Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik Periode Tahun 2011 -2012

(1)

Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik

periode Tahun 2011-2012

Oleh :

FATIMAH NABILAH BINTI FAUZI 100100383

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik

periode Tahun 2011-2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

FATIMAH NABILAH BINTI FAUZI 100100383

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik periode Tahun 2011 -2012 Nama : Fatimah Nabilah Binti Fauzi

NIM : 100100383

Pembimbing Penguji 1

( dr.Pertin Sianturi, SpA(K) ) ( dr. M. Fahdy, SpOG ) NIP 196301031989101003 NIP 196405091995031001

Penguji 2

( dr. Rina Yunita, SpMK ) NIP

Medan 11 Januari 2013, Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar. Sp.PD -KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Insidensi BBLR di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 1990 adalah 14%.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui frekuensi transfusi pada bayi berat lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.

Metode penelitian adalah berdasarkan deskriptif, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis. Data yang dinilai adalah BBLR yang mendapatkan transfusi darah ber dasarkan tahun, jenis kelamin, kelompok usia, diagnosis penyakit, berat badan lahir, frekuensi pengambilan darah dan frekuensi transfusi darah.

Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan kelompok berat badan lahir adalah kelompok BBLSR (50.00%).Distri busi terbanyak BBLR berdasarkan frekuensi pengambilan darah adalah kelompok BBLR dengan nilai rata -rata 6.Distribusi terbanyak BBLR berdasarkan frekuensi transfusi darah adalah kelompok BBLR dengan nilai rata -rata 5.Distribusi transfusi pada BBLR berdasark an tahun adalah tahun 2011 dan 2012 (50.00%).Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan jenis kelamin adalah neonatus perempuan (55.55%). Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan kelompok usia adalah neonatus usia kurang dari 7 hari (66.67%). Distribusi diagnosis klinis primer tertinggi yang terdapat pada BBLR adalah sindrom disstres pernafasan (31.25%) manakala pada BBLSR adalah sangkaan sepsis dan hydrocephalus (50%). Distribusi diagnosis klinis sekunder tertinggi yang terdapat pada BBLR adala h sangkaan sepsis dan jaundice (75%) manakala pada BBLSR adalah anemia dan asfiksia (50%).

Kesimpulannya, kelompok BBLR mencatatkan kasus paling tinggi frekuensi transfusi darah yaitu dengan nilai rata -rata 5.


(5)

ABSTRACT

The incidence of LBW neonates in Ind onesia according to the WHO 1990 is 14%.

The objective is to identify the frequency of transfusion in LBW neonates in neonatal care unit of RSUP H. Adam Malik on 2011 -2012.

The type of research is descriptive, means all the data will be collected based on medical records. In this research, the points of view are LBW neonates who get blood transfusions based on year, gender, age, clinical diagnosis, birth weight, frequency of blood sampling and frequency of blood transfusion.

The highest distribution based on birth weight is VLBW (50.00%). The highest distribution based on frequency of blood sampling is LBW neonates with an average value of 6. The highest distribution based on frequency of blood transfusion is LBW neonates with an average value of 5. Distrib ution transfusion in LBW neonates by year is no enhancement in 2011 and 2012 (50.00%). The highest distribution based on gender is female neonates (55.55%). The highest distribution based on age is neonates less than 7 days (66.67%). The highest distributi on based on primary clinical diagnosis for LBW neonates is hyaline membrane disease (31.25%) while for the VLBW is suspicion of sepsis and hydrocephalus (50%). The highest distribution based on secondary clinical diagnosis for LBW neonates is suspicion of sepsis and jaundice (75%) while for the VLBW is anemia and asphyxia (50%).

In conclusion, the LBW neonates recorded the highest frequency of blood transfusion in the average value of .


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melim pahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul “Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012”.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD -KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

2. dr.Pertin Sianturi, SpA(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi pengarahan hingga selesainya hasil penelitian ini. 3. Dosen dari departemen Community Research Program yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahua n yang bermanfaat dalam rangka penyusunan hasil penelitian ini.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Medan, 9 Disember 2013

Fatimah Nabilah Binti Fauzi 100100383

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan………. i

Abstrak……….. ii

Abstract………. iii

Kata Pengantar……….. iv

Daftar Isi……… ………. v

Daftar Lampiran………. viii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1Latar Belakang………... 1

1.2Rumusan Masalah……….. 2

1.3Tujuan Penelitian……… …… 2

1.4Manfaat Penelitian……….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1 Transfusi Darah……….... 4

2.1.1 Definisi………. 4

2.1.2 Komponen-Komponen………. 4

2.1.2.1 Eritrosit……….. 4

2.1.2.2 Trombosit Pekat………. 6

2.1.2.3 Plasma Segar Beku………. 8

2.1.2.4 Kriopresipitat……….. 9

2.1.3 Faktor-faktor yang meningkatkan frekuensi transfusi….. 10

2.1.4 Langkah untuk mengurangi transfusi neonatus…………. 10

2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)………. 11


(8)

2.2.2 Klasifikasi……… 11

2.2.3 Etiologi………. 11

2.2.3.1 Faktor Ibu………. 11

2.2.3.2 Faktor Janin……… 13

2.2.4 Gambaran Klinis……… 13

2.2.4.1 Fisik………. 14

2.2.4.2 Kulit dan Kelamin………... 14

2.2.4.3 SistemSaraf……… 14

2.2.4.4 Sistem Muskuloskeletal……… 14

2.2.4.5 Sistem Pernafasan……… 15

2.2.5 Komplikasi………... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian………... 17

3.2 Definisi Operasional……… 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 21

4.1Jenis Penelitian……… 21

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian………... 21

4.3Populasi dan Sampel…… ……… 22

4.4Metode Pengumpulan Data……….. 23

4.5Metode Analisis Data……….. 23

4.6Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN………... 25


(9)

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 25

5.1.2 Deskripsi Data Rekam Medis………. 25

5.2 Pembahasan 5.2.1 Distribusi Neonatus Berdasarkan Tahun, Jenis Kelamin, Usia, Diagnosis Penyakit, Berat Badan La hir Dan Frekuensi Transfusi Darah……… 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 32

6.1 Kesimpulan……… 32

6.2 Saran……….. 33

DAFTAR PUSTAKA……… 34 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4

Lampiran 5

Tabel BBLR Yang Mendapat Transfusi Periode 2011 -2012 Tabel Induk


(11)

ABSTRAK

Insidensi BBLR di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 1990 adalah 14%.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui frekuensi transfusi pada bayi berat lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.

Metode penelitian adalah berdasarkan deskriptif, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis. Data yang dinilai adalah BBLR yang mendapatkan transfusi darah ber dasarkan tahun, jenis kelamin, kelompok usia, diagnosis penyakit, berat badan lahir, frekuensi pengambilan darah dan frekuensi transfusi darah.

Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan kelompok berat badan lahir adalah kelompok BBLSR (50.00%).Distri busi terbanyak BBLR berdasarkan frekuensi pengambilan darah adalah kelompok BBLR dengan nilai rata -rata 6.Distribusi terbanyak BBLR berdasarkan frekuensi transfusi darah adalah kelompok BBLR dengan nilai rata -rata 5.Distribusi transfusi pada BBLR berdasark an tahun adalah tahun 2011 dan 2012 (50.00%).Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan jenis kelamin adalah neonatus perempuan (55.55%). Distribusi transfusi terbanyak BBLR berdasarkan kelompok usia adalah neonatus usia kurang dari 7 hari (66.67%). Distribusi diagnosis klinis primer tertinggi yang terdapat pada BBLR adalah sindrom disstres pernafasan (31.25%) manakala pada BBLSR adalah sangkaan sepsis dan hydrocephalus (50%). Distribusi diagnosis klinis sekunder tertinggi yang terdapat pada BBLR adala h sangkaan sepsis dan jaundice (75%) manakala pada BBLSR adalah anemia dan asfiksia (50%).

Kesimpulannya, kelompok BBLR mencatatkan kasus paling tinggi frekuensi transfusi darah yaitu dengan nilai rata -rata 5.


(12)

ABSTRACT

The incidence of LBW neonates in Ind onesia according to the WHO 1990 is 14%.

The objective is to identify the frequency of transfusion in LBW neonates in neonatal care unit of RSUP H. Adam Malik on 2011 -2012.

The type of research is descriptive, means all the data will be collected based on medical records. In this research, the points of view are LBW neonates who get blood transfusions based on year, gender, age, clinical diagnosis, birth weight, frequency of blood sampling and frequency of blood transfusion.

The highest distribution based on birth weight is VLBW (50.00%). The highest distribution based on frequency of blood sampling is LBW neonates with an average value of 6. The highest distribution based on frequency of blood transfusion is LBW neonates with an average value of 5. Distrib ution transfusion in LBW neonates by year is no enhancement in 2011 and 2012 (50.00%). The highest distribution based on gender is female neonates (55.55%). The highest distribution based on age is neonates less than 7 days (66.67%). The highest distributi on based on primary clinical diagnosis for LBW neonates is hyaline membrane disease (31.25%) while for the VLBW is suspicion of sepsis and hydrocephalus (50%). The highest distribution based on secondary clinical diagnosis for LBW neonates is suspicion of sepsis and jaundice (75%) while for the VLBW is anemia and asphyxia (50%).

In conclusion, the LBW neonates recorded the highest frequency of blood transfusion in the average value of .


(13)

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Teknik transfusi darah ditemukan pertama kali pada tanggal 3 Juni 1667 oleh dokter dari Perancis yaitu Jean Baptist Denis.Keberhasilan operasi transfusi darah pertama ini merupakan lompatan besar dalam ilmu kedok teran karena sebelum penemuan ini banyak pasien yang meninggal dunia akibat kekurangan darah (American National Red Cross, 2013).

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan moden. Menurut Webster`s New World Medical Dictionary (2012), transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Proses ini terkait dengan beberapa usaha untuk memelihara keadaan biologis darah atau komponennya agar bermanfaat bagi pasien. Tujuan utama transfusi adalah untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume yang normal peredaran darah dan untuk mengganti kekurangan komponen selular atau kimia darah (Nency & Sumanti, 2011).

Menurut data dari Rikesda tahun 2007, angka ke jadian BBLR di negara maju jauh lebih rendah seperti di Amerika Serikat 3 -4% dari kejadian BBLR, di negara-negara Eropa kejadian BBLSR 2% dari kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang masih tinggi yaitu 7,3% dari seluruh BBLR (Putra, et al., 2012). Berdasarkan pada data OECD Health Data (2011), India, Afrika Selatan,


(14)

Indonesia, Turki dan Jepang merupakan lima tempat tertinggi dalam jumlah rata -rata kejadian BBLR dengan tingkat berat badan bayi lahir rendah di atas 9% .

Angka kejadian BBLR di Indonesia berdasarkan Rikesda tahun 2007 adalah 11,5%. Bali memiliki angka kejadian BBLR terendah yaitu 5,8% (Putra, et al., 2012). Berdasarkan pada data OECD Health Data (2011), jumlah rata -rata kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2009 adalah 11.1%.

Insidensi neonatus BBLR di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) tahun 1990 adalah 14%. Menurut United Nation Children’s Emergency

Fund (Unicef) tahun 1995 insidensi neonatus BBLR adalah 11%. Lapor an dari instalasi maternal perinatal RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta tahun 2002, dari 930 bayi yang dirawat terdapat 20,8% bayi prematur, 33% BBLR, dan 20% retardasi pertumbuhan intra uteri (Ratnaningrum & Santosa, 2012) .

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul frekuensi transfusi pada neonatus berat badan lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian:

Berapakah frekuensi transfusi pada neonatus berat badan lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui frekuen si transfusi pada neonatus berat badan lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.


(15)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kejadian transfusi dari tahun 2011 hingga 2012.

2. Mengetahui gambaran jenis kelamin neonatus yang mendap at transfusi. 3. Mengetahui gambaran usia neonatus yang mendapat transfusi.

4. Mengetahui gambaran berat badan lahir neonatus yang mendapat transfusi.

5. Mengetahui gambaran diagnosa penyakit neonatus yang mendapat transfusi.

6. Mengetahui gambaran frekuensi pengambil an darah pada neonatus yang mendapat transfusi.

7. Mengetahui gambaran frekuensi transfusi pada neonatus yang mendapat transfusi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Di bidang akademik/ilmiah : Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perinatologi, khususnya mengenai frekuensi transfusi pada neonatus berat badan lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : Meningkatkan kualitas pelaya nan kesehatan bayi, khususnya di Divisi Perinatologi.

3. Di bidang pengembangan masyarakat : Memberi masukan terhadap Divisi Perinatologi, khususnya tentang frekuensi transfusi pada neonatus berat badan lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Ma lik periode tahun 2011-2012.


(16)

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Transfusi Darah

2.1.1 Definisi

Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah resipien (Latief et al, 2007).

Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah sesuai dengan kebutuhan. Darah tersusun dari pelbagai komponen iaitu eritrosit (red blood cells), trombosit pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan plasma segar beku (fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan se suai dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi, circulatory overload dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan transfusi darah lengkap (Bermawi, 2010).

2.1.2 Komponen-Komponen 2.1.2.1 Eritrosit

Eritrosit terdapat dala m bentuk sel darah merah atau darah lengkap.Fungsi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenisasi jaringan (Chandra, 2011).

Tujuan utama transfusi eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenasi jaringan yang adekuat terutama pada bayi yang seda ng menjalani perawatan intensif dan meningkatkan konsentrasi hemoglobin bayi yang mengalami anemia simptomatik. Anemia simptomatik adalah penderita dengan


(17)

kadarhemoglobin yang rendah, mengalami pucat, sesak nafas, takikardia, malas minum dan penurunan bera t badan (Bermawi, 2010).

Pedoman transfusi eritrosit pada BBLR didasarkan pada kombinasi dari kebutuhan ventilasi mekanik, kebutuhan oksigen dan kadar hemoglobin atau hematokrit (Bermawi, 2010).

Pedoman Transfusi Sel Darah Merah pada BBLR

Ventilasi Mekanik CPAP Bernapas Spontan

<28 hari ≥28 hari <28 hari ≥28 hari FiO2>0.21

Bernapas Baik FiO2≥ 0.3 FiO2 < 0.3

Hb<12g/dl Atau PCV<0.40 Hb<11g/dl Atau PCV<0.35 Hb<10g/dl Atau PCV<0.30 Hb<10g/dl Atau PCV<0.30 Hb<8g/dl Atau PCV<0.25 Hb<8g/dl Atau PCV<0.25 Hb<7g/dl Atau PCV<0.20 Sumber: Murray NA, Robert IAG

Keterangan: CPAP=Continuous Positive Airways Pressure; Hb=haemoglobin concentration : PCV=packed cell volume (diambil dari kapiler)

 Pada neonatus yang mengalami sindrom gangguan pernafasan dan menggunakan ventilasi mekanik, tr ansfusi dilakukan apabila kadar hemoglobin < 12g/dL.

 Pada neonatus yang mengalami insufisiensi pernapasan dan menggunakan oksigen tambahan, transfusi dilakukan apabila kadar hemoglobin < 10g/dL.

 Pada neonatus yang stabil dan tidak memerlukan oksigen

tambahan, transfusi dilakukan apabila kadar hemoglobin < 7g/dL (Fabres, et al., 2006).

Eritrosit yang diberikan pada neonatus adalah sel darah merah pekat (PRC) dengan volume 10 -20 mL/kgBB. Pada BBLR diberikan dosis 20 mL/kgBB dibandingkan dosis 10 mL/kgBB bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Transfusi eritrosit dilakukan dengan kecepatan 3 -5


(18)

mL/kgBB/jam. Jenis-jenis transfusi eritrosit yang diberikan pada BBLR adalah :

a. Darah lengkap

Darah lengkap mengandung semua jenis kom ponen darah. Satu unit darah lengkap terdiri dari 450 ml darah dan 63 ml larutan pengawet, dengan hematocrit berkisar antara 36 -40%. Darah lengkap disimpan pada suhu 1 -5`C dan dapat bertahan sehingga 21 hari untuk darah sitrat (CPD/Citrate Phospate Dextros e), 35 hari untuk darah CPDA-1 (CPD dan adenine) dan 49 hari apabila ditambahkan larutan nutitif SDAM (NACL, dekstrosa, adenine, manitol).

b. Sel darah merah pekat (Packed Red Cell)

Komponen ini dipisahkan dari donor tunggal dengan cara sentrifugasi darah lengkap. Dalam komponen ini selain eritrosit, terdapat juga leukosit dan trombosit serta sedikit plasma.Setiap unit yang ditransfusikan memiliki nilai hematokrit sekitar 55% setelah penambahan larutan aditiv.Komponen ini merupakan pilihan untuk pengobatan an emia simptomatik.

Penurunan sel darah merah adalah perkara biasa yang terjadi pada bayi baru lahir. Pada BBLR, terjadi penurunan kadar hemoglobin yang parah iaitu sehingga ke 8 g/dl pada bayi dengan berat badan lahir 1000 -1500g, dan 7 g/dl pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000g. Menurut kajian, 90% bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000g atau gestasi kurang dari 28 minggu, memerlukan transfusi Packed Red Blood Cell (PRBC) yang multipel (Ramasethu & Luban, 2010).


(19)

Fungsi transfusi trombosit adalah untuk mengontrol atau mencegah perdarahan yang berhubungan dengan kekurangan jumlah atau fungsi trombosit (Chandra, 2011).

Jumlah trombosit pada neonatus adalah berkisar 150.000 -400.000 mL (Bermawi, 2010). Andrew, dkk (1 987) melaporkan hasil penelitiannya bahwa 78% dengan BBLSR dengan trombosit kurang dari 100.000/mL mengalami perdarahan peri-intra ventrikuler dan hanya 48% pada BBLSR yang non trombositopenia. Tambahan lagi, perdarahan peri intraventrikuler (PPIH) derajat 3 dan 4 lebih banyak ditemui pada BBLSR dengan trombositopenia dibandingkan dengan BBLSR non trombositopenia.Keadaan tersebut yang menjadi alasan transfusi trombosit dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami trombositopenia.Tambahan lagi, transfusi tr ombosit yang diberikan adalah 10-20mL/kgBB (Bermawi, 2010).

Pedoman Transfusi Trombosit pada bayi baru lahir Jumlah

Trombosit (x10^9/l)

Neonatus tanpa pendarahan Neonatus dengan pendarahan

NAITP (terbukti atau tersangka)

<30 Di transfusi pada semua pasi en Transfusi Transfusi (dengan HPA-compatible

platelet) 30-49 Jangan di transfusi jika secara klinis stabil

Ditransfusi bila :

- <1000g dan umur < 1 minggu - Klinis tidak stabil

- Sebelumnya ada komplikasi pendarahan mayor

- Sedang terjadi pendarahan minor - Koagulopati yang berlanjut

- Memerlukan tindakan bedah Transfusi Tukar

- Penurunan jumlah trombosit dan sepertinya akan turun dibawah 30

Transfusi Transfusi (dengan HPA-compatible

platelet)

50-99 Tidak di transfusi Transfusi Transfusi (dengan

HPA-compatible platelet jika ada


(20)

pendarahan yang banyak) >99 Tidak di transfusi Tidak di transfusi Tidak di transfusi Sumber: Murray NA, Robert IAG

Keterangan: HPA=human platelet antigen; NAITP=neonatal alloimune thrombocytopenia 2.1.2.3 Plasma Segar Beku

Plasma sebagai komponen cair dari darah lengkap akan dipisahkan dan kemudian akan dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Dosis yang diberikan adalah 10 -20 mL/kgBB. Indikasi transfusi plasma segar beku pada bayi baru lahir adalah :

1. Transfusi tukar.

2. Defisiensi faktor pembekuan dengan perdarahan atau sebelum tindakan invasif atau pembedahan.

3. Defisiensi vitamin K yang mengakibatkan gangguan pembekuan dengan perdarahan atau tindakan invasif atau pembedahan.

4. Trombotik trombositopenia purpura.

5. Replacement therapy pada kongenital antitrombin III defisiensi, protein C defisiensi, protein S defisiensi.

6. Bukti klinis ditemui koagulopati dimana pemeriksaan laboratorium tertunda.

Plasma segar beku diberikan ketika pasien mengalami kekurangan faktor pembekuan atau k etika suatu konsentrat faktor yang spesifik tidak tersedia. Plasma segar beku tersedia dalam volume 200 -250 ml dan setiap unit berisi satu unit faktor pembekuan. Fungsi plasma segar beku adalah untuk meningkatkan faktor-faktor pembekuan pada pasien -pasien yang mengalami kekurangan faktor II, V, VII, IX atau XI pada penyakit hati atau disseminated


(21)

intravascular coagulation. Dosis awal transfusi yang umum adalah dua kantong plasma segar beku. Plasma segar beku digunakan sebagai tambahan nutrisi dan sebagai profilaksis dalam transfusi darah masif (Chandra, 2011).

2.1.2.4 Kriopresipitat

Komponen kriopresipitat diperoleh dengan cara mencairkan plasma segar beku pada suhu 4`C dan kemudian bagian yang tak mencair dikumpulkan dan dibekukan kembali. Setiap kanto ng kriopresipitat mengandung antara 80-120 unit faktor VIII koagulan dan 150 -200 mg fibrinogen.Selain itu, kriopresipitat juga mengandung cukup banyak faktor XIII dan faktor von Willibrand. Dosis yang dianjurkan secara empiris 40 -50 unit/kgBB sebagai loading dose , yang diteruskan dengan 20 -25 unit/kgBB setiap jam, sehingga perdarahan atau luka pembedahan telah sembuh. Indikasi transfusi kriopresipitat adalah :

1. Pengobatan perdarahan atau pada persiapan pembedahan penderita hemophilia A, penyakit von Willebr and dengan perdarahan.

2. Hipofobrinogenemia atau disfibrinogenemia dengan perdarahan atau pra pembedahan.

3. Replacement therapy pada defisiensi faktor XIII. Kriopresipitat perlu diberikan pada koagulasi intravaskular disseminata. Kriopresipitat berasal dari p lasma segar beku yang dikonsentrasikan ke dalam suatu volume 10 -15 ml. Kriopresipitat terdiri dari faktor -faktor VIII, von Willebrand, fibrinogen, XIII dan fibronektin dan transfusi kriopresipitat diberikan untuk mengobati kekurangan akan salah satu faktor tersebut. Neonatus yang mengalami hipofibrinogenemia, satu dosis kantong kriopresipitat per 5 kg berat badan akan mengakibatkan kadar fibrinogen di


(22)

atas 100 mg/dl. Selain itu, pasien yang mengalami penyakit von Willebrand, dosis pengobatan standar adalah satu kantong kriopresipitat per 10 kg berat badan sehari-hari (Chandra, 2011).

2.1.3 Faktor-faktor yang meningkatkan frekuensi transfusi pada BBLR

1. Umur eritrosit pada BBLR lebih pendek yaitu 35 -55 hari berbanding dengan neonatus cukup berat badan lahir yai tu 60-70 hari.

2. Insufisiensi eritropoiesis.

3. Iatrogenic, tindakan flebotomi. Menurut kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, BBLR lebih banyak menderita kehilangan darah mingguan akibat tindakan flebotomi yang menurunkan volume darah sehingga 12 -31%.

4. Total volume darah pada BBLR lebih sedikit berbanding dengan neonatus cukup berat badan lahir yaitu serendah 50 mL. Ketika dilakukan pengambilan sampel darah untuk tujuan test diagnostik, 1 mL darah yang diambil mengakibatkan pengurangan 2% dari total volume da rah (Higgins, 2009). 2.1.4 Langkah-langkah untuk mengurangi transfusi pada BBLR

1. Menunda pemotongan tali pusat bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penundaan 30-45 detik pemotongan tali pusat pada BBLR dapat meningkatan volume darah neonatus sehingg a ke 8-24%.

2. Transfusi darah diberikan bersama dengan pemberian iron, folat dan vitamin B12.

3. Mengurangi kehilangan darah iatrogenik yang terkait dengan pengujian laboratorium yaitu dengan menghindari pengujian yang tidak perlu.

4. Penemuan baru bagi masalah ke hilangan darah iatrogenik dengan perkembangan flebotomi dikenal sebagai ErythoSave. Perangkat ini memungkinkan sel darah merah dari sampel darah untuk kembali dengan aman ke pasien setelah pengangkatan plasma untuk analisis kimia dan efektif


(23)

dalam menyediakan transfusi sel darah merah secara autologous (Higgins, 2009).

2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.2.1 Definisi BBLR

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Latief et al, 2007).Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Damanik, 2010).

2.2.2 Klasifikasi BBLR

Bayi berat lahir kurang dari 2500 gram diklasifikasi men jadi :

a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.

b. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lah ir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (World Health Organization, 2011).

2.2.3 Etiologi BBLR

2.2.3.1 Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma


(24)

fisis dan psikologis.Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau tindakan operatif (Latief et al, 2007). b. Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh itu, agar dapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.

c. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Chandra, 2011).

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi.Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat m enimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh mahupun sel otak.Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar. d. Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berper anan terhadap timbulnya prematuritas.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial -ekonomi yang rendah.Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang


(25)

kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang (Latief et al, 2007).

2.2.3.1 Faktor janin

a. Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.Pada hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan mencolok dalam beberapa hari.Hidroamnio n dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).

b. Kehamilan ganda / kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.Terbahagi kepada dua yaitu kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membe ntuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin.Oleh itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Chandra, 2011).


(26)

Gambaran klinis pada bayi berat lahir rendah menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya yang lemah (Chandra, 2011). Tanda dan gejala yang terdapat pada BBLR adalah :

2.2.4.1 Fisik

a. Bayi kecil

b. Pergerakan kurang dan masih lemah c. Ukuran kepala kecil

d. Berat badan kurang 2500 gram

2.2.4.2 Kulit dan kelamin

a. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan) b. Rambut halus dan tipis

c. Genitalia belum sempurna

2.2.4.3 Sistem saraf a. Refleks moro

b. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna c. Mudah terjadi trauma susunan saraf pusat

d. Asfiksia berat yang diakibatkan kekurangan oksigen

2.2.4.4. Sistem muskuloskeletal a. Aksifikasi tengkorak sedikit b. Ubun-ubun dan satura lebar c. Tulang rawan elastis kurang d. Otot-otot masih hipotonik e. Tungkai abduksi

f. Sendi lutut dan kaki fleksi g. Kepala menghadap satu jurusan


(27)

2.2.4.5 Sistem pernafasan

a. Umumnya mengalami kesulitan bernafas b. Frekuensi nafas bervariasi

2.2.5 Komplikasi BBLR

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan BBLR (Chandra, 2011).

1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru.

2. Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.

3. Perdarahan intraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.

4. Fibroplasia retrolental

Penyakit ini terutama ditemukan pada BB LR dan disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatas i yang selanjutnya akan mengalami proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.

Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi iaitu


(28)

pengunaan oksigen lebih dari 4 0%.Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina.Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung vena.Kumpulan pembuluh darah baru ini tumbuh ke arah korpus vitreum dan lensa.

Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur serta visus menghilang.

5. Hiperbilirubinemia

Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan.Hal ini disebab kan faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna (Chandra, 2011).

Bab 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep

Yang menjadi kerangka konsep pada penelitian frekuensi transfusi pada bayi berat lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012 adalah variabel independen yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR),bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dan


(29)

variabel dependen adalah diagnosa, frekuensi transfusi pada neonatus dan frekuensi pengambilan darah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (World Health Organization, 2011).

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram (World Health Organization, 2011).

3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (World Health Organization, 2011).

Frekuensi transfusi pada neonatus Bayi berat lahir

sangat rendah (BBLSR)

Bayi berat lahir amat sangat rendah

(BBLASR) Bayi berat lahir

rendah (BBLR)

Diagnosa

Frekuensi pengambilan darah


(30)

4. Diagnosa adalah identifikasi penyakit yang dialami oleh pasien (Dorland`s Medical Dictionary for Health Consumers, 2007) .

5. Frekuensi pengambilan darah adalah berapa kali darah diambil untuk digunakan dalam tes diagnostik (Collins English Dictionary, 2003).

6. Frekuensi transfusi pada neonatus adalah berapa kali transfusi dilakukan pada neonatus (Webster`s New World Medical Dictionary, 2012).

7. Variable Independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain iaitu variabel dependen (Sastroasmoro et al, 2008).

8. Variable Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akib at karena adanya variabel lain iaitu variabel independen (Sastroasmoro et al, 2008).

No Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

pengukuran 1. Bayi berat lahir

rendah (BBLR)

Rekam medis Alat timbang

Bayi dengan berat lahir <2500 gram

dari Interval

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)

Rekam medis Alat timbang

Bayi dengan berat lahir <1500 gram


(31)

3 Bayi berat lahir amat

sangat rendah

(BBLASR)

Rekam medis Alat timbang

Bayi dengan berat lahir <1000 gram

dari Interval

4. Diagnosa Rekam medis Rekam

medis

-Sepsis

-Hiperbilirubinemia -Hyaline Membrane Disease (HMD) -Anemia

dari Nominal

5. Frekuensi

pengambilan darah

Rekam medis Rekam medis

Rujukan data dari rekam medis

dari Ordinal

6. Frekuensi transfusi pada neonatus

Rekam medis Rekam medis

Rujukan data dari rekam medis

dari Ordinal

7. Neonatus Rekam medis Rekam

medis

Bayi yang berusia dari lahir hingga 28 hari

dari Interval

8. Jenis kelamin Rekam medis Rekam

medis

-Perempuan -Laki-laki

dari Nominal

a. Variabel : Mengumpulkan data BBLR, BBLSR dan BBLASR daripada Rekam Medis di RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -2012.

b. Cara Ukur : Pengumpulan data Rekam Medis. c. Alat Ukur : Alat timbang, Hasil dari Rekam Medis. d. Skala Ukur : Nominal, Interval dan Ordinal.


(32)

Bab 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif.Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk data sekunder dari rekam medis yang bertujuan untuk mendapatkan informasi


(33)

tentang frekuensi transfusi pada bayi berat lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik, Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik, Medan provinsi Sumatera Utara.Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan pertimbangan bahwa RSUP H.Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan untuk wilayah regional Sumatera.Jumlah rata-rata rawatan harian neonatus yang mendapatkan rawatan adalah 19.6 dari jumlah neonatus yaitu 561 pada tahun 2011.Tambahan lagi, jumlah rata -rata rawatan harian neonatus yang mendapatkan rawatan adalah 22.4 dari jumlah neonatus yaitu 637 pada tahun 2012.Dengan itu,RSUP H.Adam Malik relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian karena RSUP H.Adam Malik dapat melakukan transfusi pada neonatus (data Ponek 2011, 2012, RSUP HAM).

JENIS KEGIATAN

APRIL 2013

MEI 2013

JUNI 2013

JULI 2013

AGUS 2013

SEP 2013

OKT 2013

NOV 2013

DES 2013 Penetapan

judul Persiapan


(34)

4.2.2 Waktu Penelitian

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh BBLR, BBLSR dan BBLASR yang mendapat perawatan di RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011-2012.

4.3.2 Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling, dimana seluruh BBLR, BBLSR dan BBLASR di RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012 dimasukkan sebagai subjek penelitian pada penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data Penyerahan

proposal Seminar proposal Pengumpulan

data Penambahan

makalah Presentasi

hasil penelitian


(35)

Pengumpulan data dimulai dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ke direktur RSUP H. Adam Malik . Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan pada rekam medis pada BBLR, BBLSR dan BBLASR di RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan prog ram komputer yang sesuai dan kemudian dipresantasikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.

4.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.6.1 Kriteria Inklusi

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi bera t lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) yang datang untuk mendapatkan perawatan di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012.

4.6.2 Kriteria Eksklusi

a) Rekam medis tidak lengkap. b) Pulang paksa / meninggal.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah yang ditujukan sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, Rumah Sakit Pendidikan dan pelatihan tim


(37)

kesehatan. Tempat penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan.

RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan jug a berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. 5.1.2 Deskripsi data rekam medis

Perhitungan data rekam medis dilakukan sejak 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2012.Jumlah data rekam medis bagi neonatus dengan BBLR, BBLSR dan BBLASR adalah sebanyak 56.Jumlah data rekam medis bagi neonatus BBLR yang mendapatkan transfusi darah adalah sebanyak 18.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi transfusi berdasarkan bayi berat lahir rendah di Perawatan Neonatal RSUP H. Adam M alik periode 2011-2012

Berat Badan

Lahir

n Tidak

Transfusi

Frekuensi Pengambilan

Darah

Transfusi Frekuensi Pengambilan

Darah

Frekuensi Transfusi

Darah

n % n

Rata-rata

n % n

Rata-rata

n

Rata-rata

BBLR 52 36 69.23 64 2 16 30.77 95 6 86 5


(38)

Jumlah 56 38 67.86 66 3 18 32.14 100 9 89 7

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok BBLSR mencatatkan kasus paling ramai berbanding kelompok berat badan lahir yang lain dengan jumlah 2 neonatus (50.00%). Manakala kelompok BBLR pula hanya mencatatkan 16 kasus sahaja (30.77%) dan seterusnya mencatatkan kelompok berat badan lahir paling sedikit dalam kasus frekuensi transfusi pada neonatus BBLR. Tidak ada BBLASR yang mendapatkan transfusi.

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok B BLR mencatatkan kasus paling tinggi frekuensi pengambilan darah yaitu dengan jumlah 95 kali transfusi dengan nilai rata -rata 6 diikuti kelompok BBLSR pula hanya mencatatkan frekuensi transfusi darah sebanyak 5 kali transfusi dengan nilai rata-rata 3.

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok BBLR mencatatkan kasus paling tinggi frekuensi transfusi darah yaitu dengan jumlah 86 kali transfusi dengan nilai rentang 1 hingga 18 kali dan nilai rata -rata adalah 5 diikuti kelompok BBLSR pula hanya mencatatkan freku ensi transfusi darah sebanyak 3 kali transfusi dengan nilai rentangan 1 hingga 2 kali dan nilai rata -rata adalah 2.

Tabel 5.2. Distribusi karakteristik dasar neonatus yang mendapat transfusi saat masuk di Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode 2011-2012

n %

Tahun


(39)

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 9 neonatus (50.0%) yang mendapatkan transfusi pada tahun 2011 dan sebanyak 9 neonatus (50.0%) yang mendapatkan transfusi pada tahun 2012.

Berdasarkan jenis kelamin, yang paling tinggi adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 neonatus (55.55%) diikuti dengan jenis kelamin laki-laki tercatat sebanyak 8 neonatus (44.44%).

Kelompok usia kurang dari 7 hari merupakan kasus terbanyak dibandingkan dengan kelompok usia yang lainnya dengan jumlah 12 neonatus (66.67%) diikuti dengan kelompok usia 15 hari hingga 21 hari dan usia 22 hari hingga 28 hari dengan hanya mencatatkan 1 neonatus sahaja (5.56%) dan seterusnya mencatatkan kelompok usia paling sedikit dalam kasus frekuensi transfusi pada neonatus BBLR.

