BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Terjadinya erosi dan sedimentasi di muara Sungai Percut disebabkan oleh ; 1. Maraknya penebangan liar illegal logging di kawasan hutan
lindung. 2. Banyaknya kegiatan pertanian di daerah hulu yang tidak
mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, termasuk kegiatan pembukaan hutan secara ilegal untuk lahan pertanian.
3. Pada kawasan Sungai Percut telah terjadi perubahan alih fungsi lahan yang cukup meningkat selama 14 tahun terakhir 1995-2008,
peningkatan lahan perkebunan bertambah 63,00 dari 14.78 ha menjadi 39.95 ha, sawah 24,86 dari 30.80 ha menjadi 41.67 ha
serta pemukiman 35,03 dari 64.37 ha menjadi 99.08 ha disisi lain telah terjadi penurunan untuk tegalan 82,28 dari 60.60 ha menjadi
33.25, hutan rimba 15,13 dari 65.62 ha menjadi 57.76 ha akan menyebabkan meningkatnya tekanan pada lingkungan pada Sungai
Percut tutupan lahan dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah
dapat menyebabkan sedimentasi di sungai sehingga dapat mengurangi daya tampung sungai.
Universita Sumatera Utara
b. Upaya Pengelolaan Sungai Percut harus dilakukan secara optimal dan terintegrasi melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Upaya – upaya yang perlu dilakukan adalah dengan cara konservasi lahan yang sesuai dan memadai, pelaksanaan pengelolaan lahan, pembuatan
zonasi pemanfaatan daerah rawan erosi, pengawasan dan penegakan hukum secara tegas dan transparan terhadap setiap kebijakan yang
dikeluarkan yang berkaitan dengan pengelolaan Sungai Percut. Serta untuk menangulangi tingginya sedimentasi dimuara Sungai Percut, perlu
dilakukan penambangan bahan galian C yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan melalui badan usaha atau perorangan. Setelah dilakukan
peninjauan lapangan dengan memperhatikan kondisi daerah sekitar aliran Sungai Percut dimana selama ini selalu tergenang air disebelah kiri dan
kanan sungai. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada dan sekaligus melakukan penanggulangan banjir di muara Sungai Percut,
normalisasipengerukan Sungai Percut sangat perlu dilaksanakan dan material hasil pengerukan tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan
timbunan daerah rawa di sisi kiri dan kanan sungai sehingga daerah yang selama ini selalu tergenang dapat ditingkatkatdipergunakan untuk
berbagai keperluan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar lokasi kegiatan. Dari sisi ekonominya, timbunan dari hasil
galianpengerukan Sungai Percut jauh lebih murah daripada tanah timbunan didatangkan, dari sisi lingkungan bahwa daerah yang selama ini
lokasi tersebut tidak dapat dimanfaatkan bias dipergunakan untuk berbagai
Universita Sumatera Utara
kepentingan serta dampak yang timbul dari perobahan lahan tersebut relatif sedikit bahkan dapat diabaikan.
c. Pendapatan nelayan perahu motor tertinggi sebesar Rp. 1.650.000,-hari dan terendah Rp. 1.464.000,-hari. Pendapatan para nelayan di Desa Pantai
Percut dalam setiap melakukan penangkapan ikan tidak dapat ditentukan hal ini tergantung kepada faktor musim, harga ikan maupun faktor
pendukung lainnya, seperti kelengkapan alat yang digunakan, status perahu, dan beban tanggungan. Dengan adanya pendangkalan akibat
tingginya sedimentasi dan pengaruh pasang surut, maka keberangkatan nelayan akan tertunda selama 3-4 jam hal ini biasanya terjadi dua kali
dalam seminggu sehingga mengurangi jumlah pendapatan nelayan dengan jumlah jam kerja bagi nelayan dalam 1 satu trip yang semula 15 jam
menjadi 11 jam yang mengakibatkan penurunan jalapukat yang semula 5 lima kali menjadi 4 empat kali. Penurunan penghasilan perbulan hari
untuk nelayan dengan perahu motor akibat terjadinya sedimentasipendangkalan di muara Sungai Percut sebesar Rp. 336.000,-
5.2. Saran