PEMAKNAAN KARIKATUR “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” situs Matanews.com edisi 11 April 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011).

(1)

PEMAKNAAN KARIKATUR “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”

situs Matanews.com edisi 11 April 2011

(Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011)

Skripsi

oleh :

YANUAR WIDHIHANDOKO

NPM. 0643010160

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

JUDUL PENELITIAN :

PEMAKNAAN KARIKATUR “PROYEK

GEDUNG BARU DPR” situs Matanews.com

edisi 11 April 2011

(Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur

“PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011)

Nama Mahasiswa : Yanuar Widhihandoko

NPM : 0643010160

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Telah disidang skripsi pada tanggal 14 Juni 2011

PEMBIMBING

Juwito, S.Sos, M.Si N.P.T. 3.6704.95.0036.1

TIM PENGUJI

Juwito, S.Sos, M.Si N.P.T. 3.6704.95.0036.1

Dr. Catur Suratnoaji, M.Si N.P.T. 3.6804.94.0028.1

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si N.I.P. 196412251993092001

Mengetahui,

KETUA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Juwito, S.Sos, M.Si N.P.T. 3.6704.95.0036.1


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul Nabi Allah Muhammad SAW. Karena karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul

PEMAKNAAN KARIKATUR

“PROYEK GEDUNG BARU DPR” situs Matanews.com edisi 11

April 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “PROYEK

GEDUNG BARU DPR” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011). Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan proposal penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Papa dan Mama yang telah mendukung, membimbing dengan penuh kasih

sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil, serta atas do’a yang tak henti-hentinya beliau haturkan untuk penulis.

2. Dra. Hj. Suparwati, M. Si, Dekan FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi


(4)

4. Bapak Juwito, S.Sos, Msi yang juga selaku Dosen Pembimbing yang sabar menghadapi mahasiswa dan terima kasih banyak atas bimbingannya yang sudah membimbng peneliti Sampai Selesainya Penelitian Ini..

5. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan Skripsi ini, baik dari suport, bimbingan maupun do’anya : :

1. Teman satu perjuangan saat kuliah yang telah memberi semangat untuk

menyelesaikan proposal penelitian ini, Novandy, Nugroho, Pijar, Septhian, Reza, Indah Dwi, Fibri, Aditya, Firmansyah, Azis, Arindha, Dimas, Temen-temen “Under My Throat” yang juga menjalani skripsi ( Anggra, Aryo, Yoyon ), dulur-dulur X-PHOSE, arek-arek kontrakan KINETIK dan semua temen-temen yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

2. Terima kasih buat dukungan dan do’anya.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.

Surabaya, Mei 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ...viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Media Elektronik ... 16

2.1.2 Rubrikasi ... 17


(6)

- Prakarsa……….. 17

- Pengembangan………. 19

- Hasil Kerja……… .. 20

2.1.4 Konsep Makna ... 21

2.1.4 Karikatur dalam Media Massa ... 21

2.1.5 Pemaknaan Warna ... 23

2.1.6 Kartun Dan KArikatur... 28

2.1.7 Karikatur Dalam Media Massa... 30

2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial... 31

2.1.9 Komunikasi Non Verbal... 33

2.1.10 Pendekatan Semiotika ... 34

2.1.11 Semiotika Charles S.Pierce ... 37

2.2 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Kerangka Konseptual ... …..42

3.2.1 Korpus ... …..42

3.2.2 Unit Analisis ... ….. 43

3.3 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………50

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data...50

4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”... 50


(7)

vi

4.1.2 Matanews.com... 54

4.2 Penyajian Data... 55

4.3 Analisis pemaknaan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”... 58

4.3.1 Ikon... 58

4.3.2 Indeks... 60

4.3.3 Simbol... 62

4.4 Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” dalam Model Triangle of Meaning Pierce... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………66

5.1 kesimpulan... 66

5.2 Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce... 38 Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce... 38 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir……….. 40

Gambar 4.1 Gambar karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” dalam kategori tanda Pierce... 57


(9)

ABSTRAKSI

YANUAR WIDHIHANDOKO, PEMAKNAAN KARIKATUR “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” situs Matanews.com edisi 11 April 2011

(Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011.

Teori yang digunakan adalah semiotikCharles Sanders Pierce yang membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman)

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil yang didapat menandakan bahwa pesan yang disampaikan melalui penggambaran karikatur tersebut adalah sebuah aspirasi yang sudah tidak dapat didengar lagi akibat kepentingan-kepentingan untuk memperkaya diri seperti korupsi dari dalil pembangunan sebuah gedung baru yang seharusnya tidak perlu dilakukan karena gedung yang lama saja bahkan masih cukup untuk menampung semua anggota DPR dan masih layak untuk digunakan.


(10)

Kesimpulan penelitian ini, yang menjadi ikon dalam karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur matanews.com ini ditunjukkan dengam gambar Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan yang disumbat oleh sebatang kayu,Om Kedip ikon karikatur Matanews.com, gedung DPR, batang kayu, kacamata, jas hitam, megaphone. Yang menjadi indeks dalam penelitian ini adalah segala bentuk tulisan seperti “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”, dan tulisan “Batalkan”, balon teks, serat kayu, retakan kayu, efek suara pada megaphone. Sedangkan untuk symbol adalah : Latar belakang gambar Berwarna Biru, Warna coklat pada batang kayu, Warna Merah pada tulisan Batalkan!.

Kata kunci : Karikatur, Semiotik, Matanews.com, Om Kedip, Charles Sanders Pierce.


(11)

 

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media yang dimaksud ialah media yang digolongkan atas empat macam yakni media antar pribadi, media kelompok, media publik, dan meedia massa. Masyarakat haus akan informasi. Sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128).

Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera


(12)

manusia seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Media elektronik khususnya internet, memiliki kualitas yang tinggi dan baik, serta dapat disimpan di file penyimpanan didalam komputer. Sewaktu – waktu bisa dicari di folder penyimpanan. Sehingga, informasi yang terkandung didalamnya dapat dibaca berulang kali.

Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan banyak faktor – faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang menggunakan media untuk mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu luang. Media elektronik bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Internet atau dunia virtual atau biasa disebut dunia maya, mempunyai kualitas permanen sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lama.


(13)

Internet saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, perubahan – perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan oleh internet sangat bervariasi. Mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar), hiburan, gaya hidup, dan tips -tips kesehatan. Istilah INTERNET berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti “antara”. Secara kata per kata INTERNET berarti jaringan antara atau penghubung. Memang itulah fungsinya, INTERNET menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu sama lain sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berkomunikasi. Sistem apa yang digunakan pada masing-masing jaringan tidak menjadi masalah, apakah sistem DOS atau UNIX. Sementara jaringan lokal biasanya terdiri atas komputer sejenis (misalnya DOS atau UNIX), INTERNET mengatasi perbedaan berbagai sistem operasi dengan menggunakan “bahasa” yang sama oleh semua jaringan dalam pengiriman data. Pada dasarnya inilah yang menyebabkan besarnya dimensi INTERNET. Semakin banyak jumlah berita atau informasi yang dimuat di internet, maka secara otomatis akan membuat pembaca atau pengguna internet menjadi lebih selektif dalam memilih informasi dan hiburan yang disajikan, sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam buku Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media


(14)

verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “symbol” yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto, 2000:128).

Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita temui didalam berbagai media elektronik. Didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel-artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa symbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan-pandangan seorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi muatan makna yang


(15)

terkandung didalamnya akan dapat berkembang secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam pemaknaannya.

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999: 1).

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melauli seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara humoris. Dengan demikian memahami karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.


(16)

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal lain.

Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali. Dengan kata lain, bahasa simbolis. menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.


(17)

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik menulis, psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003: 140).

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung), artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

Sedangkan menurut (Pramoedjo dalam Marliani, 2004: 6) karikatur adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau sesuatu masalah. Meski didalamnya terdapat unsur humor, namun karikatur merupakan kartun satire yang terkadang malahan tidak menghibur, bahkan dapat membuat seseorang tidak tersenyum.

 

Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari


(18)

wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan masyarakat (www.desaingrafisindonesia.com).

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

Alasan peneliti dalam mengambil objek penelitian karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011, karena isu tentang pembangunan Gedung Baru DPR sudah terjadi sejak lama dan sudah banyak diprotes oleh berbagai pihak. Tetapi Pemerintah dan Wakil Rakyat seakan tuli untuk mendengar suara rakyat yang mereka wakili, dan tidak mementingkan kesejahteraan rakyat yang mereka janjikan. Hal inilah yang mendorong karikaturis untuk bergerak dalam memprotes rencana pembangunan Gedung


(19)

Baru DPR lewat karikatur yang kreatif dan unik. Dan setiap visual ataupun gambar yang muncul (lewat karikatur) memiliki pengertian yang berbeda-beda, sehingga akan memunculkan makna dibalik pemberitaan tersebut. Oleh karena itu para karikaturis dari berbagai media massa menyampaikan pesan atau memberikan sebuah informasi salah satunya melalui karikatur tersebut.

Menuai cibiran, rencana pembangunan gedung baru DPR diputuskan dikaji ulang. Namun Ketua Tim Leader Pembangunan Fisik Gedung DPR Budi Asdar Sukada menilai pembangunan gedung baru DPR bisa mengangkat gengsi Indonesia di mata dunia internasional. “Pembangunan gedung baru DPR dipastikan mengangkat gengsi Indonesia di mata dunia internasional. Pembangunan gedung berkonsep gerbang aspirasi itu bisa menjadi momentum kebanggaan buat Indonesia. Buat kami para arsitek, ini bisa mengangkat gengsi Indonesia,” kata Budi di Jakarta, Senin 6 September 2010. Menurut Budi, Malaysia selalu membanggakan Twin Tower sebagai gedung tertinggi di dunia. Arab Saudi sudah membangun gedung setinggi 100 lantai. Rencana Gedung baru DPR berbentuk huruf N adalah gedung tersulit karena berdiri di daerah rawan gempa. “Kita hanya membangun 36 lantai. Ini kebanggaan dan momentum buat kita. Jika berhasil dibangun, tentu sangat membanggakan buat negara,” ujarnya.

Terkait dengan penundaan rencana pembangunan gedung baru DPR, Budi mengatakan, bisa dipastikan menekan biaya konstruksi kira-kira Rp 500 miliar. Penghematan tersebut dikarenakan adanya kaji ulang pembangunan, terutama


(20)

luas ruangan anggota dewan yang direncanakan 120 meter per segi. “Ya, bisa kurang sekitar Rp 500 miliar. Yang bisa dikurangi material eksterior, tapi saya tidak bisa mengurangi struktur. Jadi lebih ke eleman sekunder,” jelas Budi.

Sementara Ketua Biro Pemeliharan Gedung dan Instalasi Kesekjenan DPR Mardian Umar merinci, anggaran konstruksi gedung Rp 1,162 triliun yang meliputi biaya kontruksi fisik Rp 1,125 triliun dan biaya konsultan Rp 19,126 miliar. Sedangkan Konsultan MK, PT Ciria Jasa dibayar Rp 16,867 miliar serta biaya pengelolaan kegiatan Rp1,125 miliar. Untuk konsultan perencana, DPR sudah menetapkan PT Yodia Karya. “Itu baru konstruksi fisik, di dalamnya ada penambahan biaya untuk menyempurnakan gedung ini seperti security system, mebel hingga IT. Kita pun akan berusaha mengkaji rencana pembangunan gedung secara transparan. Caranya dengan melakukan penghematan di berbagai segi,” kata Mardian. (ant/sss)

http://matanews.com/2010/09/07/gedung-baru-dpr-demi-gengsi/

Sudah diprotes keras oleh banyak kalangan, DPR tetap saja tak bergeming dan terus melanjutkan pembangunan gedung barunya. Padahal proyek tersebut sama sekali tak berpengaruh signifikan terhadap kinerja para wakil rakyat. “Saya melihat DPR periode ini nggak akan banyak berubah kinerjanya sekalipun gedung barunya sudah jadi. Malah itu akan mubazir karena mereka lebih sering bolos, rapat paripurna saja sudah kita lihat banyak kursi yang kosong. Jadi buat apa ada gedung baru,” ujar Koordinator Indonesia


(21)

Development Monitoring (IDM) Munathsir Mustaman kepadamatanews.com di Jakarta, Selasa 29 Maret 2011.

Munathsir melihat mental anggota DPR periode ini lebih banyak memikirkan diri sendiri dan kepentingan parpolnya daripada menyalurkan aspirasi rakyat yang diwakilinya. Bila DPR betul-betul peduli pada rakyat, maka persoalan gedung baru tak akan membuat mereka keras hati dan tetap melanjutkannya. Menurutnya, DPR lebih memperhatikan urusan gedung baru dan studi banding daripada menyelesaikan daftar panjang tugas legislasi mereka yang menumpuk dan membahas masalah yang menyangkut hajat hidup masyarakat. Daripada dipakai untuk membangun gedung baru, kata Munathsir, akan lebih baik bila uangnya digunakan untuk mendanai pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi golongan masyarakat yang kurang mampu. Bila terus ngotot membangun gedung baru, ia khawatir nantinya rakyat akan marah dan tak percaya lagi pada seluruh anggota dewan. “Rakyat akan marah karena selama ini kan kinerja DPR juga belum benar. Gedung baru nggak ada urgensinya kalau dibandingkan dengan kesulitan hidup rakyat yang sampai sekarang belum ada solusinya,” tutup Munathsir.

http://matanews.com/2011/03/29/gedung-baru-kinerja-lama/

Om Kedip merupakan opini redaksi media online “Matanews.com” yang dituangkan dalam bentuk gambar karikatur, dan di setiap edisi gambar karikatur tersebut selalu ada ikon “Om Kedip” yaitu seorang pria dengan rambut belah tengah, berbaju putih dan bercelana abu-abu yang selalu memberikan kata-kata


(22)

protes atau kritik yang menggambarkan berbagai permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaiatan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Dalam editorial Om kedip edisi 11 April 2011, ditampilkan diantaranya gambar seorang laki-laki dengan latar belakang warna biru. Gambar laki-laki tersebut hanya terlihat ¼ wajahnya dengan memakai kacamata dan jas “Laki-laki tersebut digambarkan sebagai Marzuki Alie selaku Ketua DPR RI “ dan ditelinganya terdapat kayu gelondong yang menyumbat telinganya dengan ada tulisan “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”. Dan di atas kayu tersebut terdapat sosok kecil ikon Om Kedip yang sedang membawa megaphone dengan menteriakan kata “BATALKAN” ke arah telinga Marzuki Alie. Dan di pojok kanan bawah terdapat gambar gedung DPR lama dengan bentuk dua punuk berwanah hijau.

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004: 83). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisaikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis


(23)

besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dengan ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah secara ikonis, indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya dimana hal tersebut terangkum dalam teori Charles Sanders Pierce. Tanda - tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. (Sobur, 2004: 86)

Peneliti memilih media online situs Matanews.com karena merupakan salah satu media online yang setiap hari selalu menyajikan berita-berita hangat terkini tentang politik dan sosial masyarakat. Pada situs Matanews.com terdapat rubrik opini yang menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik yang tersaji dalam bentuk karikatur Om Kedip yang unik dan kreatif, rubrik ini selalu update setiap hari dengan menampilkan gambar karikatur yang sesuai dengan isu hangat daan masalah politik terkini dengan berisikan kalimat-kalimat kritik yang mudah dipahami oleh masyarakat. Dan situs Matanews.com adalah sebuah media online yang mudah dan cepat di akses oleh siapapun, karena berita yang terdapat didalamnyaa disajikan secara umum kepada khalayak luas, sehingga situs tersebut sangat mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana makna karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011


(25)

15 

 

   

1.4.2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat menjadi pertimbangan atau masukan pada bidang karikatur, khususnya pada pihak karikaturis agar semakin kreatif.


(26)

16 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Elektronik

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2003: 3)

Media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan elektromagnetis. Media elektronik menyampaikan berita atau informasi dengan cara memperdengarkan suara dan memperlihatkan gambar, serta dengan menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa, seperti pada televisi.


(27)

2.1.2 Rubrikasi

Dewasa ini kecenderungan media menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi. Artinya, pesan-pesan disuguhkan dengan mengelompokkan berdasarkan kategorisasi tertentu, misalnya berdasrkan bidang ataupun lingkup geografisnya. Rubrikasi tetap misalnya, menempatkan berita dan artikel berdasar tema politik, ekonomi, olahraga, kriminal dan hiburan. Pada umumnya, kategori ini dipakai oleh media pers. Mungkin tema-tema itulah yang dianggap penting untuk masyarakat dan dapat menarik perhatian, tetapi ada juga yang mengkategorikan berdasarkan wilayah.

Media Pers yang tau tentang implikasi dari rubrikasi ini pasti mempunyai solusi dengan cara mengefektifkan rapat redaksi. Di forum itulah sebuah nilai berita dicari, dibahas dan dianalisis sehingga setiap wartawan dengan spesialisasi apa pun sangat mungkin menemukan berita yang menggemparkan dan menjadi berita utama di media tersebut (Panuju, 2005 : 98).

2.1.3 Tentang DPR RI PRAKARSA

Sejak masa KNIP (tahun 1945) sampai dengan DPR RI periode 2004 - 2009, DPR RI telah mengalami 16 periode.Tiap periode memiliki


(28)

latar belakang,sejarah politik, jumlah anggota,jumlah Fraksi dan kinerja yang berbeda.

Kilas balik perjalanan DPR RI mulai tahun 1945 (saat pelantikan pertamakali Anggota KNIP) inilah yang akan diusahakan dapat divisualisasi dalam "MUSEUM DPR-RI".Prakarsa pembuatan Museum DPR RI dimulai pada periode DPR 1987 - 1992 dengan Pimpinan DPR-RI saat itu:M.Kharis Suhud sebagai Ketua, R.Soekardi Sebagai Wakil Ketua, Saiful Sulun sebagai Wakil Ketua,Dr.HJ.Naro,SH sebagai Wakil Ketua. Realisasi pembuatan Museum DPR RI yaitu dengan membentuk Yayasan dengan nama "Yayasan Museum DPR-RI dengan ketuanya Bapak Jailani (Jhony) Naro,SH.

