Faktor Resiko Patofisiologi Manifestasi Klinis Diagnosis

Universitas Sumatera Utara d. Duktus Arteriosus Persisten Besar dengan Hipertensi Pulmonal Pasien yang menderita DAP besar apabila tidak diobati akan berkembang menjadi Hipertensi Pulmonal yang diakibatkan oleh penyakit vaskular paru,yakni komplikasi yang sangat ditakuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 tahun, namun lebih sering terjadi pada usia ke-2 atau ke-3. Pada tahap komplikasi tersebut operasi korektif tidak dapat dilakukan karena komplikasi tersebut berkembang secara progresif sehingga akhirnya menjadi irreversible.

2.5.5. Faktor Resiko

Menurut Clyman 2006 , Faktor resiko yang dapat terjadi pada duktus arteriosus persisten adalah : 1. Prematuritas 2. BBLR Berat Badan Lahir Rendah 3. Pada kehamilan trimester pertama,Ibu terkena infeksi Rubella 4. Tinggal pada dataran tinggi dan pada tekanan oksigen atmosfer yang rendah 5. Hipoksia

2.5.6. Patofisiologi

Seperti namanya, Duktus Arteriosus Persisten DAP disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir Soeroso and Sastrosoebroto, 1994. Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis Bernstein, 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gejala klinis yang muncul tergantung ukuran duktus. Duktus berukuran kecil tidak menyebabkan gejala dan biasanya diketahui jika terdapat suara murmur saat dilakukan pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan DAP berukuran besar, pasien akan mengalami gejala gagal jantung. Gangguan pertumbuhan fisik dapat menjadi gejala utama pada bayi yang menderita DAP besar Bernstein, 2007.

2.5.7. Manifestasi Klinis

Duktus Arteriosus Persisten memiliki gejala bervariasi yang bergantug dengan ukuran cacat dan usia kehamilan bayi saat lahir. Kim,2012. Menurut Wong 2010, Beberapa bayi yang mengalami PDA besar dapat menyebabkan volume overload pada jantung dan aliran darah berlebih di paru-paru atau akan menyebabkan gagal jantung segera setalah lahir sehingga akan muncul gejala, sebagai berikut : 1. Pertumbuhan terhambat 2. Berat badan tidak bertambah 3. Napas cepat, dan sesak napas. 4. Denyut jantung cepat 5. Warna kulit kebiruan saat menangis atau makan. Menurut Kim 2012, Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda, Sebagai berikut : 1. Takipnu 2. Takikardi 3. Sianosis

2.5.8. Diagnosis

Diagnosis Paten Duktus Arteriosus, sebagai berikut : Mayo clinic Staff,2011. 1. Anamnesis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambaran klinis pada DAP tergantung besarnya pintasan dari kiri ke kanan. Bila ukuran defeknya kecil, umumnya asimtomatik, dan bila ukuran defek besar biasanya terdapat gejala gagal jantung kiri berupa sesak napas, sulit minum, berat badan sulit naik, ISPA berulang, ateletaksis, dan tanda gagal jantung kongestif lanjut. 2. Pemeriksaan Fisik DAP kecil tidak terdapat gejala, biasanya laju nadi dan tekanan darah normal, pada auskultasi terdengar bising kontinyu di sela iga 2 -3 parasternal kiri yang menjalar ke bawah klavikula kiri. DAP sedang, gejala terlihat pada umur 2–5 bulan, yaitu : masalah minum; ISPA berulang; namun berat badan normal. DAP besar, gejalanya: takikardi dan dispnea sejak minggu pertama lahir. Sering dijumpai hiperaktifitas prekordium, thrill sistolik pada bagian kiri atas tepi sternum, dan tekanan nadi lebar dan kuat. 3. Pemeriksaan Penunjang EKG: Pada DAP kecil dan sedang, EKG dapat normal atau menunjukkan tanda hipertrofi ventrikel kiri left ventricle hypertrophy = LVH, sedangkan pada DAP besar dapat menunjukkan tanda LVH atau hipertrofi kedua ventrikel kiri dan kanan biventricular hypertrophy = BVH. Foto Rontgen Toraks : pada DAP kecil, foto Rontgen toraks masih normal, sedangkan pada DAP sedang sampai besar akan tampak kardiomegali, pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta asendens, serta gambaran peningkatan vaskular paru plethora. Ekokardiografi : dapat mengukur besar duktus, dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri. Makin besar pirau, makin besar dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.5.9. Diagnosis Banding Menurut Silalahi C,Wahab AS 2006, Terdapat beberapa diagnosis banding dari Duktus Arteriosus Persisten, yaitu : a. Ventricular Septal Defect VSD b. Atrial Septal Defect ASD c. Aorta Stenosis AS d. Coarctatio Aorta CoA e. Pulmonal Stenosis PS 2.5.10. Penatalaksanaan Menurut Soeroso1994, Penatalaksanaan Paten Duktus Arteriosus, sebagai berikut: a. Terapi Medikamentosa Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten dapat diterapi dengan pemberian Indometasin intravena atau per oral dengan dosis 0,2 mgkgBB dengan selang waktu 12 jam, diberikan 3 kali. Trapi ini hanya efektif pada bayi prematur dengan usia kurang dari 1 minggu, yang dapat menutup duktus pada lebih kurang 70 kasus,meski sebagian akan membuka kembali. b. Terapi Bedah Indikasi operasi duktus arteriosus dapat dilakukan, yakni: 1. Duktus Arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi respon pada pengobatan medikamentosa. 2. Duktus Arteriosus Persisten dengan endokarditis infektif yang kebal terhadap terapi medikamentosa. Resiko ligasi duktus arteriosus adalah kurang dari 0,5, resiko akan meningkat jika terdapat kelainan jantung bawaan yang menyertai atau jika tahanan vaskular paru meningkat. Pada umumnya bila tahanan vaskular paru 8 HRUm² operasi tidak dilakukan. Sastrosoebroto,1994. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.5.11. Komplikasi Ada beberapa komplikasi Duktus Arteriosus Persistent, yaitu : Dice, 2007 a. Gagal Jantung b. Disfungsi Ginjal c. Necrotizing Enterokolitis NEC d. Intraventricular Hemorrahare e. Altered Postnatal Nutrition and growth

2.6. Prematur