Pola Temperamen Bayi Usia 4 - 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

(1)

POLA TEMPERAMEN BAYI USIA 4 - 8 BULAN SEBELUM

DAN SELAMAMENJALANI RAWAT INAP DI RUANG

RAWAT INAP ANAK RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN

SKRIPSI Oleh:

Yulia Permata Sari 111121117

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “ Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2012".

Skripsi ini dapat selesai atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama dalam proses penyelesaian Skripsi ini:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis dan juga memberi motivasi terbaik, semangat, dan dukungan kepada penulis untuk berpikir kritis, serta memberi pengetahuan yang berharga selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji I danNur Afi Darti, S.Kep, Ns.,M.Kep selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis


(4)

5. Yesi Ariani, S.Kep,Ns., M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Dr. Fauziah Syahnan, Sp. THT RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

7. Orangtua saya tercinta, Alm. A. Tarigan dan K. br. Sinulingga terima kasih atas segala doa, dukungan dan dorongan Ayahanda dan Ibunda baik moril maupun materil. Terima kasih atas pengorbanan dan kasih sayang yang selalu kalian berikan.

8. Teman-teman satu angkatan saya, kelas ekstensi tahun 2011, baik kelas pagi dan khususnya ekstensi sore terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Semoga Tuhan memberkati dan kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Februari 2013

Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Lembar Persetujuan

Prakata i

Daftar Isi iii

Daftar Tabel v

Abstrak vi

Bab 1. Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 7

A.Konsep Bayi 7

1. Definisi Bayi 7

2. Tumbuh Kembang Bayi 7

2.1. Perkembangan Kognitif 7 2.2. Perkembangan Fisik 8 2.3. Perkembangan Motorik 9 2.4. Perkembangan Bahasa 10 2.5. Perkembangan Sosial 11

B.Konsep Temperamen 11

1. Definisi Temperamen 11

2. Pola Temperamen 12

3. Pengkajian Temperamen 13 4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Temperamen 18

C.Konsep Rawat Inap 19

1. Definisi Rawat Inap 19

2. Reaksi Bayi Terhadap Rawat Inap 19 3. Dampak Rawat Inap Pada Bayi 20 4. Memaksimalkan Manfaat Rawat Inap 21

5. Pencegahan Dampak Rawat Inap 22

Bab 3. Kerangka Penelitian 23

A. Kerangka Konseptual 23

B. Definisi Operasional 24

C. Hipotesa Penelitian 24

Bab 4. Metodologi Penelitian 25

A. Desain penelitian 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian 25 C. Lokasi dan Waktu Penelitian 26


(6)

D. Pertimbangan Etik 26

E. Instrumen Penelitian 27

F. Uji Validitas dan Reabilitas 28

G. Pengumpulan Data 29

H. Analisa Data 30

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 32

A. Hasil Penelitian 32

B. Pembahasan 35

BAB 6. Kesimpulan Dan Saran……… 40

A. Kesimpulan……… 40 B. Saran……….. 40

Daftar Pustaka 41

Lampiran – lampiran 43

Lampiran 1.Inform Concent

Lampiran 2.Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 3.Taksasi Dana

Lampiran 4. Instrumen Penelitian Lampiran 5. Lembar Surat Penelitian Lampiran 6. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 7. Lembar Daftar Riwayat Hidup Lampiran 8. Data Output SPSS


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden 34 Tabel 2. Pola Temperamen Sebelum Menjalani Rawat Inap 35 Tabel 3. Pola Temperamen Selama Menjalani Rawat Inap 35 Tabel 4 Pola Temperamen Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap 36


(8)

Judul : Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr Pirngadi Medan

Peneliti : Yulia Permata Sari Nim : 111121117

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Perkembangan bayimerupakan masa kritis dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna baik dari segi lingkungan maupun interaksi dengan orang lain. Lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan bayi, salah satunya saat sakit dan harus menjalani rawat inap.Bayi yang dirawat inap mempunyai kesukaran lebih besar dalam mengidentifikasitehnik koping yang mereka gunakan selama di rawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena bayi memiliki pola temperamen yang berbeda – beda yakni mudah, sedang dan sulit. Tujuan penelitian ini untuk membandingkanpola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap. Desain penelitian yang digunakan adalah komparatif. Jumlah sampel 30 responden bayi usia 4 – 8 bulan dan sedang menjalani rawat inap. Pengambilan sampel penelitian menggunakan

accidental sampling.Analisa data dengan menggunakan uji pair t-test.Berdasarkan

penelitian diperoleh bahwa responden berada pada usia 8 bulan sebanyak 11 orang (36,7%) dan didominasi oleh responden laki - laki16 orang (53,3%). Diagnosa medis responden terbanyak adalah GE + Dehidrasi ringan sedang sebanyak 16 orang (53,3%). Pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap adalah temperamen mudah dengan nilai rata – rata 58,53 dan temperamen sedang, dengan nilai rata – rata 34,83. Berdasarkan dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap ( nilai p = 0,000 ).Berdasarkan hasilpenelitian, disarankan kepada perawat agar dalam merawat bayi dapat mengidentifikasi stressor sehingga perubahan temperamen bayi bisa diminimalkan.

Kata kunci :Pola Temperamen,Bayi usia 4 – 8 bulan


(9)

Judul : Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr Pirngadi Medan

Peneliti : Yulia Permata Sari Nim : 111121117

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Perkembangan bayimerupakan masa kritis dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna baik dari segi lingkungan maupun interaksi dengan orang lain. Lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan bayi, salah satunya saat sakit dan harus menjalani rawat inap.Bayi yang dirawat inap mempunyai kesukaran lebih besar dalam mengidentifikasitehnik koping yang mereka gunakan selama di rawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena bayi memiliki pola temperamen yang berbeda – beda yakni mudah, sedang dan sulit. Tujuan penelitian ini untuk membandingkanpola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap. Desain penelitian yang digunakan adalah komparatif. Jumlah sampel 30 responden bayi usia 4 – 8 bulan dan sedang menjalani rawat inap. Pengambilan sampel penelitian menggunakan

accidental sampling.Analisa data dengan menggunakan uji pair t-test.Berdasarkan

penelitian diperoleh bahwa responden berada pada usia 8 bulan sebanyak 11 orang (36,7%) dan didominasi oleh responden laki - laki16 orang (53,3%). Diagnosa medis responden terbanyak adalah GE + Dehidrasi ringan sedang sebanyak 16 orang (53,3%). Pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap adalah temperamen mudah dengan nilai rata – rata 58,53 dan temperamen sedang, dengan nilai rata – rata 34,83. Berdasarkan dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap ( nilai p = 0,000 ).Berdasarkan hasilpenelitian, disarankan kepada perawat agar dalam merawat bayi dapat mengidentifikasi stressor sehingga perubahan temperamen bayi bisa diminimalkan.

Kata kunci :Pola Temperamen,Bayi usia 4 – 8 bulan


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatannya pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat kesehatan anak tidak dapat dicapai dengan upaya yang dilakukan sesaat, melainkan merupakan hasil dari upaya yang berkesinambungan selama kehidupan anak.Dengan demikian upaya pembangunan kesehatan anak tidak dapat dipenggal-penggal untuk kurun umur tertentu, meskipun masing-masing kurun umur memiliki karakteristik masalah kesehatan yang berbeda.Oleh karena itu kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat, guna mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan anak.

Perkembangan bayi terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi tetap berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian.Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara bayi dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan bayi, salah satunya saat bayi sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit ( Nursalam, 2005 )

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda – beda. Dimana temperamen merupakan gaya berperilaku atau bagaimana perilaku yang mempengaruhi tipe interaksi yang terjadi antara bayi dan orang tua serta anggota keluarga lainnya ( Wong, 2008 ). Temperamen juga dapat diartikan sebagai


(11)

karakter yang dimiliki bayi. Temperamen yang dimiliki bayi telah dibawa sejak bayi terlahir dan hal ini dipengaruhi oleh faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Menurut Gotfried ( 1998 ) ditemukan bahwa bayi yang lahir dari orang tua yang tak mampu menyesuaikan diri , ternyata juga tak mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan hidupnya. Bayi yang memiliki orang tua yang mudah (easy adulthood) cenderung mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, dimana lingkungan sangat mempengaruhi kondisi temperamen individu, misalnya perlakuan / pemeliharaan bayi dari orangtua serta lingkungan baru yang membuat bayi perlu beradaptasi ( Nursalam, 2005 )

Pada saat bayi dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus dihadapi antara lainbayi mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri saat dirawat di rumah sakit (Supartini, 2004). Ini menimbulkan suatu krisis yang terjadi akibat perubahan lingkungan, bayi mengalami keterbatasan untuk mengatasi kecemasan. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu usia perkembangan bayi, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support system

serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan (Wong, 2003).

Stresor utama dari hospitalisasi yang sering dialami bayi adalah antara lain cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali dan cemas terhadap cedera tubuh dan nyeri yang dialami. Reaksi perilaku yang dialami bayi antara lain, protes yaitu menangis dan berteriak, putus asa seperti menarik diri, menolak makan dan


(12)

minum, serta reaksi pelepasan, dimana bayi mulai berinteraksi dengan orang lain dan hal ini jarang terlihat pada bayi yang dihospitalisasi.( Wong, 2003 )

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Munasih (2007), yang

bertujuan untuk mengetahui kecemasan bayi dalam pemberian terapi vena ( infus ) dengan menggunakan desain deskriptif dan jumlah sampel sebanyak 30

orang, ternyata hampir 100% pasien bayi menunjukkan respon kecemasan seperti menangis, menolak berinteraksi dengan orang lain, berusaha melepaskan infus dengan menunjukkan reaksi gelisah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ardiningsih(2006), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan bayi selama menjalani hospitalisasi, diperoleh hasil bahwasanya sebanyak 80% bayi menunjukkan reaksi menangis serta menjerit dikarenakan prosedur tindakan dan proses penyakit. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang dirawat di RuangAnggrek RSUD Cilacap yaitu sebanyak 201 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 30 responden yang diambil secara Quota dan dengan menggunakan desaincross sectional.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 ibu responden pada tanggal 26 April 2012 di Ruang rawat III Anak RSUD dr.Pirngadi Medan mengatakan bahwa selama bayi mereka dirawat inap, bayi tampak gelisah dan rewel. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang asing bagi bayi, tindakan pengobatan yang diberikan dan proses penyakit dan nyeri yang di alami bayi. Sementara apabila di rumah, ibu mengatakan bahwa bayinya mempunyai perilaku yang baik seperti jarang menangis, meskipun menangis pasti bayi lapar dan


(13)

mengompol, mau bersosialisasi dengan orang lain ketika orang tersebut menggendong bayi tersebut.

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampakpada bayi.Bayi yang dirawat inap mempunyai kesukaran lebih besar dalam mengidentifikasitehnik koping yang mereka gunakan selama di rawat di rumah sakit. Jika seorang bayi dirawat di rumah sakit, maka bayi tersebut akanmudah mengalami krisis karena bayi mengalami stres akibat perubahan, baikterhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari - hari,dan bayi mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untukmengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.Perawat bisamembantu keluarga untuk mengenal temperamen bayi dalam mempertahankan koping bayi ( Wong, 2003 )

Berdasarkan uraian di atas dan beberapa penelitian terhadap reaksi bayi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola temperamen bayi sebelum dan selamamenjalani rawat inap di ruang III Anak RSU dr Pirngadi Medan


(14)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang III Anak RSUD dr. Pirngadi Medan

b.Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum menjalani rawat inap di Ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan

c.Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan selama menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan

d.Membandingkan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang III anak RSUD dr Pirngadi Medan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan orang tua untuk mengenal perubahan temperamen anak sebelum dan selama menjalani rawat inap guna memenuhi rasa nyaman bayi.

2. Praktik Keperawatan

Sebagai bahan masukan yang bermakna kepada perawat praktisi sehingga dapat meminimalkan perubahan pola temperamen bayi yang dirawat di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan


(15)

3. Pendididikan Keperawatan

Sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peserta didik keperawatan tentang pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selamamenjalani rawat inap

4. Penelitian Keperawatan

Sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya atau penelitian yang sejenis.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Bayi

1. Definisi Bayi

Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).

2. Tumbuh Kembang Bayi 2.1Perkembangan Kognitif

Fase Sensorimotor ( Piaget )

Selama fase sensorimotor bayi, terdapat tiga peristiwa yang terjadi selama fase ini yang melibatkan antara lain; (1) perpisahan yaitu bayi belajar memisahkan dirinya sendiri dari benda lain di dalam lingkungan, (2) penerimaan konsep keberadaan objek atau penyadaran bahwa benda yang tidak lagi ada dalam area penglihatan sesungguhnya masih ada. Misalnya ketika bayi mampu mendapatkan benda yang diperhatikannya telah disembunyikan di bawah bantal atau di belakang kursi. (3) kemampuan untuk menggunakan simbol dan representasi mental. Dalam hal ini fase sensorimotor terdiri atas 4 tahap yaitu:

Tahap pertama, dari lahir sampai 1 bulan diidentifikasi dengan

penggunaan refleks bayi. Pada saat lahir, individualitas dan temperamen bayi diekspresikan dengan refleks fisiologis menghisap, rooting, menggenggam dan menangis.Tahap Kedua, reaksi sirkulasi primer. Menandai permulaan penggantian perilaku refleksif dengan tindakan volunteer.Selama periode 1 – 4


(17)

bulan, aktifitas seperti menghisap dan menggenggam menjadi tindakan yang sadar yang menimbulkan respon tertentu.Permulaan akomodasi tampak jelas.Bayi menerima dan mengadaptasi reaksi mereka terhadap lingkungan dan mengenai stimulus yang menghasilkan respon. Sebelumnya bayi akan menangis sampai puting dimasukkan ke dalam mulut, sekarang mereka menghubungkan puting dengan suara orang tua.

Tahap Ketiga, reaksi sirkular sekunder adalah lanjutan dari reaksi

sirkulasi primer dan berlangsung sampai usia bulan. Dari menggenggam dan memegang sekarang menjadi mengguncang dan menarik.Mengguncang digunakan untuk mendengar suara, tidak hanya sekedar kepuasan saja. Terjadi 3 proses perilaku pada bayi yaitu Imitasi, bermain dan afek yaitu manifestasi emosi atau perasann yang dikeluarkan. Selama 6 bulan bayi percaya bahwa benda hanya ada selama mereka dapat melihatnya secara visual. Keberadaan objek adalah komponen kritis dari kekuatan hubungan orang tua dan anak, terlihat dalam pembentukan ansietas terhadap orang asing pada usia 6 – 8 bulan. Tahap Keempat, koordinasi skema kedua dan penerapannya ke situasi baru. Bayi menggunakan pencapaian perilaku sebelumnya terutama sebagai dasar untuk menambah keterampilan intelektual dan keterampilan motorik sehingga memungkinkan eksplorasi lingkungan yang lebih besar.

2.2 Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik pada bayi dikategorikan dalam beberapa usia antara lain yaitu dimana Usia 4 bulan, bayi mulai mengences, refleks Moro, leher tonik dan rooting sudah hilang. Usia 5 bulan, adanya tanda pertumbuhan


(18)

gigi, begitu juga dengan berat badan menjadi dua kali lipat dari berat badan lahir. Usia 6 bulan, kecepatan pertumbuhan mulai menurun, terjadi pertambahan berat badan 90 – 150 mg perminggu selama enam bulan kemudian, pertambahan tinggi badan 1,25 cm per bulan selama enam bulan kemudian, mulai tumbuh gigi dengan munculnya dua gigi seri di sentral bawah serta bayi mulai dapat mengunyah dan menggigit. Di Usia 7 bulan,

mulai tumbuh gigi seri di sentral atas serta memperlihatkan pola teratur dalam pola eliminasi urine dan feces di Usia 8 bulan ( Wong, 2008 )

2.3 Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik bayi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Dimana motorik kasar terdiri dari, kepala tidak terjuntai ketika ditarik keposisi duduk dan dapat menyeimbangkan kepala dengan baik, punggung kurang membulat, lengkung hanya di daerah lumbal, mampu duduk tegak bila ditegakkan, mampu menaikan kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat, melakukan posisi simetris yang dominan seperti berguling dari posisi telentang ke miring. Begitu juga ketika duduk bayi mampu mempertahankan kepala tetap tegak dan kuat, duduk dengan lebih lama ketika punggung disangga dengan baik.Ketika posisi prone, bayi mengambil posisi simetris dengan lengan ekstensi, berguling dari posisi telungkup ke telentang, dapat mengangkat dada dan abdomen atas dari permukaan serta menahan berat badan pada satu tangan.Selain itu ketika

supine, bayi memasukkan kakinya ke mulut dan bayi mengangkat kepala dari


(19)

ketika dipegang dalam posisi berdiri bayi menahan hampir semua berat badannya dan tidak lagi memperhatikan tangannya.Duduk condong kedepan pada kedua tangan, ketika dipegang pada posisi berdiri, bayi berusaha melonjak dengan aktif. Di usia 8 bulan bayi duduk mantap tanpa ditopang dan menahan berat badan pada kedus tungkai serta menyesuaikan postur tubuh untuk mencapai seluruh benda.

Motorik halus bayi meliputi menginspeksi dan memainkan tangan, menarik pakaian dan selimut ke wajah untuk bermain, mencoba meraih benda dengan tangan namun terlalu jauh, bermain dengan kerincingan dan jari kaki, dapat membawa benda kemulut.Bayi mampu menggenggam benda dengan telapak tangan secara sadar, memegangi satu kubus sambil memperhatikan kubus lainnya.Meraih kembali benda yang terjatuh, menggenggam kaki dan menariknya ke mulut, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, memegang dua kubus lebih lama dan membantingnya ke atas meja. Di usia 8 bulan bayi sudah melakukan genggaman dengan cubitan menggunakan jari telunjuk, jari ke empat dan kelima, mempertahankan dua kubus dengan memperhatikan kubus ketiga, membawa benda dengan menarik pada tali dan berusaha untuk tetap meraih mainan yang diluar jangkauan ( Wong, 2008 ) 2.4 Perkembangan Bahasa

Komunikasi verbal bermakna bayi pertama kali adalah menangis, untuk mengekspresikan ketidaksenangannya, mengeluarkan suara yang parau, kecil dan nyaman selama pemberian makan, berteriak kuat untuk


(20)

jarang menangis selama periode terjaga, berteriak mengeluarkan suara mendekut dan bercampur huruf konsonan dan tertawa keras, mulai menirukan suara, menggumam menyerupai ucapan satu suku kata, vokalisasi kepada maianan dan bayangan di cermin, menikmati mendengarkan suaranya sendiri. Selanjutnya menghasilkan suara vocal dan merangkai suku kata, berbicara ketika orang lain berbicara, mendengarkan secara selektif kata – kata yang dikenal, mengucapkan tanda penekanan dan emosi serta menggabungkan suku kata sepertidada, namun tidak ada maksud di dalamnya.

2.5 Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial bayi pada awalnya dipengaruhi oleh refleksinya, seperti menggenggam dan pada akhirnya bergantung terutama pada interaksi antara mereka dengan pemberian asuhan utama.Kelekatan kepada orang tua.Kelekatan orang tua dan anak yang dimulai sebelum kelahiran, sangat penting disaat kelahiran.Menangis dan perilaku refleksi adalah metode untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam periode neonatal dan senyum social merupakan langkah awal dalam komunikasi social. Bermain juga menjadi agen sosialisasi utama dan memberikan stimulus yang diperlukan untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungan( Wong, 2008 )

B. Konsep Temperamen

1. Definisi Temperamen

Temperamen adalah gaya berperilaku atau bagaimana perilaku yang mempengaruhi tipe interaksi yang terjadi antara bayi dan orang tua serta anggota keluarga lainnya ( Wong, 2008 )


(21)

2. Pola Temperamen Bayi

2.1Tipe Mudah ( The Easy Infant )

Bayi mudah ( the easy infant ) merupakan bayi yang ditandai dengan karakteristik atau sifat – sifat yang mudah untuk diajak bekerja sama dengan lingkungan sosial dan cenderung tidak rewel. Bayi memiliki perilaku yang positif terhadap orang lain ( selain orang tua / anggota keluarga ). Ia mudah untuk melakukan aktifitas yang rutin ( makan, minum, tidur ) dan hal yang tidak rutin seperti berhubungan dengan orang asing. Pada umumnya sikap penerimaan lingkungan sosial cenderung kurang perhatian, kurang penerimaan maupun kurang dukungan terhadap anak yang sulit ( difficult infant ). Sebanyak 40% bayi tergolong mudah ( easy infant )

2.2Tipe Sulit ( The Difficult Infant )

Bayi yang sulit ( difficult infant ) merupakan bayi yang cenderung memiliki karakteristik atau sifat – sifat negatif, sehingga mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosialnya . Umumnya bayi tidak mampu/ sulit menjalin hubungan dengan orang baru (di luar anggota keluarga). Selain itu, bayi pun juga mengalami kesulitan untuk melakukan aktifitas rutin (makan, minum dan tidur ), sehingga hal ini membuat marah, jengkel atau kesal orang tuanya. Bayi yang memiliki temperamen sulit cenderung mengekspresikan sisa kondisi emosi yang buruk ( bad mood), sering menangis dan melarikan diri (menghindar ) dari pengalaman – pengalaman baru. Sebanyak 10% bayi tergolong sulit ( difficult infant )


(22)

2.3Tipe Sedang / Lambat ( Slow to Warm up )

Bayi sedang ( slow to warm up infant ) merupakan bayi yang cenderung tak stabil kondisi emosinya dalam merespon stimulus dari lingkungan hidupnya, sehingga kadang – kadang bayi merasa mudah, tetapi kadang merasa sulit menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan sosial. Bayi mungkin menarik diri dari situasi sosial yang dianggap asing.Jadi bayi agak lamban dalam merespon terhadap suatu stimulus. Dalam penelitian jangka panjang selama 30 tahun yang dilakukan oleh New York Longitudinal Study ( NYLS ) ditemukan bahwa sebanyak 15% bayi tergolong tipe yang sedang ( slow to warm up

infant ) ( Mulyadi, 2008 )

3. Pengkajian Dalam Temperamen 3.1Tingkat Aktifitas

Tingkat aktifitas merupakan taraf perilaku yang berhubungan erat dengan kualitas aktifitas seorang bayi.Taraf ini dijadikan suatu tolak ukur mengenai temperamen seorang bayi.Skor dalam hal gerakan selama tidur, makan, bermain, berpakaian, memegang, menggapai, merangkak, berjalan dan siklus tidur bangun. Tingkat aktifitas dibagi 2 yaitu Aktifitas tinggi, merujuk pada aktifitas motorik tinggi, seperti lebih menyukai merangkak atau tidak mampu duduk diam.Aktifitas rendah,merujuk pada aktifitas motorik rendah, seperti lebih menyukai permainan yang tenang, dan mampu untuk tetap duduk untuk periode lama. Misalnya bayi yang mudah akan menunjukkan aktifitasnya seperti berteriak kuat untuk memperlihatkan kesenangan ketika bermain kerincingan.


(23)

3.2Keteraturan ( Rhytmicity / Regularity )

Keteraturan ( Rhytmicity) ialah suatu fungsi aktifitas yang didasarkan pada pola keteraturan, rutinitas ( makan, tidur ) dan memberi manfaat bagi diri sendiri yang dapat diperkirakan atau tidak dapat diperkirakan. Skor dalam hal siklus tidur bangun, lapar, makan, pola dan jadwal eliminasi. Ritmisitas terbagi menjadi 2 yaitu Ritmisitas Tinggi,merujuk pada bayi dengan kebiasaan tubuh teratur danRitmisitas Rendah,merujuk pada bayi dengan kebiasaan tubuh yang tidak teratur.Bayi tipe sulit akan rewel pada saat bangun dan akan tidur. Sementara bayi tipe mudah akan menunjukkan reaksi menangis ketika merasa tidak nyaman dengan popok yang basah.

3.3Mendekat atau Menarik diri ( Menjauh )

Mendekat ( approach) merupakan suatu respon awal dari bayi terhadap suatu stimulus tertentu. Skor dalam hal respon terhadap makanan baru, individu atau pengalaman.Mendekat,merujuk pada respon positif yang utama seperti, tersenyum, berkata – kata dan mendekati stimulus.Menarik

diri,merujuk pada respon negatif yang utama seperti rewel, menangis, dan

menjauh atau menolak stimulus.Setiap bayi dihadapkan pada suatu stimulasi dari lingkungan sosial. Bayi yang mudah ( easy infant ) ditandai dengan ketepatan merespon terhadap stimulus sosial. Sebaliknya bayi yang sulit

( difficult infant ) cenderung tidak tepat responnya terhadap stimulus tersebut.

Misalnya bayi memalingkan wajah dan melekat pada ibu ketika orang yang tidak dikenalnya ingin menggendong bayi.


(24)

3.4Adaptibilitas ( Kemampuan untuk menyesesuaikan diri )

Adaptabilitas merupakan suatu kemampuan bagi seorang bayi untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru maupun tidak. Skor dalam hal kemudahan menyesuaikan diri pada situasi baru atau perubahan situasi ( serupa dengan mendekat-menarik diri ) tetapi lebih ditekankan pada lebih dari sifat respon awal. Kemampuan Adaptasi

tinggi,menunjukkan kemampuan untuk tetap dalam ketenangan. Kemampuan

Adaptasi rendah,menunjukkan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan

mudah. Bayi yang sulit ditandai dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosial.

3.5Ambang / Batas respon yang wajar

Merupakan berapa banyak rangsangan diperlukan sebelum bayi bereaksi pada situasi yang ada.Skor dalam hal tingkat rangsangan sensori yang diperlukan sebelum bayi berespon.Ambang rendahmenunjukkan intensitas tinggi untuk rangsangan ringan seperti bangun karena suara yang halus.Ambang tinggimenunjukkan intensitas tinggi sampai sedang pada rangsangan kuat , seperti kurangnya ketidaknyamanan dengan popok basah. Bayi yang mudah akan dapat memberi respon yang wajar, proporsional dan sesuai dengan situasinya; sebaliknya bayi yang mudah akan memberi respon positif terhadap orang lain ketika dirinya berada dalam situai yang asing, misalnya bersikap ramah, tersenyum atau tertawa bila diajak bercanda. Sebaliknya bayi yang sulit, akan memberi respon misalnya menangis,


(25)

berteriak – teriak atau menghindar dari orang lain bila diajak berbicara atau bercanda.

3.6Intensitas Reaksi ( Reaction Intensity )

Intensitas reaksi ialah suatu kemampuan seorang bayi untuk memberikan reaksi terhadap tindakan orang lain. Intensitas tinggi,

menunjukkan pada reaksi perilaku seperti menangis keras atau tertawa sebagai respon terhadap stimulus, seperti menerima mainan baru. Intensitas

rendah,menunjukkan pada reaksi perilaku seperti merengek atau menjatuhkan

diri untuk bereaksi terhadap stimulus. Bayi yang mudah ( easy infant ) akan mampu memberi reaksi yang tepat terhadap tindakan atau perilaku orang lain. Sebaliknya bayi yang sulit cenderung tak mampu memberi reaksi yang tepat terhadap tindakan orang lain. Seorang bayi yang mudah, akan menerima makanan atau minuman sambil tersenyum atau tertawa bila diberi makanan oleh orang lain. Sebaliknya bayi yang sulit, mungkin akan bereaksi menolak, melempar atau membuang makanan / minuman bila diberi makanan / minuman yang diberi oleh orang lain.

3.7Kualitas Mood ( Alam perasaan / Suasana hati )

Kualitas suasana hati ialah suatu kondisi suasana hati yang terekspresi dalam diri setiap bayi ketika menghadapi suatu stimulus eksternal. Kualitas suasana hati pada seorang bayi akan terlihat nyata dengan penampilan reaksi emosi seperti rasa senang , gembira, cemas, khawatir, takut, marah, jengkel, sedih dan sebagainya. Alam perasaan positif,merujuk pada anak yang secara umum senang dan kooperatif. Alam perasaan negatif,merujuk pada bayi yang


(26)

secara umum rewel dan mengeluh. Misalnya, bayi tipe mudah menerima waktu mandinya kapan saja tanpa menolak, sementara bayi tipe sulit akan rewel ketika dilakukan pemakaian baju

3.8Distraksibilitas

Distraksibitas ialah keefektifan rangsangan luar dan mengalihkan perilaku atau perhatian bayi.Distraktibitas rendah, merujuk pada bayi yang tidak mudah dialihkan perhatiannya. Distraktibitas tinggi, merujuk pada bayi yang mudah dialihkan perhatian. Ada bayi yang memberi respon yang sulit terhadap sesuatu hal yang mudah, atau sebaliknya ada sesuatu hal mudah tetapi direspon dengan sulit. Misalnya, seorang bayi yang sulit bila ditanya tentang namanya, ia tidak menjawab, berdiam diri atau mungkin takut dan menghindar padahal ia mengetahui namanya sendiri. Bayi yang mudah, akan segera menjawab namanya bila ditanya namanya oleh orang lain meskipun masih dibantu oleh orang tuanya. Hal ini menunjukkan keberanian dan sikap percaya diri untuk menghadapi orang lain.

3.9Kuat Lemahnya Perhatian

Yang dimaksud dengan taraf perhatian ialah sejauhmana individu mampu untuk melakukan konsentrasi terhadap suatu aktifitas.Perhatian lama

– sangat,merujuk pada bayi yang dapat memperhatikan untuk periode waktu

yang lama dan terus bekerja pada proyek orangtua. Mengatakan padanya untuk berhenti atau seseorang memperhatikan aktifitasnya.Perhatian Lama –

kurang menetap,merujuk anak yang memiliki kesulitan memperhatikan dan


(27)

cukup lama terhadap sesuatu hal yang baru karena ada dorongan ingin tahu. Sebaliknya untuk bayi yang sulit, tidak akan bertahan lama dalam memperhatikan sesuatu karena tidak menarik perhatian bagi dirinya ( Wong, 2008 )

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Temperamen 4.1Faktor Herediter

Faktor herediter ialah kondisi temperamen telah dibawa sejak kelahiran bayi yang bersangkutan dan ini bersifat stabil, permanen atau menetap. Menurut penelitian Gotfried ( 1998 )ditemukan bahwa bayi yang lahir dari orang tua yang tak mampu menyesuaikan diri , ternyata juga tak mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan hidupnya. Bayi yang memiliki orang tua yang mudah ( easy adulthood ) cenderung mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Gunnar menyebutkan 5 alasan bahwa faktor biologis-genetis berpengaruh besar terhadap pembentukan dan perkembangan temperamen yaitu (1) temperamen dipengaruhi oleh sistem syaraf pusat, (2) aktifitas – aktifitas perilaku, emosi diatur oleh sistem syaraf, (3) proses emosi maupun temperamen terjadi pada setiap mahkluk hidup seperti manusia dan mamalia, (4) gugahan dan pengaturan diri berhubungan erat dengan sistem kerja fisiologis ( organ – organ tubuh manusia )

4.2Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ialah sejauhmana lingkungan sangat mempengaruhi kondisi temperamen individu, misalnya: perlakuan / pemeliharaan bayi dari orangtua


(28)

serta lingkungan baru yang membuat bayi perlu beradaptasi. Banyak bayi yang ketika lahir mengekspresikan perilaku menangis dan emosi yang negatif ( menangis ) selama 3 bulan pertama, karena hubungan orang tua tak harmonis. Tetapi hal ini akan berubah, setelah hubungan orangtua harmonis ( Nursalam, 2005 )

C. Konsep Rawat Inap

1. Definisi Rawat Inap

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakitdan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untukberadaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehinggakondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupunorang tua dan keluarga (Wong, 2000)

2. Reaksi Bayi Terhadap Rawat Inap

Stressor utama dari rawat inap adalah antara lain cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali dan cemas terhadap cedera tubuh dan nyeri yang dialami. Reaksi terhadap krisis – krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit dan perpisahan (Wong, 2008). Dampak dari perpisahan dengan orang tua yang dialami bayi dapat menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan


(29)

perilaku yang ditunjukkan adalah menangis keras, marah dan banyak melakukan gerakan.

Kehilangan kendali.Disaat kehilangan kendali yang paling penting adalah

terbentuknya kepercayaan ( trust ). Rasa percaya dibangun melalui pemberian kasih sayang yang terus menerus dari orang yang mengasuhnya.Bayi berusaha mengendalikan lingkungan dengan ungkapan emosional, seperti menangis atau tersenyum.Di Rumah sakit, tanda – tanda semacam itu sering terlewatkan atau disalah artikan dan rutinitas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan staf rumah sakit bukan kebutuhan bayi tersebut.Asuhan yang tidak konsisten dan penyimpangan dari rutinitas harian bayi tersebut dapat menyebabkan rasa tidak percaya dan menurunkan rasa kendali.

Cedera tubuh dan Nyeri.Pada bayi cedera tubuh dan nyeri terbatas hanya

dapat dilihat dari reaksinya dalam menanggapi nyeri. Respon bayi terhadap nyeri tampak dari gerakan – gerakan tubuhnya yaitu menggeliat dan menyentak. Sebagian bayi dapat menangis dengan keras dan menunjukkan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan ( Wong, 2008 )

3. Dampak Rawat Inap Pada Bayi

Rawat inap pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan.Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak


(30)

bersifat langsung terhadap anak, secara fisiologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. (Wong, 2003 )

4. Memaksimalkan Manfaat Rawat Inap

Walaupun hospitalisasi sangat membuat stres bagi anak dan keluarga, tetapi hal tersebut juga membantu untuk memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan anggota keluarganya antara lain; (1) Membantu perkembangan

hubungan orang tua-anak.Rawat inap memberikan kesempatan kepada orang

tua untuk belajar mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayi.Jika orang tua mengetahui reaksi bayi terhadap stres, seperti regresi dan agresif, maka mereka cepat memberikan dukungan. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan tim kesehatan. (2) Memberikan kesempatan untuk pendidikan. Rawat inap memberikan kesempatan pada anak dan anggota keluarga untuk belajar mengenai tubuh dan profesi kesehatan.(3) Meningkatkan pengendalian diri.

Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atau rawat inap akan memberikan kesempatan untuk pengendalian diri. Anak yang lebih muda seperti bayi, memberikan kesempatan untuk menguji fantasinya melawan realitas yang menakutkan. (4) Memberi kesempatan untuk sosialisasi. Rawat


(31)

inap dapat memberikan kesempatan khusus kepada bayi untuk penerimaan sosialdan sosialisasi juga dapat dilakukan dengan tim kesehatan.

( Wong, 2008 )

5. Pencegahan Dampak Rawat Inap

Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan pengalaman yang mengerikan bagi bayi.Bayi seringkali mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama di rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit yang asing, serta pengobatan maupun pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si bayi.Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dampak tersebut.(1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, (2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, (3) Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada bayi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. (4) Tidak melakukan kekerasan pada anak. (5) Modifikasi Lingkungan Fisik, melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (Wong, 2003)


(32)

Pola Temperamen - Mudah - Sedang - Sulit

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian – penelitian yang akan digunakan ( Notoadmodjo, 2003 ).

Skema dibawah ini menjelaskan bahwa dalam penelitian ini variabel yang diteliti hanya satu variabel yaitu variabel pola temperamen bayi. Dimana dalam hal ini pola temperamen sebelum dan selama menjalani rawat inap menimbulkan pola temperamen antara lain sulit, mudah maupun temperamen lambat. Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1.1 :Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap

Pola temperamen bayi usia 4 – 8

bulan

Sebelum rawat inap


(33)

B. DEFINISI OPERASIONAL No Variabel Defenisi

operasional

Indikator Alat Ukur

Hasil ukur

Skala Ukur

1 Pola

temperamen sebelum dan selama menjalani rawat inap

Gaya berperilaku atau perilaku yang mempengaruhi tipe interaksi yang terjadi antara bayi dan orang tua serta anggota keluarga lainnya pada bayi usia 4 – 8 bulan yang terdiri dari temperamen

mudah, sedang dan sulit di Ruang III Anak RSUD dr. Pirngadi Medan Aktifitas Ritmisitas Mendekat/ menarik diri Kemampuan adaptasi Intensitas Alam perasaan Kuesio ner

Skor total jawaban responden terhadap instrument yang diberikan.

56 – 84 : Temperamen mudah 28 – 55 : Temperamen

sedang < 28: Temperamen

sulit

Ratio

C. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada perbedaan pola temperamen bayi berusia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di Ruang III Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.


(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komparatifyang bertujuan membandingkan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di Ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi berusia 4 – 8 bulan yang dirawat di Ruang III Anak Rumah Sakit dr Pirngadi Medan yang berjumlah 120 orang pada tahun 2012

2. Sampel

Menurut Arikunto ( 2006 ), bila total populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10% - 15% dan 20% - 25% dari total populasi, dimana total populasi 120 orang dan peneliti mengambil 25% dari total populasi. Dengan jumlah populasi bayi 120 orang, maka sampel yang dilibatkan adalah sebanyak 30 orang.Namun karena disini kemampuan bayi terbatas, maka yang menjadi responden yaitu orang tua bayi.Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu cara penetapan sampel dimana subjek dalam penelitian dijumpai pada tempat dan waktu yang bersamaan pada saat pengumpulan data. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu bayi yang berusia 4 - 8 bulan dan kesadaran


(35)

compos mentis ( sadar ). Sementara kriteria untuk orang tua yaitu ibu bayi, orangtua bersedia menjadi responden dan mengerti bahasa Indonesia.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang III Anak Rumah Sakit Umum Daerah dr Pirngadi Medan pada bulan Agustussampai November 2012

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sangat menghormati keputusan responden

(autonomy). Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai keputusan responden. Demikian halnya juga dengan aspek pribadi, peneliti dapat menjamin kerahasiaan (confidentiality) dari hasil penelitian Peneliti tidak akan menyebarluaskan identitas responden kepada orang lain, kecuali seizin responden. Untuk itu peneliti menggunakan kode responden demi kerahasiaan

identitas responden. Peneliti juga mempertimbangkan aspek keadilan

( justice) dalam penelitian ini. Dimana semua responden memperoleh

perlakuan yang sama dari peneliti. Peneliti menjamin bahwa tindakan atau perlakuan yang diberikan tidak akan membahayakan ( nonmaleficence) kehidupan responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan mengenai data demografi bayi yaitu usia, jenis kelamin diagnosa medis. Bagian kedua berisi pernyataan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan


(36)

sebelum dan selama menjalani rawat inap. Dimana kuisioner yang kedua ini menggunakan kuisioner pola temperamen bayi yaitu RITQ ( Rate Infant

Temperament Questionnaire ) untuk bayi 4 – 8 bulan yang diperoleh langsung

dari Buku Ajar Wong, 2008 dan sudah teruji validitas dan reliabelitasnya. Untuk pertanyaan pola temperamen berasal dari tinjauan pustaka yang merupakan indikator pola temperamen yang terdiri dari tingkat aktifitas, keteraturan, mendekat atau menarik diri, adaptibilitas, ambang ( batas respon yang wajar), intensitas reaksi, kualitas mood, distraksibilitas dan kuat lemahnya perhatian.

Untuk penilaian pertanyaan dari kuisioner pola temperamen bayi, kuisioner yang terdiri dari 14 pertanyaan tersebut dibedakan menjadi beberapa

kriteria penilaian yaitu sebagai berikut: Nilai 6 untuk pernyataan “hampir selalu”, nilai 5 untuk pernyataan “sering”, nilai 4 untuk pernyataan variabel yang “biasa dilakukan”, nilai 3 untuk pernyataan variabel yang biasanya “tidak dilakukan”, nilai 2 untuk pernyataan “jarang” dan nilai 1 untuk pernyataan “ tidak pernah”. Dimana untuk mendapatkan skor ini, jumlah soal dikalikan dengan kriteria penilaian kuisioner.Kemudian di dapat skor tertinggi yaitu 84.Skor total jawaban responden yang diperoleh terhadap instrumen yang diberikan menentukan ada tidaknya perbedaan. Skor ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola temperamen bayi. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Skor56 - 84 : Temperamen mudah Skor 28 - 55 : Temperamen sedang


(37)

Skor < 28 : Temperamen sulit

F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Uji validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil penelitian dan merupakan karakteristik yang penting dalam penelitian yang baik (Setiadi, 2007). Uji validitas

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Content Validity Index

( CVI) dan dikonsultasikan kepada Dosen Keperawatan yang ahli di bidangnya di Fakultas Keperawatan USU yaitu Ibu Farida Linda Sari, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku dosen keperawatan anak dan diperoleh hasil validitas yaitu 0,9

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen akan menghasilkan suatu hasil yang sama/konsistensi dalam penggunaannya secara berulang kali, sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan internal

consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian

hasilnya dianalisa. Uji reliabilitas ini diberikan kepada 10 orang perawat yang bertugas di ruang rawat inap anak RSUD Dumai.Pada penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan analisis Cronbach’s Alpha, yaitu untuk mencari reliabilitas instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha 0,6 – 0,9 (Polit & Hugler, 1995). Hasil uji reliabel terhadap 10 orang responden yaitu diperoleh nilai 0,773 untuk pola temperamen sebelum rawat inap dan 0,775 untuk pola temperamen selama rawat inap.


(38)

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: Tahap persiapan, yaitu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas keperawatan USU) dan mengirimkan izin tersebut kepada institusi tempat penelitian (RSUD dr. Pirngadi Medan). Setelah mendapatkan izin dari institusi tempat penelitian, pengumpulan data dilaksanakan.Kemudian peneliti menentukan responden yang bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Tahap Pelaksanaan, dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh

seorang assisten yaitu Ibu Nelly Sinulingga selaku perawat yang bertugas di Ruang III Anak.Pelaksanaannya dilakukan pada pagi hari pukul 10.00 WIB di Ruang III Anak. Sebelum pelaksanaannya assisten diberitahu bagaimana cara pengumpulan data yaitu dengan terlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan, manfaat dan proses pengisian kuisioner kepada responden. Kemudian peneliti memberikan lembar kuisioner kepada responden yang terdiri atas 2 bagian yaitu pertanyaan mengenai data demografi bayi dan kuisioner tentang pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap.

Dimana untuk pemberian dan pengisian kuisioner sebelum dan selama menjalani rawat inap dilakukan diwaktu yang sama. Misalnya untuk kuisioner sebelum ( pre ) menjalani rawat inap diberikan pertama sekali dan kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuisioner selama ( post ) menjalani rawat inap di ruang III Anak. Waktu pengisian kuisioner diberikan selama 30


(39)

menit.Setelah seluruh lembar kuisioner terisi maka data yang telah terkumpul pada assisten dikumpulkan kembali dan siap dianalisis oleh peneliti.

Hari pertama tanggal 6 Oktober 2012, peneliti mulai menyebarkan kuisioner kepada responden pada pukul 10.00 WIB. Sebelumnya peneliti mengucapkan salam dan menjelaskan prosedur pengisian kuisioner. Setelah itu peneliti memberikan kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai data demografi bayi dan pola temperamen sebelum menjalani rawat inap.Responden diberikan waktu selama 15 menit untuk mengisi lembar kuisioner.Setelah selesai pengisian kuisioner yang pertama maka responden diberikan kuisioner kedua yang berisi pernyataan pola temperamen selama menjalani rawat inap dalam waktu 15 menit.Selanjutnya data dikumpulkan kembali dan lanjut untuk hari berikutnya.

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan proses pengolahan data dalam beberapa tahap. Pertama, Editing yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data, dapat diperbaiki dengan memeriksanya dan dilakukan pendataan ulang. Kemudian Coding yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah memasukan ke dalam tabel. Ketiga,Tabulating yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah:


(40)

1. Analisa Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hugler, 2002). Pada penelitian ini yang di analisis pertama adalah karakteristik bayi. Hasil data dengan jenis data kategorik yakni jenis kelamin dan diagnosa medis serta umur akan dideskripsikan berdasarkan tabel frekuensi, sedangkan data numerik yaitu pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap akan dideskripsikan berdasarkan mean.

2. Analisa Bivariat

Setelah diketahuai karakteristik variabel pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap dapat dilakukan analisis lebih lanjut, yaitu ingin mengetahui perbedaan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap. Untuk mengetahuai adanya perbedaan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap dilakukan analisa bivariat dengan Uji t berpasangan atau pair t - test dengan cara komputerisasi, karena dilakukan pengukuran sebelum dan selama menjalani rawat inap pada satu kelompok sampel yang sama yaitu bayi berusia 4 – 8 bulan di Ruang III Anak RSU dr. Pirngadi Medan. Uji hipotesa dilakukan dengan

membandingkan nilai ρ dimana α = 0,05. Jika nilai ρ < α maka hipotesa diterima atau sebaliknya jika ρ > α maka hipotesa ditolak.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yaitu mulai tanggal 6 Agustus dan 6 November 2012.Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel yang didasarkan pada analisis univariat dan bivariat. Berikut ini akan disajikan data – data hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan menjelaskan karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Analisis ini meliputi karakteristik demografi meliputi usia, jenis kelamin, diagnosa medis dan pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup umur, jenis kelamin, dan diagnosa medis. Berdasarkan tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa mayoritas responden 11 orang (36,7%) berada pada usia 8 bulan. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah laki laki berjumlah 16 orang (53,3%) dan berdasarkan diagnosa medis, GE + Dehidrasi ringan sedang merupakan


(42)

diagnosa medis yang paling banyak pada responden yaitu 53,3%. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden ( n = 30 )

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 8 6 3 2 11 26,7 20 10 6,7 36,7 Jenis Kelamin

Laki - laki Perempuan 16 14 53,3 46,6 Diagnosa Medis

GE + Dehidrasi Bronchopneumonia

16 14

43,3 53,3

2. Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum Menjalani Rawat Inap

Hasil penelitian menemukan bahwa rata – rata skor pola temperamen bayi sebelum menjalani rawat inap yaitu 58,53 dengan standar deviasi 8,858 (95% CI = 55,23 – 61,84). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata pola temperamen bayi sebelum rawat inap adalah diantara 55,23 sampai dengan 61,84. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.


(43)

Tabel 2. Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum Menjalani Rawat Inap ( n = 30 )

Variabel Mean SD 95% CI

Sebelum rawat inap 58,53 8,858 55,23 – 61,84

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata skor pola temperamen bayi selama menjalani rawat inap yaitu 34,83 dengan standar deviasi 6,193 (95% CI = 32,52 – 37,15). Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata pola temperamen bayi selama menjalani rawat inap adalah diantara 32,52 sampai dengan 37,15. Lihat tabel 3

Tabel 3 Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Selama Menjalani Rawat Inap ( n = 30 )

Variabel Mean SD 95% CI

Selama Rawat Inap 34,83 6,193 32,52 – 37,15

Analisa Bivariat

1. Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap

Berdasarkan tabel 4 dapat digambarkan hasil uji statistik bahwa rata – rata pola temperamen sebelum menjalani rawat inap adalah 58,83 dengan standar deviasi 8,858. Sedangkan rata – rata pola temperamen selama menjalani rawat inap adalah 34,83 dengan standar deviasi 6,193. Terlihat nilai mean perbedaan antara pola temperamen sebelum dan selama menjalani rawat


(44)

inap yaitu 23,700 dengan standar deviasi 9,639. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pola temperamen sebelum dan selama menjalani rawat inap.

Tabel 4 Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap ( n=30 )

Variabel Mean SD Beda mean pvalue

Pola temperamen

Sebelum 58,53 8,86 23,700 0,000 Selama rawat inap 34,83 6,19

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup umur, jenis kelamin, dan diagnosa medis. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada usia 8 bulan. Sementara jenis kelamin terbanyak adalah laki laki dan untuk GE + Dehidrasi merupakan diagnosa medis terbanyak yang dialami responden.

2. Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Sebelum Menjalani Rawat Inap Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata – rata skor pola temperamen bayi sebelum menjalani rawat inap yaitu 58,53 dengan standar deviasi 8,858. Artinya sebelum bayi menjalani rawat inap, rata – rata bayi memiliki pola temperamen mudah. Hal ini ditandai dengan bayi sering berteriak


(45)

kuat untuk memperlihatkan kesenangan ketika bermain dengan kerincingandan bayi tersenyum atau tertawa bila diajak bercanda oleh orang yang tidak dikenalnya.Hal ini didukung dengan penjelasan dalam Mulyadi (2008) bahwa bayi dengan pola temperamen mudah, sangat mudah untuk diajak bekerja sama dengan lingkungan sosial dan cenderung tidak rewel serta memiliki perilaku yang positif terhadap orang lain.

3. Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Selama Menjalani Rawat Inap

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata – rata skor pola temperamen bayi selama menjalani rawat inap yaitu 34,83, dengan standar deviasi 6,193. Artinya bahwa selama menjalani rawat inap, rata – rata bayi memiliki pola temperamen sedang yaitu cenderung tidak stabil kondisi emosinya dalam merespon stimulus dari lingkungan hidupnya, sehingga kadang – kadang bayi merasa mudah, tetapi kadang merasa sulit menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan sosial ( Mulyadi, 2008 ). Hal ini dikarenakan pada saat bayi dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan asing yang harus dihadapi antara lain bayi mengalami perasaan yang tidak menyenangkan seperti takut, cemas, tegang dan nyeri akibat proses penyakit (Supartini, 2004).Ini menimbulkan suatu krisis yang terjadi akibat perubahan lingkungan, terbatasnya kemampuan kognitif bayi untuk membentuk mekanisme koping guna mengatasi stressor yang dialaminya. Dimana dalam perkembangan kognitif bayi selama fase sensorimotor terdapat tiga peristiwa yang terjadi terkait terbatasnya kemampuan kognitif bayi yaitu perpisahan, penerimaan konsep keberadaan objek dan kemampuan unuk menggunakan simbol dan representasi mental (Wong, 2003). Akan tetapi ketiga


(46)

hal tersebut tidak dapat dilakukan bayi bahkan menjadi stressor utama bagi bayi selama menjalani rawat inap. Bayi cemas akibat perpisahan, bayi tidak dapat menyesuaikan diri terhadap hal – hal yang baru dialami dan bayi susah untuk memberikan tanda atau simbol terhadap apa yang ia inginkan (Wong, 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiningsih(2006), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan bayi selama menjalani hospitalisasi, diperoleh hasil bahwa sebanyak 80% bayi menunjukkan reaksi menangis serta menjerit dikarenakan prosedur tindakan dan proses penyakit.

4. Perbandingan Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap

Berdasarkan hasil analisa statistik didapatkan nilai p = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sehari – hari yang dilakukan bayi sebelum menjalani rawat inap, sebagian besar tidak dilakukan bayi selama menjalani rawat inap. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Mulyadi (2008) bahwa pola temperamen bayi dapat berubah tergantung situasi dan kondisi yang dialami bayi.Bayi yang dirawat inap mempunyai kesukaran lebih besar akibat terbatasnya kemampuan kognitif bayi untuk membentuk mekanisme koping guna mengatasi stressor yang dialaminya. Dimana stressor utama dari hospitalisasi yang sering dialami bayi antara lain cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali dan cemas terhadap cedera tubuh dan nyeri yang dialami. Bayi terlihat lebih sering diam dan menangis karena proses penyakit yang diderita serta cenderung menolak kehadiran orang yang tidak


(47)

dikenalnya.Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Munasih (2007), yang bertujuan untuk mengetahui kecemasan bayi dalam pemberian terapi vena (infus), dimana ternyata hampir 100% pasien bayi menunjukkan respon kecemasan seperti menangis, menolak berinteraksi dengan orang lain, berusaha melepaskan infus dengan menunjukkan reaksi gelisah. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan dalam Wong (2008) bahwa perbedaan temperamen bayi disebabkan juga oleh faktor petugas ( perawat, dokter dan tenaga medis lainnya).Dimana asuhan atau tindakan keperawatan yang tidak konsisten dan penyimpangan dari rutinitas harian bayi menyebabkan rasa tidak percaya dan akhirnya bayi menjadi cemas. Berdasarkan kondisi di ruangan anak didapati bahwa suasana ruangan yang panas, jumlah pasien yang terlalu ramai dan penataan ruangan yang belum disesuaikan dengan usia bayi sehingga dapat menyebabkan bayi kehilangan kendali dan mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, seperti takut, cemas dan tegang.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakaan pada tanggal 6 Agustus sampai dengan 6 November 2012 di RSUD Dr Pirngadi Medan dan dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1.Karakteristik responden dapat digambarkan sebagai berikut: mayoritas responden berada pada usia 8 bulan. Sementara jenis kelamin terbanyak adalah laki laki dan untuk GE + Dehidrasi merupakan diagnosa medis terbanyak yang dialami responden.

2. Pola temperamen bayi sebelum menjalani rawat inap adalah temperamen mudah dengan nilai rata – rata 58,53 dan standar deviasi 8,858. Hal ini dapat ditunjukkan dari perilaku bayi yang menerima adanya perubahan apapun, pada tempat atau posisi pemberian makan atau individu yang memberikannya sedangkan selama menjalani rawat inap hal itu jarang dilakukan oleh bayi. 3. Pola temperamen bayi selama menjalani rawat inap yaitu temperamen sedang,

dengan nilai rata – rata 34,83 dan standar deviasi 6,193. Hal ini dapat ditunjukkan dari perilaku bayi selama menjalani rawat inap yaitu bayi jarang berhenti menangis ketika diberikan kerincingan oleh orang lainsedangkan sebelum menjalani rawat inap hal tersebut sering dilakukan bayi.


(49)

4.Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pola temperamen bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap.

B. Saran

1. Bagi PraktekKeperawatan

Diharapkan kepada pelayanan keperawatan khususnya perawat di ruangan anak agar dapat mengidentifikasi dan memberikan asuhan keperawatan yang optimal yang meliputi strategi serta intervensi guna mengurangi stress dan cemas pada anak yang berujung pada perubahan temperamen bayi.

2. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pendidik dan para mahasiswa serta diperlukan penekanan oleh para pendidik kepada mahasiswa agar melaksanakan asuhan keperawatan anak yang optimal bila sedang melakukan praktek keperawatan.

3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengumpulan data yang seharusnya dilakukan pertiga hari namun peneliti hanya melakukan satu hari saja.Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan sampel dan waktu.Dengan adanya keterbatasan tersebut, untuk itu diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki kelemahan dalam penelitian tersebut.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. Azis, 2003. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta

Ardiningsih Fitri, dkk (2006). Hubungan antara dukungan Informasional dengan

Kecemasan perpisahan akibat Hospitalisasi pada anak.The Soedirman

Journal of Nursing, Volume1, No.1, Juli 2006 dari website: http://

wwwjos.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/238

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik.PT.Rineka cipta: Jakarta

Dariyo, Agoes dkk 2007. Psikologi Perkembangan Anak.Refika Aditama. Jakarta

Fakultas Keperawatan USU. 2006. Pedoman Penyusunan Proposal dan Skripsi

Sarjana Keperawatan: Medan

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik

Analisis Data (Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock D. Elisabeth. 2001. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5. Erlangga: Jakarta

Kurniawan, Arif.2008. Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Orang tua Terkait Hospitalisasi Anak di BRSD RAA Soewonso

Patidari website:

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/article/view/160/155

Notoadmodjo, Soekidjo 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Salemba Medika: Surabaya

2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk perawat dan bidan ). Salemba Medika. Jakarta

Polit&Hungler. (1995). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: Lippincot.

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta


(51)

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wahyuni S. Arlinda. 2011. Statistika Kedokteran. Jakarta

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Volume I. Edisi 6.EGC: Jakarta

2003. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Vol.2.EGC. Jakarta

2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 4.EGC: Jakarta


(52)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Pola Temperamen BayiUsia 4 – 8 Bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr Pirngadi Medan

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia4 – 8 bulan sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan

Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipas dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak dan mengundurkan diri tanpa ada sangsi apa pun.

Medan, Juni 2012

Peneliti Responden


(53)

(54)

Lampiran 3

Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal

- Izin survey awal Rp. 75.000,- - Biaya kertas print proposal Rp. 200.000,- - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000,-

- Biaya internet Rp. 150.000,

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp. 150.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp.200.000,-

2. Perbaikan Proposal

- Biaya print kertas Rp. 100.000,-

3. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp. 75.000,-

- Penggandaan kuesioner Rp. 75.000,- - Biaya print kertas Rp. 100.000,-

4. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp. 300.000,- - Biaya sidang skripsi Rp. 300.000,-

5. Biaya tidak Terduka Rp. 190.000,-


(55)

Lampiran 4

KUISIONER TEMPERAMEN BAYI ( INFANT TEMPERAMENT QUESTIONNAIRE ) UNTUK BAYI 4 SAMPAI 8 BULAN

No Responden

Jenis Kelamin : Dx Medis :

Usia :

Kuisioner terdiri dari beberapa halaman pernyataan tentang bayi. Beri tanda Checklist( √ ) pada jawaban yang anda anggap sebagai pernyataan yang

benar. Meskipun beberapa pernyataan tampak serupa, pernyataan – pernyataan tersebut tidak sama dan harus dinilai secara sendiri – sendiri. Tidak ada jawaban yang baik dan buruk, benar dan salah, hanya deskripsi tentang bayi anda.Bila anda telah mengisinya, yang kira – kira memerlukan waktu 25 – 30 menit, anda dapat membuat keterangan tambahan pada halaman terakhir.


(56)

Instrumen Penelitian

Pola Temperamen Bayi Usia 4 – 8 Bulan Sebelum dan Selama Menjalani Rawat Inap Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr Pirngadi Medan

No Pernyataan Hampir Tidak Pernah

Jarang Biasanya Tidak Dilakukan

Biasanya Dilakukan

Sering Hampir selalu

1 Bayi berteriak kuat untuk memperlihatkan

kesenangan ketika bermain dengan kerincingan

2 Bayi lebih memilih untuk berdiam diri ketika melihat bayi lain bermain

3 Bayi menunjukkan ketidaknyamanan

(merengek) bila lapar 4 Bayi rewel pada saat

bangun dan akan tidur 5 Bayi tersenyum atau

tertawa bila diajak bercanda oleh orang yang tidak dikenalnya

6 Bayi memalingkan wajah dan melekat pada ibu ketika orang yang tidak dikenalnya ingin menggendong bayi

7 Bayi menerima adanya perubahan apapun, pada tempat atau posisi pemberian makan atau individu yang memberikannya

8 Bayi menunjukkan reaksi tenang ketika popok basah 9 Bayi menunjukkan respon


(57)

tertawa ketika bermain

ciluk - baa dengan orang

lain

10 Bayi menerima waktu mandinya kapan saja tanpa menolak

11 Bayi rewel ketika dilakukan pemakaian baju 12 Bayi akan berhenti

menangis ketika diberikan kerincingan oleh orang lain 13 Bayi bermain terus menerus selama lebih dari 10 menit pada waktu bayi bermain dengan mainan kesukaannya

14 Bayi mencoba meraih benda dengan cepat ketika diberikan oleh orang lain


(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Permata Sari Tempat Tanggal Lahir : 04 Juli 1990 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Perwira No. 21 Binjai

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 020261 Tahun 2002 - 2005 : SMP Negeri 1 Binjai Tahun 2005 – 2008 : SMANegeri 2 Binjai

Tahun 2008 - 2011 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Prod D-III Jurusan Keperawatan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Permata Sari

Tempat Tanggal Lahir : 04 Juli 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Perwira No. 21 Binjai

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 020261

Tahun 2002 - 2005 : SMP Negeri 1 Binjai

Tahun 2005 – 2008 : SMANegeri 2 Binjai

Tahun 2008 - 2011 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Prod D-III Jurusan Keperawatan