Langkah awal yang dilakukan oleh Yayasan Museum adalah membuat perencanaan pembangunan Gedung Museum DPR RI dan membentuk Tim Museum DPR RI yang bertugas mengadakan studi banding ke Parlemen Luar Negeri dan mengumpulkan koleksi-koleksi baik berupa naskah,barang dan foto yang berkaitan dengan parlemen jaman penjajahan sampai dengan proses pembentukan KNIP serta kegiatan-kegiatan DPR-RI mulai tahun 1945.

Koleksi yang terkumpul berupa barang,naskah dan foto kemudian ditempatkan di ruang serbaguna lt.2 gedung Nusantara IV (posisi sekarang di lt.2 gedung Nusantara) dan ditandai dengan penandatanganan Prasasti Peresmian Museum DPR RI oleh Ketua DPR-RI,Bapak M.Charis Suhud.


(29)

PENGEMBANGAN

Pengembangan Museum DPR RI dilakukan pada periode DPR hasil Pemilu 1997 dengan Ketua DPR-RI yang saat itu dipegang oleh: Bapak H.Harmoko Atas prakarsa nya, maka museum DPR RI dikembangkan dengan menambah koleksi baik barang,naskah maupun foto serta diupayakan menempati ruang dan gedung yang representatif untuk Museum DPR RI.

Realisasi Pengembangan Museum DPR RI, yaitu membentuk Tim Pengembangan Museum DPR RI dengan ketuanya Bapak Drs. Edo Wasdi, M.Si.

Mengingat waktu yang tersedia sekitar 3 ( tiga ) bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan September 1999, maka Tim Pengembangan Museum DPR RI mengadakan rapat-rapat secara maraton baik di Gedung DPR RI maupun di luar Gedung DPR RI yang melibatkan instansi Arsip Nasional, Direktorat Jenderal Permuseuman, Departemen Pendidikan Nasional dan Perpustakaan Nasional.

Tim Pengembangan Museum DPR RI selanjutnya menyusun agenda kerja secara ketat yang meliputi, Perencanaan, pengorganiosasian, ( pembagian tugas ) serta evaluasi.

Karena tiap tahap agenda kerja dijadikan dasar untuk pelaksanaan kerja tahap berikutnya, maka Rapat Tim Pengembangan Museum DPR RI


(30)

pada bulan Juli dan Agustus 1999 diadakan seminggu sekali, dengan tujuan untuk mengevaluasi tiap bidang kerja yang telah dilaksanakan.

HASIL KERJA

Membuat Draft Memorandum of Understanding antara Sekretariat Jenderal DPR RI dengan KITLV.Bekerja sama dengan Arsip Nasional dalam pembuatan video klip tentang Perkembangan DPR RI dan proses reformasi di DPR RI.

Bekerja sama dengan Arsip Nasional dalam pengadaan koleksi Museum. Bekerja sama dengan Direktorat permuseuman Departemen Pendidikan Nasional dalam pengaturan, perencanaan, dan tata tempat serta pengadaan koleksi Museum DPR RI yang berupa barang, naskah dan foto. Menambah koleksi museum baik barang, naskah maupun foto serta melengkapi dengan media audio visual.

Menyiapkan ruangan yang representatif untuk Museum DPR RI yaitu di Lantai 2 Gedung Nusantara. Pemindahan ruang penggunaan Museum DPR RI dari Lt. 2 Gedung Nusantara IV ke lantai 2 Gedung Nusantara.

Penandatanganan Prasasti penggunaan ruang/Gedung Museum DPR RI oleh Ketua DPR RI, Bapak H. Harmoko pada tanggal 30 September 1999. Pengembangan dan penambahan jumlah koleksi Koleksi Museum DPR RI terdiri dari 64 set naskah, 159 barang, dan 348 buah foto


(31)

2.1.4 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 : 248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsunng telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah”.

Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.


(32)

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004 : 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125) sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata

melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu

pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan

gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagian,


(33)

kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh

dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

2.1.5 Pemaknaan Warna

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat


(34)

dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 : 25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 : 376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya “periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan


(35)

karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye.

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan independent.

3. Kuning.

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Merah Muda.

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.


(36)

5. Hijau.

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda, stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan, rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian tetap.

6. Biru.

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme, persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan namunjuga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.


(37)

7. Abu-abu.

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.

8. Putih.

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

9. Hitam.

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10.Ungu/Jingga.

Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi


(38)

dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.

11. Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan hangat.

2.1.6 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2006 : 140).

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena


(39)

penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006 : 40).

Sedangkan kartun sendiri merupakan suatu keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, tekhnik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang tepat. Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003 : 140).

Kartun mempunyai keunggulan sekaligus kelemahan. Ia dapat ditangkap pikiran orang, tetapi tidak mampu menjelaskan persoalan secara lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun dapat diterima oleh semua kalangan mulai dari rakyat yang buta huruf sampai intelektual yang sarat dengan cara pandang kritis. Menurut ketua PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) Pramono, kartun yang baik antara lain memiliki misi pendidikan, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir dan pernungan bagi penikmatnya, meskipun mediumnya berupa humor. Oleh karena itu kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang cerdas dan dapat dinikmati secara cerdas pula (Bintoro dalam Marliani, 2004 : 45).


(40)

2.1.7 Karikatur dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.

Sebuah gambar lelucon yang membawa pesan kritik soaial sebagaimana di setiap ruang opini surat kabar biasanya disebut karikatur. Sedangkan gambar lelucon yang muncul di media massa, yang hanya berisikan humor semata tanpa membawa beban kritik sosial apapun biasanya disebut kartun (Sobur, 2006 : 38).

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah di analisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech (komunikasi langsung) dan symbolic speech (komunikasi tidak langsung). Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami


(41)

sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argument, intrik dan lain-lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen dan simbol-simbol lainnya (Bintoro dalam Marliani, 2004 : 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu keahlian seorang karikaturis adalah bagaimana dia memilih topic-topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Masoed, 1999 : 47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial, bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan yang lama untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial (Masoed, 1999 : 49). Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan


(42)

diri saja, melainkan justru melibatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya.

Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila kontrol sosial cenderung dipahami sebagai aktivitas pengendalian, kritik sosial cenderung dianggap sebagai aktivitas pembebasan dari segala bentuk kontrol dan pengendalian.

Kritik sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam kemajuan jalannya pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin mengerti apa yang diinginkan masyarakat dan juga merupakan apresiasi dari masyarakat terhadap pemerintahan, lewat karikatur media cetak yang di produksi para desaigner media dalam hal ini majalah. Kritik sosial sering kali ditemui di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah dan tabloid. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004 : 4).


(43)

2.1.9 Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal (Mulyana, 2001 : 312).

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama.

2. Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.

3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.


(44)

2.1.10 Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burunng dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun secara non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalm bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida (dalam Kurniawan, 2008 : 34), mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa, “there is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kruniawan, 2008). Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang


(45)

dapat dimanfaatkan dalam senirupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti garis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya. Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan seperti objek manusia, bintang, alam, imajinasi atau hal-hal yang abstrak lainnya. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media antara perupa (seniman) dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis-simbolis-bercerita (story

telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna

yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalanya. Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antar lain:

1. Sign atau tanda itu sendiri

Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai konstruksi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah menciptakannya.


(46)

2. Codesi atau kode

Sebuah sitem yng terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainnya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Pierce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

Tampilan iklan yang mucul di berbagai media tersebut terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa karikatur. Berbagai macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah tampilan iklan melalui pendekatan semiotika.


(47)

2.1.11 Semiotika Charles S. Pierce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004 : 83). Bagi Pierce tanda “ is something which stands to somebody for something in some

respect or capacity “. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna

(triangel meaning) menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen ) selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground,

object dan interpretant (Sobur, 2004 : 41).

Sementara itu interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008 : 37).

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.


(48)

Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvesi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasakan konvensi atau perjanjian masyarakat (Sobur, 2004 : 42). Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut ini : (Fieske dalam Sobur, 2001 : 85)

Sign

Interpretant Object

Gb. 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.

Icon

Indeks Simbol


(49)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai sesuatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan adanya pengalaman (Field Of Experience) dan pengetahuan (Field Of Prefrence) yang berbeda-beda pada individu tersebut. Begitu juga peneliti dalam hal memaknai tanda dan lambang yang ada dalam objek, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Pada penelitian ini melakukan pemaknaan atau menginterpretasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Karikatur pada portal berita tersebut akan dianalisa menggunakan metode semiotik Pierce. Sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai penggambaran karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”. Hal ini dilakukan karena adanya karikatur pada situs berita matanews.com tersebut terangkum berbagai makna dan tanda. Maka digunakan ikon, indeks dan simbol untuk mengklasifikasikan sebuah tanda secara spesifik.

Yang diutamakan disini adalah pemaknaan yang mendalam dari karikatur sehingga peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR” pada situs matanews.com dapat terungkap. Pierce menggunakan tanda istilah (sign) yang merupakan representasi dari sesuatu di luar tanda, yaitu objek dan dipahami oleh peserta komunikasi (interpretant). Dimana objek dari penelitian ini adalah karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.


(50)

Melalui teori semiotik ini dapat diperoleh hasil interpretasi dari ilustrasi karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.Dari hasil interpretasi tersebut akan dapat diungkap muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi iklan tersebut dan lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut :

                                             Karikatur “Proyek Geung Baru Dpr Ri” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “matanews.com ” edisi Senin, 11 April 2011 

Analisis Semiotika Charles S. Pierce

Ikon : Telinga seorang

laki-laki sebagai Anggota Dewan, Om Kedip, gedung Dpr, batang kayu, kacamata, jas hitam, megaphone.

Indeks : segala bentuk

tulisan seperti “Proyek Gedung Baru DPR RI” , dan tulisan “Batalkan” balloon text, serat pada tengah kayu, retakan pada kayu, efek suara pada megaphone.

Simbol : Latar

belakang gambar Berwarna Biru, Warna coklat pada batang kayu. Warna Merah pada tulisan Batalkan!

   

Hasil interpretasi

karikatur


(51)

41 

 

   


(52)

41 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitan ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moelong, 2002 : 33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif-interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

Oleh karena itu peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam penelitian ini, pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media atau isi pesannya dikemas secara aktual dan diorganisasikan secara bersama.


(53)

Ketiga adalah pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.

Dalam penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004 : 15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang gambar karikatur. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, dimana peneliti berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011..

3.2 Kerangka Konseptual

3.2.1 Korpus

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut korpus. Korpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsure-unsurnya akan memelihara sebuah sisitem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun taraf waktu (Kurniawan 2001 : 70).


(54)

Korpus merupakan sample terbatas pada penelitian kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, korpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Korpus bertujuan khusus digunakan untuk analisa semiotik dan analisa wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatife.

Sedangkan korpus pada penelitian kualitatif ini adalah gambar Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis data pada penelitian ini adalah tanda yang ada di dalam karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” yang berupa gambar, benda dan warna yang terdapat dalam karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” yang dimuat pada pada situs Matanews.com yang menggambarkan Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan yang disumbat oleh batang kayu dengan bertuliskan “Proyek Gedung Baru DPR RI”, serta seorang laki-laki kecil dengan membawa megaphone berada dia atas batang kayu dan berteriak batalkan! Sebagai tindakan protes. Dan gambar gedung DPR yang berada dibagian bawah gambar serta warna background biru yang sangat dominan. Dimana kemudian di interpretasikan dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol).


(55)

Ikon (icon)

Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. (Sobur, 2001 : 41). Dengan kata lain tanda memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Pada karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” ditunjukan :

1. Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan yang disumbat oleh sebatang kayu.

2. Seorang laki-laki kecil dengan membawa megaphone yaitu Om Kedip ikon rubrik karikatur dalam situs Matanes.com.

3. Gambar gedung DPR RI yang berbentuk dua kubah berwarna hijau.

4. Batang Kayu yang menyumbat Telinga Anggota Dewan.

5. Kacamata yang dipakai oleh Anggota Dewan.

6. Baju jas hitam yang dikenakan oleh Anggota Dewan

7. Megaphone yang dipakai Om Kedip untuk meneriakan kata Batalkan!

Indeks (index)

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004 : 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti. Pada karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” ditunjukan dengan :


(56)

1. Tulisan ‘PROYEK GEDUNG BARU DPR RI pada sebatang kayu yang menyumbat Telinga Anggota Dewan.

2. Tulisan Batalkan! Berwarna merah yang diteriakan oleh Om Kedip ke arah Telinga Anggota Dewan dengan menggunakan megaphone.

3. Baloon Text berbentuk gerigi tajam bertuliskan Batalkan!

4. Garis atau serat kayu.

5. Retakan pada bagian tengah kayu.

6. Efek suara pada megaphone.

Simbol (symbol)

Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004 : 42). Pada karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” ditunjukan dengan :

1. Latar belakang gambar Berwarna Biru

2. Warna coklat pada batang kayu.

3. Warna Merah pada tulisan Batalkan!

Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks dan simbol tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya. Sehingga penempatan tanda-tanda dalam karikatur “PROYEK


(57)

GEDUNG BARU DPR RI” di atas, yang mana sebagai ikon, mana sebagai indeks dan mana sebagai simbol tersebut hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak, karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang memaknai karikatur PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada situs Matanews.com sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti. Analisis data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign) dalam karikatur yang dijadikan korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Pierce terbagi kedalam tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainnya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Pierce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

Dengan studi semiotik penelitian dapat memakai gambar dan pesan yang terdapat dalam karikatur “PROYEEK GEDUNG BARU DPR” serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap karikatur ini. Karikatur


(58)

“PROYEEK GEDUNG BARU DPR” akan diinterpretasikan dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran karikatur, untuk mengetahui makna yang ada dalam karikatur tersebut.

Untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Pierce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur “Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.

Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam sebuah karikatur, peneliti mengamati signs atau system tanda yang tampak dalam sebuah karikatur, kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan metode semiotik Pierce, yang terdiri dari :

1. Obyek

Adalah gambar atau karikatur itu sendiri. Obyek dalam penelitian ini adalah karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur “Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.


(59)

2. Sign

Adalah segala sesuatu yang ada dalam gambar karikatur tersebut. Sign dalam penelitian ini adalah gambar Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan yang disumbat oleh sebatang kayu, serta seorang laki-laki kecil bernama Om Kedip dengan membawa megaphone.

3. Interpretant

Adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang

dirujuk sebuah tanda. Interpretant dalam penelitian ini adalah hasil interpretasi dari peneliti.

Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Ikon (Icon)

Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat di situs Matanews.com adalah Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan yang disumbat oleh sebatang kayu. Dan seorang laki-laki kecil dengan membawa megaphone yaitu Om Kedip ikon rubrik karikatur dalam situs Matanews.com. Gambar gedung DPR RI yang berbentuk dua kubah berwarna hijau, batang kayu yang


(60)

49 

 

 

menyumbat Telinga Anggota Dewan, kacamata, baju jas hitam, megaphone yang dipakai Om Kedip untuk meneriakan kata Batalkan! 2. Indeks (Index)

Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur situs Matanews.com adalah sebuah kata dan tulisan yang ada dalam gambar karikatur tersebut seperti tulisan “Proyek Gedung Baru DPR RI” pada batang kayu dan kata “Batalkan!” yang diserukan oleh Om Kedip sebagai protes. Baloon Text berbentuk gerigi tajam bertuliskan Batalkan! Garis atau serat kayu. Retakan pada bagian tengah kayu, Efek suara pada megaphone.

3. Simbol (Symbol)

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di situs Matanews.ccom ini adalah Latar belakang gambar Berwarna Biru, Warna coklat pada batang kayu. Warna Merah pada tulisan Batalkan!


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI”

Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” yang menjadi objek penelitian ini dimuat pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011. Gambar yang mengangkat tentang proyek pembangunan gedung baru Dpr yang menghabiskan dana trilyunan rupiah ini. Dimana dalam gambar ini menggambarkan Telinga seorang laki-laki sebagai Anggota Dewan dengan disumbat oleh sebatang kayu ini adalah dengan menggunakan tanda berupa karikatur, berikut dengan gambar ekspresi wajah, isyarat tangan dan atribut-atribut lain sebagai pendukung kejelasan karikatur tersebut.

Karikatur yang diberi judul “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” tersebut adalah sebagai suatu reaksi atau refleksi terhadap fenomena yang sedang berkembang dan menonjol ditengah masyarakat dalam waktu dekat ini yaitu Proyek Pembangunan Gedung Baru Dpr Ri yang penuh dengan polemik serta mendapat protes dari banyak pihak, karena proyek tersebut menghabiskan dana jutaan rupiah. Hal ini digambarkan dari bentuk image dan citra dari gambar

karikatur tersebut. Rencana pembangunan gedung baru DPR masih menuai

polemik. Diduga, dalam proses pembangunan yang akan menghabiskan dana sekitar Rp 1 triliun. Pembangunan gedung baru DPR sepertinya cuma akal-akalan


(62)

dan suka-suka hati Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR. Buktinya mereka memutuskan pembangunan gedung mewah senilai Rp1 triliun itu tanpa kontrol dan persetujuan fraksi di DPR. Itulah sebabnya belakangan fraksi-fraksi, kecuali Fraksi Demokrat dan Golkar, tegas menolak pembangunan gedung baru DPR itu. Akan tetapi, BURT tiada mengindahkan mereka. Anggota BURT Pius Lustrilanang, misalnya, tetap ‘ngotot’ mendukung pembangunan gedung DPR itu meski partainya, Partai Gerindra, tegas menolaknya.Contoh lain, sekalipun Ketua DPR yang juga Ketua BURT Marzuki Alie pernah mengatakan jika satu fraksi saja tidak setuju DPR akan menunda atau membatalkan pembangunan gedung baru DPR itu, sekarang ini dia termasuk yang sangat gigih membela

pembangunan gedung baru DPR. Marzuki malah menuduh fraksi yang menolak

gedung baru DPR sebetulnya cuma ingin menaikkan citra partai.

Ketika Fraksi PAN menyatakan pembangunan gedung DPR harus melalui persetujuan rakyat, Marzuki malah mempertanyakan bagaimana cara mendapatkan persetujuan rakyat tersebut. Padahal, terang-benderang banyak kalangan melalui media massa tegas menolak pembangunan gedung baru DPR. Jajak pendapat Charta Politika menunjukkan lebih dari 80% responden menolak pembangunan gedung DPR. Bagaimana mungkin rakyat setuju dengan pembangunan gedung DPR di tengah amburadulnya kinerja DPR? DPR baru menghasilkan 17 RUU dari target 70 RUU pada 2010. DPR pernah memberikan cek kosong Rp1,1 triliun pada APBN-P 2010, tanpa jelas peruntukannya. DPR pun gemar menggemukkan anggaran sendiri, antara lain melalui dana aspirasi.


(63)

DPR juga beberapa kali mementahkan sendiri fungsi pengawasan mereka, seperti dalam kasus Bank Century dan mafia pajak.

Anggota DPR yang dilaporkan membekingi penyelundupan BlackBerry dan anggota DPR yang kerap membolos, tetapi gemar bekerja sampingan memperparah citra dan kinerja DPR. Bagaimana mungkin rakyat setuju dengan pembangunan gedung DPR di tengah kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memprihatinkan? Sebagai perbandingan, dana Rp1 triliun lebih untuk membangun gedung DPR itu bisa digunakan untuk membangun 23.200 ruang kelas baru untuk sekolah atau 11.600 unit rumah sederhana buat rakyat. Pembangunan gedung baru DPR hanya akan memperparah luka sosial. Oleh karena itu, kegigihan Marzuki Alie, Pius Lustrilanang, serta BURT umumnya layak dipertanyakan. Terlebih lagi karena ada yang mencium proses perancangan gedung yang telah menghabiskan Rp18 miliar itu dilakukan tanpa tender. Itulah sebabnya Partai Gerindra dan sejumlah LSM meminta BPK dan KPK turun tangan. Apakah kegigihan Marzuki, Pius, dan BURT karena DPR sudah telanjur menggelontorkan duit Rp18 miliar itu, biarlah BPK dan KPK yang menjawabnya (Sumber : matanews.com)

Dari sikap beberapa Anggota Dewan tentang rencana pembangunan gedung baru Dpr Ri, menunjukan bahwa Anggota Dewan tersebut seorang politisi yang tidak bisa menanggapi kritik dengan positif sehingga semua kritikan dan protes dari berbagai pihak baik dari luar maupun dalam dianggap sebagai pukulan terhadap dirinya karena mengkesampingkan kepentingan rakyat. Dan Anggota-anggota Dewan tersebut selalu bungkam dan tertutup jika ada pihak-pihak yang


(64)

mempolitisi atau mempermasalhkan soal pembangunan gedung Dpr yang menhabiskan dana hingga 1triliyun rupiah tersebut, dalam kaitannya dengan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” dapat ditunjukan dengan tanda-tanda non verbal dan teks yang terdapat pada karikatur tersebut, sehingga akan memunculkan citra atau image tersendiri tentang sikap Anggota Dewan yang ngotot untuk melanjutkan pembangunan tersebut.

Karikatur dalam rubrik Karikatur Om Kedip ini merupakan salah satu bentuk pesan dalam bentuk non verbal yang memang diciptakan dengan kesengajaan agar pembaca dapat dengan aktif memahami pesan yang terkandung didalamnya.

Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” diciptakan sebagai sebuah wahana untuk memberikan informasi kepada masyarakat seputar kabar tentang pembangunan gedung DPR yang menghabiskan dana hingga 1 triliun rupiah tersebut sudah tidak dapat diganggu gugat pelaksanaannya meskipun mendapat protes dan penolakan dari berbagai pihak.


(65)

4.1.2 Matanews.com

Matanews.com adalah situs internet dengan coverage berita (mencakup berita politik, ekonomi, hukum, opini, dan lainnya). Selain itu matanews.com juga menyediakan fasilitas forum diskusi dan komentar berita bagi para pengunjung matanews.com.

Matanews.com mungkin mendapatkan penghasilan dari iklan dan dari menjual item-item yang berhubungan situs berita matanews.com. Selain itu matanews.com juga mungkin menawarkan servis premium kepada para pengunjung/member situs matanews.com.

Data dan informasi disediakan hanya sebagai informasi belaka, dan tidak diharapkan untuk tujuan perdagangan saham dan/atau transaksi lainnya. Walau berbagai upaya telah dilakukan untuk menampilkan data dan informasi seakurat mungkin, matanews.com maupun semua mitra yang menyediakan data dan informasi, tidak bertanggung jawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data dan atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan yang berkaitan dengan penggunaan informasi yang disajikan. (matanews.com)


(66)

4.2 Penyajian data

Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada situs matanews.com mengenai pemaknaan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” maka akan disajikan data-data yang didapat dari gambar dan warna yang dimuat pada rubrik karikatur Om Kedip Matanews.com yaitu gambar karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI””. Data-data yang dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda-tanda yang spesifik akan dipilah-pilah yang disesuaikan dengan materi yang tersedia. Tanda tersebut berupa, tanda (gambar, warna, prilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian. Pengkategorian tanda pada karikatur ini berdasarkan landasan teori Semiotika Charles Sanders Pierce dimana untuk mengetahui makna yang terkandung dalam “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “MATANEWS.COM” edisi Senin, 11 April 2011.

Pierce membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Untuk mengungkap makna serta pesan yang disampaikan dalam penggambaran karikatur tersebut, sistem tanda dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda pierce.

Dalam pendekatan Semiotik Pierce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda (sign), Objek (object), Interpretan (Interpretant).

Sebagai interpretan, peneliti menganalisa gambar karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur matanews.com yang dijadikan korpus (sample terbatas) dengan menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model Semiotik Pierce yang membagi tanda atas tiga kategori,


(1)

malah akan memeperkaya diri dari maraknya korupsi dikalangan pelaku politik. Dan pembangunan tersebut akan tetap terlaksana sehingga membuat Anggota Dewan menutup telinga dari protes ataupun kritikan yang diterima dari berbagai kalangan seperti protes yang diberikan Om Kedip kepada Telinga Anggota Dewan untuk membatalkan proyek pembangunan tersebut, dan proyek tersebut sudah benar-benar menutup keputusan para Anggota Dewan yang memprakarsai pembangunan gedung baru tersebut untuk tetap melaksanakan pembangunan.

Sehingga menandakan bahwa pesan yang ingin disampaikan melalui penggambaran itu adalah sebuah aspirasi yang sudah tidak dapat didengar lagi akibat kepentingan-kepentingan untuk memperkaya diri seperti korupsi dari dalil pembangunan sebuah gedung baru yang seharusnya tidak perlu dilakukan, karena gedung yang lama saja bahkan masih cukup untuk menampung semua anggota DPR dan masih layak untuk digunakan. Dari adanya ini diharapkan pemerintah dapat terbuka an lebih mementingkan kepentingan rakyat terlebih dahulu.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil interpretasi dan penjelasan peneliti dalam pemaknaan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “Matanews.com” edisi Senin, 11 April 2011, maka terlihat system tanda yang terdiri dari ikon, indeks dan simbol yang merupakan korpus dalam penelitian ini.

Jadi pada karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” ini menunjukan bahwa seorang tokoh politik sebagai Anggota Dewan yang memprakarsai pembangunan gedung baru DPR sudah menutup aspirasi, kritikan ataupun protes dari berbagai pihak terutama rakyat atas pembangunan gedung baru DPR yang seharusnya tidak perlu dibangun. Ini ditunjukan dengan adanya tanda-tanda non verbal berupa adanya ekspresi wajah dan juga gambar batang kayu yang menutup telinga Anggota Dewan yang menunjukan pembangunan tersebut sudah menutup aspirasi, kritik ataupun protes yang diberikan kepada para Anggota Dewan. Dan juga gambar megaphone yang dipakai Om Kedip untuk berteriak keras ke arah telinga Anggota Dewan yang disumpal kayu dengan kata Batalkan! serta ekspresi wajah Om Kedip yang terlihat berteriak marah dan gambar gedung DPR menunjukan sebuah ikon gedung parlemen tempat para wakil rakyat yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia.


(3)

murni hanya sebatas subjektifitas dan pemahaman peneliti, perbedaan sudut pandang dan pendapat adalah sah menurut Metode Deskriptif Kualitatif. Seperti metode yang peneliti gunakan dalam penelitian Pemaknaan Karikatur ““PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “Matanews.com” edisi Senin, 11 April 2011.

5.2 Saran

Konsep pemaknaan karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik karikatur ‘Om Kedip” di situs “Matanews.com” edisi Senin, 11 April 2011 ini cukup menarik, namun dalam bab ini peneliti akan memberikan saran bagi penelitian yang akan datang agar pembuatan ilustrasi karikatur pada rubrik karikatur hendaknya memiliki makna yang jelas, tidak ambigu kata atau bermakna ganda. Meskipun judul harus dibuat dengan kata yang singkat, jelas dan memwakili pesan yang disampaikan. Agar orang merasa tidak bingung atau bahkan kecewa karena setiap orang memiliki Field of Experience dan Frame of Refrence yang berbeda-beda.

Sehingga dengan maksud dan tujuan tersebut diharapkan suatu permasalahan yang diangkat melalui karikatur harus dapat mampu memahami khalayak mengenai isu-isu yang masih hangat. Dengan menggunakan tanda-tanda non verbal, penampilan gambar dan warna sehingga makna dan pesan dari karikatur dapat mengenai sesuai dengan konsep yang ditampilkan. Penelitian ini


(4)

(5)

Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada

Waluyanto, Heri, Dwi, 2000, Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual Dalam Penyampaian Kritik Sosial, Surabaya : Nirm

Journal Vol.2 No.2 UKP, hal. 128-134

Kusmiati.R, Artini, 1999, Desain Komunikasi Visual, Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya

Indarto, Kuss, 1999, Sketsa Di Tanah Mer(d)eka, Yogyakarta : PT. Tiara

Wacana Yogya

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk

Analisis Wacana, Semiotik Dan Framing, Bandung : PT. Rosdakarya

__________, 2003, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya __________, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya __________, 2006, Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Perebinossoff Philippe, 2005. Programming For TV, Radio And The Internet: Strategy, Development And Evaluation. Amsterdam : Elsevier

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthez, Yogyakarta:

Yayasan Indonesia

Devito, Joseph A, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Penterjemah

Agus Maulana, Jakarta : Proffesional Books.


(6)

Mulyana, Deddy, 2001, Pengantar Ilmu komunikasi, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Panuju, Redi, 2005, Nalar Jurnalistik (Dasar-Dasarnya Jurnalistik), Malang :

Bayu Media Publishing

Moleong, Lexi, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Non Buku

Marliani, 2004, Pemaknaan Karikatur OOM PASIKOM di harian Kompas edisi 19

April 2008, Surabaya : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Internet :

(www.dpr-ri.org) (www.matanews.com)


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Selasa, 04 Oktober 2011).

0 0 125

PEMAKNAAN KARIKATUR OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM ( Studi Semiotika pemaknaan karikatur om kedip di situs matanews.com edisi Kamis, 12 Januari 2012 ).

0 0 97

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Kamis, 20 Oktober 2011).

2 2 89

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotik Pemaknaan karikatur Pada Rubrik Om Kedip Di Situs Matanews.com Edisi Jumat, 28 September 2011).

0 2 91

PEMAKNAAN KARIKATUR “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” situs Matanews.com edisi 11 April 2011 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “PROYEK GEDUNG BARU DPR RI” pada rubrik Om Kedip situs Matanews.com edisi 11 April 2011)

0 0 25

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotik Pemaknaan karikatur Pada Rubrik Om Kedip Di Situs Matanews.com Edisi Jumat, 28 September 2011)

0 0 22

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Kamis, 20 Oktober 2011)

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM ( Studi Semiotika pemaknaan karikatur om kedip di situs matanews.com edisi Kamis, 12 Januari 2012 )

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Selasa, 04 Oktober 2011)

0 0 18