BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut ISPA merupakan suatu penyakit yang sering
terpajan pada semua golongan umur terutama balita dan anak. Dikatakan bahawa infeksi salur pernafasan akut atau ISPA telah menjadi salah satu penyebab kematian tersering
pada balita di negara berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut termasuk dalam kategori infeksi berat menurut World Health Organisation WHO. Infeksi saluran
pernafasan akut merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, mulai hidung hingga alveoli dan termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura Djaja, et al, 2001. Dari riset di negara berkembang menunjukkan bahwa 20 – 35 kematian bayi dan
anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan 2 – 5 juta bayi dan anak balita di berbagai negara setiap tahun mati karena infeksi saluran pernafasan akut. Dua per tiga
dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi usia 2 bulan pertama sejak kelahiran Buletin Penelitian Kesehatan, 2001.
Salah satu komplikasi ISPA pada bayi yang dapat berakibat fatal adalah pneumonia, disamping komplikasi lainnya misalnya otitis media akuta OMA, dan mastoiditis. Jadi
upaya penangganan ISPA secara lebih dini diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi tersebut yang dapat menurunkan kualitas hidup bayi tersebut pada masa
depan. Kresno, et al, 1994 World Health Organisation telah mempublikasikan hasil penelitan Kumar di India
yang memperlihatkan hubungan signifikan antara kejadian ISPA dengan kondisi bayi yang lahir dengan BBLR. Demikian pula dengan publikasi Warta Posyandu 19981999
tentang faktor meningkatkan morbiditas ISPA antara lain disebabkan oleh karena BBLR Warta Posyandu, 1999.
Sebuah penelitian telah dilakukan di Filipina membuktikan bahwa sosio-ekonomi orang tua yang rendah akan meningkatkan resiko ISPA pada anak umur kurang dari 1
tahun Tupasi et al, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita oleh bayi berat lahir rendah adalah penyakit pada membran hielin, infeksi saluran pernafasan akut, aspirasi
pneumonia, pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan karena pusat pernafasan di medulla belum matur. Sebuah studi menunjukkan angka statistik dimana bayi berat lahir
rendah yang tidak mendapat ASI eksklusif, mendapat MP-ASI sebelum usia 4 bulan, status imunisasi tidak lengkap, dan tinggal di rumah dengan ventilasi 10 , peluang
untuk terkena infeksi saluran pernafasan akut adalah 90. Dari studi yang dilakukan juga didapati besar risiko BBLR untuk menderita ISPA adalah sebesar 3 kali dibandingkan
bayi yang berat lahir normal. Komplikasi yang berlaku semasa serangan ISPA waktu bayi boleh menetap hingga dewasa. Oleh itu, adalah penting supaya dapat mengidentifikasi
faktor resiko ISPA pada bayi dalam upaya mencegah berlakunya ISPA dikalangan bayi agar dapat menurunkan kadar terjadinya ISPA mahupun kematian bayi disebabkan ISPA.
Orang tua juga dapat diedukasi tentang prognosis bayi berat badan lahir rendah dalam mendapat ISPA Sadono, et al, 2005.
Menurut analisis situasi kesehatan di kota Palu tahun 2000, ternyata ISPA merupakan penyakit yang tebanyak diderita oleh penduduk terutama usia balita dari 10
penyakit utama yang sering diderita balita. Pada analisis tersebut, terungkap pula bahawa kunjungan rawat jalan ISPA di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah
sakit mencapai 61,7 dari keseluruhan kunjungan rawat jalan selama periode 1996-1999. Angka tersebut, ternyata tidak berbeda dengan yang dilaporkan oleh Direktorat Bina
Peranserta Masyarakat bahawa sekitar 40 - 60 kunjungan berobat jalan di pskesmas dan 15 - 30 kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit adalah kunjungan
ISPA Warta Posyandu No 2, 1999.
