1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana makna karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11
April 2011 1.3
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik
karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011dengan menggunakan pendekatan semiotika.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi
mengenai karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM”
edisi Senin, 11 April 2011
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat menjadi pertimbangan atau masukan pada bidang
karikatur, khususnya pada pihak karikaturis agar semakin kreatif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Media Elektronik
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun
media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam
masyarakat. Sugiharti, 2003: 3 Media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada
prinsip elektronik dan elektromagnetis. Media elektronik menyampaikan berita atau informasi dengan cara memperdengarkan suara dan memperlihatkan
gambar, serta dengan menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa, seperti pada televisi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.2 Rubrikasi
Dewasa ini kecenderungan media menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi. Artinya, pesan-pesan disuguhkan dengan
mengelompokkan berdasarkan kategorisasi tertentu, misalnya berdasrkan bidang ataupun lingkup geografisnya. Rubrikasi tetap misalnya,
menempatkan berita dan artikel berdasar tema politik, ekonomi, olahraga, kriminal dan hiburan. Pada umumnya, kategori ini dipakai oleh media
pers. Mungkin tema-tema itulah yang dianggap penting untuk masyarakat dan dapat menarik perhatian, tetapi ada juga yang mengkategorikan
berdasarkan wilayah. Media Pers yang tau tentang implikasi dari rubrikasi ini pasti
mempunyai solusi dengan cara mengefektifkan rapat redaksi. Di forum itulah sebuah nilai berita dicari, dibahas dan dianalisis sehingga setiap
wartawan dengan spesialisasi apa pun sangat mungkin menemukan berita yang menggemparkan dan menjadi berita utama di media tersebut
Panuju, 2005 : 98.
2.1.3 Tentang DPR RI
PRAKARSA
Sejak masa KNIP tahun 1945 sampai dengan DPR RI periode 2004 - 2009, DPR RI telah mengalami 16 periode.Tiap periode memiliki
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
latar belakang,sejarah politik, jumlah anggota,jumlah Fraksi dan kinerja yang berbeda.
Kilas balik perjalanan DPR RI mulai tahun 1945 saat pelantikan pertamakali Anggota KNIP inilah yang akan diusahakan dapat
divisualisasi dalam MUSEUM DPR-RI.Prakarsa pembuatan Museum DPR RI dimulai pada periode DPR 1987 - 1992 dengan Pimpinan DPR-RI
saat itu:M.Kharis Suhud sebagai Ketua, R.Soekardi Sebagai Wakil Ketua, Saiful Sulun sebagai Wakil Ketua,Dr.HJ.Naro,SH sebagai Wakil Ketua.
Realisasi pembuatan Museum DPR RI yaitu dengan membentuk Yayasan dengan nama Yayasan Museum DPR-RI dengan ketuanya Bapak Jailani
Jhony Naro,SH. Langkah awal yang dilakukan oleh Yayasan Museum adalah
membuat perencanaan pembangunan Gedung Museum DPR RI dan membentuk Tim Museum DPR RI yang bertugas mengadakan studi
banding ke Parlemen Luar Negeri dan mengumpulkan koleksi-koleksi baik berupa naskah,barang dan foto yang berkaitan dengan parlemen
jaman penjajahan sampai dengan proses pembentukan KNIP serta kegiatan-kegiatan DPR-RI mulai tahun 1945.
Koleksi yang terkumpul berupa barang,naskah dan foto kemudian ditempatkan di ruang serbaguna lt.2 gedung Nusantara IV posisi sekarang
di lt.2 gedung Nusantara dan ditandai dengan penandatanganan Prasasti Peresmian Museum DPR RI oleh Ketua DPR-RI,Bapak M.Charis Suhud.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGEMBANGAN
Pengembangan Museum DPR RI dilakukan pada periode DPR hasil Pemilu 1997 dengan Ketua DPR-RI yang saat itu dipegang oleh:
Bapak H.Harmoko Atas prakarsa nya, maka museum DPR RI dikembangkan dengan menambah koleksi baik barang,naskah maupun
foto serta diupayakan menempati ruang dan gedung yang representatif untuk Museum DPR RI.
