Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
KARAKTERISTIK PENDERITA FRAKTUR RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2009
SKRIPSI
OLEH:
NIM. 051000129 ROBY NOVELANDI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KARAKTERISTIK PENDERITA FRAKTUR RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 051000129 ROBY NOVELANDI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :
KARAKTERISTIK PENDERITA FRAKTUR RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM: 051000129 ROBY NOVELANDI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 1 September 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
drh. Rasmaliah, MKes NIP. 19590818 198503 2 002
Penguji II
Prof.dr. SoriMuda Sarumpaet,MPH
NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19640404 199203 1 005 drh. Hiswani, MKes NIP. 19650112 199402 2 001
Penguji III
Drs. Jemadi, MKes
Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
(4)
ABSTRAK
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang karena trauma langsung ataupun tidak langsung, yang paling banyak disebabkan oleh kecelakaan. Fraktur menjadi masalah kesehatan yang cukup banyak terjadi di masyarakat dan menimbulkan keparahan disabilitas bagi penderitanya. Pada tahun 2009 di RSUD Dr.Pirngadi Medan terdapat 114 kasus fraktur.
Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian berjumlah 114 data (total sampling). Data diperoleh dari rekam medis, analisa data dengan menggunakan uji chi-square, t-test dan anova.
Proporsi penderita fraktur berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 16 - 26 tahun (40,3%), jenis kelamin laki – laki (69,3%), suku Batak (51,7%), agama Islam (65,8%), pendidikan SMA (55,3%), pekerjaan wiraswata (27,2%), status perkawinan sama besar (50%), sumber biaya program pemerintah (57,9%), kecelakaan lalu lintas (78,9%), fraktur tertutup (73,7%), ekstremitas bawah (55,3%), operasi (55,3%), lama rawatan rata – rata (9 hari), pulang berobat jalan (60,5%).
Ada perbedaan proporsi jenis fraktur berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,002), Ada perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,035), Tidak ada perbedaan proporsi lama rawatan rata – rata berdasarkan jenis fraktur (p=0,147), Ada perbedaan proporsi lama rawatan rata– rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000). Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan penyebab fraktur (p=0,854), Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis fraktur (p=0,716).
Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status pasien seperti pendidikan, pekerjaan,menambahkan data komplikasi fraktur dan bentuk patahan fraktur. Perlu diberikan informasi agar pasien lebih baik berobat di rumah sakit daripada melakukan pengobatan tradisional ke dukun patah tulang.
(5)
ABSTRACT
Fracture is the disruption in the continuity of a bone because direct trauma or indirect trauma, in the most common cause is accident. Fracture to become the most problem health in the people and make serious disability for sufferer. In Dr. Pirngadi General Hospital on 2009 was found 114 case of fracture.
To determine the characteristic of fracture patients hospitalized at Dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2009 conducted a descriptive study with a case series design. Population and sample amounted to 114 persons (total sampling). Data collected from medical record, analyzed the data using chi-square test, t-test and anova.
The highest proportion of patients based on sosiodemography, highest age16 – 26 years old (40,3%), with male (69,3%), Batak ethnic (51,7%), Islamic (65,8%), senior high school (55,3%), private officials (27,2%), married same highest (50%), government program (57,9%), traffic accident (78,9%), closed fracture (73,7%), lower extremity (55,3%), surgical operation (55,3%), average length of hospitalization (9 days), discharge in outpatients (60,5%).
There was a difference proportion of type fracture based on surgical procedur (p=0,002), there was a difference proportion of cost resources based on surgical procedure (p=0,035), there was not difference proportion of average length of hospitalization based on type fracture (p=0,147), there was a difference proportion of average length based on condition when discharge (p=0,000), there was not difference proportion sex of patient based on cause fracture(p=0,854), there was not difference proportion sex of patient based on type fracture(p=0,716).
Dr. Pirngadi General Hospital suggested to complete the medical record such as education, occupation, fracture complication and shape fragment of fracture. Recommended for the patients that more safe get the hospitalization better than traditional medicine.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Roby Novelandi
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 10 November 1987
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Saudara : 5 orang
Alamat Rumah : Jln. Mandala Bypass No.15 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. 1993 – 1999 : SD Negeri 060913 Medan
2. 1999 – 2002 : SLTP Negeri 27 Medan 3. 2002 – 2005 : SMA Katolik Trisakti Medan 4. 2005 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“ Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak DR.Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, yang turut mendukung dalam proses
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan.
4. Ibu drh. Rasmaliah, MKes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
(8)
6. Bapak Drs. Jemadi, MKes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Ibu dr. Linda Trimurni Maas MPH, selaku Dosen Penasihat Akademik.
8. Dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Ibu Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan beserta seluruh pegawai yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Kabid Litbang dan seluruh staff Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan.
10.Orangtua tercinta Ayah dan Ibu saya R.M. Hutabarat dan St. R.J. Pakpahan, Kakak saya keluarga T. Simamora, SH & Farolina Hutabarat, Amk, Juliana Hutabarat, Amd , Abang saya Roni Hutabarat, Adik saya Riris Hutabarat dan Roy Hutabarat serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis.
11.Teman – teman peminatan Epidemiologi, dan sahabat saya semuanya, atas doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2010
(9)
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak... ... ii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar ... x
Daftar Tabel …. ... xi
Daftar Grafik ... xiii
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. TujuanPenelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. TujuanKhusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pengertian Fraktur ... 7
2.2. Etiologi Fraktur ... 7
2.2.1. Peristiwa Trauma ... 7
2.2.2. Peristiwa Patologis... 8
2.3. Klasifikasi Fraktur ... 9
2.3.1. Berdasarkan Hubungan ... 9
2.3.2. Berdasarkan Bentuk Patahan ... 10
2.3.3. Berdasarkan Lokasi Tulang Fisis ... 12
2.4. Epidemiologi Fraktur ... 15
2.4.1. Distribusi Frekuensi………... … 15
2.4.2. Determinan Fraktur………... 16
2.5. Stadium Penyembuhan Fraktur ... 20
2.6. Kelainan Penyembuhan Fraktur ... 21
2.7. Komplikasi Fraktur ... 22
2.8. Pencegahan Fraktur ... 24
BAB III KERANGKA KONSEP... 26
3.1. Kerangka Konsep ... 26
(10)
BAB IV METODE PENELITIAN ... ....….. 30
4.1. Jenis Penelitian ... ...…..30
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... ……...30
4.3. Populasi dan Sampel ... .……..30
4.4. Metode Pengumpulan Data ... …...31
4.5. Teknik Analisa Data ... ……...31
BAB V HASIL PENELITIAN………..32
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... .32
5.2. Sosiodemografi.. ... ………. .. ……...33
5.2.1. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Sosiodemografi ... ……… …...33
5.2.2. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ….... ... ………...36
5.3. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Penyebab fraktur ... ...37
5.4. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Jenis fraktur… ... …… ... ……...37
5.5. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Letak fraktur……. ... .38
5.6. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan medis... ... ……..38
5.7. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Lama rawatan rata – rata ... ... ……..39
5.8. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Keadaan sewaktu pulang ... ... ……..39
5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Penyebab Fraktur ... ... ……..40
5.10. Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... ... ……..41
5.11. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan medis ... ... ……..41
5.12. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur ... ... ……..42
5.13. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... ... ……..43
5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... ... ……..43
5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur ... ... ...44
5.16. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Fraktur ... ... ...45
5.17. Distribusi proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... ... ...46
(11)
BAB VI PEMBAHASAN………..47
6.1.Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Sosiodemografi..…..47
6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... ...47
6.1.2. Suku ... ………...49
6.1.3. Agama ... ………...50
6.1.4. Pendidikan ... ………...51
6.1.5. Pekerjaan ... ………...52
6.1.6. Status Perkawinan ... ………...53
6.1.7. Sumber Biaya ... ………...54
6.2. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Penyebab fraktur ... ... ... ……...55
6.3. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Jenis fraktur… ... ………...56
6.4. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Letak fraktur...……. .57
6.5. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan medis... ... ……...58
6.6. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Lama rawatan rata – rata ... ... ……...59
6.7. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Keadaan sewaktu pulang………... ……...60
6.8. Analisa Statistik ... ... …...…61
6.8.1 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Penyebab Fraktur ... ……...61
6.8.2 Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... ……….……..62
6.8.3 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan medis ... ………...64
6.8.4. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur ... ………...65
6.8.5. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... ……….……..66
6.8.6. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang……… .67
6.8.7. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur...68
6.8.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Fraktur...69
6.8.9. Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... .70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... ……..72
(12)
Daftar Gambar
Gambar 1. Fraktur Berdasarkan Hubungan Tulang………... 13 Gambar 2 Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang……….. 13 Gambar 3 Fraktur Menurut Salter - Harris………... 14
(13)
Daftar Tabel
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Sosiodemografi………....33 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin……..………... 36 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Penyebab Fraktur………... 37 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Jenis Fraktur ………... 37 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Letak Fraktur………... 38 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis……….. 38 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Lama
Rawatan Rata - Rata………... 39 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ………. 39 Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Penyebab Fraktur
Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………...40 Tabel 5.10Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan
(14)
Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009……...………41 Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis
Fraktur Pada Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009...42 Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009.………..43 Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ……….43 Tabel 5.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab
Fraktur Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ……….44 Tabel 5.16 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis
Fraktur Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ……….…45 Tabel 5.17 Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
(15)
Daftar Grafik
Grafik 6.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2009 ………. .47 Grafik 6.2 Diagram Bar Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Suku di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………....49 Grafik 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Agama di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………..50 Grafik 6.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………....51 Grafik 6.5 Diagram Bar Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Pekerjaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………....52 Grafik 6.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Status Perkawinan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………...53 Grafik 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………...54 Grafik 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Penyebab Fraktur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………….55 Grafik 6.9 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Jenis Fraktur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009..………...56 Grafik 6.10 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Letak Fraktur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ………….….57 Grafik 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 …..58 Grafik 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009…60 Grafik 6.13 Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Penyebab Fraktur
(16)
Grafik 6.14 Diagram Bar Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2009………... 62 Grafik 6.15 Diagram Bar Proporsi Sumber BiayaBerdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Fraktur Rawat Inapdi RSUD Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2009...64 Grafik 6.16 Diagram Bar Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis
Fraktur Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2009………... 65 Grafik 6.17 Diagram Bar Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009………..66 Grafik 6.18 Diagram Bar Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2009………..67 Grafik 6.19.Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur
Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2009………...68 Grafik 6.20.Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Fraktur
Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2009………...69
Grafik 6.21.Diagram Bar Jenis Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data Penelitian
Lampiran 2 : Output Data Penelitian
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
(18)
ABSTRAK
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang karena trauma langsung ataupun tidak langsung, yang paling banyak disebabkan oleh kecelakaan. Fraktur menjadi masalah kesehatan yang cukup banyak terjadi di masyarakat dan menimbulkan keparahan disabilitas bagi penderitanya. Pada tahun 2009 di RSUD Dr.Pirngadi Medan terdapat 114 kasus fraktur.
Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian berjumlah 114 data (total sampling). Data diperoleh dari rekam medis, analisa data dengan menggunakan uji chi-square, t-test dan anova.
Proporsi penderita fraktur berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 16 - 26 tahun (40,3%), jenis kelamin laki – laki (69,3%), suku Batak (51,7%), agama Islam (65,8%), pendidikan SMA (55,3%), pekerjaan wiraswata (27,2%), status perkawinan sama besar (50%), sumber biaya program pemerintah (57,9%), kecelakaan lalu lintas (78,9%), fraktur tertutup (73,7%), ekstremitas bawah (55,3%), operasi (55,3%), lama rawatan rata – rata (9 hari), pulang berobat jalan (60,5%).
Ada perbedaan proporsi jenis fraktur berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,002), Ada perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,035), Tidak ada perbedaan proporsi lama rawatan rata – rata berdasarkan jenis fraktur (p=0,147), Ada perbedaan proporsi lama rawatan rata– rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,000). Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan penyebab fraktur (p=0,854), Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis fraktur (p=0,716).
Kepada pihak rumah sakit diharapkan untuk melengkapi pencatatan pada kartu status pasien seperti pendidikan, pekerjaan,menambahkan data komplikasi fraktur dan bentuk patahan fraktur. Perlu diberikan informasi agar pasien lebih baik berobat di rumah sakit daripada melakukan pengobatan tradisional ke dukun patah tulang.
(19)
ABSTRACT
Fracture is the disruption in the continuity of a bone because direct trauma or indirect trauma, in the most common cause is accident. Fracture to become the most problem health in the people and make serious disability for sufferer. In Dr. Pirngadi General Hospital on 2009 was found 114 case of fracture.
To determine the characteristic of fracture patients hospitalized at Dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2009 conducted a descriptive study with a case series design. Population and sample amounted to 114 persons (total sampling). Data collected from medical record, analyzed the data using chi-square test, t-test and anova.
The highest proportion of patients based on sosiodemography, highest age16 – 26 years old (40,3%), with male (69,3%), Batak ethnic (51,7%), Islamic (65,8%), senior high school (55,3%), private officials (27,2%), married same highest (50%), government program (57,9%), traffic accident (78,9%), closed fracture (73,7%), lower extremity (55,3%), surgical operation (55,3%), average length of hospitalization (9 days), discharge in outpatients (60,5%).
There was a difference proportion of type fracture based on surgical procedur (p=0,002), there was a difference proportion of cost resources based on surgical procedure (p=0,035), there was not difference proportion of average length of hospitalization based on type fracture (p=0,147), there was a difference proportion of average length based on condition when discharge (p=0,000), there was not difference proportion sex of patient based on cause fracture(p=0,854), there was not difference proportion sex of patient based on type fracture(p=0,716).
Dr. Pirngadi General Hospital suggested to complete the medical record such as education, occupation, fracture complication and shape fragment of fracture. Recommended for the patients that more safe get the hospitalization better than traditional medicine.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dalam pelaksanaannya tentu saja terdapat berbagai tantangan atau masalah kesehatan yang perlu ditangani bersama. 1
Masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks dimana penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit menular tetap menjadi perhatian serius. Hal ini berpengaruh pada ruang lingkup epidemiologi, dimana terjadi perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang disebut dengan transisi epidemiologi seiring dengan perkembangan kehidupan
masyarakat.2 Menurut data dari WHO SEARO (2000), penyebab kematian penduduk
di dunia 52% diakibatkan oleh penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular dan penyakit lainnya. 3
Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah penyakit muskuloskeletal atau penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot. Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat- pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Masalah pada tulang yang
(21)
mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan trauma langsung
maupun tidak langsung.Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi
jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga. 4
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
5
Walaupun penyebab terbanyak dari fraktur adalah peristiwa trauma, tetapi di kalangan usia lanjut, fraktur lebih sering terjadi karena lemahnya tulang karena suatu penyakit yang disebut fraktur patologik. Hal ini bahkan menjadi masalah utama pada kelompok usia tersebut. WHO memperkirakan pada pertengahan abad mendatang, jumlah patah tulang panggul karena osteoporosis meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan bahwa di seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki risiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka.6
(22)
orang dirawat di rumah sakit karena patah tulang diantaranya 57% perempuan dan 43% laki – laki . Di negara Cina, penyakit osteoporosis mempengaruhi hampir 70 juta penduduk berusia di atas 50 tahun dan menyebabkan 687.000 patah tulang panggul setiap tahunnya. Di Selandia Baru, pada tahun 2007 terdapat sekitar 84.000 kasus patah tulang karena osteoporosis dengan 60 % kasus terjadi pada wanita.7
Kejadian terjatuh dan fraktur pada manula merupakan persoalan penting kesehatan masyarakat yang terus meningkat dan dialami oleh 150.000 – 200.000 orang setiap tahun di Inggris, diantara jumlah tersebut ditemukan sebanyak 60.000
kasus fraktur panggul.8 Data Badan Kesehatan Amerika Serikat pada tahun 2001
memperkirakan terjadinya kasus patah tulang akibat osteoporosis adalah 1,5 juta kasus pertahun dengan rincian 33% kasus patah tulang daerah belakang, 14% kasus patah tulang daerah pergelangan tangan, 20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30% patah tulang pada bagian tubuh lainnya. 9
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/ tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).10
Penelitian oleh Woro Riyadina terhadap kecelakaan lalu lintas yang menimpa pengendara sepeda motor di Jakarta pada Oktober 2005 terdapat 425 orang dengan 132 orang mengalami fraktur atau patah tulang.11
(23)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur. Pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum Kota Prabumulih Sumatera Selatan, tercatat terdapat 676 kasus fraktur dengan rincian 86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup, 68,14% jenis fraktur tersebut adalah fraktur ekstremitas bawah . 12
Berdasarkan Penelitian Juita tahun 2002 di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada tahun 1998 - 2002 tercatat sebanyak 947 kasus fraktur, diperoleh pula data dari Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2000 – 2003 terdapat kasus fraktur sebanyak
228 kasus.14 Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2005
sampai Maret 2007 terdapat kasus fraktur pada laki – laki sebanyak 616 orang dan pada wanita sebanyak 248 orang dengan usia penderita terbanyak pada kelompok usia 21 – 30 tahun. 13
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit type B yang merawat inap penderita fraktur dengan jumlah 114 penderita pada tahun 2009. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita fraktur yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009.
(24)
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan
sosiodemografi antara lain: umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sumber biaya.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan penyebab terjadinya fraktur.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan jenis
fraktur.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan letak
fraktur.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan
penatalaksanaan medis
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan lama
rawatan rata – rata.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita fraktur berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
(25)
h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita fraktur berdasarkan penyebab fraktur.
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis fraktur berdasarkan
penatalaksanaan medis.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan
penatalaksanaan medis .
k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata – rata berdasarkan jenis fraktur.
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lama rawatan rata – rata berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan penyebab. o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis fraktur
p. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis fraktur berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan dalam penanganan penderita fraktur.
1.4.2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan fraktur.
(26)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur. 5
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser. 20
2.2. Etiologi Fraktur 15,16
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis.
2.2.1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan
(27)
tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah. c) Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
2.2.2. Peristiwa Patologis
a) Kelelahan atau stres fraktur
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang – ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.
b) Kelemahan Tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
(28)
2.3. Klasifikasi Fraktur 16,17,19,20
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
2.3.1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:
b.1. Derajat I : i. Luka <1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk iii. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan iv. Kontaminasi minimal
b.2. Derajat II : i. Laserasi >1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi iii. Fraktur kominutif sedang
(29)
b.3. Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
2.3.2. Berdasarkan bentuk patahan tulang
a) Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.
b) Spiral
Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.
(30)
c) Oblik
Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
d) Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
e) Kominuta
Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
f) Greenstick
Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak.
g) Fraktur Impaksi
Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. h) Fraktur Fissura
Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
(31)
2.3.3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris :
a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng
pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
b) Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul
melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.
c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan
epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi.
d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari
(32)
Gambar 1. Fraktur Berdasarkan Hubungan Tulang
Fraktur Terbuka Fraktur Tertutup
Gambar 2. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang
(33)
Kominuta Greenstick Impaksi Fissura
(34)
2.4. Epidemiologi Fraktur 2.4.1. Distribusi Frekuensi
a) Berdasarkan Orang
Fraktur lebih sering terjadi pada laki – laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak dilakukan oleh laki – laki menjadi penyebab tingginya risiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki – laki yang berhubungan dengan meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause. 18
Tahun 2001, di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000 kasus cedera yang disebabkan olahraga papan selancar dan skuter. Dimana kasus cedera terbanyak adalah fraktur 39% yang sebagian besar penderitanya laki – laki dengan umur di
bawah 15 tahun.27 Di Indonesia, jumlah kasus fraktur yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas 4 kali lebih banyak terjadi pada laki – laki daripada perempuan.
23
b) Berdasarkan Tempat dan Waktu
Di negara maju, masalah patah tulang pangkal paha atau tulang panggul merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan bisa mengakibatkan ketidakmampuan penderita dalam beraktivitas. Menurut penelitian Institut Kedokteran Garvan tahun 2000 di Australia setiap tahun diperkirakan 20.000 wanita mengalami keretakan tulang panggul dan dalam setahun satu diantaranya akan meninggal karena komplikasi. 9
(35)
Di negara – negara Afrika kasus fraktur lebih banyak terjadi pada wanita karena peristiwa terjatuh berhubungan dengan penyakit Osteoporosis. Di Kamerun pada tahun 2003, perbandingan insidens fraktur pada kelompok umur 50 – 64 tahun yaitu, pria 4,2 per 100.000 penduduk, wanita 5,4 per 100.000 penduduk. Angka yang lebih tinggi di Maroko pada tahun 2005 insidens fraktur pada pria 43,7 per 100.000 penduduk dan wanita 52 per 100.000 penduduk. 22
Di Indonesia jumlah kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas meningkat seiring pesatnya peningkatan jumlah pemakai kendaraan bermotor. Berdasarkan laporan penelitian dari Depkes RI tahun 2000, di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung terdapat penderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 444 orang.23
2.4.2. Determinan Fraktur 10, 25,26
a) Faktor Manusia
Beberapa faktor yang berhubungan dengan orang yang mengalami fraktur atau patah tulang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas olah raga dan massa tulang.
a.1. Umur
Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat daripada kelompok umur tua. Aktivitas yang banyak akan cenderung mengalami kelelahan tulang dan jika ada trauma benturan atau kekerasan
(36)
tinggi dengan pergerakan yang cepat pula dapat meningkatkan risiko terjadinya benturan atau kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Insidens kecelakaan yang menyebabkan fraktur lebih banyak pada kelompok umur muda pada waktu berolahraga, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dari ketinggian. Berdasarkan penelitian Nazar Moesbar tahun 2007 di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan terdapat sebanyak 864 kasus patah tulang, di antaranya banyak penderita kelompok umur muda. Penderita patah tulang pada kelompok umur 11 – 20 tahun sebanyak 14% dan pada kelompok umur 21 – 30 tahun sebanyak 38% orang. 13
a.2. Jenis Kelamin
Laki – laki pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang menyebabkan fraktur yakni 3 kali lebih besar daripada perempuan.18 Pada umumnya Laki – laki lebih aktif dan lebih banyak melakukan aktivitas daripada perempuan. Misalnya aktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih tinggi mengalami cedera. Cedera patah tulang umumnya lebih banyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Tingginya kasus patah tulang akibat kecelakaan lalulintas pada laki – laki dikarenakan laki – laki mempunyai perilaku mengemudi dengan kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal dibandingkan perempuan. Berdasarkan penelitian Juita, pada tahun 2002 di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan terdapat kasus fraktur sebanyak 169 kasus dimana jumlah penderita laki –laki sebanyak 68% dan perempuan sebanyak 32%. 14
(37)
a.3. Aktivitas Olahraga
Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat pula dapat menjadi risiko penyebab cedera pada otot dan tulang. Daya tekan pada saat berolah raga seperti hentakan, loncatan atau benturan dapat menyebabkan cedera dan jika hentakan atau benturan yang timbul cukup besar maka dapat mengarah pada fraktur. Setiap tulang yang mendapat tekanan terus menerus di luar kapasitasnya dapat mengalami keretakan tulang. Kebanyakan terjadi pada kaki, misalnya pada pemain sepak bola yang sering mengalami benturan kaki antar pemain. Kelemahan struktur tulang juga sering terjadi pada atlet ski, jogging, pelari, pendaki gunung ataupun olahraga lain yang dilakukan dengan kecepatan yang berisiko terjadinya benturan yang dapat menyebabkan patah tulang.
a.4. Massa Tulang
Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada tulang yang padat. Dengan sedikit benturan dapat langsung menyebabkan patah tulang karena massa tulang yeng rendah tidak mampu menahan daya dari benturan tersebut. Massa tulang berhubungan dengan gizi tubuh seseorang. Dalam hal ini peran kalsium penting bagi penguatan jaringan tulang. Massa tulang yang maksimal dapat dicapai apabila konsumsi gizi dan vitamin D tercukupi pada masa kanak – kanak dan remaja. Pada masa dewasa
(38)
wanita yang menopause. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon yang berkurang sehingga tidak mampu dengan baik mengontrol proses penguatan tulang misalnya hormon estrogen.
b) Faktor Perantara
Agent yang menyebabkan fraktur sebenarnya tidak ada karena merupakan peristiwa penyakit tidak menular dan langsung terjadi. Namun bisa dikatakan sebagai suatu perantara utama terjadinya fraktur adalah trauma benturan. Benturan yang keras sudah pasti menyebabkan fraktur karena tulang tidak mampu menahan daya atau tekanan yang ditimbulkan sehingga tulang retak atau langsung patah. Kekuatan dan arah benturan akan mempengaruhi tingkat keparahan tulang yang mengalami fraktur. Meski jarang terjadi, benturan yang kecil juga dapat menyebabkan fraktur bila terjadi pada tulang yang sama pada saat berolahraga atau aktivitas rutin yang menggunakan kekuatan tulang di tempat yang sama atau disebut juga stress fraktur karena kelelahan.
c) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya fraktur dapat berupa kondisi jalan raya, permukaan jalan yang tidak rata atau berlubang, lantai yang licin dapat menyebabkan kecelakaan fraktur akibat terjatuh. Aktivitas pengendara yang dilakukan dengan cepat di jalan raya yang padat, bila tidak hati – hati dan tidak mematuhi rambu lalu lintas maka akan terjadi kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi banyak menimbulkan fraktur. Berdasarkan data dari Unit Pelaksana
(39)
Teknis Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI di Indonesia pada tahun 2006 dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas proporsi yang mengalami fraktur adalah sekitar 20%. 5 Pada lingkungan rumah tangga, kondisi lantai yang licin dapat mengakibatkan peristiwa terjatuh terutama pada lanjut usia yang cenderung akan mengalami fraktur bila terjatuh. Data dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2005 terdapat 83 kasus fraktur panggul, 36 kasus fraktur tulang belakang dan 173 kasus pergelangan tangan, dimana sebagian besar penderita wanita >60 tahun dan penyebabnya adalah kecelakaan rumah tangga. 6
2.5. Stadium Penyembuhan Fraktur 21
Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu : 2.5.1. Pembentukan hematom
Fraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum sehingga timbul hematom.
2.5.2. Organisasi
Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom disertai dengan infiltrasi sel – sel peradangan. Dengan demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.
2.5.3. Kalus sementara
Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau – pulau kartilago dan jaringan osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke
(40)
trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara. Tulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.
2.5.4. Kalus definitif
Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang yang teratur dengan susunan havers – kalus definitif.
2.5.5. Remodeling
Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.
2.6. Kelainan Penyembuhan Fraktur 21
Tulang memperlihatkan kemudahan penyembuhan yang besar tetapi dapat terjadi sejumlah penyulit atau terdapat kelainan dalam proses penyembuhan.
2.6.1. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
2.6.2. Penyatuan tertunda
Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi
(41)
yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gizi dan metabolik.
2.6.3. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang – kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
2.7. Komplikasi Fraktur 18
2.7.1. Sindrom Emboli Lemak
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
2.7.2. Sindrom Kompartemen
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
(42)
yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
2.7.3. Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)
Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.
2.7.4. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar.
(43)
2.7.5. Gangren Gas
Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.
2.8. Pencegahan Fraktur 3,14,24
Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.
2.8.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
2.8.2. Pencegahan Sekunder
(44)
benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.
2.8.3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
(45)
BAB 3
KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita Fraktur adalah penderita yang dinyatakan menderita patah tulang
berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu status. 3.2.2. Sosiodemografi dibedakan atas:
a. Umur adalah usia penderita fraktur rawat inap yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan berdasarkan rumus sturgess.
1. 5 – 15 tahun 2. 16 – 26 tahun 3. 27 – 37 tahun 4. 38 – 48 tahun 5. 49 – 59 tahun
Karakteristik Penderita Fraktur
1. Sosiodemografi Umur
Jenis Kelamin Suku
Agama Pendidikan Pekerjaan
Status Perkawinan Sumber Biaya 2. Penyebab Fraktur 3. Jenis Fraktur 4. Letak Fraktur
5. Penatalaksanaan Medis 6. Lama Rawatan rata -rata 7. Keadaan Sewaktu Pulang
(46)
Untuk analisa statistik umur dikategorikan atas : 3 1. < 15 tahun (belum produktif) 2. 15 – 65 tahun (produktif)
3. > 65 tahun (tidak produktif)
b. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Laki – Laki 2. Perempuan
c. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu
5. Budha
d. Suku adalah ras atau etnik dari penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Batak 2. Jawa 3 Minang
4. Melayu 5. Aceh 6. Nias
e. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. SD 3. SMP 4. SMA 5. Diploma 6. Sarjana
(47)
f. Pekerjaan adalah aktifitas utama yang dilakukan penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1 Pelajar/ Mahasiswa
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Pegawai Swasta
4. Wiraswasta
5. Ibu Rumah Tangga 6. Lain – lain (Guru, Supir) 7. Tidak Bekerja
8. Tidak Tercatat
g. Status perkawinan adalah ada tidaknya pasangan hidup penderita fraktur yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Kawin 2. Tidak Kawin
h. Sumber Biaya adalah sumber administrasi/keuangan yang diberikan kepada
pihak rumah sakit dalam upaya penanganan penderita fraktur atau selama perawatan penderita.
1. Umum (Biaya sendiri)
2. Askes
3. Medan Sehat
4. JPKM
5. Kartu Sehat
Untuk analisa statistik sumber biaya dikategorikan dalam 2 kelompok :
1. Umum
2. Program Pemerintah
3.2.3. Penyebab Fraktur adalah hal yang menyebabkan terjadinya fraktur pada
penderita yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Kecelakaan Lalu Lintas(KLL)
2. Terjatuh
(48)
3.2.4. Jenis Fraktur adalah tipe fraktur pada penderita yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas:
1. Tertutup (tidak tampak atau tanpa robekan jaringan kulit) 2. Terbuka (tampak dari luar dengan adanya perlukaan kulit)
3.2.5. Letak Fraktur adalah tempat terjadinya fraktur pada penderita yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Kepala
2. Ekstremitas atas (alat gerak tubuh bagian atas)
3. Badan
4. Panggul
5. Ekstremitas bawah (alat gerak tubuh bagian bawah)
3.2.6. Penatalaksanaan Medis adalah upaya yang dilakukan terhadap penderita
fraktur dalam proses penyembuhan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Operasi
2. Tanpa Operasi
3.2.7. Lama rawatan adalah lamanya penderita fraktur dirawat inap di RSUD
Dr.Pirngadi Medan dimulai dari hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan sesuai yang tercatat di kartu status, kemudian ditentukan dengan lama rawatan rata – rata.
3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita fraktur sewaktu keluar dari RSUD Dr. Pirngadi Medan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan atas :
1. Pulang berobat jalan
2. Pulang atas permintaan sendiri
(49)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif dengan desain case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan. Pemilihan lokasi didasari atas pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum tipe B yang dikelola pemerintah daerah memiliki fasilitas yang lengkap untuk merawat penderita fraktur serta atas dasar tersedianya data penderita fraktur.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Januari – Agustus 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua data penderita fraktur yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009 sebanyak 114 penderita yang tercatat di kartu status.
4.3.2. Sampel
(50)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data yang tercatat pada kartu status penderita fraktur rawat inap yang berasal dari rekam medis RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009, Cara pengumpulan data adalah dengan mencatat semua variabel yang akan diteliti kemudian dilakukan tabulasi data.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang dikumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan komputer dengan program SPSS (Statistical Product And Service Solution) lalu dilakukan analisa secara statistik deskriptif yang dilanjutkan dengan analisa statistik menggunakan uji chi-square, t-test, anova, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan grafik.
(51)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Pada tahun 1942, penjajahan Jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih rumah sakit ini. Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Syuritno Bysonoince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.
Pada tahun 1947, rumah sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Kota Medan. Dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus1950, maka Rumah Sakit Kota Medan diambil alih oleh Pemerintah Pusat di Jakarta dan namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat. Pada tahun 1971, Rumah Sakit ini diserahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan, kemudian pada tahun 1979 nama Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan ditabalkan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pada tanggal 27 Desember 2001 RSU Dr. Pirngadi diserahkan kepemilikannya dari pemerintah propinsi Sumatera Utara kepada pemerintah kota Medan dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan. Pada tanggal 6 September 2002, status
(52)
Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Organisasi dipimpin oleh seorang kepala badan yang membawahi 5 bidang yaitu : Bidang Perencanaan dan Rekam Medik, Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis, Bidang Keperawatan, Bidang Pendidikan dan Penelitian, serta Bidang Pemeliharaan.
5.2. Sosiodemografi
5.2.1. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Sosiodemografi
Proporsi penderita fraktur berdasarkan Sosiodemografi di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Sosiodemografi
Karakteristik
Jumlah
f %
1. Umur (Tahun) 5 – 15 16 – 26 27 – 37 38 – 48 49 – 59 60 – 70 71 – 81
11 46 24 9 13 7 4 9,7 40,4 21,0 7,9 11,4 6,0 3,6
Total 114 100
2. Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan
79 35
69,3 30,7
Total 114 100
3. Suku Batak Jawa Minang Melayu Aceh Nias 59 30 9 6 5 5 51,7 26,7 7,8 5,0 4,4 4,4
(53)
Total 114 100 4. Agama Islam Kristen 75 39 65,8 34,2
Total 114 100
5. Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Tidak tercatat 10 11 63 9 6 15 8,8 9,6 55,3 7,9 5,3 13,1
Total 114 100
6. Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa PNS
Pegawai Swasta Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga Lain – Lain Tidak Bekerja Tidak Tercatat 30 17 6 31 8 5 5 12 26,3 14,9 5,3 27,2 7,0 4,4 4,4 10,5
Total 114 100
7. Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin 57 57 50 50
Total 114 100
8. Sumber Biaya Umum Program Pemerintah Askes Medan Sehat JPKM Kartu Sehat 48 66 44 16 4 2 42,1 57,9 38,6 14,0 3,5 1,8
Total 114 100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 berdasarkan sosiodemografi:
(54)
Berdasarkan umur, proporsi tertinggi adalah kelompok umur 16 – 26 tahun sebesar 40,4% dan yang terendah pada kelompok umur 71 – 81 tahun sebesar 3,6%.
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi tertinggi adalah laki – laki 69,3% dibandingkan perempuan 30,7%.
Berdasarkan suku, proporsi tertinggi adalah suku Batak sebesar 51,7% (59 orang), yang terendah yaitu suku Aceh dan Nias masing – masing sebesar 4,4% (5 orang).
Berdasarkan agama, proporsi tertinggi pada agama Islam yaitu 65,8% (75 orang),dibandingkan agama Kristen sebesar 34,2% (39 orang).
Berdasarkan pendidikan, proporsi tertinggi adalah SMA 55,3% (69 orang), terendah yaitu Sarjana 5,3% (6 orang), dan yang tidak tercatat sebesar 13,1% (15 orang).
Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi adalah wiraswasta yaitu 27,2% (31 orang), yang tidak bekerja sebesar 4,4% (5 orang), lain – lain sebesar 4,4% (5 orang), dan yang tidak tercatat 10,5% (12 orang).
Berdasarkan status perkawinan, proporsi penderita fraktur sama besar antara kawin dan tidak kawin, masing – masing 50% (57 orang).
Berdasarkan sumber biaya, proporsi tertinggi adalah sumber biaya program pemerintah 57,9% (66 orang) dibandingkan biaya umum 42,1% (48 orang).
(55)
5.2.2. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita fraktur berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut :
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Umur (Tahun)
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
5 – 15 16 – 26 27 – 37 38 – 48 49 – 59 60 – 70 71 – 81
6 31 20 7 10 2 3 5,3 27,2 17,5 6,1 8,8 1,8 2,6 5 15 4 2 3 5 1 4,4 13,1 3,5 1,8 2,6 4,4 0,9 11 46 24 9 13 7 4 9,7 40,3 21,0 7,9 11,4 6,2 3,5
Total 79 69,3 35 30,7 114 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui proporsi umur tertinggi adalah kelompok umur 16 – 26 tahun (40,3%), proporsi penderita laki-laki 27,2% sedangkan perempuan 13,1%. Proporsi umur terendah pada kelompok umur 71 – 81 tahun (3,5%), dengan proporsi jenis kelamin laki-laki 2,6% dan perempuan 0,9%.
Diperoleh Seks ratio (79:35) = 2,25 : 1 yang berarti bahwa penderita fraktur lebih banyak terjadi pada laki – laki.
(56)
5.3 Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Penyebab Fraktur
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Penyebab Fraktur
Penyebab Fraktur Jumlah
f %
Kecelakaan lalu lintas Terjatuh
Trauma benda tajam/tumpul
90 19 5
78,9 16,7 4,4
Total 114 100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 berdasarkan penyebab fraktur yang paling tinggi adalah kecelakaan lalu lintas 78,9% (90 orang), dan paling rendah karena trauma benda tajam/tumpul yaitu sebesar 4,4% (5 orang).
5.4. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Jenis Fraktur
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Jenis Fraktur
Jenis Fraktur Jumlah
f %
Tertutup Terbuka
84 30
73,7 26,3
Total 114 100
Pada tabel 5.4. dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur rawat
inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 berdasarkan jenis fraktur yang tertinggi adalah jenis tertutup 73,7% (84 orang), sedangkan jenis terbuka sebesar 26,3% (30 orang).
(57)
5.5. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Letak Fraktur
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Letak fraktur
Letak Fraktur Jumlah
f %
Kepala
Ekstremitas Atas Badan
Panggul
Ekstremitas Bawah
31 11 6 3 63
27,2 9,6 5,3 2,6 55,3
Total 114 100
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 berdasarkan letak fraktur, yang paling tinggi adalah ekstremitas bawah yaitu sebesar 55,3% (63 orang), dan yang paling rendah pada bagian panggul yaitu sebesar 2,6% (3 orang).
5.6. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan PenatalaksanaanMedis Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis Jumlah
f %
Operasi Tanpa Operasi
63 51
55,3 44,7
Total 114 100
Pada tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur
rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 berdasarkan penatalaksanaan medis, tertinggi adalah dengan operasi 55,3% (63 orang), sedangkan tanpa operasi adalah 44,7% (51 orang).
(58)
5.7. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Lama Rawatan Rata - Rata
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Lama Rawatan Rata - Rata Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Lama Rawatan Rata-Rata
Mean 8,91
Standart Deviasi (SD) 7,12
95 % Confidence Interval (CI) 7,59 - 10,23
Coefisien Of Variation 79,91
Minimum 1
Maksimum 35
Pada tabel dapat dilihat lama rawatan rata – rata penderita fraktur yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 adalah 8,91( 9 hari ), Standar Deviasi (SD) sebesar 7,12 dan nilai dari Coefisien Of Variation sebesar 79,91. Lama rawatan paling singkat adalah 1 hari sedangkan yang paling lama adalah 35 hari. Berdasarkan Confidence Interval 95% didapatkan bahwa lama rawatan rata – rata selama 7,59 – 10,23 hari.
5.8. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah
f %
Pulang berobat jalan
Pulang atas permintaan sendiri Meninggal
69 44 1
60,5 38,6 0,9
(59)
Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita fraktur rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang, yang paling tinggi adalah pulang berobat jalan 60,5% (69 orang), yang terendah adalah meninggal 0,9% (1 orang).
Analisa Statistik
5.9. Umur Berdasarkan Penyebab Fraktur
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Penyebab Pada Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 Penyebab
Fraktur
Umur Penderita Fraktur (Tahun) Jumlah
< 15 15 – 65 > 65
f % f % f % F %
KLL 6 6,7 82 91,1 2 2,2 90 100
Non KLL 5 20,8 16 66,7 3 12,5 24 100
Pada tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa penderita fraktur yang disebabkan KLL, tertinggi pada kelompok umur 15 – 65 tahun yaitu 91,1% (82 orang), terendah pada kelompok umur >65 tahun 2,2% (2 orang). Pada penderita fraktur Non KLL, kelompok umur tertinggi adalah 15 – 65 tahun yaitu 66,7% (16 orang), terendah pada kelompok umur >65 sebesar 12,5% (3 orang).
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel (50%) yang memiliki nilai expected count kurang dari 5.
(60)
5.10. Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Fraktur Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Penatalaksanaan Medis
Jenis Fraktur Jumlah
Tertutup Terbuka
f % f % f %
Operasi 39 61,9 24 38,1 63 100
Tanpa Operasi 45 88,2 6 11,8 51 100
X2 = 10,077 df = 1 p = 0,002
Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada penatalaksanaan medis operasi, proporsi jenis fraktur tertinggi adalah tertutup 61,9% (39 orang) sedangkan jenis terbuka 38,1% (24 orang). Pada penatalaksanaan medis tanpa operasi, proporsi jenis fraktur tertinggi adalah tertutup 88,2% (45orang), sedangkan jenis terbuka sebesar 11,8% (6 orang).
Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p<0,05 berarti ada perbedaan antara jenis fraktur berdasarkan penatalaksanaan medis.
5.11. Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Pada Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Penatalaksanaan Medis
Sumber Biaya Jumlah
Umum Program
Pemerintah f %
f % f %
Operasi 21 33,3 42 66,7 63 100
Tanpa Operasi 27 52,9 24 47,1 51 100
(61)
Pada tabel 5.11 dapat dilihat bahwa penderita fraktur dengan penatalaksanaan medis operasi, proporsi sumber biaya tertinggi adalah program pemerintah 66,7% (42 orang) sedangkan umum 33,3% (21 orang). Penderita fraktur dengan penatalaksanaan medis tanpa operasi, proporsi sumber biaya tertinggi adalah umum 52,9% (27 orang), dibanding program pemerintah 47,1% (24 orang).
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p<0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara sumber biaya berdasarkan penatalaksanaan medis penderita fraktur.
5.12. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Jenis Fraktur Pada Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2009
Jenis Fraktur Lama Rawatan Rata – Rata
f X SD
Tertutup 84 8,33 6,69
Terbuka 30 10,53 8,12
F =3,144 df = 112 p= 0,147 Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata penderita fraktur jenis tertutup adalah 8,33 (8hari) sedangkan lama rawatan rata – rata penderita fraktur jenis terbuka adalah 10,53 (10 hari).
Berdasarkan hasil uji t test diperoleh nilai p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata – rata berdasarkan jenis fraktur.
(62)
5.13. Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Keadaan sewaktu pulang Lama Rawatan Rata – Rata
f X SD
Pulang berobat jalan 69 11,3 7,339
Pulang Atas Permintaan Sendiri 44 5,27 4,985
Meninggal 1 4,0 0
X2 = 30,197 df = 2 p = 0,000 Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dengan pulang berobat jalan adalah 11,3 hari (11 hari), pulang atas permintaan sendiri 5,27 hari (5 hari), dan meninggal 4,0 (4 hari).
Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p<0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
5.14. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Keadaan Sewaktu Pulang
Sumber Biaya Jumlah
Umum Program Pemerintah
f %
f % f %
PBJ 18 26,1 51 73,9 69 100
PAPS 29 65,9 15 34,1 44 100
(63)
Pada tabel 5.14 dapat diketahui pada penderita fraktur dengan pulang berobat jalan proporsi sumber biaya yang tertinggi adalah program pemerintah 73,9% (51 orang), sedangkan sumber biaya umum 26,1% (18 orang). Pada penderita fraktur yang pulang atas permintaan sendiri, proporsi sumber biaya tertinggi adalah umum 65,9% (29 orang) dibandingkan sumber biaya program pemerintah 34,1% (15 orang). Terdapat 100% (1 orang) penderita fraktur yang meninggal dengan sumber biaya umum.
Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) yang mempunyai expected count < 5.
5.15. Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur
Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Penyebab Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
Penyebab Fraktur
Jenis Kelamin Jumlah
Laki – laki Perempuan
f %
f % f %
KLL 62 68,9 28 31,1 90 100
Non KLL 17 70,8 7 29,2 24 100
X2 = 0,034 df = 1 p = 0,854 Pada tabel 5.15 dapat diketahui proporsi terbesar penyebab fraktur KLL adalah laki – laki 68,9% dibandingkan perempuan 31,1%. Proporsi terbesar penyebab fraktur Non KLL adalah laki – laki sebesar 70,8% dibandingkan perempuan 29,2%.
(1)
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
lama rawatan rata-rata
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6.715a 1 111 .011
ANOVA
lama rawatan rata-rata
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1001.787 2 500.893 11.751 .000
Within Groups 4731.336 111 42.625
Total 5733.123 113
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
lama rawatan rata-rata 114 8.91 7.123 1 35
keadaan sewaktu pulang 114 1.40 .510 1 3
Kruskal-Wallis Test
Ranks
keadaan
sewaktu pulang N Mean Rank lama rawatan rata-rata PBJ 69 71.19
PAPS 44 36.51
Meninggal 1 36.50
(2)
Test Statisticsa,b
lama rawatan rata-rata Chi-Square 30.197
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: keadaan sewaktu pulang
Crosstabs
Case Processing Summary
114 100,0% 0 ,0% 114 100,0%
keadaan sewaktu pulang * sumber biaya
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
(3)
keadaan sewaktu pulang * sumber biaya Crosstabulation
18 51 69
29,1 39,9 69,0
26,1% 73,9% 100,0% 37,5% 77,3% 60,5% 15,8% 44,7% 60,5%
29 15 44
18,5 25,5 44,0
65,9% 34,1% 100,0% 60,4% 22,7% 38,6% 25,4% 13,2% 38,6%
1 0 1
,4 ,6 1,0
100,0% ,0% 100,0%
2,1% ,0% ,9%
,9% ,0% ,9%
48 66 114
48,0 66,0 114,0 42,1% 57,9% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 42,1% 57,9% 100,0% Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within sumber biaya % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within sumber biaya % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within sumber biaya % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within sumber biaya % of Total
PBJ
PAPS
Meninggal keadaan
sewaktu pulang
Total
Umum
Program Pemerintah sumber biaya
Total
Chi-Square Tests
18,865a 2 ,000
19,512 2 ,000
114 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,42.
a.
Crosstabs
Case Processing Summary
114 100.0% 0 .0% 114 100.0%
kategori penyebab * jenis kelamin
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
(4)
kategori penyebab * jenis kelamin Crosstabulation
62 28 90
62.4 27.6 90.0
68.9% 31.1% 100.0%
78.5% 80.0% 78.9%
54.4% 24.6% 78.9%
17 7 24
16.6 7.4 24.0
70.8% 29.2% 100.0%
21.5% 20.0% 21.1%
14.9% 6.1% 21.1%
79 35 114
79.0 35.0 114.0
69.3% 30.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
69.3% 30.7% 100.0%
Count
Expected Count % within kategori penyebab
% within jenis kelamin % of Total
Count
Expected Count % within kategori penyebab
% within jenis kelamin % of Total
Count
Expected Count % within kategori penyebab
% within jenis kelamin % of Total
KLL
Non KLL kategori penyebab
Total
LK PR
jenis kelamin
Total
Chi-Square Tests
.034b 1 .854
.000 1 1.000
.034 1 .854
1.000 .534
114 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.37.
b.
Crosstabs
Case Processing Summary
114 100.0% 0 .0% 114 100.0%
jenis fraktur * jenis kelamin
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
(5)
jenis fraktur * jenis kelamin Crosstabulation
59 25 84
58.2 25.8 84.0
70.2% 29.8% 100.0%
74.7% 71.4% 73.7%
51.8% 21.9% 73.7%
20 10 30
20.8 9.2 30.0
66.7% 33.3% 100.0%
25.3% 28.6% 26.3%
17.5% 8.8% 26.3%
79 35 114
79.0 35.0 114.0
69.3% 30.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
69.3% 30.7% 100.0%
Count
Expected Count % within jenis fraktur % within jenis kelamin % of Total
Count
Expected Count % within jenis fraktur % within jenis kelamin % of Total
Count
Expected Count % within jenis fraktur % within jenis kelamin % of Total
Tertutup
Terbuka jenis fraktur
Total
LK PR
jenis kelamin
Total
Chi-Square Tests
.133b 1 .716
.018 1 .894
.131 1 .717
.818 .441
114 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.21.
b.
Crosstabs
Case Processing Summary
114 100.0% 0 .0% 114 100.0%
keadaan sewaktu pulang * jenis fraktur
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
(6)
keadaan sewaktu pulang * jenis fraktur Crosstabulation
53 16 69
50.8 18.2 69.0
76.8% 23.2% 100.0%
63.1% 53.3% 60.5%
46.5% 14.0% 60.5%
31 13 44
32.4 11.6 44.0
70.5% 29.5% 100.0%
36.9% 43.3% 38.6%
27.2% 11.4% 38.6%
0 1 1
.7 .3 1.0
.0% 100.0% 100.0%
.0% 3.3% .9%
.0% .9% .9%
84 30 114
84.0 30.0 114.0
73.7% 26.3% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
73.7% 26.3% 100.0%
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis fraktur % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis fraktur % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis fraktur % of Total
Count
Expected Count % within keadaan sewaktu pulang % within jenis fraktur % of Total
1
2
3 keadaan
sewaktu pulang
Total
Tertutup Terbuka
jenis fraktur
Total
Chi-Square Tests
3.385a 2 .184
3.258 2 .196
114 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .26.