Fase Abad III dan IV Hijriyah Fase Abad V Hihriyah

B B Bu u u k k ku u u u u S S S ii s s s s wa w K K K Ke el a s s X X I 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 disebut dengan Suϔi. Soal hakikat Tasawuf, ia itu bukanlah ajaran Rasulullah dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib ra. Menurut Asy Syaikh hsan lahi Zhahir berkata: Tatkala kita telusuri ajaran Suϔi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al-Quran dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Su ϔi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Su ϔi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha”

D. Sejarah Perkembangan Tasawuf 1. Abad I dan II Hijriyah

Fase abad pertama dan kedua ijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase kezuhudan. Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperban- yak ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan jalan para zahid. Banyak ucapan dan tindakan Nabi s..a.w. yang mencerminkan kehidupan zuhud dan keseder- hanaan baik dari segi pakaian maupun makanan, meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi. Pada masa ini, terdapat fenomena kehidu- pan spiritual yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul s.a.w yang di sebut dengan ahl al- Shuffah. Kelompok ini dikemudian hari dijadikan sebagai tipe dan panutan para shu i. Dengan anggapan mereka adalah para sahabat Rasul s.a.w. dan kehidupan mereka adalah corak slam. Di antara mereka adalah Abu Dzar al-Ghifari, Salman al-Fartsi, Abu urairah, Muadz bn Jabal, Abd Allah bn Mas ud, Abd Allah ibn umar, Khudzaifah ibn al-Yaman, Anas ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Ammar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy, bn Ummu Maktum dan Khibab ibn al-Arut.

2. Fase Abad III dan IV Hijriyah

Abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. pada permulaan abad ke- tiga hijriyah mendapat sebutan shu i. al itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata-mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tu- han yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi teng- gelam dan mabuk kedalam yang dicintai fana ϔi al-mahbub . Kondisi ini tentu akan Di unduh dari : Bukupaket.com 1 1 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 A A A Ak k i id d d a h h h h A Ah h h h h k k k k l la a a ak k k k k Ku Ku Ku K K r r ri ii k k u u u k l llu u u um m m 2 20 1 13 3 3 mendorong ke persatuan dengan yang dicintai al-ittihad . Di sini telah terjadi perbe- daan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat. Pada fase ini muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi di- mana seorang shu i kehilangan kesadaran terhadap hal-hal isik al-hissiyat . ttihad adalah kondisi dimana seorang shu i merasa bersatu dengan Allah sehingga masing- masing bisa memanggil dengan kata aku ana . ulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih. Di antara tokoh pada fase ini adalah Abu yazid al-Busthami w. . dengan kon- sep ittihadnya, Abu al-Mughits al-usain Abu Manshur al-allaj – . yang lebih dikenal dengan al-allaj dengan ajaran hululnya.

3. Fase Abad V Hihriyah

Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-adis atau yang sering disebut dengan tasawuf sun- ny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mu- lai melenceng dari koridor syariah atau tradisi sunnah Nabi dan sahabatnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah Abu amid al-Ghazali w. atau yang lebih dikenal dengan al-Ghazali. Tokoh lainnya adalah Abu al-Qasim Abd al-Karim bin awazin Bin Abd al-Malik Bin Thalhah al-Qusyairi atau yang lebih dikenal dengan al-Qusyairi . , al-Qusyairi menulis al-Risalah al-Qusyairiyah terdiri dari dua jilid.

4. Fase Abad VI Hijriyah Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsa