Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam BAB IV menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dijelaskan
secara berurutan mengenai gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung,
gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung, dan kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan di media televisi dengan
perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan dalam
Media Televisi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 20142015.
Berikut ini gambaran umum kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 20142015
berdasarkan pengkategorian Tinggi, Sedang, Rendah yang secara umum dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan
Berdasarkan Aspek Waktu Menonton Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No Kategori
Rentang Skor Frekuensi Persentase
1 Rendah
12-78 70
50 2
Sedang 79-145
55 39
3 Tinggi
146-212 15
11 Jumlah
140 100
Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi berdasarkan pada aspek waktu menonton
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
70 siswa 50 berada pada kategori rendah, 55 siswa 39 berada pada kategori sedang, dan 15 siswa 11 berada pada kategori tinggi. Dari hasil
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum waktu yang dihabiskan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi
termasuk dalam kategori rendah.
Tabel 4.2 Gambaran Umum Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan
Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara dan Ketertarikan Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No Kategori
Rentang Skor Frekuensi Persentase
1 Rendah
64-85 37
26.4 2
Sedang 86-108
75 53.6
3 Tinggi
109-132 28
20 Jumlah
140 100
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di telvisi berdasarkan pada aspek pemilihan
program acara dan ketertarikan, 37 siswa 26,4 berada pada kategori rendah, 75 siswa 53,6 berada pada kategori sedang, dan 28 siswa 20 berada pada
kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum pemilihan program acara dan ketertarikan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung
untuk menonton tayangan kekerasan di televisi termasuk dalam kategori sedang.
Tabel 4.3 Gambaran Genre Tayangan Di Televisi
Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No. Genre Tayangan Persentase
1 Sinetron
46 2
Komedi 7
3 Horor
7.6 4
Berita 3
5 Kartun
31.6 6
Talk Show 2.4
7 Talent Show
2.4
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.1 Diagram Genre Tayangan Di Televisi
Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 Menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi berdasarkan genre tayangan
terungkap bahwa genre tayangan yang banyak terlihat adalah sinetron sebesar 46, kartun sebesar 31,6, horror sebesar 7,6, komedi sebesar 7, berita
sebasar 3, talent show sebesar 2,4, dan talk show sebesar 2,4 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum genre tayangan yang paling
banyak ditonton siswa kelas VII SMP N 29 Bandung yaitu sinetron.
Tabel 4.4 Gambaran Per Aspek Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No. Aspek Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Persentase
1 Pemilihan Program Acara Di Televisi
56.93 2
Ketertarikan Menonton Televisi 43.07
46
7 8
3 32
2 2
Genre Tayangan Di Televisi
Sinetron Komedi
Horor Berita
Kartun Talk Show
Talent Show
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.2 Diagram Pemilihan Program Acara Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.4
dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kecenderungan kebiasaan menonton tayangan kekerasan yang paling banyak terlihat adalah
pertama pemilihan program acara sebesar 57, kedua ketertarikan menonton televisi sebesar 43. Persentase dipengaruhi oleh banyaknya indikator dari setiap
aspek. Tabel 4.5
Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara dalam Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Siswa Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No Indikator
Persentase
1 Tayangan kekerasan secara fisik
19.52 2
Tayangan kekerasan verbal 10.05
3 Tayangan yang menampilkan kekerasan pada diri sendiri
12.62
57 43
Pemilihan Program Acara Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Pemilihan Program Acara Di Televisi
Ketertarikan Menonton Televisi
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4 Tayangan yang menampilkan kekerasan pada orang lain
14.39 5
Tayangan yang menampilkan kekerasan kolektif 14.21
6 Tayangan yang bertema Supranatural
19.48 7
Tayangan yang bertema seksualitas 9.732
Gambar 4.3 Diagram Indikator Pemilihan Program Acara Tayangan Kekerasan di Televisi
Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Tabel 4.4
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam pemilihan program acara yang paling banyak terlihat adalah pertama tayangan kekerasan secara fisik
sebesar 20, kedua tayangan yang bertema supranatural sebesar 19, ketiga tayangan yang menampilkan kekerasan pada orang lain sebesar 14, keempat
tayangan yang menampilkan kekerasan kolektif sebesar 14 dan kelima tayangan yang menampilkan kekerasan pada diri sendiri sebesar 13, keenam tayangan
kekerasan verbal sebesar 10, dan terakhir tayangan yang bertema seksualitas sebesar 10.
20 10
13 14
14 19
10
Indikator Pemilihan Program Acara Tayangan Kekerasan di Televisi
Tayangan kekerasan secara fisik
Tayangan kekerasan verbal Tayangan yang menampilkan
kekerasan pada diri sendiri Tayangan yang menampilkan
kekerasan pada orang lain Tayangan yang menampilkan
kekerasan kolektif Tayangan yang bertema
Supranatural Tayangan yang bertema
seksualitas
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.6 Gambaran Per Indikator Berdasarkan Aspek Ketertarikan Menonton dalam
Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi Siswa
Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No Indikator
Persentase 1
Atensi 75.97
2 Retensi
24.03
Gambar 4.4 Diagram Indikator Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Berdasarkan hasil gambaran per aspek kebiasaan menonton tayangan kekerasan di televisi siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Tabel 4.4 Gambar 4.3
menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam ketertarikan menonton yang paling banyak terlihat adalah pertama atensi sebesar 76 dan kedua retensi 24.
76 24
Ketertarikan Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi
Atensi Retensi
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4.1.2 Gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota Bandung Tahun Ajaran 20142015
Berikut ini gambaran umum perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 20142015 berdasarkan pengkategorian Tinggi, Sedang,
Rendah yang secara umum dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.7
Gambaran Umum Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
No Kategori
Rentang Skor Frekuensi Persentase
1 Rendah
53-66 33
24.28 2
Sedang 67-80
77 55
3 Tinggi
81-95 30
21.42 Jumlah
140 100
Berdasarkan hasil gambaran umum perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 140 responden
dalam perilaku agresif 33 siswa 24,28 berada pada kategori rendah, 77 siswa 55 berada pada kategori sedang, dan 30 siswa 21,42 berada pada kategori
tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum perilaku agresif yang dimiliki siswa kelas VII SMP N 29 Bandung termasuk dalam kategori
perilaku agresif sedang.
Tabel 4.8 Gambaran Per Aspek Perilaku Agresif Siswa Kelas VII
SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015 No
Aspek Persentase
1 Agresi Fisik
37 2
Agresi Verbal 26
3 Agresi Kemarahan
14 4
Agresi Permusuhan 23
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.5 Diagram Gambaran Per Aspek Perilaku Agresif
Dari empat aspek perilaku agresif yang dikembangkan dalam instrument penelitian terdapat indikator-indikator untuk mengungkap perilaku agresif siswa.
Pertama, aspek agresi fisik terdiri dari lima indikator yaitu memukul, berkelahi, melakukan kekerasan kepada orang lain, merusak barang-barang, dan melanggar
aturan. Kedua, aspek agresi verbal terdiri dari lima indikator yaitu membantah, bertengkar mulut, menghina, mengadu domba, dan menyebarkan fitnah. Ketiga,
aspek permusuhan terdiri dari enam indikator yaitu merasa iri, merasa hidup tidak adil, merasa dibicarakan kejelekannya, merasa curiga, merasa ditertawakan, dan
teman tidak mau bermain bersama Berdasarkan hasil gambaran per aspek perilaku agresif siswa di kelas VII
SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.6 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dari 140 responden dalam kecenderungan perilaku agresif yang paling banyak terlihat
adalah pertama agresi fisik sebesar 37, kedua agresi verbal sebesar 26, ketiga agresi permusuhan sebesar 23, dan terakhir agresi kemarahan sebesar 14.
Persentase dipengaruhi oleh banyaknya indikator dari setiap aspek.
37
26 14
23
Perilaku Agresif Siswa
Agresi Fisik Agresi Verbal
Agresi Kemarahan Agresi Permusuhan
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.9 Gambaran Per Indikator Perilaku Agresif Siswa Kelas VII
SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 20142015
Aspek Indikator
Persentase
Agresi fisik Memukul orang lain
25.88 Berkelahi dengan orang lain
10.67 Melakukan kekerasan kepada
orang lain 17.68
Merusak barang-barang 31.40
Melanggar aturan 14.34
Agresi Verbal Membantah
28.41 Bertengkar mulut
15.96 Menghina
27.31 Mengadu domba
5.66 Menyebarkan fitnah
22.64 Agresi
Kemarahan Marah
100
Agresi Permusuhan
Merasa iri 22.66
Merasa hidup tidak adil 8.42
Merasa dibicarakan kejelekannya 10.99
Merasa curiga 29.89
Merasa ditertawakan 9.62
Teman tidak mau bermain 18.39
Berdasarkan hasil gambaran per indikator perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada tabel 4.7 menunjukkan besaran persentase dari
setiap indikator perilaku agresif. Secara lebih jelas perilaku agresif pada setiap indikator yang dimiliki siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung akan dipaparkan
pada sebuah diagram setiap aspek perilaku agresif.
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.6 Diagram Agresi Fisik
Berdasarkan hasil gambaran per aspek perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa dari 140
responden dalam kecenderungan perilaku agresi fisik yang paling banyak terlihat adalah pertama merusak barang-barang sebesar 31, kedua memukul orang lain
sebesar 26, ketiga melakukan kekerasan pada orang lain sebesar 18, keempat
melanggar aturan sebesar 14 dan terakhir berkelahi dengan orang sebesar 11.
26
11 18
31 14
Agresi Fisik
Memukul orang lain Berkelahi dengan orang
lain Melakukan kekerasan
kepada orang lain Merusak barang-barang
Melanggar aturan
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.7 Diagram Agresi Verbal
Berdasarkan hasil gambaran per aspek perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa dari 140
responden dalam kecenderungan perilaku agresi verbal yang paling banyak terlihat adalah pertama membantah 28, kedua menghina sebesar 27, ketiga
menyebarkan fitnah sebesar 23, keempat bertengkar mulut sebesar 16 dan terakhir mengadu domba sebesar 6.
28
16 27
6 23
Agresi Verbal
Membantah Bertengkar mulut
Menghina Mengadu domba
Menyebarkan fitnah
100 Agresi Kemarahan
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.8 Diagram Agresi Kemarahan
Berdasarkan hasil gambaran per aspek perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Gambar 4.8 menunjukkan bahwa dari 140
responden dalam kecenderungan perilaku agresi kemarahan dimana indikator yang paling tinggi adalah marah yaitu sebesar 100 dikarenakan pada aspek ini
terdapat satu indikator, sehingga indikator dapat mengungkap aspek kemarahan
mutlak mendapatkan persentase 100.
Gambar 4.9 Diagram Agresi Permusuhan
Berdasarkan hasil gambaran per aspek perilaku agresif siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandung pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa dari 140
responden dalam kecenderungan perilaku agresi permusuhan yang paling banyak terlihat adalah pertama merasa curiga sebesar 30, kedua merasa iri sebesar 23,
ketiga teman tidak mau bermain sebesar 18, keempat merasa dibicarakan kejelekannya sebesar 11 dan kelima merasa iri sebesar 10, dan terakhir
merasa hidup tidak adil 8.
23
8 11
30 10
18
Agresi Permusuhan
Merasa iri Merasa hidup tidak adil
Merasa dibicarakan kejelekannya
Merasa curiga Merasa ditertawakan
Teman tidak mau bermain
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4.1.3 Kontribusi kebiasaan menonton tayangan kekerasan dalam media televisi terhadap perilaku agresif siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Kota
Bandung Tahun Ajaran 20142015 1
Kontribusi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan berdasarkan Aspek Waktu
Tabel 4.10 Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan
Berdasarkan Aspek Waktu
AGRESIF WAKTU
Spearmans rho
AGRESIF
Correlation Coefficient 1.000
.127 Sig. 1-tailed
. .067
N 140
140
WAKTU
Correlation Coefficient .127
1.000 Sig. 1-tailed
.067 .
N 140
140 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Hipotesis awal dari perilaku agresif dengan kebiasaan menonton tayangan kekerasan berdasarkan aspek waktu adalah berkorelasi positif.
H : ρ=0
H
1
Tolak H jika harga signifikansi lebih kecil dari α, dalam hal ini α = 0,05.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga r = 0,127 dengan tingkat signifikansi p = 0,067, ternyata harga p 0,05 sehingga H
tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa perilaku agresif tidak berkorelasi dengan waktu dalam kebiasaan menonton
tayangan kekerasan di televisi. Besarnya kontribusi perilaku agresif terhadap waktu untuk menonton
tayangan kekerasan di televisi yaitu 0,016.
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2 Kontribusi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan
Kekerasan berdasarkan Aspek Pemilihan Program Acara Tabel 4.11
Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Pilihan Acara
AGRESIF PILIHAN_ACARA
Spearmans rho
AGRESIF
Correlation Coefficient 1.000
.335 Sig. 1-tailed
. .000
N 140
140
PILIHAN_ACARA
Correlation Coefficient .335
1.000 Sig. 1-tailed
.000 .
N 140
140 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Hipotesis awal dari perilaku agresif dengan kebiasaan menonton tayangan kekerasan berdasarkan aspek pemillihan program acara adalah berkorelasi positif.
H : ρ=0
H
1
Tolak H jika harga signifikansi lebih kecil dari α, dalam hal ini α = 0,05.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga r = 0,335 dengan tingkat signifikansi p = 0,000, ternyata harga p 0,05 sehingga H
ditolak. Hal ini berarti bahwa perilaku agresif berkorelasi rendah dengan pemilihan program acara dalam kebiasaan
menonton tayangan kekerasan. Besarnya kontribusi perilaku agresif terhadap pemilihan program acara
untuk menonton tayangan kekerasan di televisi yaitu 0,112.
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3 Kontribusi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan
Kekerasan berdasarkan Aspek Ketertarikan Tabel 4.12
Korelasi Perilaku Agresif dengan Kebiasaan Menonton Tayangan Kekerasan Berdasarkan Aspek Ketertarikan
AGRESIF KETERTARIKAN
Spearmans rho
AGRESIF Correlation Coefficient
1.000 .334
Sig. 1-tailed .
.000 N
140 140
KETERTARIKAN Correlation Coefficient
.334 1.000
Sig. 1-tailed .000
. N
140 140
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Hipotesis awal dari perilaku agresif dengan kebiasaan menonton tayangan kekerasan berdasarkan aspek ketertarikan adalah berkorelasi positif.
H : ρ=0
H
1
Tolak H jika harga signifikansi lebih kecil dari α, dalam hal ini α = 0,05.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga r = 0,334 dengan tingkat signifikansi p = 0,000, ternyata harga p 0,05 sehingga H
ditolak. Hal ini berarti bahwa perilaku agresif berkorelasi rendah dengan ketertarikan dalam kebiasaan menonton
tayangan kekerasan. Besarnya kontribusi perilaku agresif terhadap ketertarikan untuk menonton
tayangan kekerasan di televisi yaitu 0,111.
Desi Wulandari, 2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP
PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian