Latar Belakang Masalah KESETARAAN GENDER DALAM EMPAT CERPEN MAJALAH BOBO TAHUN 2012.

1 Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra anak dipandang sangat penting dan berpengaruh pada pola pikir anak, yang bermula dari bacaan mereka. Sastra anak merupakan media untuk membangun kecintaan anak pada kebiasaan membaca yang harus dipupuk sejak dini. Sastra anak dalam penelitian ini mengacu pada pengertian karya sastra yang dibuat oleh orang dewasa dan diperuntukkan bagi kalangan pembaca anak-anak Trimansyah, 1999:20 Karya sastra anak juga harus mewakili kehidupan yang dekat dengan kehidupan anak. Lewat sastra anak, seorang anak akan melihat seorang tokoh berperilaku dalam hidupnya dan mengatasi masalah yang tokoh alami. Melalui karya sastra anak inilah, seorang anak akan mengalami proses peniruan karakter tokoh pada karya sastra dengan kehidupan sehari-harinya yang disebut dengan proses identifikasi. Proses identifikasi ini diharapkan sesuai dengan pandangan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama sehingga memberikan pelajaran pada anak akan kesetaraan gender dalam bersikap di dalam masyarakat. Karya sastra juga merupakan sebuah kritik sosial terhadap sebuah peristiwa dalam masyarakat. Dunia anak yang penuh dengan imajinasi dan impian harus diarahkan pada suatu pola pikir kritis. Ini bisa diperoleh seorang anak yang membiasakan dirinya membaca karya sastra. Tujuan penulisan sastra anak juga harus disesuaikan dengan usia, dan kemampuan anak. Tidak beda dengan sastra pada umumnya sastra anak juga berbicara tentang kehidupan manusia baik itu laki-laki ataupun perempuan. Baik sastra yang ditulis oleh laki-laki maupun perempuan. Sayangnya, secara historis kita terbiasa membaca dan menerima karya sastra yang ditulis dengan kaca mata maskulin. Secara tradisional sastra lebih mengutamakan sifat dan ciri kelelakian daripada dengan ciri keperempuanan. Salah satu faktor yang harus diakui bahwa kita dibesarkan dengan dongeng-dongeng yang merajakan laki-laki dan Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menghambakan perempuan. Begitu pula dengan karya sastra anak yang memberikan stereotipe laki-laki atau perempuan secara tradisional dengan perempuan sebagai penderita sehingga melahirkan ketidakadilan gender dalam sastra anak Sunarto, 2009, hlm. 15-16. Karya sastra anak juga tidak lepas dari pemikiran tradisional tentang penggambaran seorang laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Tampilan media yang cenderung memposisikan perempuan pada kecenderungan yang menempatkan perempuan lebih baik banyak peran gender reproduktif sektor domestik dibandingkan dengan peran gender produktif di sektor publik dikarenakan adanya dominasi laki-laki dalam kehidupan kita. Ini menyebabkan adanya batasan yang membedakan kaum laki-laki maupun perempuan dalam perlakuan yang berbeda berdasarkan gendernya, baik itu secara biologis, budaya, agama maupun ekonomi yang menyudutkan kaum perempuan. Konsep gender dalam hal ini yaitu suatu sikap yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang diskontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya saja penggambaran perempuan sebagai sosok yang dikenal lembut, cantik, emosional ataupun keadilan sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa Fakih, 2008, hlm. 8 Pandangan masyarakat mengenai gender sekian lama terbentuk berdasarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan ini bukan hanya berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan faktor biologis. Pembedaan yang dimaksud mengandung arti konstruksi laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat ketika melekatkan karakteristik tertentu, baik secara fisik, kepribadian, maupun kognitif. Ketidakadilan yang terjadi baik pada kaum laki-laki ataupun perempuan seharusnya dapat dihindari dengan pemahaman akan kesetaraan gender sejak dini melalui karya sastra anak. Ketidakadilan ini terlihat dari peran gender yang digambarkan dalam cerpen yang memposisikan perempuan ataupun laki-laki. Adanya peran perempuan yang menyudutkan posisinya dan menjadikan kaum laki-laki yang mendominasi. Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Banyaknya penulis dan pengarang perempuan yang memperjuangkan haknya sebagai manusia tanpa dibedakan dalam tulisanya menimbulkan munculnya gerakan feminisme. Gerakan feminisme ini bertujuan untuk menuntut kesetaraan hak perempuan yang sering kali dikesampingkan dalam masyarakat. Melalui sastra anak, kesetaraan gender diterapkan sejak dini kepada anak. Pengetahuan akan kesetaraan gender yang tidak didapatkan melalui pendidikan non formal menjadikan sastra anak sebagai media pembelajaran kesetaraan gender pada anak. Kehidupan masyarakat modern pada era ini mulai memudarkan patriarki, khususnya dalam peran gender perempuan yang sebelumnya hanya bekerja pada sektor domestik. Peran perempuan yang mulai terlihat pada sektor produktif seperti bekerja di kantor dan berkarir. Pergeseran peran perempuan yang tak lagi bekerja pada faktor domestik, mulai berpengaruh dengan perkembangan karya sastra yang banyak mengangkat mengenai kasetaraan gender ini. Seperti halnya pada karya sastra dewasa, sastra anak sebagai media pengenalan sastra kepada anak juga terpengaruh dengan adanya pandangan baru akan kesetaraan gender ini. Perjuangan untuk kesetaraan diperjuangkan dari zaman Kartini sudah sejak abad ke 18. Perjuangan akan kesetaraan perempuan harus terus dilakukan sebab masih banyak perempuan yang masih terbelenggu oleh patriarki dalam masyarakat. Kepedulian dunia akan hak perempuan terealisasi melaui konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB untuk penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan CEDAW. Sidang yang dilaukan CEDAW terhadap negara anggotanya termasuk Indonesia pada sidang ke 52 pada tahun 2012 menemukan bertambahnya jumlah peraturan daerah yang mendiskriminasikan perempuan. Ada 282 kebijakan pemerintah di seluruh daerah yang mendiskriminasikan hak-hak konstitusional perempuan Kompas, 8 Juli 2012. Adanya Perda yang mendeskriminasikan perempuan seperti yang terjadi di Aceh misalnya mengenai pelarangan perempuan menggunakan celana saat mengendarai sepeda motor merupakan sebuah bentuk diskrimanasi terhadap Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perempuan dimana perempuan mendapatkan kerugian dan acaman bahaya ketika mengguakan rok saat berkendara. Disamping masih adanya Perda yang mendiskriminasikan perempuan, pemerintah Indonesia dalam pengusutan gender, dan atas upayanya menghalang kerjasama dengan para pemangku kepentingan termasuk komnas HAM dan Komnas perempuan mendapat penghargaan. Keberhasilan memajukan kesetaraan gender dalam berbagai peraturan, dalam bidang ekonomi dintaranya program Desa Prima Perempuan Indonesia Maju Mandiri yang memberikan advokasi pelatihan praktis bagi perempuan untuk meningkatkan ekonomi kaum perempuan. Di bidang politik, UU No.8 tahun 2012, Pemilihan Umum dan UU No. 25 tahun 2011, tentang kesetaraan gender dalam poliik yaitu memberi mandat untuk melibatan 30 persen perempuan sebagai dewan ekseutif tingkat daerah maupun nasional Jurnas.com. Bacaan anak dianggap sebagai media yang dapat menjadi alat untuk memahamkan kesetaraan gender. Majalah Bobo adalah salah satu bacaan anak yang memberikan wawasan dan mencerdaskan anak, dengan rubrik yang sangat bermacam-macam. Majalah Bobo terbit pertama kali pada tanggal 14 April 1973. Majalah ini adalah versi lain dari aslinya, yang berasal dari Belanda.Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan sekali dalam seminggu, sedangkan di Belanda diterbitkan dua minggu sekali. Konstribusi Majalah Bobo pada bacaan anak-anak sudah terbukti dan terpercaya kualitas dan kuantitasnya dalam sastra anak dengan lamanya majalah ini hadir 40 tahun, mewarnai dunia sastra anak.Alasan inilah yang membuat penulis menetapkan pilihan pada Majalah Bobo sebagai sampel untuk mewakili karya sastra anak. Salah satu rubrik yang paling diminati dalam majalah ini adalah cerpen. Cerpen dalam Kamus Istilah Sastra merupakan kisahan yang memberi kesan tuggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik, salah satu genre karya sastra yang mudah didapatkan dan banyak diciptakan untuk anak.Cerpen dalam Majalah Bobo hadir dengan mendominasi isi majalah, dengan 3 hingga 4 cerpen setiap terbitnya. Melalui cerpen anak yang memberikan pengetahuan mengenai kesetaraan gender sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kesadaran masyarakat akan hak-ha perempuan melalui kesetaraan kedudukannya dengan laki-laki mulai muncul ditengah masyarakat. Majalah Bobo tahun 2012 dipilih sebagai tahun dimana mulai munculnya kembali kepedulian terhadap hak-hak perempuan. Setelah tahun 90an era Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan, setelah rentang yang panjang isu kesetaraan mulai muncul pada sastra anak. Tahun 2012 diambil sebagai sampel pandangan masyarakat saat ini mengenai kedudukan perempuan di masyarakat. Pemilihan tahun 2012 ini juga didasarkan pada penemuan cerpen anak, yang mengangkat tentang kesetaraan gender dimana banyak peraturan pemerintah tentang kesetaraan gender dalam poliik yaitu memberi mandat untuk melibatan 30 persen perempuan sebagai dewan ekseutif dan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kesetaraan gender pada perempuan. Pemilihan cerpen yang dijadikan sampel penelitian dilakukan berdasarkan isu kesetaraan gender yang ada dalam majalah Bobo tahun 2012. Empat cerpen yang mengangkat isu kesetaraan diantaranya cerpen yang berjudul ”Memilih Cita-Cita ”, “Piring Baru”, “Celemek Raka”, dan “Bersahabatlah Denganku”. Kesetaraan akan gender juga terlihat pada cerpen anak majalah Bobo. Misalkan saja dalam cerpen Majalah Bobo berjudul Piring Baru yang memposisikan perempuan pada pekerjaan domestik seperti mencuci piring dan membersihkan rumah akan tetapi terdapat pandangan kesetaraan dengan memposisilkan laki-laki juga yang tak beda dengan perepuan untuk mencuci piring. Begitu juga dengan beberapa cerpen majalah Bobo tahun 2012 yang sduah mengangkat kesetaraan gender di dalamnya. Melalui kajian kritik sastra feminis ideologis pembaca diajak untuk memahami dan menafsirkan teks yang melibatkan pembaca perempuan. Adanya pandang baru masyarakat menegenai kesetaraan gender dalam sastra anak menjadi angin segar bagi perempuan dalam peranya dalam masyarakat. Penelitian sebelumya dilakukan oleh Suharyani 1993 pada majalah anak- anak Bobo dan Ananda periode tahun 1980-an menemukan adanya pencitraan perempuan yang marginal dan senantiasa berada di pinggiran dinamika sosial yang terdapat pada cerpen, cergam maupun feature. Dalam cerpen anak ini dapat Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terlihat dari penggambaran tokoh pada cerpen yang masih menggunakan sudut pandang patriarki.Contohnya saja penggambaran sosok laki-laki yang cenderung pada sosok heroik dan perempuan sebagai penderita ataupun sebagai sampingan. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai Nilai Kesetaraan Gender dalam Lagu Tak Lelo Lelo Lelo Ledhung oleh Yulianeta dalam sebuah seminar makalah. Hasil dari penelitian, bahwa Lagu Tak Lelo Lelo Lelo Ledhung merupakan warisan budaya Jawa yang sangat kental dengan ideologi patriarki, menyimpan artefak budaya yang memiliki nilai kearifan dan kesetaraan dalam memandang posisi, peran, dan kedudukan laki-laki dan perempuan. Adapun penelitian mengenai Analisis Wacana Ideologi Gender pada Media Anak-Anak juga pernah dilakukan oleh Sunarto, yang menemukan adanya ideologi gender yang ada pada bacaan anak-anak. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada objek kajian yang menggunakan objek kekinian yaitu Majalah Bobo tahun 2012 sebagai cermin masyarakat modern saat ini, yang sudah mulai menggangkat mengenai kesetaraan gender. Kesetaraan gender yang mulai berkembang di masyarakat mulai berpengaruh pada sastra anak. Cerpen Majalah Bobo tahun 2012 yang akan dijadikan sampel karya sastra anak. Penelitian akan difokuskan pada kesetaraan gender yang terlihat dari peran gender dalam masyarakat. Penggalian akan peran gender dalam cerpen anak bertujuan untuk membangkitkan kembali akan kesadaran dan kesetaraan akan gender pada generasi muda. Pandangan masyarakat yang meletakkan perbedaan karakteristik- karakteristik pada laki-laki dan perempuan memunculkan peran gender dalam memposisikannya dalam bermasyarakat baik secara emosional, fisik maupun kognitif. Mulai berkembangnya simpati akan persamaan hak perempuan di masyarakat. Mulai bergesernya ideologi patriarki dalam masyarakat, memunculkan harapan dan pandangan akan kesetaraan yang mulai disadari oleh masyarakat, melaui cerpen anak yang memberikan arahan mengenai persamaan gender dan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Inayah Hikmahwati, 2014 Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mendeskripsikan bahwa mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai kesetaraan gender yang dapat terlihat dari cerpen anak majalah Bobo yang mulai mengangkat akan isu kesetaraan gender. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah penelitian dengan tujuan agar permasalahan dalam penelitian menjadi jelas. Rumusan masalah dimaksud sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur yang membangun cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”? 2. Bagaimana peran gender dalam cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”? 3. Bagaimana pandangan akan kesetaraan gender yang ada dalam cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”?

1.3. Tujuan Penelitian