2012 9 50.00

Jenis Kelamin

Lelaki 8 44.44

Perempuan 10 55.55

Umur neonatus

< 7 hari 12 66.67

8 hari–14 hari 4 22.22

15 hari–21 hari 1 5.56

22 hari–28 hari 1 5.56


(40)

Tabel 5.3.Distribusi diagnosis klinis primer dan sekunder berdasarkan bayi berat lahir rendah di Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode 2011-2012

Diagnosis klinis

Transfusi Tidak transfusi

Primer Sekunder Primer Sekunder

BBLR BBLSR BBLR BBLSR BBLR BBLSR BBLR BBLSR

n % n % n % n % n % n % n % n

Sindrom disstres pernafasan

5 31.25 - - 2 12.5 - - 10 32.26 1 50 3 9.68

-Sangkaan sepsis

4 25 1 50 12 75 - - 13 41.94 1 50 10 32.26 3

Pneumonia 1 6.25 - - - 1 3.23

-Anemia - - - - 4 25 1 50 1 3.23 - - - -

-Jaundice 1 6.25 - - 12 75 - - 4 12.9 - - 4 12.9 1

Seizure 1 6.25 - - 2 12.5 - - - 1 3.23

-Candidiasis Oral

1 6.25 - - 1 6.25 - - -

-Meningococel 1 6.25 - - -

-Meningoencep halocele

- - - - 1 6.25 - - -

-Asfiksia 1 6.25 - - - - 1 50 2 6.45 - - - -

-Apnoe 1 6.25 - - -

-Hydrocephalus - - 1 50 - - -

-Congenital heart disease

- - - - 1 6.25 - - 1 3.23 - - 3 9.68

-Omphalocele - - - - 1 6.25 - - -

-Dermatitis kronis

- - - - 1 6.25 - - -

-Tetanus - - - - 1 6.25 - - -

-Jumlah 16 100 2 100 31 100 2 100

Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sindrom disstres pernafasan mencatatkan diagnosis klinis primer yang tertinggi dijumpai pada BBLR yaitu sebanyak 5 neonatus (31.25%) manakala sangkaan sepsis dan hydrocephalus mencatatkan diagnosis klinis primer yang tertinggi dijumpai pada BBLSR yaitu sebanyak 1 neonatus (50%). Tabel di atas menunjukkan bahwa sangkaan sepsis dan jaundice m encatatkan diagnosis klinis sekunder yang


(41)

tertinggi dijumpai pada BBLR yaitu sebanyak 12 neonatus (75%) manakala anemia dan asfiksia mencatatkan diagnosis klinis sekunder yang tertinggi dijumpai pada BBLSR yaitu sebanyak 1 neonatus (50%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi neonatus berdasarkan tahun, jenis kelamin, kelompok usia, diagnosis penyakit, kelompok berat badan lahir, kelompok frekuensi transfusi darah

Berdasarkan kelompok berat badan lahir menunjukkan bahwa kelompok BBLSR mencatatkan kasus paling ramai mendapat transfuse berbanding kelompok berat badan lahir yang lain dengan jumlah 2 neonatus (50.00%). Hasil ini sesuai seperti apa yang dijumpai dalam penelitian yang dilakukan oleh Herman Bermawi (2010) bahawa transfusi darah sering pada BBLSR kerna BBLSR sering dilakukan pemeriksaan darah selama perawatan, terbatas atau lambatnya respon sumsum tulang BBLSR terhadap stress hematologik dan sering terjadi proses hemolisis. Manakala kelompok BBLR pula hanya mencatatkan 16 kasus sahaja (30.77%) dan seter usnya mencatatkan kelompok usia paling sedikit dalam kasus frekuensi transfusi pada BBLR.

Berdasarkan frekuensi pengambilan darah menunjukkan bahwa kelompok BBLR mencatatkan kasus paling tinggi frekuensi transfusi darah yaitu dengan jumlah 95 kali transfus i dengan nilai rata-rata 6 diikuti kelompok BBLSR pula hanya mencatatkan frekuensi transfusi darah sebanyak 5 kali transfusi dengan nilai rata -rata 3.

Berdasarkan frekuensi transfusi darah menunjukkan bahwa kelompok BBLR mencatatkan kasus paling tinggi fre kuensi transfusi darah yaitu dengan


(42)

jumlah 86 kali transfusi dengan nilai rata -rata 5 diikuti kelompok BBLSR pula hanya mencatatkan frekuensi transfusi darah sebanyak 3 kali transfusi dengan nilai rata-rata 2. Hasil ini sesuai seperti apa yang dijumpai dal am penelitian yang dilakukan oleh Jorge Fabres (2006) bahawa rata -rata frekuensi transfusi darah pada BBLR yaitu dengan jumlah 3 kali.

Berdasarkan distribusi tahun 2011 dan 2012, tiada peningkatan frekuensi transfusi pada BBLR. Pada tahun 2011 dan 2012, se banyak 9 neonatus (50.0%) yang mendapatkan transfusi pada BBLR.

Jenis kelamin perempuan mencatatkan kasus tertinggi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 10 neonatus (55.55%).Jenis kelamin laki -laki pula hanya sekadar mencatatkan kasus sebanyak 8 neonatus (44.44%).

Kelompok usia kurang dari 7 hari mencatatkan kasus terbanyak dibandingkan kelompok usia yang lain dengan jumlah 12 neonatus (66.67%). Hasil ini sesuai seperti apa yang dijumpai dalam penelitian yang dilakukan oleh Jorge Fabres (2006) bahawa rata -rata usia BBLR mendapatkan transfusi darah adalah pada usia 4 hari. Frekuensi kasus kedua tertinggi pula dicatatkan oleh kelompok usia 8 hari hingga 14 hari yaitu sebanyak 4 neonatus (22.22%) diikuti kelompok usia 15 hari hingga 21 hari dan usia 22 hari hi ngga 28 hari yang hanya mencatatkan frekuensi kasus paling sedikit yaitu sebanyak 1 neonatus (5.56%) sahaja.

Berdasarkan distribusi diagnosis klinis, sindrom distres pernafasan mencatatkan diagnosis klinis primer yang tertinggi dijumpai pada BBLR yaitu sebanyak 5 neonatus (31.25%). Frekuensi kasus kedua tertinggi adalah sangkaan sepsis yaitu sebanyak 4 neonatus (25%) diikuti dengan pneumonia, jaundice, seizure, candidiasis oral, meningococel, asfiksia dan apnoe yang hanya mencatatkan sebanyak 1 neonatus (6. 25%) dan seterusnya mencatatkan diagnosis klinis primer yang paling sedikit. Berdasarkan distribusi diagnosis


(43)

klinis, sangkaan sepsis dan hydrocephalus mencatatkan diagnosis klinis primer yang tertinggi dijumpai pada BBLSR yaitu sebanyak 1 neonatus (50%).

Berdasarkan distribusi diagnosis klinis, sangkaan sepsis dan jaundice mencatatkan diagnosis klinis sekunder yang tertinggi dijumpai pada BBLR yaitu sebanyak 12 neonatus (75%). Frekuensi kasus kedua tertinggi adalah anemia yaitu sebanyak 4 neonatus (25%). F rekuensi kasus ketiga tertinggi adalah sindrom disstres pernafasan dan seizure yaitu sebanyak 2 neonatus (12.5%) diikuti dengan candidiasis oral, meningoencephalocele, congenital heart disease, omphalocele, dermatitis kronis dan yang hanya mencatatkan sebanyak 1 neonatus (6.25%) dan seterusnya mencatatkan diagnosis klinis sekunder yang paling sedikit. Berdasarkan distribusi diagnosis klinis, anemia dan asfiksia mencatatkan diagnosis klinis sekunder yang tertinggi dijumpai pada BBLSR yaitu sebanyak 1 neonat us (50%).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan


(44)

6.1.1 Jumlah BBLR yang mendapatkan transfusi darah di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012 adalah sebanyak 18 neonatus.

6.1.2 Distribusi kelompok berat badan lahir terbanyak neonatus y ang mendapatkan transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011-2012 adalah lingkungan kelompok BBLSR (50.00%).

6.1.3 Distribusi frekuensi pengambilan darah terbanyak neonatus yang mendapatkan transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011-2012 adalah kelompok BBLR dengan nilai rata -rata 6. 6.1.4 Distribusi frekuensi transfusi darah terbanyak neonatus yang mendapatkan

transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011-2012 adalah kelompok BB LR dengan nilai rata-rata 5.

6.1.5 Distribusi tahun neonatus yang mendapatkan transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012 adalah tiada peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 (50.00%).

6.1.6 Distribusi jenis kelamin terbanyak neonatus yang mendapatkan transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik periode Tahun 2011 -2012 adalah neonatus perempuan (55.55%).

6.1.7 Distribusi kelompok usia terbanyak neonatus yang mendapatkan transfusi di Unit Perawatan Neonatal RSUP H. Adam Malik period e Tahun 2011-2012 adalah neonatus dalam lingkungan kelompok usia kurang dari 7 hari (66.67%).

6.1.8 Distribusi diagnosis klinis primer tertinggi yang terdapat pada BBLR adalah sindrom disstres pernafasan yaitu sebanyak 5 neonatus (31.25%) manakala diagnosis klinis primer tertinggi yang terdapat pada BBLSR adalah sangkaan sepsis dan hydrocephalus yaitu sebanyak 1 neonatus (50%). Distribusi diagnosis klinis sekunder tertinggi yang terdapat pada BBLR adalah sangkaan sepsis dan jaundice yaitu sebanyak 12 neonatus (75 %) manakala diagnosis


(45)

klinis sekunder tertinggi yang terdapat pada BBLSR adalah anemia dan asfiksia yaitu sebanyak 1 neonatus (50%).

6.2 Saran

6.2.1 Setiap ibu hamil perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup kerna kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan BBLR.

6.2.2 Setiap ibu hamil perlu mendapatkan zat besi yang cukup kerna anemia dalam kehamilan dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan janin dan meningkatkan resiko BBLR.

6.2.3 Pihak rumah sakit haruslah mengurangi transfusi darah BBLR dengan menunda pemotongan tali pusat neonatus.

6.2.4 Pihak rumah sakit haruslah mengurangi transfusi darah BBLR dengan mengurangi kehilangan darah iatrogenik yang terkait dengan pengujian laboratorium yaitu dengan menghindari pengujian yang tidak perlu.

6.2.5 Pihak rumah sakit haruslah lebih teratur dan lengkap dalam penulisan, penyimpanan, dan perawatan rekam medis agar peneliti lebih mudah untuk melakukan penelitian dalam pengumpulan data rekam medis dengan teratur.

Daftar Pustaka

American National Red Cross, 2013.History of Blood Transfusion.[Online] Available at: http://www.redcrossblood.org/learn


(46)

-about-blood/history-blood-transfusion

[Accessed 10 Juli 2013].

Bermawi, H., 2010. Transfusi Darah dan Komponen Darah. In: M. S . Kosim, et al.eds.Buku Ajar Neonatologi. 1 ed. s.l.:Ikatan Dokter Anak Indonesia, p. 285.

Chandra, S., 2011. Transfusi Darah dan Infus Cairan. In: T. Rachimhadhi, G. H.Wiknjosastro & A. B. Saifuddin, eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo, p. 419.

Children Growup Clinic, 2012. Prinsip Pemberian Cairan dan Nutrisi pada BayiPrematur. [Online]

Available at: childrengrowup.wordpress.com/2012/09/24/pemberian -nutrisi-pada-bayi-prematur/

[Accessed 28 April 2013].

Collins English Dictionary, 2003.Collins English Dictionary. [Online] Available at: http://www.thefreedictonary.com/Blood+sample

[Accessed 28 May 2013].

Damanik, S. M., 2010. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir Dan Masa Gestasi. In: M. Kosim, et al. eds. Buku Ajar Neonatologi. 1 ed. s.l.:Ikatan Dokter Anak Indonesia, p. 12.

Dorland`s Medical Dictionary for Health Consumers, 2007. Dorland`s Medical Dictionary for Health Consumers. [Online] Available at: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/diagnosis [Accessed 28 May 2013].

Fabres, J. et al., 2006. Estimating blood needs for very -low-birth-weight infants. Transfusion Practice,November, Volume 46, pp. 1915 -1916.

Higgins, C., 2009. Iatrogenic blood loss and neonatal transfusion. The Biomedical Scientist, Juli.pp. 545-547.

Kosim, M. S., S, Q. & Sudarmanto, B., 2009. Pengaruh Waktu Penjepitan Tali Pusat Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir, Volume 10, p. 335.


(47)

Latief, A. et al., 2007. Bayi Berat Lahir Rendah. In: R. Hassan & H. Alatas, eds. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesihatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p. 1051.

Latief, A. et al., 2007. Transfusi Darah. In: R. Hassan & H. Alatas , eds. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesihatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesiha tan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p. 483.

Nency, Y. M. & Sumanti, D., 2011. Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi Komponen Darah pada Anak, 3 Oktober, 13(3), p. 160.

OECD, 2011. Infant health : Low birth weight. Health at a Gl ance, pp. 38-39. Putra, Y., Kardana, M., Artana, D. & Putra, J., 2012. Karakteristik dan luaran bayi berat lahir sangat rendah yang lahir di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Mei, Volume 43, pp. 77 -78.

Ramasethu, J. & Luban, N. L., 2010. Tra nsfusion Practices. In: P. A. d. Alarcon & E. J. Werner, eds. Buku Williams Hematology. USA: Cambridge University Press, pp. 349-350.

Ratnaningrum, K. & Santosa, E., 2012. Risiko Gangguan Pernapasan Pada Bayi Dengan Riwayat Kelahiran.Jurnal Kedokteran Muhammadiyah,Volume 1, p. 62. Sastroasmoro, S., Aminullah, A., Rukman, Y. & Zakiudin , M., 2008. Variabel dan Hubungan antar-variabel. In: Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. s.l.:Sagung Seto, pp. 256-257.

Websters New World Medical Dictionary, 2012. Definition of Blood Transfusion. [Online]

Available at: http://medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=2491 [Accessed 20 May 2013].

World Health Organization, 2011. Optimal Feeding of Low Birth Weight Infants in Low and Middle Income Countries, p. 5.


(48)

(49)

(50)

(51)

No Sex Umur Berat Badan

Lahir (gram)

Diagnosa F.

Ambil Darah

Frekuensi Transfusi

Darah

Pemeriksaan Lab Hb/H/L/T

1. Pr 0 hari 1950g -Sangkaan Sepsis -Anemia Hemoragik

3x PRC 20cc

PRC 10cc PRC 10cc

9/27.8/19.13/178000

2. L 12 hari 1700g -Neonatus jaundice -Sangkaan Sepsis

3x PRC 30cc

PRC 30cc PRC 30cc

8.93/25.7/11.8/42000

3. L 3 hari 2000g -Candidiasis Oral 3x Trombosit

20cc

15.4/43.5/4810/24000 4. Pr 5 hari 2300g -Meningococel

-Post Repair Occipital

-Meningoencephalocele -Sangkaan Sepsis

5x

PRC 25cc Albumin 20% 8cc 25% 64cc

9/27.9/14.490/428000 BBLR YANG MENDAPAT TR ANSFUSI TAHUN 2011


(52)

5. L 0 hari 2100g -Pneumonia -Sangkaan Sepsis -Oral Candidiasis -Congenital Heart Disease -Respiratory Distress --HMD -Paton Ductus Arteriosus 7x PRC 38.2cc PRC 20cc PRC 20cc 13.5/39.6/17400/ 326000

6. Pr 26 hari 2000g -Sangkaan Sepsis -Anemia Hipokromi Mikrositer -Omphalocele -Dermatitis Kronis -Fistel 10x PRC 40cc PRC 40cc PRC 20cc PRC 40cc Albumin 13cc PRC 40cc PRC 40cc Albumin 20% = 6cc 25% = 5cc Albumin 25% = 5cc

PRC 40cc Albumin 20% = 9cc 25% = 7cc Albumin 25% = 7cc

6.37/18.1/168.000/ 273.000

7. Pr 12 hari 2000g -Neonatal Pneumonia

-Sangkaan Sepsis 4x

Trombosit 20cc PRC 20cc PRC 20cc Trombosit 20cc PRC 30cc 11.8/33.7/25.970/ 73.000

8. Pr 0 hari 2300g -Respiratory Distress e.c --HMD grade II

-Sangkaan Sepsis

-Tetanus Neonatorum 9x

Albumin 20% = 9.24cc

25% = 7.4cc Albumin 20% = 9.24cc

Albumin 25% = 8cc Albumin 8cc

19.7/57.4/19.190/ 326.000

9. Pr 6 hari 2000g -Asfiksia Neonatorum -Respiratory Distress e.c --HMD

PRC 36cc PRC 36cc

14.6/40.9/9.31/ 358.000


(53)

(54)

1. Pr 8 hari 1600g -Apnoe of prematurity -Sangkaan Sepsis e.c pseudomonas fluorescens 4x PRC 15cc Trombosit 15cc PRC 15cc PRC 15cc Trombosit 15cc Trombosit 15cc 11.9/32/13.5/217.000

2. Pr 19 hari 1100g -Sangkaan hydrocephalus -Hipoxic ischemic encephalopathy -Anemia of prematurity

1x PRC 15cc PRC 15cc

7.5/20.8/6360/490.000

3. L 2 hari 2000g -Neonatal Seizure e.c --perdarahan intracranial --infeksi ssp -Sangkaan Sepsis e.c staphylococcus epidermidis 4x FFP 20cc FFP 30cc Trombosit 34cc Albumin 21.6cc Trombosit 34cc 16.7/44.3/18940/ 201.000

