7
BAB II DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Yekatria Husada Farma beralamat di Jalan Adi Sumarmo No. 51 Colomadu,  Kabupaten  Karanganyar,  Jawa  Tengah  57173.  PT.  Yekatria
Husada Farma adalah perusahaan  farmasi  yang bergerak di bidang distribusi obat
–  obatan  dengan  sasaran  Rumah  Sakit,  Apotik,  dan  distributor  lain. Berdiri  pada  12  Oktober  1995,  Ijin  PBF  HK.07.01V25612,  No  Pokok
Wajib  Pajak  N.P.W.P  01.752.055.2.528.000  dan  tanggal  pengukuhan  PKP pada  14  Mei  2009.  PT.  Yekatria  Husada  Farma  dipimpin  oleh  Drs.  Susetyo
Prihastanto  dan  Apoteker  Penanggung  Jawab  oleh  Kristina  Dian  Pradani, S.Farm,  Apt.  No  SIK  19870630STRASIKA_33.1320142019.  Perusahaan
ini  memiliki  jam  kerja  dari  pukul  08.00 –  16.00  setiap  hari  senin  sampai
jumat.
Sistem  distribusi  obat  di  PBF  PT.  Yekatria  Husada  Farma  berjalan semi  manual  dimana  proses  pencatatan  di  gudang  dilakukan  secara  manual
seperti  pembuatan  surat  pesanan  dan  laporan  penerimaan  barang,  sedangkan untuk komputerisasi hanya untuk proses administrasi dalam pencatatan faktur
penjualan  dan  faktur  pajak  penjualan.  Area  pemasarannya  adalah  Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Perusahaan ini Penganggung jawab
dalam proses pendistribusian obat adalah seorang Apoteker
2.2  Distribusi
Distribusi  merupakan  proses  yang  menunjukan  penyaluran  barang yang  dibuat  dari  produsen  agar  sampai  ke  konsumen  yang  tersebar  luas.
Produsen  sendiri  memiliki  pengertian  sebagai  orang  yang  menggunkan  atau memakai  barang  atau  jasa  yang  ditawarkan  oleh  produsen  dalam  kegiatan
pembuatan  barang.  Fungsi  distribusi  ialah  melakukan  atau mengantarkan  barang  atau  jasa  yang  dihasilkan  oleh  produsen  baik  dari
daerah  yang  dekat  atau  jauh  sehingga  dari  seluruh  pelosok  Indonesia  dapat merasakan barang atau jasa yang dihasilkan.
2.3  Cara Distribusi Obat yang Baik CDOB
Yang  dimaksud  cara  distribusi  obat  yang  baik  adalah  cara  distribusi penyaluran  sesuai  persyaratan  dan  tujuan  penggunaannya.  Lalu  perusahaan
berbentuk  badan  hukum  yang  memiliki  izin  pengadaan,  penyimpanan, penyaluran obat dan bahan obat dalam jumlah besar sesuai peraturan undang-
undang  disebut  dengan  pedagang  besar  farmasi.  BPOM  RI  akan mengeluarkan  sertifikat  Cara  Distribusi  Obat  yang  Baik  CDOB  kepada
perusahaan  farmasi  sebagai  bukti  sah  bahwa  perusaan  tadi  telah  memenuhi persyaratan dalam mendistribusikan obat-obatan dan alat kesehatan lainnya.
Adapun  prinsip-prinsip  umum  cara  pendistribusian  obat  yang  baik adalah  berlaku  untuk  aspek  pengadaan,  penyimpanan,  penyaluran  termasuk
pengembalian obat dan juga bahan obat dalam rantai distribusi. Semua pihak yang  terlibat  dalam  distribusi  obat  mempunyai  tanggung  jawab  dalam
memastikan  mutu  obat  dan  mempertahankan  integritas  rantai  distribusi selama  proses.  Petugas  yang  terlibat  dalam  proses  distribusi  juga  harus
memiliki kualifikasi kemampuan  pengalaman, antara lain : 1.
Dalam pekerjaannya tidak boleh mempunyai kepentingan lain 2.
Jumlah  karyawan  dalam  distribusi  sebaiknya  cukup    diberi  pelatihan dalam menangani obat-obatan dan alat kesehatan
3. Memiliki kesehatan fisik  mental yang baik
4. Memiliki sikap  kesadaran tinggi
5. Penentuan tugas, batas kewenangan,  prosedur kerja
Pada  pendistribusian  obat  yang  baik  dan  benar,  perlu  dokumentasi barang  yang  jelas  dan  mudah  diketahui  stok  persediaannya.  Pelaksanaan
pengadaan dan distribusi obat yang sesuai UU adalah penyediaan data  info PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang akurat, tingkat stok pada kondisi yang menjamin kelancaran pelayanan, penerimaan  produk  yang  benar,  penyimpanan  yang  tepat  serta  dokumentasi
obat yang benar  lengkap. Untuk  skema  pengadaan  obat,  pada  alur  distribusi  dimulai  dari
pemesanan dari pedagang besar farmasi ke sumber resmi yang ditunjuk untuk pembelian  obat.  Setelah  mengetahui  stok  hidup  dan  stok  pengaman,
dikeluarkanlah  surat  pemesanan  obat  yang  telah  ditanda  tangani  oleh penanggung jawab yang dilengkapi dengan nama dan nomor Surat Ijin Kerja
Apoteker  SIKA.  Setelah  pemesanan  dilakukan,  obat  akan  diterima  dengan beberapa  proses.  Mulai  dari  pemeriksaan  kelengkapan  obat  yang  telah
dipesan,  bila  telah  sesuai  segera  disimpan  di  tempat  persediaan  perusahaan dagang  farmasi  tadi.  Bila  masih  ada  yang  kurang  atau  tidak  sesuai,  makan
dikembalikan  atau  diganti  di  tempat  pemesanan  obat  tadi,  faktur  dan  surat penyerahan barang harus ada pada proses ini. Setelah proses ini selesai, maka
mulai  masuk  ke  sistem  administrasi  dengan  barang  obat  yang  dimasukkan ke  kartu  persediaan  dan  buku  pembelian  sehingga  stok  barang  dapat  terlihat
dengan jelas dan akurat. Hal  yang  tidak  kalah  penting  pada  proses  distribusi  obat  adalah
bagaimana  cara  penyimpanannya.  Sesuai  yang  diatur  di  UU,  penyimpanan obat yang baik dan benar adalah disimpan pada kondisi yang telah ditetapkan
sesuai  dengan  jenis  obat.  Prosedur  umum  tentang  penyimpanan  obat  yang baik  dan  benar  antara  lain  stok  obat  disimpan  pada  tempat  yang  terlindung
dari kontak cahaya langsung dan kelembaban suhu ruangan yang tidak beku. Untuk  obat  yang  telah  mendekati  atau  sudah  masuk  masa  kadaluarsa,  harus
dipisahkan dari obat yang masih bagus. Hal ini berlaku juga untuk obat yang rusak.  Yang  bertanggung  jawab  pada  penyimpanan  stok  barang  obat  ini
adalah  kepala  gudang  yang  memiliki  kartu  barang  untuk  mengetahui  stok persediaan barang yang dimiliki.
Dalam  hal  dokumentasi  juga  tidak  kalah  penting.  Dokumentasi dilakukan  dengan  tujuan  menjamin  pelaksanaan  distribusi  berjalan  sesuai
dengan  panduan  mutu  dan  ketentuan  perundang –  undangan  yang  berlaku.
Dari  sistem  dokumentasi  perjalan  distribusi  dapat  ditelusuri.  Jika  terjadi penyelewengan sistem, dapat diketahui dari sini, Dokumen yang dibuat harus
disimpan dalam waktu sekurang –kurangnya 5 tahun dari tanggal pembuatan
dokumen.  Manfaat  nyata  yang  dapat  dirasakan  dari  sistem  dokumentasi  ini adalah  bila  nanti  BPOM  atau  industri  farmasi  menyatakan  untuk  menarik
suatu  produk  dari  pasaran,  lembaga  distribusi  dapat  terbantu  untuk menelusuri  jejak  transportasi  produk  yang  dimaksud  sehingga  tujuan  objek
penarikan  dapat  diketahui  hingga  tingkat  konsumen.  Setiap  PBF  harus melaporkan kegiatannya setiap 3 bulan sekali pada BPOM.
2.4  Sistem Informasi