Realisasi Pengembangan Museum DPR RI, yaitu membentuk Tim Pengembangan Museum DPR RI dengan ketuanya Bapak Drs. Edo
Wasdi, M.Si. Mengingat waktu yang tersedia sekitar 3 tiga bulan yaitu mulai
bulan Juli sampai dengan September 1999, maka Tim Pengembangan Museum DPR RI mengadakan rapat-rapat secara maraton baik di Gedung
DPR RI maupun di luar Gedung DPR RI yang melibatkan instansi Arsip Nasional, Direktorat Jenderal Permuseuman, Departemen Pendidikan
Nasional dan Perpustakaan Nasional. Tim Pengembangan Museum DPR RI selanjutnya menyusun
agenda kerja secara ketat yang meliputi, Perencanaan, pengorganiosasian, pembagian tugas serta evaluasi.
Karena tiap tahap agenda kerja dijadikan dasar untuk pelaksanaan kerja tahap berikutnya, maka Rapat Tim Pengembangan Museum DPR RI
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pada bulan Juli dan Agustus 1999 diadakan seminggu sekali, dengan tujuan untuk mengevaluasi tiap bidang kerja yang telah dilaksanakan.
HASIL KERJA
Membuat Draft Memorandum of Understanding antara Sekretariat Jenderal DPR RI dengan KITLV.Bekerja sama dengan Arsip Nasional
dalam pembuatan video klip tentang Perkembangan DPR RI dan proses reformasi di DPR RI.
Bekerja sama dengan Arsip Nasional dalam pengadaan koleksi Museum. Bekerja sama dengan Direktorat permuseuman Departemen
Pendidikan Nasional dalam pengaturan, perencanaan, dan tata tempat serta pengadaan koleksi Museum DPR RI yang berupa barang, naskah dan
foto. Menambah koleksi museum baik barang, naskah maupun foto serta melengkapi dengan media audio visual.
Menyiapkan ruangan yang representatif untuk Museum DPR RI
yaitu di Lantai 2 Gedung Nusantara. Pemindahan ruang penggunaan Museum DPR RI dari Lt. 2 Gedung Nusantara IV ke lantai 2 Gedung
Nusantara. Penandatanganan Prasasti penggunaan ruangGedung Museum
DPR RI oleh Ketua DPR RI, Bapak H. Harmoko pada tanggal 30 September 1999. Pengembangan dan penambahan jumlah koleksi Koleksi
Museum DPR RI terdiri dari 64 set naskah, 159 barang, dan 348 buah foto
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.4 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning,
Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27 telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher dalam Sobur 2004 : 248, merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat
dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultarealitas”, para
pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke
respon yang dikeluarkan dari Skinner. “tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47, “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang
langsunng telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang
ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang
didapat pendengar dari pesan-pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk
memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah 1 menjelaskan
makna secara alamiah, 2 mendeskripsikan secara alamiah, 3 menjelaskan makna dalam proses komunikasi Kempson dalam Sobur, 2004 : 258.
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna Johnson dalam Devito 1997 : 123-125 sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak
pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita
gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu
pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan
gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan
yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagian,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan
lawan bicara. 5.
Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu
kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang
yang sedang berkomunikasi. 6.
Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya
sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita,
karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai Sobur, 2003 : 285-289.
2.1.5 Pemaknaan Warna
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam, dan
putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana 2003 : 260-261, terdapat kira-kira 12 sinonim untuk
kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang
menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negative
dan warna putih berkonotasi positf sobur, 2001 : 25. Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya
warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata
merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur- unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam
hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari
situasi. Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam budaya barat.
Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi,
keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat Mulyana, 2003 : 376.
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya “periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah.
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini
memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.
2. Oranye.
Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan,
persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal
kecil, murah, ketertarikan dan independent. 3.
Kuning. Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi
tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan
warna yamg mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.
