Bahan dan Alat Analisis Data Ekperimen 2. Respon Umur Bahan Stek terhadap Perakaran

III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam PPPH dan KA, Gunungbatu, Bogor. Penelitian dimulai bulan Juni 2008 sampai dengan bulan April 2009.

3.2 Bahan dan Alat

Penelitian menggunakan pucuk dari tanaman S. leprosula yang berumur ≤ 2 tahun, 10 tahun, dan 25 tahun. Bahan stek umur ≤ 2 tahun dikumpulkan dari persemaian PPPH dan KA, Gunungbatu, Bogor. Bahan stek umur 10 tahun dan 25 tahun dikumpulkan dari tegakan meranti tembaga di Kebun Percobaan Dramaga, Jawa Barat masing-masing sebanyak 3 pohon. Tabel 1 Kondisi pohon induk bahan stek Umur Tinggi m Diameter cm ≤ 2 tahun 0,58 0,54 10 tahun 22,50 45,85 25 tahun 30,67 53,18 Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ruang pengakaran stek menggunakan KOFFCO System akronim dari Komatsu-FORDA Fog Cooling System. Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang bekerjasama dengan Research Centre, Komatsu Ltd. Kondisi ruang pengakaran ini memiliki suhu antara 24 o C – 30 o C, kelembaban udara lebih dari 95, dan intensitas cahaya antara 10.000 – 20.000 lux Sakai Subiakto 2007.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari tiga eksperimen percobaan yaitu: Eks.1 Karakteristik juvenilitas bahan stek pucuk, Eks.2 Respon umur bahan stek terhadap perakaran, dan Eks.3 Teknik penyambungan.

3.3.1 Ekperimen 1. Karakteristik Juvenilitas Bahan Stek Pucuk Meranti

Tembaga Tingkat juvenilitas bahan stek meranti diukur dengan cara menganalisis morfologi, anatomi, kandungan auksin dan hara bahan stek pucuk terhadap kemampuan berakar stek. Pengujian tingkat juvenilitas bahan stek dilakukan terhadap tanaman meranti tembaga berumur ≤ 2 tahun, 10 tahun, dan 25 tahun.

3.3.1.1 Morfologi Daun Bahan Stek

Pengamatan morfologi bahan stek meliputi bentuk daun dan permukaan tepi daun rata atau bergerigi, panjang daun PD, lebar daun LD, panjang tangkai daun petiole PP, panjang dari petiole ke bagian daun yang terlebar PPD Gambar 4. Contoh pucuk terdiri dari pucuk umur ≤ 2 tahun, 10 tahun dan umur 25 tahun Gambar 5. Daun yang diamati mulai daun ke-1 sampai daun ke-5 dari pucuk. Masing-masing kelompok umur diwakili oleh 10 pucuk tanaman ulangan. Gambar 4 Contoh pucuk bahan stek meranti tembaga untuk analisis morfologi daun. Keterangan: LD = lebar daun; PD = panjang daun; PP = panjang tangkai daun; PPD panjang dari tangkai daun ke daun yang terlebar 5 cm LD PPD PP PD Gambar 5 Contoh herbarium S. leprosula untuk analisis morfologi daun.

3.3.1.2 Anatomi Batang Bahan Stek

Pengamatan anatomi bahan stek dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bagian dasar stek untuk setiap variasi umur ≤ 2 tahun, 10 tahun, 25 tahun diwakili oleh 3 pucuk tanaman dibuat preparat sayat dan maserasi. Pembuatan preparat sayat dilakukan dengan cara bagian bawah bahan stek dipotong sepanjang 0,5 cm, kemudian difiksasi dengan larutan FAA 50 ml ethyl alcohol 95, 5 ml glacial acetic, 10 ml formaldehyde 40, dan 35 ml air, selajutnya diinfiltrasi dengan 20 poly ethylene glycol PEG 2000 dalam alkohol teknis menurut petunjuk Richter dan Wijk 1990. PEG dimasukan ke dalam oven pada suhu 60 o C selama 5 – 6 hari sampai semua alkohol menguap. Setelah didinginkan, PEG beku yang menempel pada bahan stek dibersihkan kemudian dicetak dalam PEG cair dan bekukan dalam lemari es. Selanjutnya dibuat sayatan dengan mikrotom ke melintang setebal 12-25 µm. Kemudian sayatan dipindahkan ke kaca preparat mikroskop slide dengan bantuan kuas yang telah dibasahi larutan gliserin. Selanjutnya sayatan diberi zat pewarna safranin 2- 5 dan diamkan beberapa menit. Sayatan dibersihkan dengan aquades, kemudian didehidrasi dengan cara merendam dalam alkohol berturut-turut 30, 50, 70, 96, absolute ethanol tanpa air, karboxylol, dan toluene masing-masing ± 5 menit. Sayatan dipindahkan ke kaca preparat lalu ditetesi entelan dan segera ditutup dengan cover glass secara perlahan-lahan. Setelah kering, sayatan diamati di bawah mikroskop. a. umur ≤ 2 tahun 5 cm b. umur 10 tahun 5 cm c. umur 25 tahun 5 cm Pembuatan preparat maserasi dilakukan dengan cara bagian bawah bahan stek dipotong sepanjang 0,5 cm kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 30 larutan hydrogen peroksida dan larutan asam asetat glacial dengan perbandingan 1:1 sampai terendam. Tabung reaksi dipanaskan dalam waterbath sampai potongan batang stek berwarna putih dan terlihat adanya tanda-tanda serabut mulai lepas selama 16 jam, kemudian dicuci dengan air 2-3 kali. Untuk mendapatkan serabut yang terlepas dengan sempurna, serabut batang stek dicuci kembali dan dikocok dengan aquades secara berulang-ulang sampai serabut tersebut bebas asam. Kemudian serabut dipindahkan ke cawan petri dan diberi 2-4 tetes safranin 2 selama 6-8 jam. Setelah itu, sel-sel serabut dicuci dengan air bersih. Agar zat pewarna safranin dapat bertahan lama, sel-sel serabut tersebut dicuci berturut-turut dengan alkohol 10, 30, dan 70 masing-masing selama 2 menit. Sesudah proses dehidrasi, serabut dipindahkan ke kaca preparat kemudian diberi sedikit gliserin alkohol dan dilakukan pemisahan serabut agar serat tidak bertumpuk. Selanjutnya diberi satu tetes canada balsem entelan dan tutup dengan kaca penutup preparat, penutupan dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang terperangkap Tesoro 1989. Preparat diamati dan divisualisasi menggunakan mikroskop Elict Wetzler yang dilengkapi dengan kamera Nikon FX35DK dan vilar mikrometer; mikroskop Fluricent Carl Zeiss yang dilengkapi dengan kamera Axio, Axio Imager, Axio Vision dan kamera digital Photometrix CoolSnap Fx Roper Scientific . Paramater yang diamati meliputi ukuran pembuluh dan serat yang dianjurkan oleh komite Internastional Association of Wood Anatomist Wheeler at al. 1989. Ciri kuantitatif panjang pembuluh, diameter pembuluh, frekuensi pembuluh, panjang serat, diameter serat, dan tebal dinding masing-masing diukur 25, 25, 10, 25, 25, 15, 15 kali.

3.3.1.3 Kandungan Auksin dan Hara Bahan Stek

Potensi kemampuan berakar dari bahan stek dapat diduga dengan keberadaan kandungan bahan kimia yang berpengaruh terhadap proses perakaran stek. Bahan kimia yang dianggap dominan terhadap perakaran stek di antaranya adalah auksin dan nisbah karbonnitrogen nisbah CN.

3.3.1.3.1 Analisis Auksin Bahan Stek

Kandungan auksin diukur dengan menggunakan HPLC yang dilengkapi dengan detector UV-Vis di Laboratorium Pengujian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Sampel ditimbang sebanyak ± 0,5 gram kemudian potong kecil-kecil. Selanjutnya sampel diekstrak dengan 25 ml metanol yang mengandung 0,02 sodium diethylditiokarbonat, kemudian dikocok dengan shaker pada kecepatan 148 rpm selama ± 2 jam. Filtrat disaring kemudian dikeringkan dengan waterbath pada suhu 40 o C. Setelah kering filtrat dilarutkan dalam 10 ml buffer phospate pH 7,5 – 8 dan disaring lagi dengan miliphore 0,45 mikron, kemudian filtrat diinjek ke HPLC High Performance liquid Chromatography sebanyak 20 µl Linskens Jackson 1987.

3.3.1.3.2 Analisis Hara Bahan Stek

Kandungan hara bahan stek yang diukur meliputi unsur C,N,P,K dan nisbah CN. Nisbah CN dihitung berdasarkan kadungan unsur C karbon dan N nitrogen bahan stek. Pengujian dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Contoh daun dan batang dikeringkan pada suhu 60 o C. Tulang daun dipisahkan karena tidak termasuk contoh daun. Kemudian masing-masing contoh digiling sampai lembut menggunakan mesin penggiling tanaman dan diayak menggunakan saringan 0,2 mm. Kandungan C ditetapkan dengan menggunakan metode C- Mobius, sedangkan unsur N ditetapkan menggunakan metode Kjeldahl. Kandungan P dan K ditetapkan dengan metode bluemolybdate. Penetapan P menggunakan alat spectrophotometer UV-Vis, sedangkan penetapan K menggunakan alat flame photometer.

3.3.2 Ekperimen 2. Respon Umur Bahan Stek terhadap Perakaran

Pengamatan respon umur bahan stek terhadap perakaran menggunakan bahan stek pucuk vertikal orthotrop tanaman meranti tembaga dengan variasi umur ≤ 2 tahun, 10 tahun, 25 tahun . Bahan stek yang digunakan memiliki ukuran minimal 2 ruas daun dengan sepasang daun yang telah dipotong ¾ bagian. Tunas atau daun muda shoot tip dibuang. Bahan stek ditanam pada media campuran sabut kelapa dan sekam padi steril dengan perbandingan 2:1 vv dalam potray ukuran 4,5 cm x 4,5 cm x 12 cm. Media tanam sebelumnya dibuat lubang tanam dengan menggunakan potongan batang kayu yang runcing, agar ujung stek tidak terluka pada saat penanaman. Bagian bawah stek dibubuhi hormon pengatur tumbuh rootone-F Napthalene acetamide NAD sebanyak 0,0678 , Methyl –1- Napthalene Acetic Acid MNAA sebanyak 0,033 , Methyl –1- Napthalene Acetamide MNAD sebanyak 0,013 , Indole – 3- butyric Acid IBA 0,057 dan Tetramethlthiuram disulfida Thiram sebanyak 4 . kemudian ditanam di media pot-tray, selanjutnya media dipadatkan dengan cara ditekan menggunakan dua jari agar stek tidak bergoyang saat penyiraman. Tanaman diletakan di rumah kaca yang dilengkapi dengan sistem pendingin cooling system atau ruang KOFFCO. Selesai penanaman kemudian dilakukan penyiraman dengan percikan air yang halus. Penyiraman dilakukan setiap 3 hari pada minggu pertama, kemudian seminggu sekali pada minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-4, selanjutnya penyiraman dilakukan setiap bulan. Pengamatan akhir dilakukan setelah stek berumur 3 bulan setelah tanam. Data pertumbuhan stek yang diukur meliputi: persen stek berakar, stek segar, stek bertunas, panjang akar, jumlah akar, dan biomasa akar. Biomasa akar diukur dengan cara bagian akar dikeringkan dengan oven pada suhu 70 o C selama 2 x 24 jam selanjutnya ditimbang. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap RAL. Setiap ulangan terdiri dari 45 stek. Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Mattjik Sumertajaya 2006: Y ij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum τ i = pengaruh perlakuan ke-i ε ij = pengaruh acak perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.3.3 Ekperimen 3. Respon Umur Bahan Stek terhadap Keberhasilan Penyambungan

Untuk menguji kemampuan grafting pucuk meranti tembaga, pucuk tanaman umur ≤ 2 tahun, 10 tahun, 25 tahun disambung grafting pada tanaman Y ij = µ + τ i + ε ij bawah jenis yang sama yang berumur ≤ 2 tahun. Grafting dilakukan dengan cara menyambungkan cabang orthotrop dari beberapa variasi umur pada tanaman bawah dengan menggunakan sistem celah bentuk “V” atau sambung baji. Kemudian sambungan diikat dengan plastik yang lentur berukuran lebar 1cm, sehingga ikatan dapat semakin kuat dan rapat. Dalam pengikatan dan penutupan sambungan diusahakan jangan sampai ada yang terbuka, agar air tidak bisa masuk ke dalam sambungan karena dapat menimbulkan pembusukan. Pucuk yang digunakan terdiri dari 3-4 ruas, daunnya dipotong dan disisakan ¼ bagian. Grafting disimpan dalam lemari grafting yang ditempatkan ditempat ruang KOFFCO selama ± 30 hari. Kemudian lemari grafting dibuka sebentar untuk pengamatan dan kegiatan pewiwilan tunas-tunas yang tumbuh pada batang bawah. Pengamatan dapat dilakukan seminggu sekali dengan cara membuka lemari grafting selama 1 jam pada pagi hari kemudian ditutup rapat kembali. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap RAKL. Setiap kelompok terdiri dari 10 sambungan dengan 4 kelompok ulangan. Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Mattjik Sumertajaya 2006: Y ij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = rataan umum K j = pengaruh perbedaan kelompok ke-j τ i = pengaruh perlakuan ke-i ε ij = pengaruh acak perlakuan ke-i kelompok ke-j

3.4 Analisis Data

Analisis keragaman dilakukan dengan menggunakan personal komputer program SAS 9.1. Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan dalam masing- masing perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT Steel Torrie 1993. Untuk mengetahui hubungan antara pengamatan dengan peubah dan tingkat kedekatan antar peubah dilakukan analisis Biplot Jollife 1986; Sartono et al. 2003. Y ij = µ +K j + τ i + ε ij IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekperimen 1. Karakteristik Juvenilitas Bahan Stek Pucuk Meranti Tembaga

4.1.1 Karakteristik Morfologi Daun Karakteristik morfologi daun dapat menunjukkan tingkat juvenilitas suatu tanaman Clearwater Gould 1994; Galopin 1996; Gras 2005. Hasil pengukuran karakteristik morfologi daun meranti tembaga meliputi panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf uji 95 terhadap kelas umur bahan stek kecuali jumlah urat daun sekunder Tabel 2. Tabel 2 Hasil pengukuran morfologi daun meranti tembaga Peubah Umur ≤ 2 tahun 10 tahun 25 tahun Panjang daun cm 12,5 ± 1,5 a 11,3 ± 1,0 b 11,0 ± 0,9 b Lebar daun cm 6,5 ± 0,6 a 5,8 ± 0,5 b 5,7 ± 0,3 b Jumlah urat daun sekunder 14,7 ± 1,8 a 13,7 ± 1,0 a 14,4 ± 0,8 a Panjang tangkai daun cm 1,8 ± 0,2 a 1,1 ± 0,1 b 1,1 ± 0,1 b Panjang dari tangkai daun ke daun terlebar cm 6,5 ± 0,7 a 5,4 ± 0,5 b 5,0 ± 0,5 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 DMRT Bahan stek yang berumur muda ≤ 2 tahun memiliki panjang daun, lebar daun yang lebih besar dibandingkan dengan daun yang sudah tua ≥ 10 tahun. Tangkai daun petiole dan jarak dari petiole ke daun yang paling lebar pada bahan stek yang muda lebih panjang dibandingkan dengan bahan stek umur ≥ 10 tahun. Selanjutnya hasil pengamatan secara kualitatif, ternyata daun dari kelas umur tua memiliki permukaan daun yang lebih kaku dan kasar dibandingkan dengan daun dari kelas umur muda. Ciri lain seperti keberadaan kelenjar dometia, bentuk permukaan tepi daun, dan warna daun ternyata relatif sama untuk semua umur tanaman. Tingkat juvenilitas bahan stek meranti tembaga dapat dicirikan dengan ukuran daun dan tangkai daun. Bahan stek yang masih juvenil cenderung memiliki ukuran morfologi daun yang lebih besar dibandingkan dengan bahan stek yang sudah dewasa. Daun tanaman Hidrangea macrophylla “Leuchtfeuer” yang juvenil hasil pemangkasan memiliki bentuk morfologi daun sama dengan daun muda asal biji Galopin et al. 1996. Tanaman Pseudopanax crassifolius Cunn. C. Kooch dewasa memiliki tunas apikal meristem yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman juvenil dengan panjang daun yang sama, ukuran primordial daun lebih pendek daripada tanaman muda namun proses pendewasaan selanjutnya berlangsung sama Clearwater Gould 1994. Daun secara umum berfungsi sebagai sumber auksin, fotosintat dan rooting cofactor . Keberadaan daun sangat mempengaruhi perakaran stek. Dengan gugurnya daun akan mendorong munculnya tunas baru dan menghambat pembentukan akar. Disampaing itu daun dapat melanjutkan proses fotosintesis dan menyimpan karbohidrat Aminah 1996; Thomas Schiefelbein 2004. Bahan stek Hopea odorata tanpa daun hanya dapat menghasilkan 1,7 stek berakar sedangkan stek yang memiliki 1-2 daun dapat menghasilkan 86,7 stek berakar Aminah 1996. Luas daun bahan stek yang optimal untuk setiap jenis tanaman berbeda, untuk Shorea leprosula luas daun stek berukuran 15 cm 2 dapat menghasilkan persen akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan luas daun 30 cm 2 dan 60 cm 2 Aminah et al. 1997.

4.1.2 Karakteristik Anatomi Batang Stek Pucuk Meranti Tembaga

Umur bahan stek mempengaruhi karakeristik anatomi pangkal bahan stek meranti tembaga terutama pada ukuran pembuluh dan serat. Bahan stek dari tanaman muda memiliki panjang pembuluh yang lebih panjang dibandingkan dengan tanaman dewasa, dengan panjang serat yang lebih pendek Tabel 3 dan Gambar 6, sedangkan parameter lainnya seperti frekuensi pembuluh, diameter pembuluh, diameter lumen pembuluh, tebal dinding pembuluh tidak beraturan. Frekuensi pembuluh, diameter pembuluh, dan diameter lumen pada bahan stek berumur 10 tahun berukuran lebih tinggi dibandingkan dengan parameter anatomi bahan stek yang berumur ≤2 tahun, namun menurun kembali pada bahan stek berumur 25 tahun. Gambar 6 Contoh preparat batang bagian bawah stek A irisan lintang, B pembuluh, C serat. Tabel 3 Hasil pengukuran anatomi kayu bahan stek Parameter Umur ≤ 2 tahun 10 tahun 25 tahun Frekuensi pembuluh per mm 2 39,6 ± 10,0 c 82,0 ± 7,6 a 65,2 ± 13,8 b Panjang pembuluh µm 442,0 ± 65,9 a 412,0 ± 72,2 ab 376,6 ± 58,7 b Diameter pembuluh µm 42,1 ± 7,6 c 67,4 ± 17,0 a 55,9 ± 17,0 b Diameter lumen pembuluh µm 38,2 ± 7,7 c 62,6 ± 16,5 a 51,7 ± 16,8 b Tebal dinding pembuluh µm 1,9 ± 0,4 b 2,4 ± 0,5 a 2,1 ± 0,5 b Panjang serat µm 1251,6 ± 177,5 c 1493,5 ± 216,9 a 1359,9 ± 187,0 b Diameter serat µm 22,9 ± 2,7 a 24,1 ± 2,9 a 23,0 ± 1,9 a Diameter lumen serat µm 18,5 ± 2,9 a 20,3 ± 3,1 a 18,8 ± 2,2 a Tebal dinding serat µm 2,2 ± 0,4 a 1,9 ± 0,4 a 2,1 ± 0,5 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 DMRT a. umur ≤ 2 tahun b. umur 10 tahun c. umur 25 tahun a. umur ≤ 2 tahun b. umur 10 tahun c. umur 25 tahun a. umur ≤ 2 tahun b. umur 10 tahun c. umur 25 tahun A B C Bahan stek meranti tembaga dari tanaman muda dapat menghasilkan pertumbuhan akar yang lebih tinggi dibandingkan dari tanaman dewasa Tabel 4. Penurunan kemampuan perakaran stek pada tanaman dewasa umumnya berkorelasi dengan perubahan morfologi dan anatomi bahan stek. Namun pada stek Persoonia virgata R.Br. terdapat kesinambungan pita serat floem dalam tanaman muda maupun tanaman dewasa, sehingga tidak terjadi lignifikasi yang dapat menghambat pertumbuhan akar pada stek Bauer et al. 1999. Dengan demikian tingkat juvenilitas bahan stek meranti tembaga secara morfologi dapat ditunjukkan dengan tangkai daun bahan stek yang lebih panjang, dan secara anatomi dapat ditunjukkan dengan pembuluh yang lebih panjang dengan ukuran serat yang pendek, diameter dan lumen pembuluh yang berukuran kecil.

4.1.3 Kandungan Hara

Pertumbuhan tunas dan akar stek secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan stek, lingkungan dan interkasinya. Kandungan kimia bahan stek bervariasi untuk setiap tanaman induk maupun umur yang berbeda Gambar 7. Hasil analisis kandungan hara dan auksin IAA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada p0,05 antara bahan stek muda dan bahan stek dewasa terutama pada kandungan C, N, P, K dan nisbah CN Lampiran 5. Kandungan unsur N dalam batang bahan stek yang berumur muda lebih rendah dibandingkan dengan dalam bahan stek dewasa, sedangkan kandungan C- nya relatif sama. Dengan demikian bahan stek muda dapat menghasilkan nisbah CN yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan stek dewasa. Nilai nisbah CN bahan stek sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan akar stek Heritiera spp. Das et al. 1997, dan Thunbergia grandiflora Hussein 2008. Gugurnya daun secara alami yang dapat meningkatkan kandungan N dan Fe dalam bahan stek dan menurunkan persen berakar stek beberapa varitas tanaman persik Tsipouridis Thomidis 2003. Gambar 7 Kandungan hara dan auksin IAA dalam bahan stek meranti tembaga. Daun muda dan daun dewasa tanaman E. polyanthemos dan E. regnans memiliki karbohidrat tidak berbeda nyata Gras 2005. Kandungan nitrogen tanaman Juniperus occidentalis Hook muda dan dewasa relatif sama pada bulan Agustus yaitu masing-masing 1,17 dan 1,35 kecuali pada bulan Juli tanaman dewasa lebih tinggi dibandingkan tanaman muda yaitu 1,05 dan 0,95. Miller et al. 1995.

4.1.4 Kandungan Auksin

Fitohormon kelompok auksin merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingginya persen tumbuh stek tanaman. Kandungan auksin IAA dalam bahan stek meranti umur ≤ 2 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan bahan stek umur 10 tahun dan 25 tahun terutama pada bagian daun, sedangkan kandungan auksin IAA pada batang relatif sama untuk semua kelas umur Gambar 7. Kadungan auksin endogen dapat menigkatkan kemampuan perakaran stek meranti. Bahan stek meranti dari tanaman muda ≤ 2 tahun dapat menghasilkan persen akar, persen tunas, persen segar, jumlah akar, dan panjang akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan stek dari tanaman yang telah berumur ≥ 10 tahun Tabel 4. c b a b a a 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 2 10 25 N b ab a a a a 50.00 52.00 54.00 56.00 58.00 60.00 2 10 25 C a a b b a b b 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 2 10 25 CN ratio b a a b b a 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2 10 25 P ppm daun batang a a a a a a 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2 10 25 K ppm a b b a a a 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 2 10 25 IAA ppm Umur bahan tanaman tahun Keberadaan auksin IAA dalam daun lebih berperan terhadap keberhasilan perakaran stek meranti. Pada tanaman Abies normanniana, kandungan auksin IAA tertinggi terdapat dalam bagian tengah pucuk plagiatrop maupun orthotrop, Vierskov et al. 2007, dan memiliki pola yang sama terhadap musim dan pertumbuhan stek batang Arundo donax Wijte et al. 2005. Auksin paling banyak diproduksi di bagian pucuk apikal dan bagian lain seperti daun muda dan primordial daun kemudian dialirkan ke tanaman bagian bawah Woodward Bartel 2005.

4.2 Ekperimen 2. Respon Umur Bahan Stek terhadap Perakaran

Umur bahan stek sangat berpengaruh terhadap persen tumbuh, pertumbuhan akar dan kemampuan penyambungan S. leprosula disamping faktor genetik dan lingkungan. Tanaman yang berumur ≤ 2 tahun dapat menghasilkan persen tumbuh rata-rata 88,33 , sedangkan tanaman yang berumur 10 tahun dan 25 tahun masing-masing hanya menghasilkan rata-rata persen tumbuh sebesar 12,22 dan 2,22 . Tabel 4. Dua minggu setelah tanam, daun bahan stek umur 10 tahun dan 25 tahun sudah ada yang rontok. Stek yang sudah rontok daunnya sulit untuk tumbuh tunas dan akar. Tabel 4 Persen keberhasilan stek dan grafting S. leprosula setelah berumur 3 bulan setelah tanam BST. Parameter Umur bahan stek ≤ 2 tahun 10 tahun 25 tahun Stek segar 100,00 ± 0,00 a 36,67 ± 8,11 b 35,56 ± 3,39 b Stek bertunas 92,78 ± 5,56 a 16,67 ± 11,26 b 9,44 ± 2,13 b Stek berakar 88,33 ± 5,56 a 12,22 ± 9,85 b 2,22 ± 1,81 b Jumlah akar 7,00 ± 1,73 a 4,00 ± 2,00 ab 1,33 ± 0,58 b Panjang akar cm 8,78 ± 0,63 a 3,63 ± 2,65 b 0,50 ± 0,00 b Berat akar g 0,107 ± 0,05 a 0,053 ± 0,05 a 0,053 ± 0,05 a Berat kering akar g 0,051 ± 0,02 a 0,021 ± 0,02 a 0,021 ± 0,02 a Grafting 100,00 ± 0,00 a 37,50 ± 29,86 b 5,00 ± 5,77 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 DMRT Kemampuan bahan stek untuk berakar menurun seiring dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian pada tanaman hutan lainnya. Bahan stek Pinus banksiana umur 3 bulan ke 12 tahun perakarannya turun dari 80-95 menjadi 0-18, dan bahan stek umur 4- 6 tahun menghasilkan 40-30 Browne at al. 1997. Stek Prosopis cineraria umur 6 bulan dengan diberi auksin konsentarsi 1000 dan 4000 ppm menghasilkan persen berakar 60, bahan stek umur 8 tahun dengan auksin yang sama menghasilkan persen akar 35 Arya et al. 1994.

4.3 Ekperimen 3.