Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009.

(1)

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT

BAYI LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

Oleh :

RIZKA ARIANI

070100049

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BAYI

LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

RIZKA ARIANI

070100049

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

Nama

: Rizka Ariani

NIM

: 070100049

Pembimbing

Penguji I

dr. Delyuzar, SpPA(K)

dr. Dona Partogi, SpKK

NIP : 19630219 199003 1 001 NIP : 19720103 200501 2 001

Penguji II

dr. Vita Camelia, SpKJ

NIP : 19780404 200501 2 002

Medan, Desember 2010

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH


(4)

ABSTRAK

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 sebanyak 98 orang.

Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p

value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α

(0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.

Kata kunci : preeklampsia, berat bayi lahir rendah, hipertensi kehamilan, penyakit kehamilan


(5)

ABSTRACT

Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009.

The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP H. Adam Malik Medan year 2009.

The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.

From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009. Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.

Keywords : preeclampsia, low birth weight, pregnancy hypertension, pregnancy disease


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009”. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. H. Delyuzar, Sp.PA(K), selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M, selaku dosen penasihat akademis penulis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh jajaran RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengambilan data di lokasi penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua tersayang, Azhar, APi, MM dan Yuniar Kemala Putri, terima kasih yang tiada tara untuk kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.


(7)

7. Kakak dan adik tercinta, Yunda Azrina Azhar dan Ditri Rizanti Azhar, terima kasih untuk selalu mendukung, memberi motivasi, memberi keceriaan maupun doa untuk menyelesaikan karya tulis ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Sylvia Youvella, Indri M. Benazir, Anggita Dwi R., Ayuca Zarry, Andika Iskandar Agung, Andika Pradana, Stefani Tania dan teman-teman stambuk 2007 yang telah memberi motivasi, dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis,

Rizka Ariani 070100049


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ... ii

ABSTRACT ... ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Preeklampsia ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Etiologi ... 5

2.1.4. Patogenesis ... 6

2.1.5. Perubahan Fisiologik Patologik ... 6

2.1.6. Klasifikasi ... 12

2.1.7. Gejala Klinis ... 14

2.1.8. Penatalaksanaan Preeklampsia ... 15

2.1.9. Komplikasi Preeklampsia ... 16

2.1.10. Pencegahan Preeklampsia ... 17

2.2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ... 18

2.2.1. Definisi ... 18

2.2.2. Epidemiologi ... 19

2.2.3. Etiologi ... 19

2.2.4. Klasifikasi dan Karakteristik Klinis ... 20

2.2.5. Diagnosis BBLR ... 22

2.2.6. Masalah pada Bayi Prematur atau Bayi dengan BBLR . 23 2.2.7. Perawatan BBLR ... 25

2.2.8. Prognosis BBLR ... 25

2.3. Hubungan Preeklampsia dengan BBLR ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Rancangan Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1. Hasil Penelitian ... 31

5.2. Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1.Kesimpulan ... 40

6.2.Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL Nomor 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 Judul

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ………. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …... Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……. Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……… Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Status Gravida di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …… Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …... Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009….. Distribusi Kejadian Preeklampsia dan Rata-rata Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …... Distribusi Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ………. Hubungan Preeklampsia dengan

Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ………... Halaman 32 33 33 34 34 35 35 36 37 37


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1

Judul

Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Preklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……….

Halaman

27


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. 2. 3. 4.

Judul

Daftar Riwayat Hidup ……. ………... Master Data Penelitian ……….... Surat Ethical Clearence………... Surat Izin Melakukan Penelitian ……….

Halaman

44 46 48 49


(13)

ABSTRAK

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 sebanyak 98 orang.

Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p

value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α

(0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.

Kata kunci : preeklampsia, berat bayi lahir rendah, hipertensi kehamilan, penyakit kehamilan


(14)

ABSTRACT

Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009.

The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP H. Adam Malik Medan year 2009.

The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.

From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009. Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.

Keywords : preeclampsia, low birth weight, pregnancy hypertension, pregnancy disease


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009). Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan. Angka kematian maternal di RS Pirngadi Medan per 10.000 persalinan adalah 140,2 (1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).

Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982). Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun 2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana Wati, 2009).

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh (termasuk wajah, leher dan ekstrimitas atas) atau proteinuria atau keduanya (Benson, 1982). Preeklampsia terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi sesuai dengan lokasi geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden preeklampsia dilaporkan hingga 4 – 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, Medan pada tanggal 1 Maret 2001-31 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat menurut Dina (2003) dalam Wati (2009). Menurut


(16)

Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga dapat menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.

Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 % kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).

Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik, kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi (Fried, 2008).

Berdasarkan data statistik yang telah diuraikan sebelumnya, banyak sekali pengaruh preeklampsia terhadap kehidupan ibu dan bayi. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.


(17)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan ?

Adapun hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP H. Adam Malik Medan agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya.


(18)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.

4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Preeklampsia 2.1.1. Definisi

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2005). Penyakit ini merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul akibat kehamilan yang biasanya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum triwulan ketiga seperti pada pasien mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2006).

2.1.2. Epidemiologi

Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 – 6 % dari ibu hamil nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara 4 – 18 %. Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia berat terjadi 25 %. Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan penyakit ginjal (Lim, 2009). Pada ibu hamil primigravida terutama dengan usia muda lebih sering menderita preeklampsia dibandingkan dengan multigravida (Wiknjosastro, 2006). Faktor predisposisi lainnya adalah ras hitam, usia ibu hamil dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun, mola hidatidosa, polihidramnion dan diabetes (Pernoll, 1987).

2.1.3. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab


(20)

dari penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab bertambahnya frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan, penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam kandungan, penyebab jarang timbul kembali preeklampsia pada kehamilan berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Wiknjosastro, 2006).

2.1.4. Patogenesis

Preeklampsia telah dijelaskan oleh Chelsey sebagai “disease of theories” karena penyebabnya tidak diketahui. Banyak teori yang menjelaskan patogenesis dari preeklampsia, diantaranya adalah (1) fenomena penyangkalan yaitu tidak adekuatnya produksi dari blok antibodi, (2) perfusi plasenta yang tidak adekuat menyebabkan keadaan bahaya bagi janin dan ibu, (3) perubahan reaktivitas vaskuler, (4) ketidakseimbangan antara prostasiklin dan tromboksan, (5) penurunan laju filtrasi glomerulus dengan retensi garam dan air, (6) penurunan volume intravaskular, (7) peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat, (8) penyebaran koagulasi intravaskular (Disseminated Intravascular Coagulation, DIC), (9) peregangan otot uterus (iskemia), (10) faktor-faktor makanan dan (11) faktor genetik. Dari teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, belum ada satupun yang dapat membuktikan proses patogenesis preeklampsia yang sebenarnya (Pernoll, 1987).