Faktor yang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh salah satu adalah berat badan lahir. Bayi yang lahir dengan BBLR, akan berisiko kematian lebih tinggi dianding bayi
dengan berat lahir yang normal pada bulan bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan tubuh kurang sempurna sehingga lebih mudah terserang penyakit
infeksi terutama infeksi salur napas dan pneumonia Molyneux, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Dalam suatu studi lain yang dilakukan membuktikan bahawa bayi berat lahir rendah secara statistik terbukti merupakan faktor risiko infeksi saluran pernafasan akut pada
bayi. Selain itu, ada kecenderungan semakin rendah berat lahir, semakin sering sakit ISPA. Hasil ini sesuai dengan teori, bahwa organ pada BBLR belum sempurna, sehingga
sering mengalami komplikasi, termasuk infeksi. Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita oleh bayi berat lahir rendah adalah penyakit pada membran hielin, infeksi
saluran pernafasan akut, aspirasi pnemonia, pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan karena pusat pernafasan di medulla belum matur Baqui, 2001.
Adalah mudah memahami mengapa bayi yang dilahirkan dengan BBLR mudah terserang ISPA. Bayi dengan BBLR memiliki system pertahanan tubuh yang rendah
disbanding orang dewasa terhadap mikroorganisme patogen. Dengan infeksi ringan sahaja sudah cukup membuat sakit, sehingga bayi BBLR rentan terhadap penyakit infeksi
termasuk ISPA Warta Posyandu, 1999. Di negara berkembang seperti di kebanyakan negara di Asia, faktor sosio ekonomi
terutama faktor pendapatan dan lingkungan menjadi permasalahan utama dalam terjadinya infeksi. Ini karena lingkungan yang kurang hiegenis menjadi tempat
pembiakan vektor pembawa infeksi. Faktor pendapatan pula mengehadkan ketersediaan obat. Dalam suatu studi mengenai sosiol-ekonomi dengan keluhan ISPA menyatakan
bahawa gangguan asap dari pabrik maningkatkan resiko 1.55 kali terkena ISPA, lokasi rumah di daerah rawan banjir meningkat resiko sebesar 1.16 kali dan status ekonomi
miskin sebesar 0.89 kali Sonny, 2002. Demikian pula penelitian prospektif yang pernah dilaksanakan di salah satu
kelurahan di Jakarta Timur, terbukti bahwa sosio-ekonomi yang diukur dengan faktor kepemilikan barang berhubungan dengan episode ISPA. Orang tua dengan sosio-ekonomi
tinggi, anaknya memiliki episode ISPA yang lebih jarang dibandingkan dengan anak kepada orang tua yang mempunyai sosio-ekonomi rendah Sumargono, 1989.
1.2 Rumusan Masalah
Universitas Sumatera Utara
Bagaimana gambaran riwayat Berat Badan Lahir Rendah dan status sosio- ekonomi anak umur 0-5 tahun yang menderita Infeksi Salur Pernafasan Akut di RSUP
Haji Adam Malik, Medan?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Melihat gambaran anak umur 0-5 tahun yang menderita Infeksi Salur Pernafasan Akut dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah dan sosio-ekonomi rendah pada di
RSUP Haji Adam Malik.
1.3.2. Tujuan Khusus 1 Mendapatkan gambaran barat badan lahir anak yang terpajan ISPA.
2 Mendapatkan gambaran status sosio ekonomi keluarga anak dengan menderita ISPA dengan melihat jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga.
1.4. Manfaat Penelitian 1 Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai hubungan keadaan
sosio-ekonomi dalam meningkatnya risiko anak terkena ISPA. Ini dapat menjadi suatu garis panduan agar semua pihak dapat berusaha meningkat sosio-
ekonomi demi menjamin kehidupan anak yang lebih baik. 2 Diharapkan juga penelitian ini dapat menjadi suatu panduan bagi dokter umum
dalam mendiagnosa anak BBLR yang datang dengan keluhan ISPA dan dapat memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai resiko anak BBLR dan
keadaan sosio-ekonomi orang tua dalam terjadinya ISPA. 3 Menambah pengetahuan dan meningkat pengalaman peneliti mengenai ISPA
pada anak, yang dapat diguna pada masa depan semasa menjadi dokter umum dalam mengedukasi para orangtua baru mengenai cara mencegah ISPA
neonatus.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA