Analisis Struktur Anatomi Dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq.)

ANALISIS STRUKTUR ANATOMI DAN HISTOKIMIA
TIGA VARIETAS KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.)

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Anatomi dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
(Blume) Miq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Nadya Nurafifah Andriya
NIM G34110059

ABSTRAK
NADYA NURAFIFAH ANDRIYA. Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia
Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.). Dibimbing
oleh YOHANA C SULISTYANINGSIH dan OTIH ROSTIANA.
Kumis kucing banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional. Varietas
Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun merupakan tiga
varietas unggul tanaman kumis kucing yang telah dilepas oleh Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
struktur anatomi, mengidentifikasi struktur sekretori, dan mengetahui kandungan
dalam struktur sekretori tersebut untuk mendukung identifikasi tiga varietas kumis
kucing. Pengamatan dilakukan pada sayatan transversal dan sayatan paradermal
daun, tangkai daun, dan batang. Orsina 3 Agribun dapat dibedakan dari Orsina 1
Agribun dan Orsina 2 Agribun berdasarkan tebal jaringan palisade. Orsina 1
Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun dapat dibedakan berdasarkan

kerapatan stomata abaksial. Struktur sekretori yang dijumpai pada daun berupa
trikoma kelenjar meliputi trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, dan trikoma
kapitat tipe II, sedangkan pada tangkai daun dan batang selain trikoma kelenjar
dapat ditemukan sel idioblas. Orsina 1 yang menghasilkan sinensetin dengan
kadar paling tinggi, memiliki trikoma peltat dan kapitat tipe 1 dengan kerapatan
sisi abaksial paling tinggi dibandingkan dua varietas lainnya. Hasil uji histokimia
pada daun, tangkai daun, dan batang menunjukkan adanya terpenoid, alkaloid,
senyawa lipofilik, dan fenol pada trikoma kelenjar dan sel idioblasnya. Uji
flavonoid pada daun, tangkai daun, dan batang kumis kucing pada ketiga varietas
Orsina menggunakan larutan AlCl3 terdeteksi dengan hasil yang lemah dari
fluoresen yang dihasilkan, diduga metode yang digunakan kurang sesuai dalam
mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tanaman kumis kucing.
Kata kunci: Orsina, Orthosiphon aristatus, struktur sekretori, uji histokimia

ABSTRACT
NADYA NURAFIFAH ANDRIYA. Analysis of Anatomical Structure and
Histochemistry of Three Varieties Cat’s Whiskers (Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq.). Supervised by YOHANA C SULISTYANINGSIH and OTIH ROSTIANA.
Cat’s whiskers is widely used as a raw material of traditional medicine. Orsina 1
Agribun, Orsina 2 Agribun, and Orsina 3 Agribun are three varieties of cat’s

whiskers that have been released by Indonesian Spice and Medical Crops
Research Institute (ISMCRI). This research aimed to study the anatomical
structure, identify secretory structures, and determine the content in the secretory
structures to support the identification of three cat’s whiskers varieties.
Observations were made on transversal and paradermal section of leaf, petiole and
stem. Orsina 3 Agribun can be distinguished from Orsina 1 Agribun and Orsina 2
Agribun based on palisade thickness. Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, and
Orsina 3 Agribun can be distinguished based on stomatal density in abaxial
epidermis. Secretory structures found in the leaves are the form of glandular
trichomes consist of peltate, capitate type I and capitate type II trichomes. Besides
the glandular trichomes, idioblas cells are also found in the petiole and stem.
Orsina 1 Agribun which produces highest sinensetin has the highest density of
peltate and capitate trichomes type 1 in it’s abaxial epidermis than other varieties.
Histochemistry analysis showed the presence of terpenoids, alkaloids, lipophilic
compounds, and phenols in the glandular trichomes and idioblas cells. Fluorescent
analysis on the glandular trichomes of three cat’s whiskers varieties by using
AlCl3 detects weak signal of flavonoid. It suggests that the applied method is not
suitable to identify flavonoid compounds in cat’s whiskers.
Keywords: histochemistry, Orsina, Orthosiphon aristatus, secretory structures


ANALISIS STRUKTUR ANATOMI DAN HISTOKIMIA
TIGA VARIETAS KUMIS KUCING
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.)

NADYA NURAFIFAH ANDRIYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
tanaman obat, dengan judul Analisis Struktur Anatomi dan Histokimia Tiga
Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Yohana C Sulistyaningsih,
MSi dan Ibu Dr Otih Rostiana, MSc selaku pembimbing atas segala bimbingan,
arahan, ilmu, dan saran selama penelitian. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Ir Tri Heru Widarto, MSc selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tulisan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia yang telah membiayai penelitian ini melalui Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tahun 2015. Terima kasih kepada
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang telah menyediakan
sampel tanaman selama penelitian. Terima kasih kepada Bapak Yayat selaku staf
rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang telah
bersedia dalam membantu merawat tanaman kumis kucing. Terima kasih kepada
Bapak Sunaryo selaku Teknisi Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan
yang telah membantu menyediakan alat dan bahan penelitian. Terima kasih
kepada Ibu Tini Wahyuni, Ibu Maysyaroh Yasyri, dan Ibu Retno yang telah
membantu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kak Evi Muliyah, kak

Darius Rupa, Risma Rosmilawanti, Ratna Pratiwi, Irwina Eka Deraya, Anita
Aprilia, dan teman-teman Biologi angkatan 48 atas bantuan serta dukungan
selama penelitian.
Ungkapan terima kasih terutama disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan strata satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016
Nadya Nurafifah Andriya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

METODE

2


Waktu dan Tempat

2

Bahan

2

Alat

3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3

Prosedur

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Struktur Sayatan Paradermal Daun Kumis Kucing

5

Struktur Sayatan Melintang Daun, Tangkai Daun, dan Batang Kumis Kucing

6

Identifikasi Struktur Sekretori

10

Uji Histokimia

14


SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19


RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Ukuran epidermis, ukuran stomata, kerapatan stomata, dan indeks
stomata pada daun kumis kucing varietas Orsina
Ukuran tebal kutikula, epidermis, mesofil, dan tebal daun kumis kucing
varietas Orsina
Ukuran dan kerapatan trikoma kelenjar pada daun kumis kucing
varietas Orsina
Ukuran struktur sekretori pada tangkai daun kumis kucing varietas
Orsina
Ukuran struktur sekretori pada batang kumis kucing varietas Orsina
Kandungan senyawa pada struktur sekretori pada daun, tangkai daun,
dan batang kumis kucing varietas Orsina

6
7
12
13
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2

Bagian tanaman kumis kucing yang diamati
Sayatan paradermal daun kumis kucing adaksial dan abaksial varietas
Orsina
3 Sayatan transversal daun kumis kucing varietas Orsina
4 Sayatan transversal tangkai daun kumis kucing varietas Orsina
5 Sayatan transversal batang kumis kucing varietas Orsina
6 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing varietas Orsina
7 Struktur sekretori pada tangkai daun dan batang kumis kucing varietas
Orsina
8 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada daun kumis kucing varietas
Orsina
9 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada batang kumis kucing
varietas Orsina
10 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada tangkai daun kumis
kucing varietas Orsina
11 Hasil uji histokimia sel idioblas pada batang kumis kucing varietas
Orsina

2
5
7
9
10
11
12
14
15
15
15

LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil uji histokimia trikoma peltat pada tangkai daun kumis kucing
varietas Orsina
Hasil uji histokimia trikoma peltat pada batang kumis kucing varietas
Orsina
Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada daun kumis kucing
varietas Orsina
Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada tangkai daun kumis
kucing varietas Orsina
Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada daun kumis kucing
varietas Orsina
Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada batang kumis kucing
varietas Orsina
Hasil uji histokimia sel idioblas pada tangkai daun kumis kucing
varietas Orsina

19
19
19
20
20
20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki jenis tumbuhan yang beragam dan diantaranya
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional (Arbain 2004). Menurut Badan
POM (2006), sekitar 283 tanaman telah digunakan untuk obat tradisional (jamu).
Salah satu tanaman yang dimanfaatkan yaitu kumis kucing. Kumis kucing
merupakan tumbuhan herba yang dapat tumbuh di kawasan beriklim sedang dan
tropis seperti di India, Malaysia, China, Australia, dan Pasifik (Hsuan 1968).
Tanaman ini memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah. Daerah Jawa
Tengah dikenal sebagai Remujung, Kumis Ucing di Jawa Barat, Kumis Kucing di
Melayu, Soengot Koceng di Madura, Mau Xu Cau di Cina, Balbasdusa di Filipina,
dan Kapen Prey di Kamboja (De Padua et al. 1999). Tanaman kumis kucing
termasuk genus Orthosiphon, famili Lamiaceae, ordo Lamiales, kelas
Dikotiledonae, dan divisi Spermatophyta (Steenis 1975).
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) memiliki sinonim
Orthosiphon stamineus Benth. dan Orthosiphon grandiflorus Bid. (Steenis 1975).
Kumis kucing merupakan tanaman obat penting dari famili Lamiaceae yang
digunakan sebagai bahan obat untuk penyembuhan diabetes mellitus, hipertensi,
radang amandel, rematik, dan yang paling utama untuk penyakit ginjal ringan dan
kandung kemih (Yam et al. 2010). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan obat tradisional dari famili Lamiaceae diantaranya Lamium amplexicaule
sebagai antirematik, Salvia sahendica sebagai antioksidan, antibakteri, dan anti
inflamasi, Thymus pubescens sebagai antibakteri (Joudi et al. 2011). Menurut
Adnyana et al. (2013), tanaman kumis kucing mengandung 116 senyawa kimia
diantaranya monoterpen, diterpen, triterpen, saponin, flavonoid, minyak esessial,
dan asam organik. Kandungan senyawa tersebut dapat berperan sebagai antioksidan,
antitumor, diuretik, antidiabetes, antihipertensi, anti inflamasi, dan antimikroba.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) telah melepas tiga
varietas unggul tanaman kumis kucing. Tanaman kumis kucing hasil pemuliaan
peneliti Balittro yaitu Orsina 1 Agribun, Orsina 2 Agribun, dan Orsina 3 Agribun.
Varietas Orsina 1 Agribun memiliki bentuk daun oblong, pangkal daun runcing,
ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun
licin, warna batang ungu, bentuk batang bersegi empat, dan bunga berwarna ungu.
Varietas Orsina 2 Agribun memiliki bentuk daun oblong, pangkal daun runcing,
ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan daun
licin, warna batang hijau, bentuk batang bersegi empat, dan bunga berwarna putih.
Varietas Orsina 3 Agribun memiliki bentuk daun belah ketupat, pangkal daun
runcing, ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip,
permukaan daun licin, warna batang hijau-kecokelatan, bentuk batang bersegi
empat, dan bunga berwarna putih (Balittro 2014).
Tanaman kumis kucing pada umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
bentuk simplisia. Simplisia dari daun, tangkai daun, dan batang sulit untuk
diidentifikasi karena perubahan bentuk dan warnanya. Hasil penelitian Gogosz et al.
(2012) pada sembilan spesies Piper, menunjukkan bahwa data anatomi dapat
digunakan untuk membedakan masing-masing spesies dari karakter daun antara

2
lain jumlah lapisan sel epidermis dan sel palisade, kerapatan stomata, tipe trikoma
kelenjar, sel parenkima, dan berkas pembuluh. Menurut Juliarni et al. (1999) empat
varietas talas (Colocasia esculenta (L.) Schott), dapat dibedakan berdasarkan ada
tidaknya papil, jumlah lapisan sel palisade, dan kerapatan stomata pada daun.
Identifikasi secara anatomi dan uji histokimia diharapkan dapat membantu dalam
membedakan varietas kumis kucing secara lebih rinci.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari struktur anatomi, struktur sekretori, dan
kandungan struktur sekretori untuk mendukung identifikasi tiga varietas kumis
kucing.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2015.
Pengambilan sampel daun, tangkai daun, dan batang dilakukan di rumah kaca Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang berada di Cimanggu, Bogor.
Pembuatan sediaan mikroskopis segar, pengamatan struktur anatomi, dan uji
histokimia dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan,
Laboratorium Terpadu Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah daun, tangkai daun, dan batang pada
tanaman berumur empat bulan dari tiga varietas tanaman kumis kucing, yaitu
Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Bagian tersebut diambil pada posisi keempat dari
pucuk (Gambar 1). Bahan kimia untuk pengamatan struktur anatomi adalah alkohol,
HNO3 50%, sodium hipoklorit 5.25%, safranin 1%, gliserin 30%, dan anilin sulfat.
Sedangkan untuk pengujian histokimia meliputi larutan tembaga asetat 5%, reagen
Wagner, larutan asam tartarat 10%, larutan sudan IV 0.03%, larutan feri triklorida
10%, natrium karbonat, dan larutan AlCl3 5%.
d1

d2
d3

d4

t
b

Gambar 1 Bagian tanaman kumis kucing yang diamati. Ruas batang (b), tangkai
daun (t), daun (daun ke-1: d1; daun ke-2: d2; daun ke-3: d3; daun ke-4:
d4)

3
Alat
Alat untuk pembuatan sayatan anatomi dan histokimia menggunakan silet dan
pengamatan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CH20) yang dilengkapi
dengan kamera optilab dan mikroskop fluoresen (Olympus BX 51). Pengujian
histokimia pada uji senyawa lipofilik menggunakan water bath.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yaitu
varietas tanaman dengan tiga taraf perlakuan. Varietas tanaman yang digunakan
adalah Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Percobaan menggunakan tiga ulangan
tanaman dan masing-masing dilakukan pengamatan pada dua daun, satu tangkai
daun, dan satu batang. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah menggunakan
analisis keragaman menggunakan program SPSS versi 20. Apabila terdapat
perbedaan nyata dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan selang kepercayaan
α = 0.05.
Prosedur
Pembuatan Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan Struktur Anatomi
Bagian tanaman yang diamati meliputi daun, tangkai daun, dan batang. Daun
disayat secara melintang menggunakan silet dengan diberi pewarna safranin 1%
kemudian dibilas dengan akuades dan sayatan paradermal dibuat dalam bentuk
semi permanen dengan metode Wholemount (Sass 1951). Sayatan paradermal
diawali dengan pembilasan helaian daun yang telah difiksasi dalam alkohol 70%
menggunakan akuades. Daun kemudian direndam dalam larutan HNO3 50% hingga
lunak dan dibilas kembali dengan akuades. Sisi adaksial dan abaksial daun dikerik
menggunakan silet, selanjutnya hasil sayatan direndam dalam larutan sodium
hipoklorit 5.25%, dan dibilas dengan akuades. Sayatan selanjutnya diberi pewarna
safranin 1%, dibilas kembali dengan akuades, dan diletakkan pada gelas objek
dengan media gliserin 30%. Tangkai daun dan batang disayat secara melintang
menggunakan silet dan diberi anilin sulfat untuk mewarnai jaringan yang
mengandung lignin.
Struktur yang diamati pada sayatan melintang daun meliputi jumlah lapis sel
epidermis, jumlah lapis sel-sel mesofil, tebal kutikula, tebal sel epidermis, tebal selsel mesofil, dan tebal daun. Parameter pada sayatan paradermal daun yang diamati
meliputi tipe, ukuran, kerapatan, dan indeks stomata, bentuk dan jumlah sel
epidermis. Struktur anatomi yang diamati pada sayatan melintang tangkai daun dan
batang yaitu jumlah lapisan dan bentuk sel epidermis, jumlah lapisan dan bentuk sel
korteks, tipe, bentuk, dan jumlah lapis sel kolenkima, dan tipe berkas pembuluh.
Sayatan melintang daun dilakukan pengamatan pada empat bidang pandang,
sedangkan sayatan paradermal daun dilakukan pengamatan pada lima bidang
pandang. Nilai kerapatan stomata dan indeks stomata (Willmer 1983) pada sayatan
paradermal daun dihitung dengan rumus:

4
Kerapatan stomata =

Indeks stomata =

Jumlah stomata
Luas bidang pandang (mm2)

Jumlah stomata
x100
Jumlah stomata + jumlah sel epidermis

Pembuatan Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan Struktur Sekretori
Sediaan untuk pengamatan struktur sekretori disiapkan dengan membuat
sayatan melintang dari sampel berupa daun, tangkai daun, dan batang. Parameter
yang diamati pada sayatan melintang meliputi letak, tipe, dan ukuran struktur
sekretori. Pengukuran struktur sekretori pada sayatan melintang daun dilakukan
pada sepuluh struktur sekretori, pada tangkai daun dan batang masing-masing tiga
struktur sekretori.
Selain pada sayatan melintang¸ pengamatan struktur sekretori dilakukan pada
sayatan paradermal daun untuk menghitung kerapatan struktur sekretori masingmasing dengan ulangan dua daun dan lima bidang pandang. Kerapatan trikoma
kelenjar pada sayatan paradermal daun dapat diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
Jumlah trikoma kelenjar
Kerapatan trikoma kelenjar =
Luas bidang pandang (mm2)
Uji Histokimia
Sampel tanaman yang digunakan pada uji histokimia berupa sampel segar
daun, tangkai daun, dan batang yang disayat melintang menggunakan silet. Uji
histokimia diobservasi secara deskriptif berdasarkan hasil uji menggunakan
beberapa reagen.
Uji Senyawa Terpenoid. Sayatan sampel direndam selama dua hari dalam larutan
tembaga asetat 5%, kemudian sayatan diletakkan di atas gelas objek, dan diamati
menggunakan mikroskop cahaya. Kandungan terpenoid ditandai dengan warna
kuning kecokelatan (Harbone 1987).
Uji Senyawa Alkaloid. Sayatan sampel direndam selama dua hari dalam reagen
Wagner, kemudian sayatan diletakkan di atas gelas objek, dan pengamatan
menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif ditandai dengan warna merah
kecokelatan (Furr dan Mahlberg 1981). Sebagai kontrol negatif, sayatan segar
direndam selama dua hari dalam asam tartarat 10%, selanjutnya ditetesi dengan
reagen Wagner.
Uji Senyawa Lipofilik. Sayatan sampel dimasukkan dalam alkohol 70% selama
satu menit, kemudian diwarnai dengan larutan sudan IV 0.03% dan dipanaskan
dengan water bath 40°C selama 30 menit. Sampel dicuci kembali dengan alkohol
70% dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif
ditandai dengan warna kuning hingga jingga (Boix et al. 2011).
Uji Senyawa Fenol. Sayatan sampel direndam dalam larutan feri triklorida 10%
yang kemudian ditambahkan beberapa butir natrium karbonat dan didiamkan
selama 15 menit. Sayatan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil positif
ditandai dengan terbentuknya warna hijau gelap atau hitam (Johansen 1940).
Uji Senyawa Flavonoid. Sayatan sampel ditetesi menggunakan larutan AlCl3 5%
dalam alkohol 85%. Pengamatan sayatan menggunakan mikroskop fluoresen
dengan filter UV (Guerin et al. 1971). Kandungan senyawa flavonoid ditandai
dengan pendaran berwarna kuning dan biru.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Sayatan Paradermal Daun Kumis Kucing
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari suatu organ tanaman yang berfungsi
melindungi jaringan di dalamnya. Epidermis ketiga varietas Orsina memiliki bentuk
dinding sel yang sama yaitu berlekuk dalam pada adaksial maupun abaksial
(Gambar 2). Menurut Koleva et al. (2012), dinding sel epidermis pada Orthosiphon
stamineus memiliki bentuk gelombang.
Ukuran panjang dan lebar epidermis memiliki variasi yang tinggi. Hasil
pengukuran panjang dan lebar epidermis berupa kisaran dari nilai paling kecil
hingga nilai paling besar pada setiap varietas. Ukuran panjang sel epidermis
adaksial antara ketiga varietas hampir seragam, Orsina 1 (45.8-83.1 µm), Orsina 2
(44.3-81.5 µm), dan Orsina 3 (45.8-73.3 µm). Ukuran lebar sel epidermis adaksial
ketiga varietas, Orsina 1 (31.5-43.1 µm), Orsina 2 (34.3-41.3 µm), dan Orsina 3
(34.8-47.4 µm). Ukuran panjang sel epidermis abaksial ketiga varietas, Orsina 1
(42.1-83.0 µm), Orsina 2 (42.0-76.6 µm), dan Orsina 3 (46.8-75.5 µm). Ukuran
lebar sel epidermis abaksial ketiga varietas, Orsina 1 (29.8-37.5 µm), Orsina 2
(30.6-37.6 µm), dan Orsina 3 (30.3-40.9 µm) (Tabel 1).
A

B

C

D

E

F

Gambar 2 Sayatan paradermal daun kumis kucing adaksial (atas) dan abaksial
(bawah) varietas Orsina. Orsina 1 (A dan D), Orsina 2 (B dan E),
Orsina 3 (C dan F). Bar=50µm
Tipe dan Ukuran Stomata
Pengamatan stomata dilakukan pada sayatan paradermal. Stomata merupakan
suatu celah pada epidermis yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Stomata
daun kumis kucing dapat ditemukan pada epidermis sisi adaksial dan sisi abaksial.
Stomata ketiga varietas Orsina memiliki tipe yang sama yaitu diasitik dengan ciri
dikelilingi dua sel tetangga dengan bentuk dan ukuran yang berbeda (Gambar 2).
Menurut Metcalfe dan Chalk (1979), tipe diasitik merupakan tipe stomata yang
memiliki satu pasang atau lebih sel tetangga. Tipe stomata yang sama dapat

6
ditemukan pada Orthosiphon rubicundus Benth. (Venkateshappa dan Sreenath
2013) dan Orthosiphon stamineus (Koleva et al. 2012).
Ukuran panjang stomata pada ketiga varietas Orsina menunjukkan hasil yang
berbeda. Stomata pada epidermis adaksial Orsina 3 lebih panjang (18.1 µm)
dibandingkan pada Orsina 2 (16.2 µm), namun panjang stomata pada kedua varietas
tersebut tidak berbeda nyata dengan Orsina 1 (17.8 µm). Panjang stomata pada
epidermis abaksial Orsina 1 memiliki panjang stomata yang lebih besar (19.3 µm)
dibandingkan Orsina 2 (17.6 µm), namun kedua varietas tersebut tidak berbeda
nyata dengan Orsina 3 (18.1 µm) (Tabel 1). Keng dan Siong (2006) menyatakan
bahwa pada dua varietas Orthosiphon stamineus berbunga putih dan bunga ungu
memiliki stomata dengan ukuran dan jumlah yang tidak berbeda nyata. Warna
bunga pada tiga varietas kumis kucing yang digunakan yaitu Orsina 1 berwarna
ungu, sedangkan Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki bunga berwarna putih.
Kerapatan stomata ketiga varietas Orsina memiliki nilai yang berbeda-beda.
Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki nilai kerapatan stomata di epidermis adaksial dan
abaksial lebih tinggi dibandingkan Orsina 1. Kerapatan stomata pada epidermis
abaksial lebih tinggi dibandingkan pada sisi adaksial. Kerapatan stomata pada
epidermis adaksial Orsina 3 lebih tinggi (24.9 µm) dibandingkan Orsina 2 (19.3
µm), namun kerapatan stomata pada kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata
dengan Orsina 1 (20.3 µm). Kerapatan stomata pada epidermis abaksial paling
tinggi ditemukan pada Orsina 3 (219.3 µm), diikuti pada Orsina 2 (194.4 µm), dan
nilai yang paling rendah pada Orsina 1 (172.7 µm) (Tabel 1). Berdasarkan hasil
perhitungan, kerapatan stomata dapat digunakan untuk membedakan ketiga varietas
Orsina.
Tabel 1 Ukuran epidermis, ukuran stomata, kerapatan stomata, dan indeks stomata
pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3
Ukuran stomata
Kerapatan
Indeks
(µm)
stomata
Stomata
P
L
P
L
(mm¯ ²)
Orsina 1
45.8-83.1
31.5-43.1
17.8ab
3.9a
20.3ab
3.4a
b
a
b
Adaksial
Orsina 2
44.3-81.5
34.3-41.3
16.2
4.1
19.3
3.1a
a
a
a
Orsina 3
45.8-73.3
34.8-47.4
18.1
3.7
24.9
3.7a
KK (%)
4.7
26.5
11.4
16.4
Orsina 1
42.1-83.0
29.8-37.5
19.3a
5.2a
172.7c
31.8a
Abaksial Orsina 2
42.0-76.6
30.6-37.6
17.6b
5.0a
194.4b
30.9a
ab
a
a
Orsina 3
46.8-75.5
30.3-40.9
18.1
5.1
219.3
33.5a
KK (%)
3.6
10.3
2.4
5.7
 Angka pada masing-masing varietas dalam kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05
 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst
Posisi

Varietas

Ukuran epidermis (µm)

Struktur Sayatan Melintang Daun, Tangkai Daun, dan Batang Kumis Kucing
Daun pada sayatan melintang ketiga varietas Orsina tersusun oleh epidermis
adaksial, jaringan mesofil, berkas pembuluh, dan epidermis abaksial (Gambar 3).
Epidermis adaksial dan abaksial ketiga varietas Orsina dilapisi oleh kutikula.
Ketiga varietas Orsina memiliki kutikula dengan ketebalan yang sama pada lapisan
epidermis adaksial maupun abaksial (Tabel 2). Menurut Boix et al. (2011), sayatan
melintang daun Rosmarinus officinalis L. yang juga termasuk dalam anggota famili

7
Lamiaceae memiliki lapisan kutikula pada epidermis adaksial yang lebih tebal dari
lapisan kutikula pada epidermis abaksial. Ketebalan kutikula setiap tanaman tidak
sama, pada umumnya tanaman yang hidup di habitat kering lebih tebal (Fahn 1991).
Varietas Orsina memiliki satu lapis sel epidermis dengan ketebalan yang sama
antara adaksial dan abaksial (Tabel 2).
Daun kumis kucing memiliki jaringan mesofil yang terdiferensiasi menjadi
jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Jaringan palisade pada daun kumis
kucing berupa satu lapis sel, sedangkan jaringan bunga karang tersusun oleh tiga
sampai lima lapis sel. Hasil penelitian Koleva et al. (2012) menunjukkan bahwa
Orthosiphon stamineus memiliki satu lapis jaringan palisade dan tiga sampai empat
lapis jaringan bunga karang. Pada tanaman yang diteliti, jaringan palisade memiliki
ketebalan paling besar pada Orsina 3 (55.0 µm) (Tabel 2). Menurut hasil penelitian
Balittro (2014) Orsina 3 menghasilkan rata-rata bobot terna segar dan kering paling
tinggi untuk lokasi dataran rendah sampai menengah. Ketebalan palisade diduga
berkaitan dengan produktivitas tanaman Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Hasil
penelitian Rosmilawanti (2016) menunjukkan bahwa temu lawak varietas Cursina 1
yang menghasilkan produksi rimpang paling tinggi (Setiyono 2011), memiliki
ketebalan jaringan palisade paling tinggi.
A

Ep

B

Kut

Kut

Ep

Pal
Bk

Ep

Ep

Kut

Ep Kut

C

Pal

Pal

Bk

Bk

Ep

Kut

Kut

Gambar 3 Sayatan melintang daun kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A),
Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Kut: kutikula, Ep: epidermis, Pal: jaringan
palisade, Bk: jaringan bunga karang). Bar=50µm
Tabel 2 Ukuran tebal kutikula, epidermis, mesofil, dan tebal daun kumis kucing
varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3
Varietas

Tebal kutikula
(µm)
Adaksial Abaksial

Orsina 1

2.5

Orsina 2

2.5

Orsina 3

a
a
a

2.5
2.5

a

a
a

Tebal epidermis
(µm)
Adaksial Abaksial
a

20.8

a

24.3

a

a

19.5

a

19.8

a

Tebal
palisade
(µm)
b

47.3

b

47.8

a

Tebal bunga
karang
(µm)
a

79.9

b

70.0

ab

Tebal
daun
(µm)
a

172.5

a

166.9

a

2.5
2.5
21.0
16.7
55.0
75.9
173.5
KK (%)
0.0
0.0
8.3
8.1
3.0
5.0
3.6
 Angka pada masing-masing varietas dalam kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05
 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Tangkai daun yang memiliki permukaan berbentuk cekung adalah sisi
adaksial dan berbentuk cembung adalah sisi abaksial. Sayatan melintang tangkai
daun pada varietas Orsina 1 memiliki bentuk membulat, sedangkan Orsina 2 dan
Orsina 3 memiliki bentuk persegi. Struktur tangkai daun dari ketiga varietas Orsina
tersusun oleh epidermis, korteks, dan silinder pusat. Pada lapisan epidermis dapat

8
ditemukan trikoma kelenjar dan trikoma non kelenjar. Hasil pengamatan pada
ketiga varietas Orsina, epidermis tersusun oleh satu lapis sel dengan bentuk bulat,
lonjong, dan persegi empat dan jaringan korteks tersusun oleh parenkima berbentuk
heksagonal. Jaringan kolenkima dapat ditemukan di daerah korteks, di bawah
lapisan epidermis adaksial maupun abaksial. Tipe jaringan kolenkima pada ketiga
varietas Orsina yaitu kolenkima angular yang mengalami penebalan dinding pada
sudut-sudut sel. Jaringan kolenkima pada ketiga varietas Orsina memiliki
perbedaan pada jumlah lapisan sel. Orsina 1 tersusun oleh empat lapis jaringan
kolenkima pada sisi adaksial dan dua sampai tiga lapis pada sisi abaksial. Orsina 2
sisi adaksial tersusun oleh empat sampai enam lapis, sedangkan sisi abaksial
tersusun oleh empat sampai lima lapis jaringan kolenkima. Orsina 3 tersusun oleh
empat sampai lima lapis pada sisi adaksial, sedangkan sisi abaksial tiga lapis
jaringan kolenkima (Gambar 4).
Berkas pembuluh pada tangkai daun ketiga varietas Orsina memiliki tipe
kolateral dengan floem di sebelah luar xilem. Berkas pembuluh pada tangkai daun
terbagi menjadi dua yaitu berkas pembuluh besar dan berkas pembuluh kecil.
Berkas pembuluh besar memiliki struktur yang melengkung terbuka terdapat pada
bagian abaksial, sedangkan dua berkas pembuluh kecil berada pada permukaan
adaksial. Selain itu, dapat ditemukan pula empulur pada bagian tengah sayatan
(Gambar 4). Variasi tangkai daun pada tanaman lainnya yaitu pada Piper
sarmentosum dan Piper betle. Hasil penelitian Raman et al. (2012) menunjukkan
bahwa Piper sarmentosum dan Piper betle memiliki sayatan melintang tangkai
daun berbentuk hati dan sisi adaksial yang beralur. Selain itu, berkas pembuluh
pada tangkai daun kedua Piper memiliki tipe kolateral dan terbagi menjadi dua
berkas pembuluh yaitu berkas pembuluh besar dan kecil. Piper sarmentosum
memiliki tujuh berkas pembuluh besar dan lima berkas pembuluh kecil, sedangkan
pada Piper betle memiliki tujuh berkas pembuluh besar dan empat berkas
pembuluh kecil.
Struktur batang dari ketiga varietas Orsina tersusun oleh epidermis, korteks,
dan silinder pusat. Sayatan melintang batang ketiga varietas Orsina berbentuk
persegi empat. Menurut Metcalfe dan Chlark (1983), batang pada famili Lamiaceae
sebagian besar memiliki bentuk persegi empat. Batang ketiga varietas Orsina
memiliki sel epidermis yang tersusun oleh satu lapis sel dengan bentuk bulat,
lonjong, dan persegi empat. Pada permukaan epidermis terdapat lapisan kutikula
dan pada lapisan epidermis ditemukan pula trikoma kelenjar dan trikoma non
kelenjar. Jaringan di sebelah dalam epidermis berupa korteks yang tersusun oleh
lima sampai enam lapis sel parenkima. Pada setiap sudut batang terdapat jaringan
kolenkima dengan tipe angular. Jaringan kolenkima pada varietas Orsina 1
memiliki sel berbentuk lonjong dan tersusun oleh lima sampai enam lapis sel.
Orsina 2 dan Orsina 3 memiliki sel kolenkima berbentuk bulat dan tersusun oleh
tujuh lapis sel.

9
A

Kol

B
Ad

Ad

Kol

Ep

Ep
Bp
Bp
Tk
Tk

Kor
Tnk

Kor
Ad

Ad

Tnk
C
Ad

Kol

Ep

Bp

Tk
Tnk

Kor
Ad

Gambar 4 Sayatan melintang tangkai daun kumis kucing varietas Orsina.
Orsina 1 (A), Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Ad: adaksial; Ab: abaksial;
Ep: epidermis; Tk: trikoma kelenjar; Tnk: trikoma non kelenjar;
Kor: korteks; Kol: kolenkima; Bp: berkas pembuluh). Bar=100µm
Berkas pembuluh pada batang ketiga varietas Orsina memiliki tipe kolateral
dengan floem di sebelah luar xilem. Berkas pembuluh pada sudut batang berukuran
lebih besar dibandingkan dengan yang berada diantaranya. Jaringan sklerenkima
dapat ditemukan disekitar berkas pembuluh. Selain itu, dapat ditemukan pula
empulur pada bagian tengah sayatan (Gambar 5). Variasi batang pada tanaman
lainnya yaitu pada Piper sarmentosum dan Piper betle. Hasil penelitian Raman et al.
(2012) menyatakan bahwa batang pada Piper sarmentosum dan Piper betle
memiliki dua lingkaran berkas pembuluh.

10
B

A

Tk

Kol

Kol
Sk

Sk
Tnk

Tnk

Bp

Bp

Ep
Ep

Kor

Em

Em
Kor

C

Tnk
Kol
Sk

Ep
Bp

Kor
Em

Gambar 5 Sayatan melintang batang kumis kucing varietas Orsina. Orsina 1 (A),
Orsina 2 (B), Orsina 3 (C). (Ep: epidermis; Tk: trikoma kelenjar; Tnk:
trikoma non kelenjar; Kor: korteks; Kol: kolenkima; Sk: sklerenkima;
Bp: berkas pembuluh; Em: empulur). Bar=100µm
Identifikasi Struktur Sekretori
Struktur Sekretori pada Daun
Struktur sekretori pada daun ketiga varietas Orsina berupa trikoma kelenjar.
Trikoma kelenjar yang ditemukan yaitu tipe trikoma peltat dan trikoma kapitat.
Trikoma kapitat pada varietas ini memiliki jumlah sel kepala yang bervariasi
sehingga digolongkan menjadi dua tipe. Trikoma kapitat tipe I tersusun oleh satu
sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan dua sel kepala, sedangkan trikoma
kapitat tipe II tersusun oleh satu sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan satu sel
kepala (Gambar 6). Trikoma kelenjar tersebut dapat dijumpai pada epidermis
adaksial maupun abaksial daun. Hasil penelitian Celep et al. (2011) pada Lamium
truncatum Boiss. yang juga termasuk dalam anggota famili Lamiaceae memiliki
dua tipe trikoma kelenjar yaitu trikoma peltat dan trikoma kapitat. Trikoma peltat
tersusun oleh satu sel basal, satu sel tangkai yang pendek, dan empat sampai

11
delapan sel kepala. Trikoma kapitat tersusun oleh satu sel basal, satu sampai dua sel
tangkai, dan satu atau dua sel kepala.
Ukuran kepala dan tangkai trikoma peltat dari ketiga varietas Orsina
bervariasi, sedangkan pada trikoma kapitat memiliki ukuran yang sama. Orsina 3
memiliki lebar kepala trikoma peltat dan panjang tangkai trikoma peltat paling
besar dibandingkan dua varietas lainnya (Tabel 3).
Kerapatan trikoma kelenjar dari ketiga varietas Orsina bervariasi. Orsina 1
memiliki trikoma peltat dan trikoma kapitat tipe I pada abaksial daun dengan
kerapatan paling tinggi dibandingkan dua varietas Orsina lainnya (Tabel 3).
Menurut hasil penelitian Balittro (2014) Orsina 1 memiliki kadar sinensetin paling
tinggi dibandingakan dua varietas lainnya. Kerapatan trikoma kelenjar diduga
berkaitan dengan kandungan sinensetin pada tanaman Orthosiphon aristatus
(Blume) Miq. Hasil penelitian Rostiana et. al (2014) kandungan sinensetin lebih
tinggi terdapat pada tanaman kumis kucing berbunga ungu dibandingkan dengan
kumis kucing berbunga putih. Tanaman kumis kucing berbunga ungu dan putih
yang digunakan merupakan varietas Orsina (Komunikasi pribadi, Otih Rostiana
2016). Kerapatan trikoma kelenjar berpengaruh terhadap banyaknya metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh tanaman.
Ukuran trikoma kelenjar memiliki hubungan terbalik dengan nilai kerapatan
trikoma kelenjar, hal tersebut dapat dilihat dari ukuran trikoma kelenjar yang kecil
maka nilai kerapatannya memiliki nilai yang tinggi (Tabel 3). pengukuran dan
penghitungan trikoma kelenjar bertujuan untuk mengetahui potensi metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh tanaman. Menurut McDowell et al. (2011), ukuran
dan perkembangan trikoma dapat mempengaruhi metabolit sekunder yang
dihasilkan.
A

B

C

Gambar 6 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2,
dan Orsina 3. Trikoma peltat (A), trikoma kapitat tipe I (B), trikoma
kapitat tipe II (C). Bar=20µm

12
Tabel 3 Ukuran dan kerapatan trikoma kelenjar pada daun kumis kucing varietas
Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3
Trikoma
kelenjar

Varietas

Ukuran kepala
(µm)
Panjang
Lebar

Ukuran tangkai
(µm)
Panjang
Lebar

Kerapatan trikoma
kelenjar (mm¯ ²)
Adaksial Abaksial

b
b
b
a
a
a
Orsina 1
22.3
41.1
9.7
19.9
13.3
16.7
ab
b
b
b
a
b
Peltat
Orsina 2
24.7
42.4
9.4
17.1
14.5
13.9
a
a
a
a
a
b
Orsina 3
27.0
46.7
11.8
21.1
14.1
14.1
KK (%)
12.5
9.7
13.3
10.8
23.0
22.3
a
a
b
a
b
a
Orsina 1
14.8
23.0
6.4
12.9
11.4
17.5
a
a
a
a
a
b
Kapitat tipe I Orsina 2
15.3
24.8
9.0
12.6
13.3
14.5
a
a
a
a
a
b
Orsina 3
16.0
25.1
7.8
12.4
14.1
15.1
KK (%)
14.8
9.9
19.6
13.2
23.5
26.5
a
a
b
a
b
b
Orsina 1
15.4
23.1
6.5
11.8
12.0
17.1
a
a
a
a
a
a
Kapitat tipe II Orsina 2
15.6
22.4
8.3
12.0
14.3
19.5
a
a
a
a
a
ab
Orsina 3
16.0
23.7
8.0
12.2
15.3
17.9
KK (%)
18.2
10.1
13.9
10.4
27.3
22.1
 Angka pada masing-masing varietas dalam kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.
 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Struktur Sekretori pada Tangkai daun dan Batang
Selain pada daun, struktur sekretori terdapat pada tangkai daun dan batang.
Struktur sekretori yang dijumpai yaitu trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, trikoma
kapitat tipe II, dan sel idioblas (Gambar 4). Trikoma peltat pada tangkai daun dan
batang berukuran lebih kecil dibandingkan pada daun (Tabel 3 dan Tabel 4).
Struktur sekretori pada tangkai daun dan batang memiliki ukuran yang bervariasi.
Tangkai daun pada Orsina 3 memiliki trikoma kapitat tipe I dengan lebar kepala
paling besar dibandingkan dua varietas Orsina lainnya. Orsina 2 memiliki idioblas
dengan panjang paling besar dibandingkan dua varietas lainnya (Tabel 4). Idioblas
pada tangkai daun memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan pada batang.
Batang pada Orsina 1 memiliki idioblas dengan ukuran panjang dan lebar yang
paling besar dibandingkan dua varietas lainnya. (Tabel 5)
A

B

C

D

E

F

G

H

Gambar 7 Struktur sekretori pada tangkai daun (A-D) dan batang (E-H) kumis
kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Trikoma peltat (A dan
E), trikoma kapitat tipe I (B dan F), trikoma kapitat tipe II (C dan G),
(D dan H) anak panah: sel idioblas. Bar=20µm

13
Tabel 4 Ukuran struktur sekretori pada tangkai daun kumis kucing varietas Orsina 1,
Orsina 2, dan Orsina 3
Struktur
sekretori

Varietas

Peltat

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)
Kapitat tipe I

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)
Kapitat tipe II

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)

