KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF KRIST

KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF KRISTEN
Oleh : Miranti Verdiana S.
NIM : 121510035

Pada era globalisasi saat ini, diakui atau tidak, peranan wanita di dalam masyarakat
sangat besar. Seiring dengan berkembangnya jaman, peranan wanita semakin besar dalam
berbagai bidang, khususnya di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan kultur budaya
yang sangat kental sehingga wanita di Indonesia sulit untuk bisa maju dan berperan di dalam
masyarakat. Dipelopori oleh Raden Ajeng Kartini, muncullah istilah emansipasi wanita.
Berkat jasa beliau, saat ini bukan lagi hal tabu bagi wanita untuk meraih pendidikan yang
tinggi dan memiliki posisi yang tinggi di masyarakat. Tetapi sebagian besar masyarakat
menganggap bahwa emansipasi wanita dan kesetaraan gender adalah dua hal yang sama.
Pada kenyataannya, emansipasi wanita dan kesetaraan gender adalah dua hal yang berbeda.
Emansipasi berarti memberikan hak yang sepatutnya diberikan kepada seseorang atau
sekumpulan orang dimana hak tersebut sebelumnya dirampas atau diabaikan dari mereka
(kompasiana.com). Dulu hak wanita untuk bersekolah di abaikan. Ini lah mengapa hal yang
dilakukan oleh Kartini disebut emansipasi. Kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana
antara pria dan wanita dalah hak (hukm) dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama. Dalam arti
wanita dan pria dsama di dalam hukum, sama-sama berhak untuk mendapat pendidikan,
sama-sama behak untuk emdapat hidup yang layak, sama-sama punya hak untuk bekerja, dan
sebagainya. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana masyarakat memandang kesetaraan

gender, bagaimana kesetaraan gender di dalam pendidikan dan dunia kerja, juga akan dibahas
mengenai bagaimana Kekeristenan memandang kesetaraan gender.
Pandangan Masyarakat Umum Mengenai Kesetaraan Gender
Masyarakat dewasa ini sudah sangat sadar terhadap kesetaraan gender. Tetapi di
lingkungan masyarakat kita pada umumnya, terdapat pandangan yang menganggap bahwa
laki-laki kedudukannya lebih tinggi dan keberadaannya lebih berharga daripada perempuan.
Laki-laki dianggap lebih kuat, lebih mampu menjadi pemimpin. Sedangkan perempuan
adalah kaum lemah yang harus tunduk kepada laki-laki. Dalam banyak hal, laki-laki lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk berkembang dibandingkan perempuan. Hal-hal

seperti ini lah yang membuat kesetaraan gender sulit untuk dijalankan. Salah satu contoh
yang paling sering atau yang paling mudah adalah cara orang tua mendidik anaknya. Sering
kali orang tua berkata kepada anak lelaki nya, “Anak laki-laki tidak boleh menangis, kalau
menangis berarti kamu perempuan.” Atau orang tua yang berkata pada anak perempuannya
“Anak gadis itu harus sopan, kalau berbicara yang sopan.”. Padahal anak laki-laki juga perlu
menangis karena menangis bisa membuat perasaan lebih lega dan juga bisa membuat orang
menjadi lebih ekpresif. Selain itu bukan hanya perempuan yang harus bercara dengan lembut
dan sopan, tetapi anak laki-laki pun juga harus berbicara dengan sopan. Cara orang tua yang
mendidik anak seperti itu sudah sangat memberikan jurang perbedaan yang lebar antara lakilaki dan perempuan.
Kesetaraan Gender dalam Pendidikan dan Dunia Kerja

Kesetaraan gender di dalam pendidikan dan dunia kerja sebenarnya tidak bisa
dipisahkan dari pandangan masyarakat mengenai kesetaraan gender itu sendiri. Apa yang
terjadi di dalam pendidikan dan dunia kerja adalah gambaran dari pemikiran gender yang ada
di masyarakat (hukumpedia.com). Bagaimana masyarakat mengirim anak mereka ke sekolah
juga di latar belakangi oleh pemikiran orang tua di masyarakat. Anak laki-laki biasanya akan
di sekolahkan di sekolah yang lebih bagus atau yang lebih berkualitas dan didukung untuk
mengambil pendidikan setinggi-tingginya. Kebalikannya, perempuan bisanya disekolahkan di
sekolah yang biasa saja dan tidak dituntut untuk meraih gelar pendidikan yang tinggi karena
masyarakat menganggap tugas seorang wanita adalah menjaga anak dan mengatur rumah
tangga. Laki-laki yang bertugas bekerja mencari nafkah untuk keluarga, sehingga wajar jika
laki-laki dituntut untuk memiliki kualifikasi yang lebih dari wanita.
Garis perbedaan yang sudah tercipta sejak dalam dunia pendidikan secara otomatis
akan terbawa sampai ke dunia kerja. Walaupun pada kenyataannya sebagian besar wanita
sekarang juga memiliki kualifikasi yang sama dengan laki-laki, atau bahkan bisa memiliki
kualifikasi yang lebih baik, wanita tetap dianggap remeh. Jarang sekali kita menemukan
wanita yang memegang jabatan tinggi atau jabatan penting diperusahaan. Baik di perushaan
besar, perushaan kecil, dalam pekerjaan apapun, yang biasa memegang kendali adalah pria.
Terkadang kita juga mendapati gaji yang diberikan perusahaan untuk wanita dan pria berbeda
walaupun jenis pekerjaannya sama. Namun saat ini, peran wanita di dalam masyarakat sudah
semakin besar. Sudah sering kita jumpai wanita yang memegang kendali besar atau

menduduki jabatan yang tinggi di perushaan. Perusahaan sudah tidak lagi melihat perbedaan

di antara laki-laki dan perempuan. Tetapi melihat siapa yang memiliki kualifikasi terbaik dan
siapa yang dapat bekerja lebih baik.
Kesetaran Gender dalam Perspektif Kristen
Kekristenan menganggap bahwa laki-laki dan perempuan sama. Tidak ada lebih baik
atau pun yang lebih buruk. Menurut alkitab, laki-laki dan perempuan adalah sama karena
sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27). Alkitab juga
menyatakan bahwa wanita diciptakan untuk memenuhi kebutuhan laki-laki (Kejadian 2:2022). Jadi tidaklah pantas jika disebut perempuan lebih rendah dari laki-laki. Kesamaan lain
yang dinyatakan Akitab adalah laki-laki dan perempuan sama-sama berbuat dosa.
Alkitab juga menyatakan ada hak dan kewajiban yang berbeda namun saling terkait
antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam pernikahan. Perempuan wajib menuruti
suaminya, dan suami pun wajib mengasihi istrinya (Efesus 5:22-25). Dalam budaya di
Indonesia, istri harus tunduk kepada suaminya, sama seperti yang dinyatakan dalam Alkitab,
tetapi bukan berarti suami memegang kendali penuh terhadap istri. Tidak ada larangan bagi
istri atau wanita untuk bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah. Terlebih lagi, tidak ada
pernyataan di dalam Alkitab yang membedakan hak antara perempuan dan laki-laki. Semua
orang, laki-laki atau pun perempuan, sama di hadapan Allah.
Sebagai umat Kristiani, harus dipahami bahwa dalam Alkitab, Allah tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu, tidak seharusnya masyarakat

mebeda-bedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan tugas atau kewajibannya maupun
haknya. Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Selain
itu, laki-laki dan perempuan seharusnya saling melengkapi, bukan salah satu berkuasa
terhadap yang lainnya.
Sumber :
Kompasiana.com/ Di akses pada tanggal 2 Juni 2016
http://www.hukumpedia.com/lesta/kesetaraan-gender-bagi-pekerja-perempuan/ Diakses pada
tanggal 3 juni 2016 pukul 18.42