4. Merah Muda.
Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan
yang penting dalam kebudayaan di bumi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Hijau.
Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan,
keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda, stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan,
keamanan, rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan elastisitas
keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini adalah teguh dan kokoh,
mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian tetap. 6.
Biru. Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi,
kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut,
kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,
pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme, persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem, ketenangan,
menenangkan namunjuga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih
konsentrasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7. Abu-abu.
Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan,
kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.
8. Putih.
Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas,
kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan
fleksibel. 9.
Hitam. Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri,
ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang
dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan. 10.
UnguJingga. Ungujingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,
transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakan,
pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.
11. Cokelat
Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi
yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman
dan hangat.
2.1.6 Kartun dan Karikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags kartun kata, kartun komik dan kartun animasi adalah bagian
dari apa yang dinamakan kartun. Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena
itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru
tersenyum Sobur, 2006 : 140. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk
gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan
sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik Sobur, 2006 : 40.
Sedangkan kartun sendiri merupakan suatu keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang tepat. Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian,
tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik
yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum Sobur, 2003 : 140.
Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat ditangkap pikiran orang, tetapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara lengkap dan
tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat diterima oleh semua kalangan mulai dari rakyat yang buta huruf sampai intelektual yang sarat
dengan cara pandang kritis. Menurut ketua PAKARTI Persatuan Kartunis Indonesia Pramono, kartun yang baik antara lain memiliki misi pendidikan,
yaitu meningkatkan kemampuan berpikir dan pernungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu
saja terbit dari ide yang cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula Bintoro dalam Marliani, 2004 : 45.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.7 Karikatur dalam Media Massa
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio televisi dan
lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa.
Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika,
disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan- perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan
ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan
menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.
Sebuah gambar lelucon yang membawa pesan kritik soaial sebagaimana di setiap ruang opini surat kabar biasanya disebut karikatur. Sedangkan gambar
lelucon yang muncul di media massa, yang hanya berisikan humor semata tanpa membawa beban kritik sosial apapun biasanya disebut kartun Sobur, 2006 :
38. Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah di analisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech
komunikasi langsung dan symbolic speech komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argument, intrik dan lain-lain. Sedangkan
komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol-simbol lainnya Bintoro dalam
Marliani, 2004 : 49. Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat
dan juga suatu keahlian seorang karikaturis adalah bagaimana dia memilih topic-topik isu yang tepat dan masih hangat.
2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah
sistem sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain,
kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat Masoed, 1999 : 47.
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial, bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan yang lama
untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah
wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial Masoed, 1999 : 49. Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diri saja, melainkan justru melibatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu
kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya.
Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan pemerintahannya. Kontrol
sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila kontrol
sosial cenderung dipahami sebagai aktivitas pengendalian, kritik sosial cenderung dianggap sebagai aktivitas pembebasan dari segala bentuk kontrol
dan pengendalian. Kritik sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam kemajuan
jalannya pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin mengerti apa yang diinginkan masyarakat dan
juga merupakan apresiasi dari masyarakat terhadap pemerintahan, lewat karikatur media cetak yang di produksi para desaigner media dalam hal ini
majalah. Kritik sosial sering kali ditemui di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah dan tabloid. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan
secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan Wijana, 2004 : 4.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.9 Komunikasi Non Verbal
Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita
harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non
verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal Mulyana, 2001 : 312. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa
bagian, antara lain : 1.
Isyarat Tangan Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut
emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi
berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. 2.
Postur Tubuh Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang
mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk
tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.
