Surakarta merupakan kota yang paling dikenal namanya berkat mobil Esemka. Walikota Solo Joko Widodo telah berhasil memperkenalkan mobil Esemka ke publik dengan memakai Esemka
SUV Rajawali untuk mobil dinasnya. Bentuknya yang terlihat mewah dan modern membuat produk Esemka berhasil menyedot perhatian masyarakat luas. Perhatian masyarakat yang tidak
hanya tertuju pada mobil Esemka namun juga pada sosok Jokowi yang penuh dengan pro dan kontra menjadikan tema ini semakin menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana persepsi masyarakat Surakarta terhadap Mobil Esemka?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, agar penelitian ini lebih terarah secara jelas, maka penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui persepsi masyarakat Surakarta
terhadap mobil Esemka”.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bisa mengembangkan ilmu pengetahuan,
terutama membantu dalam pengembangan teori dalam bidang komunikasi baik secara praktek maupun teori. Khususnya pada komunikasi citra dan persepsi publik. Karena dalam penelitian ini
lebih merujuk pada pembentukan citra dan masyarakat terhadap munculnya produk baru yang belum pernah ada sebelumnya.
b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi tolok ukur seberapa besar
mobil Esemka bisa diterima di hati masyarakat sehingga apa yang ada di benak masyarakat bisa dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mobil Esemka untuk
mendapat kepercayaan dari masyarakat.
E. Landasan Teori
a. Komunikasi
Hal yang penting di dunia ini adalah komunikasi. Tidak ada orang hidup tanpa komunikasi. Walaupun hanya menggunakan tanda atau simbol namun di dalamnya terkandung
makna atau pesan yang ingin disampaikan. Komunikasi atau dalam bahasa inggris Communications berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang
berarti sama. Sama dalam pengertian ini mempunyai arti sama makna. Effendy, 2011 : 9 Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland di atas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi
bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap publik public attitude yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain communication is the process to modify the behavior of other individual. Effendy, 2011 : 9-10
Berbeda dengan Lasswell, Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what
effect?”. Berdasarkan paradigma Laswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi terdiri dari lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Kelima unsur tersebut yaitu:
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Effendy, 2011 :10 Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik
menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi: Pertama adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Kedua, upaya manusia untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Ketiga, upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Ketiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan
dengan sesama anggota masyarakat. Cangara, 2002: 2-3 Dalam komunikasi juga memerlukan proses. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan berhasil
apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, dan sebaliknya, komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Effendy,
2011 :10 Dalam buku Onong Ujchana Effendy 2011, proses komunikasi mempunyai dua tahap
yaitu secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer yaitu proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi
secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang jauh atau jumlahnya yang banyak. Media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi misalnya: surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi.
Gamble dan Gamble 2001 mengatakan, sejak lahir sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia.
Apa pun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka. Bila kita menganalisis bagaimana
orang-orang menghabiskan waktu luang dari waktu kesehariannya dalam bekerja, maka sebagian besar aktivitas mereka dihabiskan untuk berkomunikasi. Ardianto dan Erdimaya, 2004: 14
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi bila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain
dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau
elemen komunikasi. Cangara, 2002: 21 Gambar berikut adalah model proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler
dalam bukunya, Marketing Management, berdasarkan paradigma Harold Lasswell.
Media Message
Receiver Decoding
Encoding Sender
Gambar 5: Unsur-unsur proses komunikasi Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif.
Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana
komunikan sasaran biasanya menyandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efektif dalam mencapai khalayak sasaran. Effendy, 2011 :18
Berdasarkan gambar unsur-unsur komunikasi di atas, untuk mempelajari bagaimana persepsi masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka terletak pada pemahaman unsur respon
dan feedbacknya. Mobil Esemka sebagai pesan yang ingin disampaikan dan masyarakatlah sebagai penerima pesannya. Masyarakat sebagai penerima pesan akan memberikan respon dan
feedback terhadap pesan yang mereka terima berupa persepsinya terhadap mobil Esemka. Dalam buku Hafied Cangara 2002, beberapa kalangan berpendapat bahwa dengan mempelajari
komunikasi maka: 1. Kita dapat memahami diri kita, dunia kita dan aspek-aspek dari perilaku umat manusia
2. Diharapkan dapat memberi pengetahuan teori, sehingga dalam praktek kita dapat menjadi pekerja komunikasi yang baik, terampil dan professional dalam melaksanakan tugas-
tugas yang diemban
Noise
Respons
e
Feedback
b. Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dikutip dari Liliweri dalam buku Ardianto dan Komaja Erdimaya 2004 merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpencar, sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu. Harold D. Lasswell dikutip dari Komala, dalam Karlinah seorang ahli politik di Amerika
Serikat dalam buku Ardianto dan Komaja Erdimaya mengungkapkan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan
suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses dari komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who siapa, says what berkata apa,
in which channel melalui saluran apa, to whom kepada siapa dan with what effect dengan efek apa?
Namun masing-masing unsur dalam formula Lasswell mengandung problema tertentu. Formula tersebut meskipun sangat sederhana telah membantu mengorganisasikan dan
memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi. Lasswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk
membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
WHO SAYS WHAT
IN WHICH CHANNEL
TO WHOM
WITH WHAT EFFECT
Siapa Berkata Apa
Melalui Saluran
Apa Kepada
Siapa Dengan Efek Apa
Komunikator Pesan
Media Penerima
Efek Contol Studies
Analisis Pesan
Analisis Media Analisis
Khalayak Analisis Efek
Tabel 1: Formula Lasswell Dalam Komunikasi Massa
Sumber. Modul 1-9 Teori Komunikasi, S. Djuarsa Sanjaya, Ph.D. dkk, UT., 1994 dalam buku Komunikasi Massa, Ardianto Komaja Erdimaya, 2004: 33
Onong Ujchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek 2011 menjelaskan ciri-ciri komunikasi massa yaitu:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum. Karena ditunjukkan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. 5. Komunikan komunikassi massa bersifat heterogen, keberadaannya terpencar-pencar
dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal. Fungsi komunikasi massa menurut Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Onong
Ujchana Effendy 2011: 1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar,
fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar
dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi: penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan
fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat 3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang,
mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang sama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mngenai masalah
publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang dibutuhkan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan
bersama ditingkat internasional, nasional, dan lokal. 5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetauhan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, dan pemdidikan ketrampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison
seseorang, membangun imajinasi dan kreativitas serta kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra dari drama, tari, kesenian,
kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.
8. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan menghargai
kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
c. Public Relations
Menurut Marston dalam buku Renald Khasali 2008, Public Relations atau biasa disingkat PR adalah seni untuk membuat perusahaan disukai dan dihormati oleh karyawan,
konsumen dan para penyalurnya. Dengan membuat perusahaan disukai oleh karyawan, konsumen dan penyalurnya, maka perusahaan akan terhindar dari sasaran kemarahan.
Dalam buku Maria Assumpta Rumanti 2005, PR adalah kegiatan atau aktivitas yang proses kegiatannya melalui empat tahap yang berlangsung secara berkesinambungan, yaitu: 1
Penelitian yang didahului penemuan, analisis, pengolahan data dan sebagainya, 2 perencanaan yang direncanakan, 3 pelaksanaan yang tepat, 4 evaluasi, setiap tahap dan evaluasi
keseluruhan. Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antar
lembaga organisasi dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim
pendapat opini publik yang menguntungkan lembaga organisasi. Nofa, 2011: 49 Aktivitas PR adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik two ways traffic
communications antara lembaga dengan publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi
kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Kegiatan publik relations sangat erat kaitannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat. Nofa, 2011:
49
efek komunikan
sumber pesan
komunikato
r
Citra publik terhadap
perusahaan lembaga
organisasi
Gambar 2: Model Komunikasi Dalam Public Relations Pembuat model: Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam komunikasi Public Relations, yang menjadi sumber pesan adalah perusahaan atau organisasi, sedangkan pembuat pesan atau
komunikatornya adalah bidangdivisi PR. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh divisi PR merupakan pesan yang akan disampaikan dan Publik PR baik publik eksternal maupun publik
internalnya merupakan penerima pesan atau komunikannya. Setelah komunikan mendapat pesan dari komunikator maka komunikan akan memberikan respon atau efek yang berupa citra publik
terhadap perusahaan lembaga organisasi. Pada dasarnya PR adalah : a Kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill,
kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya. b Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak. c Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi perusahaan. Sangat
penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal. d usaha
menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi dengan perusahaan dan publiknya, internal maupun eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik
Publik- Publik
PR Kegiatan-
Kegiatan Bidang
Divisi Public
Reations Perusahaan
Lembaga Organisasi
sebagai efeknya yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi perusahaan yang bersangkutan. Rumanti, 2005:32
Dalam buku Maria Assumpta Rumanti 2005, Ada lima pokok tugas Public Relations sehari- hari, yaitu:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar visual kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar
tentang organisasi atau perusahaan, serta kegiatan yang dilakukan. itu semua disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan publik internal atau eksternal dan memperhatikan,
mengolah mengintegrasikan pengaruh lingkungan yang masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.