Ukuran kepala
(µm)
Panjang
Lebar
b
b
17.8
37.4
ab
ab
19.1
38.8
a
a
21.2
43.2
7.3
6.6
a
b
16.6
23.9
a
b
14.5
24.2
a
a
16.6
27.3
9.7
5.7
a
a
17.9
25.6
a
a
19.1
27.9
a
a
18.0
25.9
6.0
4.9

Ukuran tangkai (µm)
Panjang
a
10.8
a
9.4
a
11.3
13.1
b
7.0
ab
9.0
a
10.7
17.4
a
8.7
b
6.9
a
8.9
6.2

Lebar
a
18.3
a
18.8
a
20.0
11.3
ab
11.2
b
10.5
a
13.6
10.5
a
13.3
a
11.9
a
12.9
10.3

Ukuran diameter
(µm)
Panjang
Lebar

b

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

a

28.6
42.9
a
a
Idioblas
37.3
44.6
b
b
28.8
35.1
KK (%)
6.6
7.0
 Angka pada masing-masing varietas dalam kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.
 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

Tabel 5 Ukuran struktur sekretori pada batang kumis kucing varietas Orsina 1,
Orsina 2, dan Orsina 3
Struktur
sekretori

Varietas

Peltat

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)
Kapitat tipe I

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)
Kapitat tipe II

Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

KK (%)
Orsina 1
Orsina 2
Orsina 3

Ukuran kepala
(µm)
Panjang
Lebar
b
a
17.7
36.7
ab
a
19.0
35.6
a
a
21.3
39.2
7.8
4.9
a
a
16.4
25.2
b
b
10.6
14.9
a
a
16.4
25.7
8.4
5.1
ab
a
15.3
23.3
b
a
13.5
23.1
a
a
17.4
26.2
8.5
6.2

Ukuran tangkai
(µm)
Panjang
Lebar
a
a
8.3
19.9
a
a
8.3
17.2
a
a
9.3
16.6
14.9
15.8
a
a
8.0
12.5
b
b
5.4
6.1
a
a
7.8
12.2
6.6
11.3
a
a
8.6
11.3
a
a
8.0
10.7
a
a
7.5
12.0
17.6
12.0

Ukuran diameter
(µm)
Panjang
Lebar

a

a

23.3
34.3
b
b
Idioblas
16.4
19.6
b
b
16.2
22.3
KK (%)
8.9
11.9
 Angka pada masing-masing varietas dalam kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.
 Pengamatan pada akhir minggu ke-18 mst

14
Uji Histokimia
Uji histokimia merupakan metode untuk mengetahui kandungan senyawa
kimia pada suatu jaringan tanaman secara kualitatif. Pengujian dapat dilakukan
dengan cara menambahkan suatu reagen kepada sayatan organ yang akan diuji dan
menghasilkan warna yang spesifik. Hasil uji histokimia pada daun, tangkai daun,
dan batang ketiga varietas Orsina menunjukkan bahwa terdapat senyawa terpenoid,
alkaloid, senyawa lipofilik, dan fenol pada struktur sekretori. Hasil pengujian pada
daun, tangkai daun, dan batang disajikan pada Tabel 6, Gambar 7, Gambar 8,
Gambar 9, dan Gambar 10. Hasil pengujian selengkapnya, semua tipe struktur
sekretori disajikan pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4,
Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7.
Tabel 6 Kandungan senyawa pada struktur sekretori pada daun, tangkai daun, dan
batang kumis kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 berdasarkan
hasil uji histokimia
Struktur
Sekretori
Daun
Trikoma
Kelenjar

Tipe
trikoma
Peltat
Kapitat tipe 1
Kapitat tipe II

Orsina 1 Agribun
T A L F Fl

Orsina 2 Agribun
Orsina 3 Agribun
T A L F Fl T A L F Fl

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

Idioblas
Tangkai daun
Trikoma
Peltat
+ + + + - + + + +
Kelenjar
Kapitat tipe 1
+ + + + - + + + +
Kapitat tipe II
+ + + + - + + + +
Idioblas
+ + + + - + + + +
Batang
Trikoma
Peltat
+ + + + - + + + +
Kelenjar
Kapitat tipe 1
+ + + + - + + + +
Kapitat tipe II
+ + + + - + + + +
+ + + + - + + + +
Idioblas
Keterangan: T: terpenoid; A: alkaloid; L: lipofilik; F: fenol; Fl: flavonoid
(+) Senyawa terdeteksi; (-) Senyawa terdeteksi lemah
A

B

C

E

F

-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

-

-

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

-

-

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

-

D

Gambar 8 Hasil uji histokimia trikoma peltat pada daun kumis kucing varietas
Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B),
kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air
(F). Bar=20µm

15
A

B

C

E

F

D

Gambar 9 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe I pada batang kumis kucing
varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 berdasarkan hasil uji
histokimia. Uji terpenoid (A), alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C),
senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol air (F). Bar=20µm
A

B

C

E

F

D

Gambar 10 Hasil uji histokimia trikoma kapitat tipe II pada tangkai daun kumis
kucing varietas Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A),
alkaloid (B), kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol
(E), kontrol air (F). Bar=20µm
A

B

C

E

F

D

Gambar 11 Hasil uji histokimia sel idioblas pada batang kumis kucing varietas
Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3. Uji terpenoid (A), alkaloid (B),
kontrol negatif alkaloid (C), senyawa lipofilik (D), fenol (E), kontrol
air (F). Bar=20µm. Anak panah: sel idioblas
Hasil uji keberadan senyawa flavonoid terdeteksi dengan hasil berupa
pendaran (fluoresen) yang lemah pada semua struktur sekretori (Tabel 6). Uji ini
menghasilkan pendaran berwarna kuning kehijauan pada jaringan yang
diperlakukan dengan reagen AlCl3 5%. Berdasarkan hasil tersebut, metode ini