4. L 1850g 3 hari -Respiratory Distress e.c --HMD -Anemia mikrositik normokrom -Neonatal jaundice to infection other bacterial sepsis of newborn 10x Albumin 20% = 10cc 25% = 8cc Albumin 20% = 10cc Albumin 20% = 7.5cc Albumin 20% = 11cc Trombosit 20cc Trombosit 35cc Albumin 11cc PRC 25cc Trombosit 35cc Trombosit 30cc PRC 30cc Albumin 20% = 10cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Albumin 30cc

14/36.5/9120/69.000 BBLR YANG MENDAPAT TRANSFUSI TAHUN 2012


(55)

PRC 10cc 5. L 0 hari 2150g -Respiratory

Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Jaundice 6x Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc FFP 25cc PRC 10cc Trombosit 30cc PRC 10cc PRC 30cc Trombosit 15cc 10.2/29.5/14.86/ 299.000

6. Pr 0 hari 1800g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure -Anemia Normokrom Normositer 8x FFP 20cc FFP 20cc 18.9/52.7/308/186.000

7. Pr 8 hari 2400g -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure

4x

PRC 10cc 11.8/34.2/13.68/ 140.000

8. L 0 hari 1500g -Sangkaan Sepsis e.c staphylococcus -Cholestasis jaundice

4x

PRC 31.55cc 8.2/24/7760/595.000

9. L 4 hari 2300g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis

8x


(56)

No No File Sex Umur Berat Badan Lahir (gram) Diagnosa F. Ambil Darah Tarikh Transfusi Darah Frekuensi Transfusi Darah

1. 49.13.48 Pr 0 hari 1950g -Sangkaan Sepsis -Anemia Hemoragik -BBLR

3x 4 jam

1 hari 2 hari

PRC 20cc PRC 10cc PRC 10cc

2. 47.13.29 L 12

hari

1700g -Neonatus jaundice -Sangkaan Sepsis -BBLR 3x 12/5/11 13/5/11 13/5/11 PRC 30cc PRC 30cc PRC 30cc 3. 46.42.01 Pr 0 hari 2000g -Respiratory Distress

e.c --HMD

--Neonatal Pneumonia

1x

4. 46.47.47 L 2 hari 2000g -Sangkaan Sepsis e.c --Staphylococcus --Sapholyticus -Respiratory Distress e.c

--HMD

4x Tiada transfusi -cefotaxime -gentamycin

-light therapy

5. 45.93.42 L 3 hari 2000g -Candidiasis Oral 3x Trombosit

20cc 6. 45.80.15 L 2 hari 1640g -Sangkaan Sepsis

-Hiperbilirubinemia

2x

-7. 45.80.11 Pr 5 hari 2300g -Meningococel -Post Repair Occipital -Meningoencephalocele -Sangkaan Sepsis 5x PRC 25cc Albumin 20% 8cc 25% 64cc

8. 45.77.83 Pr 4 hari 1800g -Sangkaam Sepsis 1x


(57)

9. 49.27.43 L 0 hari 2000g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis 3x Tiada transfusi -aminofilin -ceftazidim -gentamycin -light therapy 10. 47.58.30 L 0

hari 2100g -Pneumonia -Sangkaan Sepsis -Oral Candidiasis -Congenital Heart Disease -Respiratory Distress --HMD -Paton Ductus Arteriosus 7x 30/6/11 1/7/11 1/7/11 PRC 38.2cc PRC 20cc PRC 20cc

11. 46.58.70 Pr 1 hari

1640g -BBLR 1x -

-12. 46.73.98 Pr 5 hari 1600g -Asfiksia Neonatorum -Sangkaan Sepsis e.c --Klebsiella Pneumonia

4x -

-13. 46.86.50 L 2 hari

2000g -Asfiksia Neonatorum

- -

-14. 46.60.49 Pr 0 hari

1900g -Respiratory Distress e.c --HMD

2x -

-15. 47.19.81 Pr 26 hari 2000g -Sangkaan Sepsis -Anemia Hipokromi Mikrositer -Omphalocele -Dermatitis Kronis -Fistel 10x 8/6/11 8/6/11 14/6/11 14/6/11 14/6/11 19/6/11 20/6/11 22/6/11 23/6/11 PRC 40cc PRC 40cc PRC 20cc PRC 40cc Albumin 13cc PRC 40cc PRC 40cc Albumin 20% = 6cc 25% =


(58)

28/6/11 1/7/11 1/7/11 5cc Albumin 25% = 5cc PRC 40cc Albumin 20% = 9cc 25% = 7cc Albumin 25% = 7cc 16. 47.20.74 Pr 12

hari 2000g -Neonatal Pneumonia -Sangkaan Sepsis 4x 19/5/11 19/5/11 20/5/11 20/5/11 26/5/11 Trombosit 20cc PRC 20cc PRC 20cc Trombosit 20cc PRC 30cc 17. 48.02.39 Pr 0

hari 1600g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis e.c pseudomonas sp 3x Tiada transfusi -apyalis -nystatin -ferriz

18. 48.12.29 Pr 0 hari 2300g -Respiratory Distress e.c --HMD grade II -Sangkaan Sepsis -Tetanus Neonatorum 9x 1/8/11 2/8/11 3/8/11 3/8/11 Albumin 20% = 9.24cc 25% = 7.4cc Albumin 20% = 9.24cc Albumin 25% = 8cc Albumin 8cc 19. 48.67.24 L 2

hari

1840g -Sangkaan Sepsis

2x Tiada transfusi -apyalis


(59)

-Diaper Rash -nystatin 20. 48.79.32 Pr 0

hari

1800g -Sangkaan Sepsis

2x Tiada transfusi -ceftazidime

-gentamicin 21. 48.77.76 L 26

hari

1900g -Anemia Normokrom Normositer

2x Tiada transfusi -apyalis -nystatin

-ferriz 22. 49.64.34 Pr 4

hari

2300g -Respiratory Distress e.c --HMD grade II, III -Sangkaan Sepsis -Cyanotic CHD 5x Tiada transfusi -meropenen -nystatin

23. 49.19.84 L 28 hari 2300g -Down Syndrome -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure

- Tiada transfusi -apyalis -nystatin

-ferriz -phenobarbital 24. 49.66.77 L 0

hari 2250g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis

1x Tiada transfusi -ceftazidime

-gentamicin

25. 49.57.55 Pr 25 hari

1800g - Tiada transfusi

-apyalis -nystatin 26. 46.57.75 Pr 6

hari 2000g -Asfiksia Neonatorum -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis 7x 10/4/11 11/4/11 PRC 36cc PRC 36cc

27. 48.04.11 Pr 0 hari 1400g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis

2x Tiada transfusi -ceftazidime

-gentamicin -apyalis drop -light therapy


(60)

-Ikterik Neonatorum


(61)

1. 51.88.60 Pr 0 hari 1910g -BBLR -Gemeli II

- Tiada transfusi -gentamicin 2. 50.43.39 L 2 hari 2400g -Sangkaan

Sepsis -Respiratory Distress e.c --HMD

1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -light therapy


(62)

3. 50.49.06 Pr 8 hari 1600g -Apnoe of prematurity -Sangkaan Sepsis e.c pseudomonas fluorescens 4x 22/2/12 22/2/12 23/2/12 23/2/12 23/2/12 24/2/12 PRC 15cc Trombosit 15cc PRC 15cc PRC 15cc Trombosit 15cc Trombosit 15cc 4. 54.06.66 Pr 0 hari 1800g -Bayi dari ibu HIV - Tiada transfusi

-gentamicin -Inj Neo-K 5. 54.04.23 Pr 3 hari 2000g -Acyanotic CHD

-Sangkaan Sepsis -Persisten Foramen Ovale 4x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -nystatin 6. 54.20.30 L 0 hari 1700g -Ikterik

Neonatorum -Sangkaan Sepsis

1x Tiada transfusi -gentamicin -Inj Neo-K -light therapy 7. 50.46.35 L 0 hari 2040g -Sangkaan Sepsis

e.c staphylococcus aureus

-Respiratory Distress e.c --HMD

2x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin

8. 50.74.41 Pr 19 hari 1100g -Sangkaan hydrocephalus -Hipoxic ischemic encephalopathy -Anemia of prematurity 1x 10/3/12 11/3/12 PRC 15cc PRC 15cc

9. 50.11.28 Pr 9 hari 2000g -Ikterik Neonatorum -Sangkaan Sepsis

1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 10. 52.83.12 L 2 hari 2000g -Neonatal Seizure

e.c --perdarahan intracranial --infeksi ssp -Sangkaan Sepsis e.c staphylococcus epidermidis 4x 31/812 1/9/12 4/9/12 11/9/12 11/9/12 FFP 20cc FFP 30cc Trombosit 34cc Albumin 21.6cc Trombosit 34cc 11. 52.69.67 L 1850g 3 hari -Respiratory

Distress e.c --HMD -Anemia mikrositik normokrom -Neonatal jaundice 10x 16/8/12 17/8/12 20/8/12 Albumin 20% = 10cc 25% = 8cc Albumin 20% = 10cc Albumin 20% = 7.5cc


(63)

to infection other bacterial sepsis of newborn 24/8/12 24/8/12 25/8/12 25/8/12 25/8/12 26/8/12 27/8/12 27/8/12 28/8/12 28/8/12 29/8/12 30/8/12 30/8/12 31/8/12 Albumin 20% = 11cc Trombosit 20cc Trombosit 35cc Albumin 11cc PRC 25cc Trombosit 35cc Trombosit 30cc PRC 30cc Albumin 20% = 10cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Albumin 30cc PRC 10cc 12. 53.10.95 Pr 7 hari 2300g -Neonatal Jaundice

-Sangkaan Sepsis

2x -

-13. 52.31.13 L 0 hari 2150g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Ikterik Neonatorum 6x 16/7/12 16/7/12 17/7/12 17/7/12 18/7/12 18/7/12 19/7/12 19/7/12 20/7/12 21/7/12 21/7/12 22/7/12 23/7/12 23/7/12 Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc FFP 25cc PRC 10cc Trombosit 30cc PRC 10cc PRC 30cc Trombosit 15cc


(64)

14. 52.03.24 L 6 hari 2400g -Sangkaan Sepsis -Ikterik Neonatorum -Hiperbilirubinemia indirek 4x -

-15. 51.72.74 Pr 0 hari 1800g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure -Anemia Normokrom Normositer 8x 5/6/12 6/6/12 FFP 20cc FFP 20cc

16. 53.19.64 Pr 0 hari 1900g -Sangkaan Sepsis -Ikterik

Neonatorum

4x

-

-17. 53.31.98 Pr 8 hari 2400g -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure 4x

20/10/12 PRC 10cc 18. 51.39.67 L 3 hari 2400g -Respiratory

Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Cyanotic CHD 3x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -aminophylin 19. 53.08.34 L 0 hari 1500g -Sangkaan Sepsis

e.c staphylococcus -Cholestasis jaundice

4x

11/10/12 PRC 31.55cc

20. 53.43.03 L 0 hari 1820g -Ikterik Neonatorum

1x Tiada transfusi -gentamicin -Inj Neo-K -light therapy 21. 53.84.09 Pr 0 hari 2450g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi

-ceftazidime -gentamicin -Inj Neo-K 22. 53.88.49 L 0 hari 1900g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis

- Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 23. 53.13.18 Pr 2 hari 1800g -Sangkaan Sepsis - Tiada transfusi

-ceftazidime -gentamicin 24. 52.57.36 Pr 0 hari 2300g -BBLR 1x Tiada transfusi

-gentamicin -Inj Neo-K


(65)

25. 50.81.31 Pr 0 hari 1700g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 26. 50.58.46 L 9 hari 2000g -Respiratory

Distress e.c --HMD

2x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 27. 52.71.83 L 4 hari 2300g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis 8x

17/8/12 PRC 30cc

28. 50.08.18 L 16 hari

1500g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 29. 54.03.19 Pr 2 hari 2300g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis

-Hiperbilirubinemia -Paten Ductus Arteriosus

3x

Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -light therapy


(1)

-Ikterik

Neonatorum


(2)

1. 51.88.60 Pr 0 hari 1910g -BBLR -Gemeli II

- Tiada transfusi -gentamicin 2. 50.43.39 L 2 hari 2400g -Sangkaan

Sepsis -Respiratory Distress e.c --HMD

1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -light therapy TABEL INDUK BBLR YANG MENDAPAT TRANSFUSI PADA TAHUN 2012


(3)

3. 50.49.06 Pr 8 hari 1600g -Apnoe of prematurity -Sangkaan Sepsis e.c pseudomonas fluorescens 4x 22/2/12 22/2/12 23/2/12 23/2/12 23/2/12 24/2/12 PRC 15cc Trombosit 15cc PRC 15cc PRC 15cc Trombosit 15cc Trombosit 15cc 4. 54.06.66 Pr 0 hari 1800g -Bayi dari ibu HIV - Tiada transfusi

-gentamicin -Inj Neo-K 5. 54.04.23 Pr 3 hari 2000g -Acyanotic CHD

-Sangkaan Sepsis -Persisten Foramen Ovale 4x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -nystatin 6. 54.20.30 L 0 hari 1700g -Ikterik

Neonatorum -Sangkaan Sepsis

1x Tiada transfusi -gentamicin -Inj Neo-K -light therapy 7. 50.46.35 L 0 hari 2040g -Sangkaan Sepsis

e.c staphylococcus aureus

-Respiratory Distress e.c --HMD

2x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin

8. 50.74.41 Pr 19 hari 1100g -Sangkaan hydrocephalus -Hipoxic ischemic encephalopathy -Anemia of prematurity 1x 10/3/12 11/3/12 PRC 15cc PRC 15cc

9. 50.11.28 Pr 9 hari 2000g -Ikterik Neonatorum -Sangkaan Sepsis

1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 10. 52.83.12 L 2 hari 2000g -Neonatal Seizure

e.c --perdarahan intracranial --infeksi ssp -Sangkaan Sepsis e.c staphylococcus epidermidis 4x 31/812 1/9/12 4/9/12 11/9/12 11/9/12 FFP 20cc FFP 30cc Trombosit 34cc Albumin 21.6cc Trombosit 34cc 11. 52.69.67 L 1850g 3 hari -Respiratory

Distress e.c --HMD -Anemia mikrositik normokrom 10x 16/8/12 17/8/12 20/8/12 Albumin 20% = 10cc 25% = 8cc Albumin 20% = 10cc Albumin


(4)

to infection other bacterial sepsis of newborn 24/8/12 24/8/12 25/8/12 25/8/12 25/8/12 26/8/12 27/8/12 27/8/12 28/8/12 28/8/12 29/8/12 30/8/12 30/8/12 31/8/12 Albumin 20% = 11cc Trombosit 20cc Trombosit 35cc Albumin 11cc PRC 25cc Trombosit 35cc Trombosit 30cc PRC 30cc Albumin 20% = 10cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Trombosit 30cc Albumin 30cc PRC 10cc 12. 53.10.95 Pr 7 hari 2300g -Neonatal Jaundice

-Sangkaan Sepsis

2x -

-13. 52.31.13 L 0 hari 2150g -Respiratory Distress e.c --HMD -Sangkaan Sepsis -Ikterik Neonatorum 6x 16/7/12 16/7/12 17/7/12 17/7/12 18/7/12 18/7/12 19/7/12 19/7/12 20/7/12 21/7/12 21/7/12 22/7/12 23/7/12 23/7/12 Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc Cryoprecipitate 30cc FFP 25cc FFP 25cc PRC 10cc Trombosit 30cc PRC 10cc PRC 30cc Trombosit 15cc


(5)

14. 52.03.24 L 6 hari 2400g -Sangkaan Sepsis -Ikterik

Neonatorum

-Hiperbilirubinemia indirek

4x

-

-15. 51.72.74 Pr 0 hari 1800g -Respiratory Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure -Anemia

Normokrom Normositer

8x

5/6/12 6/6/12

FFP 20cc FFP 20cc

16. 53.19.64 Pr 0 hari 1900g -Sangkaan Sepsis -Ikterik

Neonatorum

4x

-

-17. 53.31.98 Pr 8 hari 2400g -Sangkaan Sepsis -Neonatal Seizure 4x

20/10/12 PRC 10cc 18. 51.39.67 L 3 hari 2400g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis -Cyanotic CHD

3x

Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -aminophylin 19. 53.08.34 L 0 hari 1500g -Sangkaan Sepsis

e.c staphylococcus -Cholestasis jaundice

4x

11/10/12 PRC 31.55cc

20. 53.43.03 L 0 hari 1820g -Ikterik Neonatorum

1x Tiada transfusi -gentamicin -Inj Neo-K -light therapy 21. 53.84.09 Pr 0 hari 2450g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi

-ceftazidime -gentamicin -Inj Neo-K 22. 53.88.49 L 0 hari 1900g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis

- Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 23. 53.13.18 Pr 2 hari 1800g -Sangkaan Sepsis - Tiada transfusi

-ceftazidime -gentamicin 24. 52.57.36 Pr 0 hari 2300g -BBLR 1x Tiada transfusi

-gentamicin -Inj Neo-K


(6)

25. 50.81.31 Pr 0 hari 1700g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 26. 50.58.46 L 9 hari 2000g -Respiratory

Distress e.c --HMD

2x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 27. 52.71.83 L 4 hari 2300g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis 8x

17/8/12 PRC 30cc

28. 50.08.18 L 16 hari

1500g -Sangkaan Sepsis 1x Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin 29. 54.03.19 Pr 2 hari 2300g -Respiratory

Distress e.c --HMD

-Sangkaan Sepsis

-Hiperbilirubinemia -Paten Ductus Arteriosus

3x

Tiada transfusi -ceftazidime -gentamicin -light therapy