Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung

PENENTUAN JUMLAH BUKU STEK KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) DAN DOSIS PUPUK
KANDANG SAPI PADA CARA TANAM LANGSUNG

RISSA RAHMANIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Jumlah
Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk
Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Rissa Rahmania
NIM A24100074

ABSTRAK
RISSA RAHMANIA. Penentuan Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq.) dan Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam
Langsung. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jumlah buku stek dan dosis
pupuk kandang yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis
kucing, serta menentukan jumlah buku stek yang pertumbuhan dan produksi
simplisianya sama dengan yang ditanam secara tidak langsung. Penelitian
dilakukan di instalasi kebun Unit Konservasi dan Budidaya Biofarmaka (UKBB)
Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor dari Oktober 2013 hingga Maret 2014.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) splitplot. Faktor pertama merupakan dosis pupuk kandang, yaitu 0, 10, 20, dan 30 ton
ha-1 sebagai petak utama. Faktor kedua merupakan jumlah buku, yaitu tanam tidak
langsung: bibit; serta tanam langsung: 1, 2, 3, 4, dan 5 buku sebagai anak petak.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa stek dengan 5 buku yang ditanam langsung
dan pupuk kandang dengan dosis 30 ton ha-1 menghasilkan pertumbuhan dan
produksi simplisia terbaik. Selain itu, stek 5 buku yang ditanam langsung
memiliki pertumbuhan dan produksi simplisia yang sama dengan yang ditanam
secara tidak langsung.
Kata kunci: buku, Orthosiphon, pupuk kandang sapi, stek, tanam langsung

ABSTRACT
RISSA RAHMANIA. Determining the Number of Java Tea (Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq.) Cutting Node and Rates of Cow Manure in Direct
Planting Method. Supervised by ANI KURNIAWATI.
The objectives of this research were to obtain the best cutting number of
node and rate of manure for growth and simplicia production of java tea; and to
determine the cutting number of node that result in similar growth and simplicia
production with indirect planting. The experiment was conducted at Conservation
and Cultivation Medicinal Unit Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor from October
2013 until March 2014. This experiment used a randomized complete block
design split-plot. The first factor was rates of manure: 0, 10, 20, and 30 tons ha-1
as the main plot. The second factor was the number of node, indirect planting:
seeds; and direct planting: 1, 2, 3, 4, and 5 nodes as the subplot. The experimental

results show that the cutting with 5 nodes on direct planting method and rates of
manure 30 tons ha-1 resulted the best growth and simplicia production. In addition,
cutting with 5 nodes on direct planting method have similar growth and simplicia
production with indirect planting method.
Keywords: cow manure, cutting, direct planting, node, Orthosiphon

PENENTUAN JUMLAH BUKU STEK KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) DAN DOSIS PUPUK
KANDANG SAPI PADA CARA TANAM LANGSUNG

RISSA RAHMANIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013
hingga Maret 2014 ini adalah budi daya tanaman obat, dengan judul Penentuan
Jumlah Buku Stek Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) dan
Dosis Pupuk Kandang Sapi pada Cara Tanam Langsung. Penelitian ini merupakan
bagian dari penelitian yang berjudul “Pengembangan Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) sebagai Bahan Baku Obat Herbal
Antihyperglikemia Melalui Standardisasi Produksi Biomassa, Kadar Bioaktif, dan
Pengujian Khasiatnya”, dengan ketua Dr Ani Kurniawati, SP, MSi, sumber dana
BOPTN Lintas Fak/Dept/Pusat.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr Ani Kurniawati, SP,
MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS dan
Ibu Dr Ir Maya Melati, MS, MSc sebagai dosen penguji skripsi, Bapak Prof Dr Ir
Roedhy Poerwanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Taofik

selaku pembimbing penelitian di lapang, Bapak Amad, Bapak Yayat, Bapak
Adung, Teteh Linda, serta semua pekerja yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Eman Kustaman, Ibu Neneng Rusmiati, Kakak Pandu Triyuda, seluruh
keluarga atas doa dan dukungannya, serta teman-teman yang sudah membantu,
Nurhajijah, Nafi Utami, Mustika Dwi Rahayu, Nicky Lintang, Nurul Azizah
Ramadhani, Putri Ratna Sari, Sandy Ramdhani, Rony Ramdany, Reza Ali Akbar,
Nidya Sharah, Martika Andhini, Dewi Valentina Butarbutar, Sundari, Aisa
Amanah, Fani Sukma, Ogie Satriadi, dan seluruh teman-teman Edelweiss AGH
47 atas semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Rissa Rahmania

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xv


DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kumis Kucing

2

Syarat Tumbuh Kumis Kucing

3

Perbanyakan Tanaman dengan Stek

3


Cara Tanam

4

Pupuk Kandang

4

Simplisia

5

METODE PENELITIAN

6

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

6


Bahan Penelitian

6

Peralatan Penelitian

6

Rancangan Percobaan

6

Analisis Data

7

Prosedur Percobaan

7


Pembibitan

7

Persiapan Lahan

7

Penyiapan Bibit dan Penanaman

7

Pemeliharaan

7

Panen

7


Pascapanen

8

Pengamatan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Kondisi Umum Percobaan

10

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

11

Hasil

13

Tinggi Tanaman

13

Jumlah Tunas

15

Jumlah Daun

17

Panjang Tunas

20

Indeks Luas Daun (ILD)

21

Bobot Basah Daun, Batang, Bunga, dan Total

23

Bobot Kering Daun, Batang, Bunga, dan Total

26

Kadar Air Daun, Batang, dan Bunga

28

Rendemen Simplisia Daun, Batang, dan Bunga

29

Korelasi Antar Peubah Komponen Pertumbuhan dan Hasil Panen

29

Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

31
38

Simpulan

38

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

42

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1 Persentase tumbuh tanaman kumis kucing pada 1 MST
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan kumis kucing
pada periode panen pertama dan kedua
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen hasil panen kumis kucing pada
periode panen pertama dan kedua
4 Tinggi tanaman kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua
5 Jumlah tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua
6 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap jumlah
tunas pada 1 MST
7 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap jumlah
daun pada periode panen kedua
8 Jumlah daun kumis kucing pada periode panen pertama
9 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap panjang
tunas pada 5 dan 6 MST
10 Panjang tunas kumis kucing pada periode panen pertama dan kedua
11 Indeks luas daun (ILD) kumis kucing pada periode panen pertama dan
kedua
12 Bobot basah daun, batang, bunga, dan total kumis kucing per petak pada
periode panen pertama dan kedua
13 Interaksi antara dosis pupuk kandang dan jumlah buku terhadap bobot
basah batang pada periode panen kedua
14 Bobot kering daun, batang, bunga, dan total kumis kucing per petak pada
periode panen pertama dan kedua
15 Kadar air daun, batang, dan bunga pada periode panen pertama dan kedua
16 Rendemen simplisia daun, batang, dan bunga pada periode panen
pertama dan kedua
17 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada
periode panen pertama
18 Korelasi antar peubah komponen pertumbuhan dan hasil panen pada
periode panen kedua

10
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
24
25
27
28
29
30
31

DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi umum percobaan
2 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada
6 MST dan 6 MSP
3 Respon tinggi tanaman kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST
dan 6 MSP
4 Respon jumlah tunas kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST
dan 6 MSP
5 Respon jumlah daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang pada 6
MST
6 Respon jumlah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada 6 MST
7 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang
pada periode panen pertama dan kedua

11
15
15
17
19
20
22

8 Respon indeks luas daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada
periode panen pertama
9 Respon bobot basah daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang
pada periode panen pertama dan kedua
10 Respon bobot basah daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada
periode panen pertama
11 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap dosis pupuk kandang
pada periode panen pertama dan kedua
12 Respon bobot kering daun kumis kucing terhadap jumlah buku pada
periode panen pertama dan kedua

23
25
25
26
26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data iklim wilayah Darmaga Bogor pada bulan Oktober 2013–Maret
2014
2 Data analisis tanah Kebun Biofarmaka, Cikabayan, Insititut Pertanian
Bogor, Bogor tahun 2013
3 Perkiraan analisis usahatani kumis kucing dengan bibit 1 buku yang
ditanam secara tidak langsung seluas 1 ha sampai dengan panen kedua
4 Perkiraan analisis usahatani kumis kucing dengan stek 4 buku yang
ditanam langsung seluas 1 ha sampai dengan panen kedua

42
42
43
43

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di Indonesia terdapat lebih kurang 30 000 jenis tumbuh-tumbuhan, lebih
kurang 7 500 jenis di antaranya termasuk tanaman berkhasiat obat (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2006). Indonesia dikenal sebagai negara dengan
sumber hayati kedua terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil bahan obat dari tumbuhan yang potensial. Tanaman obat sudah sangat
populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional, dan
merupakan sarana penunjang kesehatan rakyat turun-temurun. Selain itu, tanaman
obat mempunyai potensi besar untuk dijadikan komoditas ekspor nonmigas yang
penting, terutama setelah manusia cenderung lebih senang menggunakan bahan
alami daripada bahan sintetis (Kastono et al. 2005).
Salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional
adalah kumis kucing. Daun kumis kucing basah maupun kering bermanfaat
digunakan sebagai bahan obat-obatan (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian 2013). Tanaman kumis kucing merupakan salah satu komoditas
biofarmaka yang diperlukan oleh masyarakat di Indonesia sebagai bahan jamu
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Tujuan penanaman kumis kucing adalah
untuk mendapat produksi berupa daun yang kemudian akan digunakan sebagai
bahan obat tradisional (Kastono et al. 2005). Masyarakat menggunakan kumis
kucing sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin, dan sembelit.
Kumis kucing juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal dan batu ginjal
(Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2013).
Berbagai tindakan budi daya dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
simplisia kumis kucing, salah satu di antaranya adalah cara tanam langsung
menggunakan stek batang dengan jumlah buku tertentu. Bagian tanaman yang
digunakan dalam perbanyakan tanaman menggunakan stek yaitu akar, daun,
batang, dan modifikasi batang (umbi dan rimpang) (Adriance dan Brison 1971).
Menurut Hartmann et al. (1997) keuntungan perbanyakan dengan stek adalah
banyak tanaman baru yang diperoleh dalam ruang terbatas dari beberapa tanaman
induk. Perbanyakan dengan stek pun lebih murah dibandingkan dengan metode
aseksual lainnya, cepat, sederhana, dan tidak memerlukan teknik khusus.
Pembibitan adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Keuntungan teknik ini adalah produktivitas bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik,
dan pertumbuhannya lebih seragam (Pelupessy 2007). Kerugiannya adalah
memerlukan biaya, tenaga kerja, dan waktu yang lebih banyak. Selain pembibitan,
ada pula cara tanam langsung ke lapangan. Keuntungan utama dari tanam
langsung adalah kemampuan menanam di areal yang luas secara cepat dengan
tangan. Biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah bila dibandingkan dengan
tanam di pembibitan (Douglas et al. 2007). Akan tetapi, pertumbuhan dan
perkembangannya sangat tergantung dari kemampuan individu tanaman dalam
menghadapi kondisi lingkungannya.

2
Selain cara tanam langsung menggunakan stek batang dengan jumlah buku
tertentu, pemberian pupuk kandang pun merupakan salah satu budi daya yang
dapat meningkatkan produksi simplisia kumis kucing. Pupuk kandang mempunyai
pengaruh yang baik terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan
pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan bentuk
praktek pertanian organik. Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur,
dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tak dapat digantikan oleh pupuk buatan.
Beberapa jenis pupuk kandang yang dapat diberikan antara lain pupuk yang
berasal dari kotoran kambing, sapi, kerbau, dan kotoran ayam. Setiap jenis pupuk
kandang mempunyai kandungan zat hara yang berbeda. Untuk menentukan
jumlah buku dan dosis pupuk kandang yang ideal untuk cara tanam langsung,
maka diperlukan penelitian yang akan mengkaji dua aspek budi daya tersebut.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jumlah buku stek yang ditanam langsung yang mempunyai
pertumbuhan yang sama dengan bibit satu buku yang ditanam secara tidak
langsung.
2. Mengetahui pengaruh jumlah buku terhadap pertumbuhan dan produksi
simplisia kumis kucing.
3. Mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan
produksi simplisia kumis kucing.
4. Mengetahui pengaruh interaksi antara jumlah buku dan dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing.

Hipotesis
1. Ada jumlah buku stek tertentu yang mempunyai pertumbuhan dan produksi
simplisia yang sama dengan bibit satu buku yang ditanam secara tidak
langsung.
2. Ada jumlah buku stek tertentu yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi
simplisia terbaik.
3. Dosis pupuk kandang tertentu menghasilkan pertumbuhan dan produksi
simplisia kumis kucing terbaik.
4. Terdapat interaksi antara jumlah buku tertentu dan dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan produksi simplisia kumis kucing

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kumis Kucing
Kumis kucing adalah tanaman herbal dari famili Lamiaceae yang tumbuh di
Asia Tenggara. Daun tanaman ini umum digunakan di Asia Tenggara dan negara-

3
negara Eropa untuk teh herbal, dikenal sebagai “Java tea” (Himani 2013). Kumis
kucing mempunyai daun berbentuk oval, serta berwarna hijau yang halus
bergerigi (Tahseen dan Mishra 2013). Kumis kucing merupakan tumbuhan terna,
tumbuh tegak, dan tinggi 50–150 cm. Batangnya berkayu, segi empat agak beralur,
beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, dan berakar kuat. Daunnya
tunggal, bulat telur, elips atau menjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan
pangkal runcing, tipis, panjang 2–10 cm, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk
dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih,
dan benang sari lebih panjang dari tabung bunga (Kandowangko et al. 2011).
Kumis kucing diduga berasal dari kawasan Afrika Tropis dengan jumlah
kurang lebih 60 jenis. Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman kumis kucing
menyebar di daratan Asia sampai Australia (Wijanarko 2002). Berdasarkan warna
bunga dan warna batang, kumis kucing terdiri dari 3 jenis, yaitu bunga ungu
dengan tangkai berwarna ungu, bunga putih keunguan dengan tangkai berwarna
hijau keunguan, dan bunga putih dengan tangkai berwarna hijau keunguan. Yang
umum digunakan sebagai obat memperlancar air seni adalah yang berbunga putih
(Sembiring et al. 2012). Secara tradisional, daun tanaman ini telah digunakan
sebagai diuretik, dan untuk mengobati rematik, sakit perut, ginjal dan kandung
kemih peradangan, serta edema dan asam urat (Himani 2013).

Syarat Tumbuh Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat
100–1 000 m di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini menghendaki iklim
tropis dengan curah hujan rata-rata 3 000 mm tahun-1. Kumis kucing dapat
tumbuh pada hampir semua jenis tanah terutama pada jenis tanah yang cukup
gembur, subur, banyak mengandung humus, dan ketebalan lapisan olah sedang
(Sembiring et al. 2012), serta tanah ringan hingga tanah berat, kecuali yang
bersolum dangkal (Hidayati dan Saepudin 2002). Pertumbuhan kumis kucing akan
lebih baik berada di tempat terbuka dan disinari matahari penuh dibanding tempat
ternaungi (Sembiring et al. 2012).

Perbanyakan Tanaman dengan Stek
Stek adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif. Jika ditempatkan pada kondisi yang sesuai, akan berkembang menjadi
tanaman yang lengkap (Adriance dan Brison 1971). Menurut Hartmann et al.
(1981) perbanyakan tanaman dengan stek adalah metode vegetatif yang banyak
digunakan untuk perbanyakan tanaman obat, hias, dan buah. Bagian tanaman yang
digunakan dalam perbanyakan tanaman menggunakan stek yaitu akar, daun,
batang, dan modifikasi batang (umbi dan rimpang) (Adriance dan Brison 1971).
Salah satu perbanyakan tanaman dengan stek adalah stek batang. Pada
bagian batang terdapat buku (node) atau tempat daun melekat dan ruas (internode)
atau bagian yang letaknya di antara buku-buku. Selain buku dan ruas, pada batang
terdapat suatu tunas. Hartmann et al. (1981) menyatakan bahwa stek batang telah
memiliki tunas terminal atau aksilar. Menurut Hartmann et al. (1997) dalam

4
perbanyakan dengan stek batang, segmen tunas mengandung tunas lateral atau
terminal diperoleh dengan harapan bahwa di bawah kondisi yang tepat akar
adventif akan terbentuk dan menghasilkan tanaman yang independen. Menurut
Prawitasari (2006) stek batang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan
diameter batang, umur batang, serta panjang stek. Stek batang jarak pagar yang
cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang batangnya memiliki diameter 2 cm,
batang berkayu, dan telah berwarna hijau keabu-abuan. Menurut Hartmann et al.
(1997) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
stek adalah zat pengatur tumbuh auksin yang biasa digunakan untuk merangsang
perakaran stek batang.

Cara Tanam
Pembibitan merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih
atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam di lapangan. Benih yang baik
apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit
yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik
apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila
teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku
(Kurniaty dan Danu 2012). Pembibitan terdiri dari tanaman yang dipindahkan dari
satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk melanjutkan pertumbuhan
tanaman tersebut di lokasi baru (Adriance dan Brison 1971). Pemindahan atau
penanaman bibit berupa semai dari pembibitan ke lapangan dapat dilakukan
setelah bibit dari pembibitan tersebut sudah kuat (siap ditanam) (Pelupessy 2007).
Selain pembibitan, ada pula cara tanam langsung ke lapangan. Penanaman
secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut
berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah (Pelupessy 2007).
Keuntungan utama dari tanam langsung adalah kemampuan menanam di areal
yang luas secara cepat dengan tangan. Biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah
bila dibandingkan dengan tanam di pembibitan (Douglas et al. 2007). Menurut
Harjadi (1989) tanam langsung dilakukan pada tanaman yang sukar
dipindahtanamkan atau yang harga individunya tidak memungkinkan kerepotan
dan biaya transplanting. Walaupun tanam langsung memerlukan tenaga kerja
lebih sedikit daripada transplanting, yang menjadi faktor pembatasnya ialah
pengendalian gulma. Dalam tanam langsung, jarak tanam merupakan faktor
penting untuk diperhatikan agar terhindar kebutuhan penjarangan atau
penyulaman.

Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak
atau hewan dari urin, serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan.
Kebanyakan berasal dari kuda, sapi, kerbau, babi, kambing, atau domba yang
biasanya telah bercampur yang mula-mula digunakan sebagai tempat tidurnya,
begitu pula dengan sisa makanan dan air kencingnya. Pupuk kandang dapat dibagi

5
ke dalam dua bentuk. Bentuk yang pertama ialah sebagai bahan padat (feses) dan
bentuk kedua adalah bahan cair (urin) (Sarief 1985). Pupuk kandang merupakan
bahan organik yang berpengaruh terhadap pasokan hara tanah dan tidak kalah
pentingnya terhadap sifat fisik, biologi, dan kimia tanah lainnya. Peran bahan
organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah, antara lain struktur,
konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah
peningkatan ketahanan terhadap erosi (Atmojo 2003). Pupuk kandang juga
merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan mudah diperoleh
(Fitriani 2012). Pupuk kandang secara ekonomis dan ekologis ramah lingkungan
yang juga memainkan peranan penting dalam biologi tanah, kimia, dan fisika
(Suthar 2009).
Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang bermanfaat pada kualitas
tanah dan sumberdaya alternatif yang sangat baik daripada pupuk kimia (Li et al.
2011). Ciri-ciri pupuk kandang yang matang adalah tidak berbau tajam (bau
amoniak), berwarna coklat tuas, tampak kering, tidak merasa panas bila dipegang,
dan gembur bila diremas (Sumaryono 2004).
Susanti et al. (2007) melaporkan bahwa dosis 15 ton ha-1 pupuk kandang
ayam memberikan bobot kering daun (10.73 g tanaman-1) dan bobot umbi kering
(6.36 g tanaman-1) tertinggi pada tanaman kolesom. Putra (2010) memaparkan
bahwa dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam pada bawang merah menghasilkan
bobot segar umbi tertinggi (19.70 ton ha-1), yaitu 16.9% lebih tinggi dibandingkan
tanpa pupuk kandang tetapi tidak berbeda dengan berat umbi pada dosis 15 dan 45
ton ha-1. Simatupang (2010) melaporkan bahwa dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang
ayam memberikan rata-rata produksi tertinggi pada aksesi kemangi Bogor dan
Karawang masing-masing 5.16 dan 4.52 g bobot kering total.

Simplisia
Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali proses pengeringan (Ferryanto
2013; Herawati et al. 2012). Simplisia disebut juga bahan yang dikeringkan
(Ferryanto 2013). Simplisia merupakan hasil proses sederhana dari herba tanaman
obat yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat (εa’mun et al.
2006). Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, atau eksudat tanaman (Ferryanto 2013).
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung
zat aktif yang berkhasiat. Ciri-ciri simplisia yang baik yaitu kering dengan kadar
air