16
kurang sesuai untuk identifikasi flavonoid pada tanaman ini. Hasil penelitian
Mulyani dan Laksana (2011) menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis
pengujian untuk mengidentifikasi flavonoid antara lain pengujian menggunakan
amoniak, NaOH, AlCl3, dan sitroborat yang kemudian diamati menggunakan
mikroskop cahaya.
Menurut Ameer et al. (2012) hasil uji fitokimia pada Orthosiphon stamineus
menunjukkan kandungan senyawa fenol, flavonoid, terpenoid, asam organik, dan
minyak esensial. Flavonoid yang teridentifikasi pada Orthosiphon stamineus salah
satunya berupa sinensetin (Akowuah et al. 2004). Sinensetin merupakan salah satu
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan termasuk dalam kelompok
flavonoid jenis flavon (Nurhajijah 2014). Hasil penelitian Guerin et al. (1971)
menunjukkan bahwa penggunaan AlCl3 pada kelompok flavonoid memiliki
pendaran yang berbeda pada setiap jenisnya. Penggunaan AlCl3 pada jenis flavon
akan menghasilkan pendaran berwarna kuning kehijauan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Orsina 3 dapat dibedakan dari Orsina 1 dan Orsina 2 berdasarkan tebal
jaringan palisade. Orsina 3 memiliki ketebalan jaringan palisade paling besar.
Orsina 1, Orsina 2, dan Orsina 3 dapat dibedakan berdasarkan kerapatan stomata
pada sisi abaksial.
Struktur sekretori yang dijumpai pada daun berupa trikoma kelenjar meliputi
trikoma peltat, trikoma kapitat tipe I, dan trikoma kapitat tipe II, sedangkan pada
tangkai daun dan batang selain trikoma kelenjar dapat ditemukan sel idioblas.
Orsina 1 yang menghasilkan sinensetin dengan kadar paling tinggi, memiliki
trikoma peltat dan trikoma kapitat tipe 1 dengan kerapatan sisi abaksial paling
tinggi dibandingkan dua varietas lainnya. Hasil uji histokimia pada daun, tangkai
daun, dan batang menunjukkan adanya terpenoid, alkaloid, senyawa lipofilik, dan
fenol, dan flavonoid terdeteksi dengan hasil lemah dari fluoresen yang dihasilkan,
diduga metode yang digunakan kurang sesuai dalam mengidentifikasi senyawa
flavonoid pada tanaman kumis kucing.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam mengidentifikasi senyawa
flavonoid pada tanaman kumis kucing. Hal tersebut mungkin dapat dilakukan
dengan menggunakan metode lain.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana IK, Setiawan F, Insanu M. 2013. From ethnopharmacology to clinical
study of Orthosiphon stamineus Benth. Int. J. Pharm. Sci. 5(3):66.73.

17
Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A, Khamsah SM. 2004. Sinensetin,
eupatorin, 3’-hydroxy-5, 6, 7, 4’tetramethoxyflavone and rosmarinic acid
contents and antioxidative effect of Orthosiphon stamineus from Malaysia.
Food Chem. 87:559-566. doi: 10.1016/j.foodchem.2004.01.008
Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheem ZO, Yam MF. 2012. Orthosiphon
stamineus: traditional uses, phytochemistry, pharmacology, and toxicology.
J. Med. Food. 15(8): 678-690. doi: 10.1089/jmf.2011.1973
Arbain D. 2004. Dua dekade penelitian kimia tumbuhan Sumatera. Bull. Soc. Nat.
Prod. Chem. 4:1-12
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Monograf
Ekstrak Tanaman Obat Indonesia. Vol II. Jakarta (ID).
[BALITTRO]. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2014. Usulan
Pelepasan Varietas Kumis Kucing. Bogor (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Boix YF, Victorio CP, Defaveri ACA, Arruda R, Sato A, Lage CLS. 2011.
Grandular trichomes of Rosmarinus officinalis L.: anatomical and
phytochemical analyses of leaf volatiles. Plant Biosyst. 145(4): 848-856.
Celep F, Kahraman A, Atalay Z, Doğan M. 2011. Morphology, anatomy, and
trichome properties of Lamium truncatum Boiss. (Lamiaceae) and their
systematic implications. AJCS. 5(2): 147-153.
De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ. 1999. Medical and poisonous
plant 1. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia (PROSEA)
Foundation No.15.
Fahn H. 1991. Anatomi Tumbuhan Ed-3. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Furr M, Mahlberg PG. 1981. Histochemical analyses of Laticifers and glandular
trichomes in Cannabis sativa. J. Nat. Prod. 44(2): 153-159.
Gogosz AM, Boeger MRT, Negrelle RRB, Bergo C. 2012. Anatomi foliar
comparativa de nove espécies do gênero Piper (Piperaceae). Jurnal of
Rodriguesia. 63(2): 405-417.
Guerin HP, Delaveau PG, Paris RR. 1971. Localizations histochimiques: procédés
simples de localization de pigments flavoniques. Application á quelques
phanérogrames. Bull. Soc. Bot. Fr. 118:29-36.
Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari Phytochemical Method. Ed ke 2.
Hsuan K. 1986. Order dan Famili Tumbuhan Berbiji di Tanah Melayu. Kuala
Lumpur (MY): Dewan Bahasa dan Pustaka.
Johansen DA. 1940. Plant Microtecchnique. New York (US): McGraw-Hill.
Joudi L, Bibalani GH, Shadkami H. 2011. Exploration of medicinal species of
Lamiaceae family in Ilkhji and Sharafaldin regions of Esat Azarbaijan in Iran.
Curr. Res. J. Biol. Sci. 3(4): 385-387.
Juliarni, Purwanti E, Sulistyaningsih YC, Dorly. 1999. Anatomical study of leaf of
taro (Colocasia esculenta (L.) Schott). Jpn. J. Crop. Sci. 68(2): 200-201.
Keng CL, Siong LP. 2006. Morphological similarities and differences between the
two varieties of cat’s whiskers (Orthosiphon smanineus Benth.) grown in
Malaysia. Intl. J. Bot. 2(1):1-6.
Koleva DS, Stefanova M, Zhiponova M, TotevaVA. 2012. Effect of N6benzyladenine and indole-3-butyric acid on photosynthetic apparatus of

18
Orthosiphon stamineus plants grown in vitro. Biol. Plant. 56(4): 607-612.
doi: 10.1007/s10535-012-0060-z
McDowell ET, Kapteyn J, Schmidt A, Li C, Kang JH, Descour A, Shi F, Larson M,
Schilmiller A, Lingling A, Jones AD, Pichersky E, Soderlund CA, Gang DR.
2011. Comparative functional genomic analysis of Solanum glandular
trichome types. Plant Physiol.155: 524-539.
Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the Dicotyledons: Systematic Anatomy of
Leaf and Stem with a Brief History of the Subject. 2nd ed. Oxford (UK): OUP.
__________________. 1983. Anatomy of the Dicotyledons: Wood Structure and
Conclusion of the General Introduction. 2nd ed. Oxford (UK): OUP.
Mulyani S, Laksana T. 2011. Analisis flavonoid dan tannin dengan metoda
mikroskopi-mikrokimiawi. Majalah Obat Tradisional. 16(3):109-114.
Nurhajijah. 2014. Pertumbuhan, produksi, dan kadar sinensetin tanaman kumis
kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada berbagai umur panen [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Raman Vijayasankar, Galal Ahmed M, Khan Ikhlas A. 2012. An investigation of
the vegetative anatomy of Piper sarmentosum, and a Comparison with the
anatomy of Piper betle (Piperaceae). AJPS. 3: 1135-1144.
Rosmilawanti R. 2016. Studi Anatomi daun, analisis struktur sekretori dan
histokimia rimpang temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rostiana O, SMD Rosita, Ruhnayat A, Bermawie N, Iswantini D. 2014. Di dalam:
Wahyudi A, Kardinan A, Supriadi, Laba IW, Bermawie N, Rizal M, Rostiana
O, Wahyono O, Djazuli M, Balfas R, Noveriza R, editor. Respon Dua Aksesi
Kumis Kucing {Orthishiphon aristatus (Blume) Miq.} Terhadap Perlakuan
Pemupukan d