a. Performance
Semua perintah SQL, yang kita kirimkan ke database server melalui kumpulan action yang disebut dengan execution. Hal ini menjadikan perintah SQL yang kita
kirimkan Store Procedure disimpan dalam procedure cache ketika di panggil,
membuat subsequent lebih cepat dipanggil.
b. Security
Dengan menggunakan store procedure, kita bisa memberikan permission untuk user yang ditunjuk untuk dapat mengakses data, menekan immense coding yang
perlu kita lakukan pada Application Client. Ini adalah cara terbaik untuk
mengontrol akses ke data.
c. Modifications Maintenance
Jika kita menggunakan store procedure untuk mengakses database, setiap perubahan pada database dapat dipantau berdasarkan client application. Hal ini
dimungkinkan karena kita dapat tahu persis dimana data diakses, dan kita juga tahu dimana kita harus melakukan perubahan. Hal ini berarti kita tidak perlu
bingung dengan ribuan baris source code pada client application untuk menemukan baris mana yang perlu dirubah.
d. Minimal proses pada client
Dengan menggunakan store proocedure membantu kita untuk membuat batch perintah SQL, yang bisa digunakan untuk memanage transaction, constraints dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hal lainnya. Hanya sedikit daya yang ditulis pada client apllication, menjadikan aplikasi client menjadi lebih ringan. Aplikasi ini akan lebih terfokus pada
menampilkan data untuk keperluan user dan aplikasi client tidak tau banyak mengenai database.
e. Network traffic
Aplikasi pada client selalu me request mengirimkan data ke database server. Data ini dikirimkan sebagai packet dan dikirimkan ke jaringan Network ke server.
f. Fleksibilitas terhadap perubahan proses bisnis
Stored procedure tersimpan di server. Modifikasi mudah dilakukan dan dengan
cepat.
Sumber : Diakses online pada 24 Maret 2011 pukul 21.23 WIB dari
http:databases.about.comodsqlserverastoredprocedure.htm
2.6 DFD Data Flow Diagram
Data Flow Diagram DFD adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional
yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram,
model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya
bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.
DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi padaalur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun
rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.
Terdapat dua bentuk DFD, yaitu Diagram Alur Data Fisik, dan Diagram Alur data Logika. Diagram alur data fisik lebih menekankan pada bagaimana proses dari sistem
diterapkan, sedangkan diagram alur data logika lebih menekankan proses-proses apa yang terdapat di sistem.
a. Diagram Alur Data Fisik DADF