3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh
budaya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.10 Pendekatan Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda
terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film,
bangunan arsitektur atau nyanyian burunng dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu
informasi atau pesan baik secara verbal maupun secara non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh
penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalm bidang
bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida dalam Kurniawan, 2008 :
34, mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa, “there is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks”
atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda,
tak akan bertahan hidup” Widagdo dalam Kruniawan, 2008. Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern
Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dapat dimanfaatkan dalam senirupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti garis, warna, bentuk, tekstur,
komposisi dan sebagainya. Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan seperti objek manusia, bintang, alam, imajinasi atau hal-hal yang
abstrak lainnya. Apapun alasan senirupawan, designer untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata. Karena itu secara umum bahasa
digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media antara perupa seniman dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan
designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis-simbolis-bercerita story telling. Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna
yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalanya. Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai
makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antar lain:
1. Sign atau tanda itu sendiri
Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna
yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal
ini tanda dipahami sebagai konstruksi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah menciptakannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Codesi atau kode
Sebuah sitem yng terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat
atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.
3. Budaya
Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang
budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.
Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainnya. Pada penelitian ini yang akan
digunakan adalah model semiotik milik Pierce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.
Tampilan iklan yang mucul di berbagai media tersebut terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk memberikan
pesan atau informasi bagi khalayak berupa karikatur. Berbagai macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah tampilan iklan melalui pendekatan
semiotika.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.11 Semiotika Charles S. Pierce
Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis Sobur, 2004 : 83. Bagi
Pierce tanda “ is something which stands to somebody for something in some respect or capacity “. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna
triangel meaning menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan
agar tanda dapat berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground,
object dan interpretant Sobur, 2004 : 41. Sementara itu interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu
yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu
berkomunikasi Barthes dalam Kurniawan, 2008 : 37. Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi
tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata
lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk
adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvesi. Tanda seperti itu adalah tanda
konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya
bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasakan konvensi atau perjanjian masyarakat Sobur, 2004 : 42. Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya
ditampilkan dalam gambar berikut ini : Fieske dalam Sobur, 2001 : 85 Sign
Interpretant Object
Gb. 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi
tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.
Icon
Indeks Simbol
Gb. 2.2
Model Kategori Tanda Oleh Pierce
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai sesuatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan adanya
pengalaman Field Of Experience dan pengetahuan Field Of Prefrence yang berbeda-beda pada individu tersebut. Begitu juga peneliti dalam hal memaknai
tanda dan lambang yang ada dalam objek, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.
Pada penelitian ini melakukan pemaknaan atau menginterpretasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Karikatur pada portal berita
tersebut akan dianalisa menggunakan metode semiotik Pierce. Sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai penggambaran
karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”. Hal ini dilakukan karena adanya karikatur pada situs berita matanews.com tersebut terangkum berbagai
makna dan tanda. Maka digunakan ikon, indeks dan simbol untuk mengklasifikasikan sebuah tanda secara spesifik.
Yang diutamakan disini adalah pemaknaan yang mendalam dari karikatur sehingga peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan karikatur
“PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada situs matanews.com dapat terungkap. Pierce menggunakan tanda istilah sign yang merupakan
representasi dari sesuatu di luar tanda, yaitu objek dan dipahami oleh peserta komunikasi interpretant. Dimana objek dari penelitian ini adalah karikatur
“PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Melalui teori semiotik ini dapat diperoleh hasil interpretasi dari ilustrasi karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om
Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.Dari hasil interpretasi tersebut akan dapat diungkap muatan pesan yang terkandung dalam
ilustrasi iklan tersebut dan lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut :
Karikatur “Proyek Geung
Baru Dpr Ri” pada rubrik
karikatur ‘Om Kedip” di situs
“matanews.com ” edisi Senin, 11
April 2011 Analisis Semiotika
Charles S. Pierce
Ikon : Telinga seorang laki-laki sebagai
Anggota Dewan, Om Kedip, gedung Dpr,
batang kayu, kacamata, jas hitam, megaphone.
Indeks : segala bentuk tulisan seperti “Proyek
Gedung Baru DPR RI” , dan tulisan “Batalkan”
balloon text, serat pada tengah kayu, retakan
pada kayu, efek suara pada megaphone.
Simbol : Latar belakang gambar
Berwarna Biru, Warna coklat pada batang
kayu. Warna Merah pada tulisan Batalkan
Hasil interpretasi
karikatur
Gambar II.3. Bagan kerangka berpikir
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian