanaman-1 berbeda nyata dengan dosis 1 500
g tanaman-1, hal ini cukup membingungkan karena dosis 1 200 g tanaman-1 tidak
berbeda nyata dengan dosis yang lebih kecil, namun justru berbeda nyata dengan
yang lebih besar yakni dosis 1 500 g tanaman-1. Hal demikian diduga dari
kemampuan masing-masing tanaman dalam hal memproduksi zat hijau daun,
faktor lingkungan, genetis dan kandungan hara yang dapat diserap tanaman
berbeda data tersaji pada (Tabel 5).
Pengamatan pada 16 MST untuk daun muda menunjukkan bahwa pupuk
kandang kambing bagi daun muda dan daun tua ternyata menaikkan jumlah
klorofil pada daun jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan sapi. Dosis
terbaik yang terlihat dari banyaknya jumlah klorofil pada daun muda yakni dosis
900 g tanaman-1 yang selisih 1.08% dibandingkan dosis 300 g tanaman-1
sedangkan untuk daun tua dosis terbaik bagi jumlah klorofil didapatkan dari dosis
600 g tanaman-1 yang selisih 0.01% dibandingkan dosis 300 g tanaman-1 yang

16

secara statistik, data tersaji pada (Tabel 5) dapat dilihat bahwa dosis 600 jika
dibandingkan dengan dosis 300, dan 1 200 g tanaman-1 ternyata tidak berbeda
nyata, yang justru berbeda nyata dengan dosis 900 dan 1 500 g tanaman-1, hal ini
kemungkinan sama seperti pada 4 MST bahwa tiap tanaman berbeda
kemampuannya dalam memproduksi jumlah klorofil pada setiap daun walaupun
secara data ternyata pemberian dosis pupuk kandang berbeda nyata dengan jumlah
klorofil daun.
Tabel 5 Jumlah klorofil daun pada 4 dan 16 MST
Perlakuan
4 MST
16 MST
Jenis pukan
Daun muda
Daun tua
Daun muda
Daun tua
……………….(unit klorofil SPAD)……..……..……
Ayam
31.7
58.8
31.0
57.6
Sapi
31.8
54.7
30.6
56.8
Kambing
32.6
56.7
33.0
58.6
Dosis pupuk
(g tanaman-1)
300
30.4
59.3a
31.5
60.1a
600
33.2
57.4ab
30.3
60.8a
900
31.7
57.6ab
34.3
54.2b
1 200
32.2
59.9a
32.2
59.6a
1 500
32.6
49.5b
29.3
53.6b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%
Pengamatan Fase Pertumbuhan
Tinggi tanaman
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Pengamatan terhadap tinggi tanaman dibagi menjadi dua
kelompok, yakni fase pertumbuhan (MST) dan fase panen (Panen). Fase
pertumbuhan (MST) terlihat bahwa tinggi tanaman mulai dari minggu 2, 6, 10,
dan 14 MST secara berturut-turut memiliki pola turun, naik, dan lalu turun lagi
hal ini disebabkan oleh pemangkasan. Fase panen pada 4, 8, 12, 16 panen
memiliki pola secara bertutur-turut dari 4 hingga 12 MST panen tinggi tanaman
meningkat, dan mulai menurun pada 16 MST panen (Tabel 6).
Rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada 12 minggu setelah tanam
(MST) menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi berada pada minggu ini
jika dibandingkan dengan minggu-minggu pengamatan pada 2, 4, 6, 8, 10, 14 dan
16 MST, hal ini akibat dari pemangkasan yang dilakukan pada 8 MST justru
menambah tinggi tanaman baik pada perlakuan jenis dan dosis pupuk kandang,
lalu dilakukannya pemupukan ke-2 pada 10 MST yang ditunjang curah hujan pada
level tertinggi yakni 374 mm bulan-1 pada 10 MST dibandingkan curah hujan pada
8 MST yakni 346 mm bulan-1.

17

Pengamatan pada fase panen menunjukkan bahwa pola pemangkasan pada
fase panen meningkatkan terhadap tinggi tanaman pada panen berikutnya hal ini
sesuai dengan PPTK (2006) yang menyatakan bahwa pemangkasan menyebabkan
tanaman kehilangan sebagian cabang dan daun, sehingga proses asimilasi yang
membentuk makanan juga akan hilang, efek dari pemangkasan juga menimbulkan
luka pada batang dan ranting dengan tujuannya yakni merangsang pertumbuhan
tunas baru.
Pengaruh pemberian dosis pupuk kandang berbeda nyata hanya pada 4 MST
dengan perlakuan dosis pupuk kandang. Hal ini karena 30 hari sebelum
pengamatan dilakukan pemupukan sebanyak satu dosis, dilakukan pemangkasan
pada 12 hari sebelum panen dan ditunjang dengan curah hujan sebesar 251 mm
bulan-1 serta suhu 25.2oC yang cukup bagi tanaman sehingga hasil pada 4 MST
berbeda nyata, data tersaji pada (Tabel 6).
Tabel 6 Tinggi tanaman fase pertumbuhan dan fase panen
2
4
6
8
10
12
14
16
Perlakuan
MST
MST
MST MST MST MST MST MST
Panen
Panen
Panen
Panen
Jenis Pukan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
……….……………………...(cm)……………………..…………
Ayam
104.0 127.1
93.9
113.1 100.7 131.0
87.2 104.8
Sapi
104.0 127.2
96.9
114.8 100.1 128.5
87.4 103.5
Kambing
105.3 126.7
94.1
113.2
96.3 125.8
87.0
106.4
Dosis pupuk
(g tanaman-1)
300
105.1 128.7a 95.1
114.6 100.1 131.2 85.0 102.2
600
106.9 129.0a 94.7
112.9
99.9 130.6 86.6 107.1
900
101.6 120.4b 96.4
110.7
98.7 125.7 85.4 104.9
1 200
105.8 130.2a 93.4
118.3
99.3 128.5 89.8 104.9
1 500
102.8 126.6ab 95.1
112.2
97.0 126.2 89.3 105.3
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%
Jumlah Batang
Menurut Combs et al. (1994) pemangkasan pada bagian tunas pucuk akan
mendorong pertumbuhan tunas-tunas lateral sehingga percabangan akan semakin
banyak dan peningkatan jumlah batang akan bertambah. Data pengamatan
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi merupakan jenis pukan
terbaik yang memberikan selisih terhadap jumlah batang sebesar 1.04% dan
1.05% jika dibanding pupuk kandang ayam dan kambing secara total, sedangkan
untuk dosis terbaik secara total bagi jumlah batang yakni dosis 1 500 g tanaman-1
yang selisih 1.07% dibanding dosis 300 g tanaman-1, data tersedia pada (Tabel 7).
Banyaknya jumlah batang dari tiap minggunya bertambah seiring dengan curah
hujan yang meningkat dari Bulan Januari hingga April 2015.

18

Tabel 7 Jumlah batang fase pertumbuhan dan fase panen
2
4
6
8
10
12
14
16
Total
Perlakuan
MST MST MST MST MST MST MST MST
Panen
Panen
Panen
Panen
Jenis Pukan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
……………..………………….(buah)……….……………..…………
Ayam
8.1 10.1
11.2
11.5
11.4
11.7
11.7
12.0
87.7
91.3
Sapi
8.9 10.4
11.4
11.2
11.7
12.8
11.9
13.0
Kambing
7.3
9.6
10.4
11.9
11.3
11.9
11.6
12.6
86.6
Dosis pupuk
(g tanaman-1)
300
8.3 10.0 11.0
11.6
11.5
12.0
11.1
11.8
87.3
600
7.8 10.3 10.6
12.2
11.8
12.5
12.5
13.0
90.7
900
8.0
9.4
10.2
10.7
10.3
11.3
10.7
11.7
82.3
1 200
7.6 9.8
10.8
11.5
11.3
12.2
12.1
12.3
87.6
1 500
8.7 10.6 11.9
11.7
12.3
12.6
12.5
13.8
94.1
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%
Diameter Batang
Data menunjukkan bahwa diameter batang selalu meningkat setiap
minggunya, jenis pupuk kandang yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertambahan diameter batang secara total yakni pupuk kandang sapi terbaik
diameter batang sebesar 1.03% dibandingkan pupuk kandang ayam, sedangkan
untuk dosis terbaik bagi pertambahan diameter batang yakni dosis 1 200 g
tanaman-1 yang berselisih sebesar 1.01% dibandingkan dengan dosis 300 g
tanaman-1, data tersaji pada (Tabel 8). Menurut Soekotjo (1976) pertumbuhan
diameter batang tergantung pada kelembaban nisbi, permukaan tajuk dan sistem
perakaran juga dipengaruhi iklim dan kondisi tanah, data tersaji pada (Tabel 8).
Tabel 8 Diameter batang fase pertumbuhan dan fase panen
2
4
6
8
10
12
14
Total
Perlakuan
16 MST
MST
MST
MST
MST
MST
MST
MST
Panen
Panen
Panen
Panen
Jenis Pukan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
……………..………………….(mm)………………………..…………
Ayam
5.3
6.7
6.7
7.9
8.2
8.7
9.0
9.3
61.8
64.3
Sapi
5.5
7.5
7.8
8.1
8.4
8.7
9.0
9.3
Kambing
5.5
6.8
7.0
9.6
8.3
8.7
9.0
9.3
64.2
Dosis pupuk
(g tanaman-1)
300
4.4
5.4
7.1
8.1
8.5
8.8
8.9
9.1
60.3
600
4.6
5.2
7.1
8.6
8.3
8.7
9.1
9.3
60.9
900
4.7
5.5
6.9
8.1
8.2
8.7
9.1
9.3
60.5
1 200
4.9
5.9
7.1
7.9
8.4
8.7
9.0
9.2
61.1
1 500
4.2
5.3
6.9
7.9
8.2
8.5
8.9
9.3
59.2
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

19

Pengamatan Fase Panen
Jumlah Daun pada Pucuk Layak dipasarkan
Fitter dan Hay (1991) menyatakan bahwa peningkatan jumlah cabang akan
mempengaruhi luas daerah penangkapan cahaya yang akan berpengaruh langsung
pada jumlah daun dan cabang yang tumbuh, sehingga dengan meningkatnya
jumlah daun dan cabang maka akan terbaik asimilasi lebih besar selama hara
mineral dan air tersedia. Jumlah daun berkisar antara 65.7 hingga 134.1 daun
tanaman-1 untuk fase pertumbuhan dan 139.2 hingga 1 682.2 daun tanaman-1.
Hasil pengamatan menunjukkan secara umum pemberian pupuk kandang kambing
terlihat meningkatan jumlah daun dengan terbaik sebesar 1.23% dibandingkan
pupuk kandang ayam, Jumlah daun pada 16 MST turun lagi jika dibandingkan 12
MST, data tersaji pada (Tabel 9).
Hal ini tidak sesuai dengan PPTK (2006) yang menjelaskan pengaruh
musim hujan dan kemarau pada hasil pucuk teh mulai terlihat meningkat pada
akhir musim hujan (Maret-April), dari hasil pengamatan jumlah daun hanya
meningkat Bulan Maret saja, hal ini karena sinar matahari mulai banyak, suhu
udara sedikit meningkat, serta curah hujan mulai berkurang, pada saat tersebut
cadangan pati dalam akar dibongkar untuk pertumbuhan pucuk atau tunas baru,
karena dalam kondisi tersebut cadangan pati dalam akar cukup tinggi dan kondisi
lingkungan cukup memadai serta masih ada hujan untuk pertumbuhan tunas dan
daun baru. Curah hujan yang meningkat dari Bulan Januari hingga Maret dan
turun pada April 2015 sebesar 251, 346, 374, dan 206 mm bulan-1. Pemeliharaan
tanaman pasca pemangkasan juga perlu diperhatikan. Tanaman akan
membutuhkan cadangan makanan yang berasal dari akar untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya dan membantu pembentukan daun baru.
Tabel 9 Jumlah daun pada pucuk layak dipasarkan
2
4
6
8
10
12
14
16
Total
Perlakuan
MST MST MST MST MST
MST
MST MST
Jenis
Panen
Panen
Panen
Panen
Pukan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
……………..…………………. (buah)………………………..…………
Ayam
65.7 1096.7 80.1
151.7 112.3 763.1
70.0 570.4 2910
Sapi
83.4 954.5 107.4 157.7 107.5 1009.7 134.1 462.2 3016
Kambing
71.3 1128.1 90.4
155.7 107.9 1357.5
88.0 597.4 3596
Dosis pupuk
(g tanaman-1)
300
75.1 1123.6 91.0 159.3 111.1 1682.6
92.4 555.8 3890
600
74.7 1097.8 96.0 158.0 114.7 1032.2
89.3 474.9 3137
900
66.0 886.2
85.5 147.5 102.2 712.8
87.4 500.0 2587
1 200
79.9 1114.1 94.6 171.1 100.0 891.6 107.1 582.0 3140
1 500
71.5 1007.1 96.1 139.2 118.1 897.9 110.7 603.9 3044
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%.

20

Bobot Basah Layak dipasarkan
Menurut Salisbury dan Ross (1995) bobot basah tanaman yaitu
kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya, bobot
basah berkaitan dengan transportasi fotosintat ke daerah pemanfaatan seperti daun
dan batang, jumlah daun mempengaruhi jumlah fotosintat yang dihasilkan,
kebanyakan tumbuhan mencurah sebagian besar biomassa pada tajuk oleh karena
itu penyerapan garam dan mineral sebagian besar oleh tajuk, sedangkan daun
berpengaruh sebagai tempat fotosintesis. Curah hujan tertinggi yakni 374 mm
bulan-1 pada 10 MST dengan ditunjang pemberian pemupukan sebanyak satu
dosis pada minggu yang sama ternyata dapat terbaik bobot basah batang, bobot
basah daun, dan bobot basah total layak jual pada 12 MST dibandingkan dengan
minggu pengamatan 4, 8, dan 16.
Data menunjukkan bahwa total dari bobot basah batang tertinggi
dipengaruhi oleh pupuk kandang ayam, yang jika dibandingkan dengan pupuk
kandang sapi dan kambing ternyata lebih selisih sebesar 1.03 dan 1.06% dan
hanya berpengaruh nyata pada 16 MST dari jenis pupuk dan lebih baik daripada
pupuk kandang kambing, karena pupuk kandang ayam petelur menurut Widowati
dan Hartatik (2005) pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta
mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan pupuk kandang lain,
ternyata menurut data yang tersaji pada (Tabel 10), hal demikian berbeda dengan
dosis yang berpengaruh nyata hanya pada 8 MST yang lebih dominan
mempengaruhi bobot basah batang panen yakni dosis 1 200 g tanaman-1 dimana
jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 terlihat selisih sebesar 1.14%,
data tersaji pada (Tabel 10), dapat dilihat bahwa pada 8 MST ternyata dosis 1 200
g tanaman-1 berbeda nyata dengan dosis 300, 900, serta 1 500 g tanaman-1. Dosis 1
200 g tanaman-1 jika dibandingkan dengan semua dosis ternyata bobotnya paling
besar yang dipengaruhi oleh kadar air yang dikandungnya.
Data peubah dari total bobot basah daun panen menunjukkan bahwa bobot
basah daun dengan perlakuan pupuk kandang kambing memberikan bobot terberat
dan jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan sapi terlihat selisih
sebesar 1.02 dan 1.08% walaupun hasilnya tetap tidak berbeda nyata untuk
seluruh jenis pupuk kandang, dosis terbaik yakni dosis 1 200 g tanaman-1 yang
tertinggi dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 selisih sebesar 1.06% pada 8
MST, perlakuan dosis pupuk kandang berbeda nyata data tersaji pada (Tabel 11),
dapat dilihat bahwa ternyata pada 12 MST (panen ke-3) ternyata bobot basahnya
meningkat, hal ini dikarenakan pemberian pemupukan pada 10 MST sebanyak
satu dosis.
Data total bobot basah total panen menunjukkan bahwa pupuk kandang
ayam lebih dominan memberikan pengaruh terhadap bobot basah total, walaupun
hasilnya tetap tidak berbeda