2.1.5. Perubahan Fisiologi Patologik

2.1.5.1. Otak

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi. Pada saat autoregulasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, jembatan


(21)

penguat endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular. Hal ini akan menimbulkan perdarahan petekie atau perdarahan intrakranial yang sangat banyak (Pernoll, 1987).

Dalam Sarwono, McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada pasien hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi pada eklampsia. Pada pasien preeklampsia, aliran darah ke otak dan penggunaan oksigen otak masih dalam batas normal. Pemakaian oksigen pada otak menurun pada pasien eklampsia (Wiknjosastro, 2006).

2.1.5.2. Mata

Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan. Pada preeklampsia jarang terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan. Ablasio retina ini biasanya disertai kehilangan penglihatan (Wiknjosastro, 2006).

Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina (Wiknjosastro, 2006).

Selama periode 14 tahun, ditemukan 15 wanita dengan preeklampsia berat dan eklampsia yang mengalami kebutaan yang dikemukakan oleh Cunningham (1995) dalam Cunningham (2005).

2.1.5.3. Paru

Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan eklampsia dan merupakan penyebab utama kematian (Wiknjosastro, 2006). Edema paru bisa diakibatkan oleh kardiogenik ataupun non-kardiogenik dan biasa


(22)

terjadi setelah melahirkan. Pada beberapa kasus terjadi berhubungan dengan terjadinya peningkatan cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat berhubungan dengan penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati (Pernoll, 1987).

2.1.5.4. Hati

Pada preeklampsia berat terkadang terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar, termasuk perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan peningkatan kadar aspartat aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk (1994), dengan menggunakan sonografi Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.

Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam serum. Perdarahan pada lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika, atau dapat meluas di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).

2.1.5.5. Ginjal

Selama kehamilan normal, aliran darah dan laju filtrasi glomerulus meningkat cukup besar. Dengan timbulnya preeklampsia, perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus menurun (Cunningham, 2005). Lesi karakteristik dari preeklampsia, glomeruloendoteliosis, adalah pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal (Pernoll, 1987).

Pada sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya

Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita dengan penyakit berat (Cunningham, 2005).


(23)

volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, keterlibatan ginjal menonjol dan kreatinin plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat yang dikemukakan oleh Pritchard (1984) dalam Cunningham (2005).Filtrasi yang menurun hingga 50% dari normal dapat menyebabkan diuresis turun, bahkan pada keadaan yang berat dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria (Wiknjosastro, 2006). Lee (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan tekanan pengisian ventrikel normal pada tujuh wanita dengan preeklampsia berat yang mengalami oligouria dan menyimpulkan bahwa hal ini konsisten dengan vasospasme intrarenal.

Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan retensi garam dan air (Wiknjosastro, 2006). Taufield (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan bahwa preeklampsia berkaitan dengan penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya reabsorpsi di tubulus. Pada kehamilan normal, tingkat reabsorpsi meningkat sesuai dengan peningkatan filtrasi dari glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal mengakibatkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan juga retensi air (Wiknjosastro, 2006).

Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus terdapat proteinuria. Namun, karena proteinuria muncul belakangan, sebagian wanita mungkin sudah melahirkan sebelum gejala ini dijumpai. Meyer (1994) menekankan bahwa yang diukur adalah ekskresi urin 24 jam. Mereka mendapatkan bahwa proteinuria +1 atau lebih dengan dipstick memperkirakan minimal terdapat 300 mg protein per 24 jam pada 92 % kasus. Sebaliknya, proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki nilai prediktif negatif hanya 34 % pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3 atau +4 hanya bersifat prediktif positif untuk preeklampsia berat pada 36 % kasus (Cunningham, 2005).

Seperti pada glomerulopati lainnya, terjadi peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Maka ekskresi


(24)

protein albumin juga disertai protein-protein lainnya seperti hemoglobin, globulin dan transferin. Biasanya molekul-molekul besar ini tidak difiltrasi oleh glomerulus dan kemunculan zat-zat ini dalam urin mengisyaratkan terjadinya proses glomerulopati. Sebagian protein yang lebih kecil yang biasa difiltrasi kemudian direabsorpsi juga terdeksi di dalam urin (Cunningham, 2005).

2.1.5.6. Darah

Kebanyakan pasien dengan preeklampsia memiliki pembekuan darah yang normal (Pernoll, 1987). Perubahan tersamar yang mengarah ke koagulasi intravaskular dan destruksi eritrosit (lebih jarang) sering dijumpai pada preeklampsia menurut Baker (1999) dalam Cunningham (2005). Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/µl yang ditemukan pada 15 - 20% pasien. Level fibrinogen meningkat sangat aktual pada pasien preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia biasanya berhubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental

abruption) (Pernoll, 1987).

Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dan eklampsia menunjukan terjadinya HELLP syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu kehamilan) dan tanpa terjadi peningkatan tekanan darah. Kebanyakan abnormalitas hematologik kembali ke normal dalam dua hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa menetap selama seminggu (Pernoll, 1987).

2.1.5.7. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit

Selama kehamilan normal, kadar renin, angiotensin II dan aldosteron meningkat. Pada preeklampsia menyebabkan kadar berbagai zat ini menurun ke kisaran normal pada ibu tidak hamil. Pada retensi natrium dan atau hipertensi,


(25)

sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang sehingga proses penghasilan aldosteron pun terhambat dan menurunkan kadar aldosteron dalam darah (Cunningham, 2005).

Pada ibu hamil dengan preeklampsia juga meningkat kadar peptida natriuretik atrium. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan meningkatnya curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada normotensif maupun preeklamptik. Hal ini menjelaskan temuan turunnya resistensi vaskular perifer setelah ekspansi volume pada pasien preeklampsia (Cunningham, 2005).

Pada pasien preeklampsia terjadi hemokonsentrasi yang masih belum diketahui penyebabnya. Pasien ini mengalami pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, edema yang dapat menyebabkan berkurangnya volume plasma, viskositas darah meningkat dan waktu peredaran darah tepi meningkat. Hal tersebut mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi hipoksia.

Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih banyak dibandingkan pada ibu hamil normal. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan filtrasi glomerulus namun penyerapan kembali oleh tubulus ginjal tidak mengalami perubahan (Wiknjosastro, 2006).

2.1.5.8. Plasenta dan Uterus

Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat kurangnya oksigenisasi untuk janin.

Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada preeklampsia. Hal ini menyebabkan sering terjadinya partus prematurus pada pasien preeklampsia (Wiknjosastro, 2006).


(26)

Pada pasien preeklampsia terjadi dua masalah, yaitu arteri spiralis di miometrium gagal untuk tidak dapat mempertahankan struktur muskuloelastisitasnya dan atheroma akut berkembang pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah nekrosis arteriopati pada ujung-ujung plasenta yang mirip dengan lesi pada hipertensi malignan. Atheroma akut juga dapat menyebabkan penyempitan kaliber dari lumen vaskular. Lesi ini dapat menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh darah yang bertanggung jawab terhadap terjadinya infark plasenta (Pernoll, 1987).

2.1.6. Klasifikasi

Menurut The National High Blood Pressure Education Program

(NHBPEP) Working Group, penyakit hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi

empat grup yaitu (Lim, 2009) :

2.1.6.1. Hipertensi dalam kehamilan (Gestational hipertensi)

Gejala yang timbul adalah peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih pada awal kehamilan, tidak terdapat proteinuria, tekanan darah kembali normal kurang dari 12 minggu setelah kelahiran dan diagnosis bisa ditegakkan jika setelah pasien melahirkan.

2.1.6.2. Hipertensi Kronis

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu dan bukan merupakan penyebab dari penyakit tropoblastik kehamilan. Hipertensi yang terdiagnosa setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu setelah melahirkan termasuk dalam klasifikasi hipertensi kronis.


(27)

2.1.6.3. Preeklampsia atau Eklampsia

Pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia kehamilan 20 minggu dengan sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein dalam spesimen urin 24 jam). Eklampsia dapat didefinisikan sebagai kejang yang bukan merupakan dikarenakan penyebab apapun pada wanita dengan preeklampsia.

2.1.6.4. Superimposed Preeklampsia (dalam Hipertensi Kronis)

Proteinuria dengan onset yang cepat (>300 mg dalam urin 24 jam) dengan wanita hamil dengan hipertensi tetapi tidak terjadi proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah atau proteinuria atau penurunan jumlah platelet hingga dibawah 100.000 secara tiba-tiba pada wanita dengan hipertensi atau proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia ringan didefinisikan dengan terdapatnya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang waktu paling sedikit 6 jam. Proteinuria adalah terdapatnya protein 1+ atau lebih dipstick atau paling sedikit 300 mg protein dalam urin 24 jam. Edema dan hiperrefleksia sekarang bukan merupakan pertimbangan utama dalam kriteria diagnosis preeklampsia ringan.

Kriteria diagnosa preeklampsia berat adalah apabila terdapat gejala dan tanda sebagai berikut (Wiknjosastro, 2006) :

- Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg yang terjadi dua kali dalam waktu paling sedikit 6 jam

- Proteinuria lebih dari 5 gram dalam urin 24 jam - Edema pulmonal

- Oligouria (<400 ml dalam 24 jam) - Sakit kepala yang menetap

- Nyeri epigastrium dan atau kerusakan fungsi hati - Trombositopenia


(28)

- Keterbatasan perkembangan intrauterus - Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus - Skotoma dan gangguan visus lain

- Perdarahan retina

- Koma (Wiknjosastro, H., 2006)

2.1.7. Gejala Klinis

2.1.7.1. Edema

Pada kehamilan normal dapat ditemukan edema yang bebas, tetapi jika terdapat edema yang tidak bebas, terdapat di tangan dan wajah yang meningkat pada pagi hari dapat dipikirkan merupakan edema yang patologis. Peningkatan berat badan yang sangat banyak atau secara tiba-tiba dapat meningkatkan kemungkinan preeklampsia. Preeklampsia dapat juga terjadi tanpa adanya edema (Pernoll, 1987).

2.1.7.2. Hipertensi

Hipertensi merupakan kiteria paling penting dalam diagnosa penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, pada pasien preeklampsia merupakan hipertensi relatif jika tekanan darahnya 120/80 mmHg. Tekanan darah sangat labil. Tekanan darah pasien preeklampsia ataupun hipertensi kronis biasanya menurun pada saat pasien tidur, tetapi pada pasien preeklampsia berat tekanan darah akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan tidur (Pernoll, 1987).


(29)

2.1.7.3. Proteinuria

Proteinuria merupakan gejala yang paling terakhir timbul (Pernoll, 1987). Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan 1+ atau 2+ atau 1 gr/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter atau midstream yang diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam (Wiknjosastro, 2006).

2.1.7.4. Penemuan Laboratorium

Hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia biasanya terjadi. Penurunan produksi benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin

fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit

meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis dapat ditemukan proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast (Pernoll, 1987).

2.1.8. Penatalaksanaan Preeklampsia

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya (Wiknjosastro, 2006).

2.1.8.1. Preeklampsia Ringan

Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga


(30)

bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur (Wiknjosastro, 2006).

2.1.8.2. Preeklampsia Berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan

sulfas magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella

positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain

sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg

secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).

2.1.9. Komplikasi Preeklampsia

Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran (Pernoll, 1987). Komplikasi yang sering terjadi pada preklampsia berat adalah (Wiknjosastro, 2006) :


(31)

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang menderita hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 % solusio plasenta terjadi pada pasien preeklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia.

3. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.

6. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pasien preeklampsia-eklampsia diakibatkan vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati.

7. Sindroma HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet. 8. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa

pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. 9. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.

10. Komplikasi lain berupa lidah tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat kejang, pneumonia aspirasi dan DIC.

2.1.10. Pencegahan Preeklampsia

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia tersebut. Walaupun preeklampsia tidak dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi


(32)

preeklampsia dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pengawasan yang baik pada ibu hamil.

Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring, dalam hal ini yaitu dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklampsia dan merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensi merupakan manfaat dari pencegahan melalui pemeriksaan antenatal yang baik (Wiknjosastro, 2006).

2.2. Berat Bayi Lahir Rendah 2.2.1. Definisi

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir (Kosim, 2008). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur (Mochtar, 1998). BBLR merupakan penyebab utama dalam mortalitas, morbiditas dan kecacatan pada neonatus, balita dan anak-anak serta memiliki efek yang sangat panjang dalam kesehatan dewasa nantinya. BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Kosim, 2008).

2.2.1.1. Prematuritas Murni

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai.

2.2.1.2. Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

KMK adalah bayi yang lahir dengan berat yang rendah dari seharusnya umur kehamilan.


(33)

2.2.1.3. Retardasi Pertumbuhan Janin Intrauterin

Retardasi pertumbuhan janin intrauterin adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

2.2.1.4. Dismaturitas

Dismaturitas adalah suatu sindroma klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Dismaturitas juga bisa didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan gejala

intrauterine malnutrition atau wasting.

2.2.1.5. Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

BMK adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, misalnya pada diabetes mellitus (Mochtar, R., 1998).

2.2.2. Epidemiologi

Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 %. Di negara berkembang BBLR terjadi berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4 (Mochtar, 1998). Frekuensi BBLR di RSCM Jakarta berkisar antara 22 – 24 % dari semua bayi yang dilahirkan pada satu tahun (Hassan, 2007).

2.2.3. Etiologi

Penyebab terjadinya BBLR sering sekali tidak diketahui ataupun jika diketahui faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri (Mochtar, 1998). Faktor-faktor penyebabnya antara lain (Hassan, 2007):


(34)

2.2.3.1. Faktor Genetik

Genetik atau kromosom, interaksi genetik dengan lingkungan, ukuran tubuh orangtua dan jenis kelamin.

2.2.3.2. Faktor Nutrisi

Malnutrisi ibu selama kehamilan atau malnutrisi ibu sewaktu remaja (sebelum hamil).

2.2.3.3. Faktor Karaktersitik Ibu

Kapasitas uterus, kehamilan ganda, status paritas, rentang waktu kehamilan pertama dan kedua yang sedikit dan usia muda dibawah 20 tahun.

2.2.3.4. Faktor Penyakit

Infeksi pada ibu hamil seperti malaria, rubella dan sifilis, nefritis akut, diabetes mellitus ataupun tindakan operatif yang merupakan etiologi prematuritas.

2.2.3.5. Faktor Komplikasi Penyakit Kehamilan

Preeklampsia, eklampsia, plasenta previa, hidramnion, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.

2.2.3.6. Gaya Hidup Ibu

Merokok, peminum alkohol, bekerja berat saat hamil dan sosial ekonomi yang rendah.

2.2.3.7. Lingkungan

Bahan toksik, radiasi, polusi dan atau obat-obatan.

2.2.4. Klasifikasi dan Karakteristik Klinis

2.2.4.1. Prematuritas

Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang 33 cm.


(35)

Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lamanya gestasi. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan imatur. Desensus

testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus dapat

terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan dalam daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamae belum sempurna dan puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnu. Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, demikian juga refleks batuk. Bayi yang kelaparan biasanya menangis, gelisah dan aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang menjadi lebih nyata dalam 24 – 48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau selalu diatas 60 kali/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya membran hialin (sindrom gangguan pernafasan idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks.

2.2.4.2. Dismaturitas

Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan tampak gejala fisis bayi prematur dan mungkin ditambah dengan gejala


(36)

dismaturitas. Karakteristik fisik bayi dismaturitas sama dengan bayi prematur dan ditambah dengan retardasi-pertumbuhan dan wasting. Pada bayi dismaturitas yang term dan post term dengan gejala yang menonjol ialah wasting.

Menurut Greunwald (1997) dalam Hassan (2007) mengatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Gejala insufisiensi plasenta timbulnya bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit. Defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung kronis. Retardasi pertumbuhan yang kronis dapat menyebabkan fetal

distress (Hassan, 2007).

Fetal distress dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Hassan, 2007) :

1. Fetal distress akut yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya

mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan wasting.

2. Fetal distress subakut yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukan

tanda wasting tetapi tidak terdapat retardasi pertumbuhan.

3. Fetal distress kronis yaitu bila bayi jelas menunjukan retardasi

pertumbuhan (Hassan, Rusepno dan Alatas, H., 2007).

2.2.5. Diagnosis BBLR

2.2.5.1. Sebelum Bayi Lahir

a. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus atau lahir mati.

(Mochtar, 1998)

b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.

c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun usia kehamilan sudah lanjut. d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut usia

kehamilan.

e. Sering dijumpai pada kehamilan oligohidramnion atau hidramnion,

hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum.


(37)

2.2.5.2. Setelah Bayi Lahir

a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin tampak secara klasik seperti bayi kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat dan mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

(Mochtar, 1998)

b. Bayi prematur yang lahir dengan usia gestasti kurang dari 37 minggu,

verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang

tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni serta kulit tipis, merah dan transparan.

c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, oleh karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi KMK, organ tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematuritas kurang bulan, oleh karena itu bayi KMK lebih mudah hidup di luar rahim.

2.2.6. Masalah pada Bayi Prematur atau Bayi dengan BBLR

2.2.6.1. Ketidakstabilan suhu karena bayi dengan BBLR sulit untuk mempertahankan suhu tubuh akibat peningkatan hilangnya panas, kurangnya lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar dan produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.

2.2.6.2. Kesulitan pernafasan akibat defisiensi surfaktan paru yang mengarah kepada penyakit membran hialin, resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks mengisap dan refleks menelan,


(38)

thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah dan pernafasan periodik dan apnea.

2.2.6.3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi yaitu refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung tertunda, pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut lemak berkurang, defisiensi enzim laktase, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh dan meningkatnya resiko enterokolitis nekrotikans.

2.2.6.4. Imaturitas hati yang menyebabkan konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu serta defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K.

2.2.6.5. Imaturitas ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar, akumulasi asam organik dengan

asidosis metabolik dan ketidakseimbangan elektrolit seperti

hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia dan glikosuria ginjal.

2.2.6.6. Imaturitas imunologis sehingga meningkatkan resiko yang tinggi dalam terjadinya infeksi akibat tidak banyaknya transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga, fagositosis yang terganggu dan penurunan faktor komplemen.

2.2.6.7. Kelainan neurologis berupa refleks isap dan telan yang imatur, apnea dan bradikardi yang berulang, perdarahan intraventrikel dan

leukomalasia periventrikel, pengaturan fungsi serebral yang buruk, hipoksia iskemik ensefalopati, retinopati prematuritas, kejang dan hipotonia.


(39)

2.2.6.8. Kelainan kardiovaskular yaitu patent ductus arteriosus (PDA) yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan serta hipotensi atau hipertensi.

2.2.6.9. Kelainan hematologis berupa anemia, hiperbilirubinemia, disseminated

intravascular coagulation (DIC) ataupun hemorrhage disease of the newborn (HDN).

2.2.6.10. Kelainan metabolisme yang dapat menyebabkan hipokalsemia, hipoglikemia atau hiperglikemia (Kosim, 2008).

2.2.7. Perawatan BBLR

Yang perlu dilakukan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi prematur semakin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi serta semakin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan dan trauma pada otak.

Pengaturan suhu lingkungan adalah hal pertama yang dilakukan. Bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu yang diatur, jika berat bayi kurang dari 2 kg menggunakan suhu 350C, tetapi jika berat badan 2 - 2,5 kg menggunakan suhu 340C. Suhu inkubator diturunkan 10C hingga bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 - 270

Pada umumnya bayi prematur belum sempurna dalam refleks mengisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Makanan diberikan dengan cara menggunakan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Yang penting diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia (Mochtar, 1998).


(40)

2.2.8. Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Semakin rendah berat bayi lahir maka semakin buruk prognosisnya. Angka kematian yang tinggi sering dijumpai akibat terdapatnya komplikasi neonatus seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat, terkadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998).

2.3. Hubungan Preeklampsia dengan BBLR

Preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin (Behrman, 2000).

Jika preeklampsia terjadi pada akhir trimester kehamilan, pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang. Keadaan klinis seperti ini merupakan gangguan pertumbuhan asimetri dan paling sering terjadi pada ibu hamil yang menderita preeklampsia karena preeklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir kehamilan. Namun jika retardasi pertumbuhan janin telah terjadi sejak awal kehamilan, pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu. Hal ini merupakan gangguan pertumbuhan simetri dan seringkali berkaitan dengan hasil akhir perkembangan saraf yang buruk (Kosim, 2008).


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Preeklampsia adalah terdapatnya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang waktu paling sedikit 6 jam dan proteinuria (terdapatnya protein 1+ atau lebih dipstick atau paling sedikit 300 mg protein dalam urin 24 jam) pada ibu hamil. Sampel yang diambil adalah yang telah didiagnosa preeklampsia dalam rekam medis.

Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Pasien Preeklampsia


(42)

3.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

3.3.1 Hipotesis nol ialah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.

3.3.2 Hipotesis alternatif ialah terdapat hubungan antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode pengambilan data secara potong lintang retrospektif untuk melihat hubungan preeklampsia pada ibu hamil dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juni - September 2010. Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah sakit ini merupakan pusat rujukan sehingga banyak kasus yang dapat diperhitungkan dan dapat mewakilkan kasus preeklampsia yang melahirkan BBLR di daerah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling.


(44)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis departemen Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam Malik Medan. Cara pengambilan data dengan menggunakan rekam medis ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan dan mencatat nomor rekam medis, umur, status paritas, pekerjaan, riwayat preeklampsia dan berat bayi yang dilahirkan. Setelah itu, seluruh data dimasukkan ke dalam program SPSS dan di uji hipotesa untuk mengetahui apakah hipotesa nol ditolak atau tidak. Seluruh pencatatan akan dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

4.5. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan bantuan Statistical Package for Social

Sciences (SPSS). Uji hipotesa untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau

tidak pada pasien preeklampsia dengan BBLR, peneliti menggunakan uji Chi

Square (χ2) dengan menggunakan table 2x2. Uji hipotesis ini digunakan karena peneliti menggunakan variabel bebas dan variabel terikat berupa nominal sehingga hasil pengukuran penelitian dapat membuktikan apakah hipotesis diterima atau tidak.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini diambil pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini berjumlahkan 98 rekam medis. Berdasarkan data-data rekam medis yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini,

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10 ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km. 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu

Berdasarkan data rekam medis, ibu yang melahirkan pada tahun 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan berusia antara 16 sampai 50 tahun. Berikut ini tabel distribusi sampel berdasarkan kelompok umur:


(46)

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Umur (tahun) Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

15-24 10 37 17 63 27 27,6

25-35 11 20 44 80 55 56,1

≥ 36 5 31,3 11 68,8 16 16,3

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel 5.1, kelompok sampel dengan distribusi terbanyak berada pada kelompok usia 25 – 35 tahun sebanyak 55 orang (56,1 %) dan yang menderita preeklampsia sebanyak 11 orang (42,3 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 44 orang (66,1 %), diikuti kelompok usia 15 – 24 tahun sebanyak 27 orang (27,6 %) terbagi atas 10 orang (38,5 %) menderita preeklampsia dan 17 orang (23,6 %) tidak menderita preeklampsia. Dan kelompok usia paling sedikit adalah usia 36 tahun ke atas yaitu sebanyak 16 orang (16,3 %) dan 5 orang (19,2 %) diantaranya menderita preeklampsia.

Selain umur, karakteristik ibu yang melahirkan dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan, proses lahir dan status gravida. Karakteristik sampel akan terlihat pada tabel-tabel di bawah ini.


(47)

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Pekerjaan Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Ibu Rumah Tangga 23 26,7 63 73,3 86 87,8

Pelajar 0 0 1 100 1 1

Petani 1 50 1 50 2 2

PNS 1 16,7 5 83,3 6 6,1

Pegawai Swasta 0 0 1 100 1 1

Wiraswasta 1 50 1 50 2 2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Mayoritas sampel pada penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yang berjumlah 86 orang (87,8 %) dan sampel tersebut yang menderita preeklampsia sebanyak 23 orang (26,7 %). Subjek penelitian yang bekerja sebagai PNS sebanyak 6 orang (6,1 %), wiraswasta dan petani masing-masing sebanyak 2 orang (2 %), dan sebagai pelajar dan pegawai swasta masing-masing sebanyak 1 orang (1 %).

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Pekerjaan Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

SD 5 31,3 11 68,8 16 16,3

SMP 6 26,1 17 73,9 23 23,5

SMA 12 23,5 39 76,5 51 52

Sarjana 3 37,5 5 62,5 8 8,2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel 5.3, sampel memiliki latar pendidikan paling banyak yaitu SMA dengan jumlah 51 orang (52 %) dan 12 orang (23,5 %) sampel tersebut


(48)

menderita preeklampsia, diikuti sampel dengan pendidikan SMP sebanyak 23 orang (23,5 %), SD sebanyak 16 orang (16,3 %) dan Sarjana sebanyak 8 orang (8,2 %). Baik preeklampsia maupun tidak preeklampsia paling banyak berlatar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (23,5 %) dan 39 orang (76,5 %).

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Proses Lahir Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Partus Spontan 22 24,7 67 75,3 89 90,8

Secsio Cesaria 4 44,4 5 55,6 9 9,2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Dari tabel 5.4, dapat dilihat bahwa partus spontan pervaginam merupakan proses lahir paling sering, yaitu 89 kasus (90,8 %), sedangkan pada proses lahir secsio cesaria hanya sebanyak 9 kasus (9,2 %).

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Status Gravida di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Status Gravida Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Primigravida 14 42,4 19 57,6 33 33,7

Multigravida 12 18,5 53 81,5 65 66,3

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Adam Malik pada tahun 2009 lebih banyak dengan status multigravida dibandingkan dengan status primigravida. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5, ibu multigravida sebanyak 65 orang (66,3 %) dan ibu primigravida sebanyak 33 orang (33,7 %). Pasien preeklampsia primigravida


(49)

sebanyak 14 orang (42,4 %) sedangkan yang multigravida sebanyak 12 orang (18,5 %).

Selain karakteristik ibu, pada penelitian ini juga dapat dilihat karakteristik dari bayi yang dilahirkan berupa jenis kelamin dan berat bayi lahir. Karakteristik pada bayi akan terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Jenis Kelamin Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Laki-laki 11 23,4 36 76,6 47 48

Perempuan 15 29,4 36 70,6 51 52

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel diatas, bayi yang lahir lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 51 bayi (52 %) dan laki-laki sebanyak 47 bayi (48 %). Pada pasien preeklampsia tidak banyak perbedaan antara bayi yang lahir laki-laki maupun perempuan, yaitu 11 (23,4 %) bayi laki-laki dan 15 (29,4 %) bayi perempuan.

Tabel 5.7 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Berat Lahir (gram)

Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

< 2500 18 90 2 10 20 20,4

2500-4000 8 10,7 67 89,3 75 76,5

> 4000 0 0 3 100 3 3,1

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Bayi yang lahir dengan berat lahir normal (2500-4000 gram) merupakan kelompok yang paling banyak, yaitu 75 bayi (76,5 %). Bayi dengan berat bayi


(50)

lahir rendah lebih banyak daripada bayi yang lahir dengan berat lahir lebih dari normal. Bayi dengan berat lahir < 2500 gram sebanyak 20 bayi (20,4 %) dan 18 bayi (90 %) diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia, sedangkan bayi yang lahir dengan berat > 4000 gram sebanyak 3 bayi (3,1 %) dan tidak ada penderita preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir > 4000 gram.

5.1.3. Kejadian Preeklampsia dan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Berdasarkan data rekam medis yang didapat, preeklampsia dan kejadian berat bayi lahir rendah merupakan kejadian yang cukup sering terjadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi kejadian preeklampsia beserta rata-rata berat bayi lahir dan distribusi kejadian berat bayi lahir rendah di bawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Kejadian Preeklampsia dan Rata-rata Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Preeklampsia Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata Berat Bayi Lahir (gram)

Ya 26 26,5 2343,85

Tidak 72 73,5 3223,89

Total 98 100

Dari tabel 5.8 dapat dilihat kejadian preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 sebanyak 26 orang (26,5 %) dengan rata-rata berat bayi lahir 2343,85 gram yang termasuk ke dalam kategori berat bayi lahir rendah. Pada pasien yang tidak preeklampsia, yaitu sebanyak 72 orang (73,5 %), memiliki rata-rata berat bayi lahir 3223,89 gram dan masuk ke dalam kategori bayi lahir dengan berat bayi lahir normal.


(51)

Tabel 5.9 Distribusi Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

BBLR Jumlah (bayi) Persentase (%)

Ya 20 20,4

Tidak 78 79,6

Total 98 100

Pada tabel 5.9, dari seluruh bayi yang dilahirkan (98 bayi), bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lahir rendah terdapat 20 bayi (20,4 %). Sedangkan bayi lahir dengan berat bayi normal sebanyak 78 bayi (79,6 %).

5.1.4. Hasil Analisis Statistik

Untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah, peneliti menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square dapat dilihat dalam tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Preeklampsia

BBLR

Total

Ya Tidak

n % n % n %

Ya 18 69,2 8 30,8 26 26,5

Tidak 2 2,8 70 97,2 72 73,5

Total 20 20,4 78 79,6 98 100

Χ2

df = 1

= 51.932 p = 0,0001

Dari hasil analisis uji Pearson Chi Square dengan bantuan SPSS versi 17.0,

p value yang didapat adalah kurang dari 0,001 dengan derajat kebebasan (df)

bernilai 1. Besarnya koefisien Pearson Chi Square yang didapat dari analisis tersebut adalah 51,932.


(52)

5.2.Pembahasan

Pada penelitian ini didapat 98 sampel ibu yang melahirkan, 26 (26,5 %) diantaranya menderita preeklampsia dan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah sebanyak 18 bayi (20 %) dan bayi dengan berat bayi lahir normal sebanyak 8 bayi (10,3 %). Pada ibu yang melahirkan tanpa preeklampsia, yaitu sebanyak 72 orang (73,5 %) melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah sebanyak 2 bayi (2,8 %) dan melahirkan bayi normal sebanyak 70 bayi (89,7 %). Dari hasil analisis dengan uji chi square, didapat nilai p < 0,001 dan berarti nilai p kurang dari nilai α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa nol ditolak yang berarti terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Rachmawati (2005) yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah dan terjadi terutama pada pasien dengan preeklampsia berat. Penelitian ini mendukung hasil analisis statistik di atas bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah.

Preeklampsia merupakan penyakit kehamilan yang sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Menurut Wati (2009), pada tahun 2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di rumah sakit seluruh Indonesia akibat preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725). Selain itu, preeklampsia sangat mempengaruhi keadaan tubuh janin atau bayi yang dilahirkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa terdapat 43 % kelahiran prematur atas indikasi preeklampsia. Hal ini dikarenakan preeklampsia menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Keadaan ini diperjelas dengan kegagalan arteri spiralis di miometrium untuk dapat mempertahankan struktur muskuloelastisitasnya dan berkembangnya atheroma akut pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Kedua hal tersebut akan menyebabkan infark plasenta dan bisa mengakibatkan kematian pada janin. Selain itu, pasien preeklampsia sering mengalami kenaikan tonus dari otot uterus


(53)

dan kepekaan terhadap perangsangan sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur yang diindikasikan. Hal ini bisa dibuktikan dengan data penelitian ini yaitu dari 20 (20,4 %) bayi yang lahir dengan berat bayi lahir rendah, 18 (69,2 %) diantaranya dilahirkan oleh pasien preeklampsia.

Menurut Pernoll (1987), faktor predisposisi preeklampsia adalah ras hitam, usia ibu hamil dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun, mola hidatidosa, polihidramnion dan diabetes. Hal ini tidak sesuai dengan hasil analisis data yang didapat yaitu pada pasien preeklampsia, 10 orang (37 %) berusia dibawah 25 tahun, 11 orang (20 %) berusia 25-35 tahun dan 5 orang (31,3 %) berusia lebih dari 35 tahun dan tidak ada perbedaan yang mencolok dari umur pasien preeklampsia tersebut.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009”, dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah (p<0,001). Ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 18 orang (69,2 %) sedangkan ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 8 orang (30,8 %).

2. Kejadian preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 adalah sebanyak 26 orang (26,5 %) dari 98 ibu yang melahirkan.

3. Kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 adalah sebanyak 20 bayi (20,4 %) dari 98 bayi yang dilahirkan.

6.2.Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti ingin mengungkapkan beberapa saran dan berharap saran ini dapat menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dan berhubungan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah :

1. Bagi Ibu Hamil

a. Diharapkan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kesehatan tubuhnya. Hal ini didukung dengan cara melakukan pemeriksaan rutin pada saat hamil (antenatal care).

b. Jika terdapat gangguan atau ketidaknyamanan pada saat hamil, segera periksakan kepada dokter atau pelayanan kesehatan setempat untuk


(1)

Pernoll, Martin L., dan Benson, Ralph C., 1987. Current Obstetric and

Gynecologic Diagnosis and Treatment. Edisi 6. Norwalk, Connecticut/ Los

Altos, California : Appleton and Lange.

Simanjuntak, Nelly Agustini, 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan

Kejadian BBLR di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau

Prapat Kabupaten Labuan Batu Tahun 2008, Universitas Sumatera Utara.

Available from:

[Accesed 5 April 2010].

Wahyuni, Alfaina dan Rachmawati, Firma Nur, 2005. Hubungan Preeklampsia

Berat Pada Ibu Hamil terhada Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode Tahun 2005, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Available from :

1 November 2010].

Wati, Desi Risthiana, 2009. Hubungan Antara Preeklampsia Berat dengan

Asfiksia Neonatorum di RSUD Ponogoro per 1 Januari 2008-31 Desember

2008, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from :

httpetd.eprints.ums.ac.id43752J500050024.pdf.

[Accesed 5 Maret 2010].

Wiknjosastro, H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization, 2009. 11 Health Question About the 11 SEAR

Countries. Available from :


(2)

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Rizka Ariani

Tempat / Tanggal Lahir : Bogor / 8 Juni 1989

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Karya Sehati Gg. Sehati IV No.16

Medan Johor 20143

Riwayat Pendidikan

: 1. TK Nugraha II Bogor

(1993-1995)

2. SDN Polisi 1 Bogor

(1995-2001)

3. SMP Negeri 1 Bogor

(2001-2004)

4. SMA Negeri 1 Bogor

(2004-2007)

Riwayat Pelatihan

: 1. Workshop Resusitasi Jantung Paru

Otak (RJPO) dan Traumatologi Tim

Bantuan Medis FK USU (16 Maret

2008)

2.

Latihan Kepemimpinan dan

Manajemen Mahasiswa (LKMM) FK

USU (27-29 April 2008)

3.

TBM CAMP VI (1-5 Juli 2008)

4.

Musyawarah Nasional VII Jambore

Nasional XIII PTBMMKI Makassar

(8-16 Agustus 2009)

Riwayat Organisasi

: 1. Sekretaris Divisi Hubungan

Masyarakat Tim Bantuan Medis

PEMA FK USU Periode 2009-2010


(3)

2.

Anggota Bidang ISMKI Wilayah I

Periode 2009-2010

3.

Anggota Departemen Eksternal

Pemerintahan Mahasiswa FK USU

tahun 2009

4.

Anggota Tim Bantuan Medis PEMA

FK USU Periode 2008-2009


(4)

Lampiran 2. Master Data Penelitian Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. No. RM Umur Pend. Pekerjaan Status Proses BBL Jns Preeklampsia

(thn) Gravida Lahir (gr) Kel

1 388409 25 SD IRT G1P0A0 spontan 3070 L PE

2 388722 38 SMP IRT G1P0A0 spontan 2140 L PE

3 386352 39 SMP IRT G7P3A3 spontan 3520 P tidak PE

4 381967 24 SMA IRT G2P1A0 spontan 2300 P PE

5 389573 18 SMP IRT G1P0A0 spontan 2740 L PE

6 379625 35 SMA IRT G3P2AO spontan 3440 L tidak PE

7 378308 21 SMA IRT G1P0A0 spontan 3720 L tidak PE

8 378113 20 SMP IRT G2P1A0 spontan 3600 L tidak PE

9 389686 35 SD IRT G9P8A0 spontan 3780 L tidak PE

10 387078 23 SMA IRT G1P0A0 spontan 3840 L tidak PE

11 385876 34 SMA IRT G5P4A0 spontan 2870 P tidak PE

12 380291 20 SMP IRT G1P0A0 spontan 1970 P PE

13 380453 27 SMA IRT G2P1A0 spontan 3040 P tidak PE

14 384171 30 SD IRT G3P2AO spontan 2400 P PE

15 380694 30 SMA IRT G2P1A0 spontan 3530 P tidak PE

16 377935 29 SMP IRT G3P2AO spontan 3030 P tidak PE

17 383039 23 SMA IRT G1P0A0 spontan 2200 L PE

18 383643 27 SMA IRT G1P0A0 spontan 2560 P tidak PE

19 383846 32 SMA IRT G4P2A1 spontan 2150 P PE

20 382436 32 SD IRT G2P1A0 spontan 3200 L tidak PE

21 410796 27 SMA IRT G12P11A0 spontan 3300 P tidak PE

22 411477 24 SMP IRT G3P2AO spontan 3000 P tidak PE

23 415420 28 Sarjana PNS G1P0A0 spontan 3300 L PE

24 415401 30 Sarjana PNS G2P0A1 SC 3000 L tidak PE

25 411415 30 SD IRT G6P4A1 spontan 3300 P tidak PE

26 404654 26 SD IRT G1P0A0 spontan 2700 P tidak PE

27 404072 17 SMP IRT G1P0A0 spontan 2450 P PE

28 404855 25 SMA IRT G1P0A0 spontan 2600 P tidak PE

29 402451 25 SMA IRT G1P0A0 spontan 2700 P tidak PE

30 402465 29 SMA IRT G3P2AO spontan 3000 P tidak PE

31 404138 16 SMA IRT G1P0A0 SC 2700 P PE

32 400776 33 SMA IRT G3P2AO SC 2000 P PE

33 408464 31 SMA IRT G1P0A0 spontan 500 P PE

34 406665 50 SD IRT G5P4A0 spontan 3400 L tidak PE

35 407947 25 SMA IRT G2P1A0 spontan 3300 L tidak PE

36 408446 28 SMP IRT G1P0A0 spontan 3300 L PE

37 406244 27 SMP IRT G2P1A0 spontan 3000 L tidak PE

38 405377 24 Sarjana IRT G2P1A0 spontan 3200 P tidak PE

39 405574 39 SD PETANI G12P6A5 spontan 1900 P PE

40 403865 27 SMA IRT G3P2AO spontan 3000 L tidak PE

41 400273 20 SMA IRT G1P0A0 spontan 3700 L tidak PE

42 410674 30 SMA IRT G4P3A0 SC 2400 P PE


(5)

No. No. RM Umur Pend. Pekerjaan Status Proses BBL Jns Preeklampsia

(thn) Gravida Lahir (gr) Kel

43 415340 21 SMA IRT G1P0A0 spontan 3500 L PE

44 412129 35 Sarjana PNS G4P2A1 spontan 2650 L tidak PE

45 413753 19 SMP IRT G1P0A0 spontan 2800 L tidak PE

46 414449 47 SMA IRT G3P2AO spontan 2900 P tidak PE

47 410958 27 SD IRT G4P2A1 spontan 3650 L tidak PE

48 415560 33 SMA Wiraswasta G1P0A0 spontan 3700 P PE

49 411423 34 SMP IRT G3P0A2 spontan 3000 L tidak PE

50 396381 21 SMA IRT G1P0A0 spontan 3200 P tidak PE

51 392379 20 SMA IRT G1P0A0 spontan 3440 P tidak PE

52 397457 35 SMA IRT G3P2AO spontan 2400 L PE

53 399736 37 SMA IRT G4P3A0 spontan 4000 L tidak PE

54 403093 38 SMA IRT G5P3A1 spontan 1000 P PE

55 396770 23 SMA IRT G2P1A0 spontan 3200 L tidak PE

56 398996 23 SD IRT G1P0A0 spontan 2980 L tidak PE

57 380131 39 SD IRT G5P4A0 SC 4100 P tidak PE

58 407020 35 SMA IRT G7P5A1 spontan 3700 P tidak PE

59 405930 31 SMA IRT G3P2AO spontan 3750 L tidak PE

60 407424 34 SMA Wiraswasta G4P3A0 spontan 4200 L tidak PE

61 408326 17 SMA IRT G1P0A0 spontan 2750 P tidak PE

62 409623 32 SMA IRT G4P3A0 spontan 3250 P tidak PE

63 409434 29 SMP IRT G4P2A1 spontan 3200 L tidak PE

64 405735 24 SMP IRT G1P0A0 spontan 3100 P tidak PE

65 407250 32 SMA IRT G2P1A0 spontan 2500 L tidak PE

66 406454 16 SD IRT G1P0A0 spontan 2700 P tidak PE

67 402130 32 SMA IRT G3P2AO spontan 3100 L tidak PE

68 404937 32 SMA Swasta G1P0A0 spontan 3000 P tidak PE

69 380715 35 SD IRT G5P4A0 spontan 2810 L tidak PE

70 382002 23 SMA IRT G3P1A1 spontan 3550 L tidak PE

71 382446 36 SMA IRT G3P2AO spontan 2940 L tidak PE

72 387455 21 SD IRT G2P0A1 spontan 1900 L PE

73 385961 42 Sarjana PNS G6P4A1 spontan 3450 L tidak PE

74 390393 36 SMA IRT G6P5A0 spontan 3080 P tidak PE

75 400578 36 SMP IRT G3P2AO spontan 3100 P tidak PE

76 401023 22 SMA IRT G1P0A0 spontan 3000 P tidak PE

77 400457 20 SMP IRT G1P0A0 spontan 1500 L PE

78 402158 27 SMA IRT G2P1A0 spontan 3800 P tidak PE

79 399544 25 SMP IRT G3P1A1 spontan 2800 P tidak PE

80 398042 17 SMP Pelajar G1P0A0 spontan 3500 P tidak PE

81 397347 27 SMP PETANI G1P0A0 spontan 2950 L tidak PE

82 396348 39 SMA IRT G6P5A0 spontan 2160 P PE

83 393836 34 SMP PNS G8P7A0 spontan 3400 P tidak PE

84 391743 25 SMA IRT G2P0A1 spontan 3500 P tidak PE

85 392423 42 SMP IRT G2P1A0 spontan 2690 P tidak PE

86 392251 37 Sarjana IRT G3P2AO spontan 2360 P PE

87 393731 33 SMP IRT G7P6A0 spontan 3500 L tidak PE

88 395903 36 SMP IRT G4P2A1 spontan 3700 P tidak PE


(6)

No. No. RM Umur Pend. Pekerjaan Status Proses BBL Jns Preeklampsia

(thn) Gravida Lahir (gr) Kel

93 407624 29 SMA IRT G2P1A0 SC 3400 L tidak PE

94 399535 31 SMA IRT G2P0A1 SC 3800 L tidak PE

95 408999 30 Sarjana IRT G2P1A0 SC 2100 L PE

96 409864 31 Sarjana PNS G3P1A1 SC 3300 P tidak PE

97 409256 27 SMA IRT G2P1A0 spontan 2900 P tidak PE

98 403563 33 SMA IRT G4P3A0 spontan 3500 L tidak PE