2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum atau masyarakat, Di samping itu menjalalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan
lingkungan. Karena mereka ikut menentukan kehidupan organisasi apabila kita tidak saling mengganggu, perlu diajak berunding, demi kebaikan semua pihak, tak ada yang dirugikan.
3. Memperbaiki citra organisasi Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi,
publikasi, dan seterusnya, tetapi terletak pada: a bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara
berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi. b dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.
4. Tanggung jawab sosial PR merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak
terhadap tanggung jawab tersebut. terutama kelompok publik sendiri, publik internal dan pers.
5. Komunikasi PR merupakan bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik, maka pengetahuan
komunikasi adalah modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral. Perlu juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manejemen dan kepemimpinan, stuktur organisasi.
Menurut H. Fayol dalam buku Firsan Nofa 2011, beberapa sasaran kegiatan PR adalah sebagai berikut.
a. Membangun identitas dan citra perusahaan building corporate identity and image
1. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif 2. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak
b. Menghadapi krisis facing of crisis
Menangani keluhan complaint dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan public relations recovery image yang bertugas memperbaiki lost of
image and damage c.
Mempromosikan aspek kemasyarakatan promotion pubic cause 1. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik
2. Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan menghindari obat- obat terlarang, dan sebagainya
Lima kualifikasi syarat untuk menjadi seorang public relations yaitu: a memiliki kemampuan berkomunikasi, b memiliki kemampuan mengorganisasi, c memiliki kemampuan
membina relasi dengan publik, d memiliki kepribadian yang utuh dan jujur, e banyak imajinasi dan kreatif. Nofa, 2011: 57-58
d. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan mengintepretasikan stimulus ke dalam gambaran dunia yang menyeluruh.
Stimuli adalah setiap input yang ditangkap oleh indra, seperti produk, kemasan, merk, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera seperti mata, telinga, mulut,
hidung dan kulit. Menurut Kotler, persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang melakukan seleksi, mengorganisasi dan mengintepretasikan informasi-informasi yang masuk kedalam
pikirannya menjadi sebuah gambar besar yang memiliki arti. Nofa, 2011: 297 Oleh OSKAMP 1972 dalam buku Saprinah Sadli , dikemukakan empat karakteristik
penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi kita: 1. Faktor ciri-ciri khas dari obyek stimulus, yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas dan
intensitas 2. Faktor pribadi: termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti: taraf kecerdasannya,
minatnya, emosionalitasnya dan lain sebagainya 3. Faktor pengaruh kelompok: respons orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah
laku conform. 4. Faktor perbedaan latar belakang kulturil
TAJFEL 1969 dalam buku Saprinah Sadli telah mengajukan 3 variable sosial yang dianggap sangat berpengaruh dalam persepsi sosial seseorang, ialah:
a. “Functional salience”: artinya bahwa objek yang fungsionil adalah berbeda-beda dari setiap lingkungan, sesuai dengan banyak dan ragamnya fungsi, jadi tekannanya diletakkan
pada aspek fungsionil. b. Familiaritas: orang dalam suatu lingkungan budaya mempunyai pengalaman dengan hasil-
hasil kebudayaan lain. c. Sistem komunikasi: WHORF 1969 berpendapat bahwa bahasa seseorang tidak hanya
mempengaruhi bagaimana ia berkomunikasi, tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan analisa, dapat melihat atau tidak memperdulikan berbagai gejala dan
hubungan-hubungan tertentu, bahkan juga menyangkut perkembangan dari taraf kesadaran dan cara berfikir
Persepsi merupakan akar dari opini. Dalam buku Renald Khasali 2008, faktor-faktor penentu persepsi yaitu:
1. Latar belakang budaya 2. Pengalaman masa lalu
3. Nilai-nilai yang dianut 4. Berita-berita yang berkembang
Persepsi lahir dari adanya pengalaman masa lalu yang dipertajam oeh nilai-nilai budaya, nilai-nilai yang dianut, serta berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya
memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar kelak dikemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokan dengan rekaman yang
ada untuk memberi suatu interpretasi. Khasali, 2008: 23-25
- latar belakang
budaya -
Pengalaman masa lalu
- Nilai-nilai yang dianut
-
Berita yang berkembang
Gambar 3: Hubungan antara persepsi - pendirian – opini Sumber: Khasali. Managemen Public Relations.2008. Pusaka Utama Grafiti: Jakarta
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang merupakan faktor pembentuk persepsi.
Persepsi merupakan akar dari opini. Opini dari para individu akan berkembang menjadi konsensus bila masyarakat dalam segmen tertentu mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
Kesamaan tersebut bisa merupakan kesamaan kekecewaan, keegembiraan atau pengalaman emosional lainnya. Konsensus yang sudah matang dan menyatu dalam masyarakat itulah yang
disebut opini publik, yakni opini milik masyarakat tertentu. Sedangkan pendirian sendiri merupakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Pendirian juga sering disebut dengan
sikap, merupakan opini yang masih tersembunyi dalam benak seseorang. Pendirian dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu affect emosi, behavior perilaku, cognition pengertian. Khasali, 2008:
24-25
e. Citra
Menurut David A. Arker, John G. Mayer, citra adalah seperangkat anggapan, impresi atau gambaran seseorangsekelompok orang mengenai suatu objek yang bersangkutan. Adapun
opini pubik konsens
us
opini perseps
i
affect pendirian
behavior cognit ion
menurut Kotler 2000: 338, citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kontrol perusahaan. Nofa, 2011: 298
Citra perusahaan menurut Mark Graham R. Dewney yaitu keseluruhan impresi mengenai perusahaan yang ada dalam benak konsumen, sedangkan menurut Smith, Lawrence L.
Steinments mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau
kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Nofa, 2011: 301 Pendapat Groonroos dikutip dari Nugroho Setiadi dalam buku Firsan Nofa 2011, Peran citra
bagi perusahaan yaitu: a. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasaran eksternal, seperti
periklanan , penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra positif memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti
dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, namun hal itu tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut
berjalan lebih efektif. b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan perusahaan
c. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.
Menurut Sutojo dalam buku Firsan Nofa 2011, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap Mid And Long Term
Sustainable Competitive Position 2.
Menjadi perisai selama masa krisis An Insurance for Adverse Times
Kognisi Persepsi
Sikap Motivasi
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal Attraction The Best Excecutives Available
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran Increasing Effectiveness of Marketing
Instruments 5.
Penghematan biaya operasional Cost Saving Menurut Danasaputra dalam buku Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto 2002, citra
terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara kita mengorganisasi citra kita tentang lingkungan. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem
komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno yang dikutip dari Danasaputro dalam buku Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, sebagai berikut:
Gambar 4: Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenai Stimulus Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Respon Perilaku
Stimulus Rangsang
Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus rangsang yang diberikan pada individu
dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang selanjutnya ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi
individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan
demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Soemirat dan Ardianto, 2002: 115 Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan
atau perilaku tertentu. Untuk mengerti bagaimana citra suatu perusahaan atau citra lembaga di benak publiknya dibutuhkan suatu penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui
secara pasti sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh publiknya. Soemirat dan Ardianto, 2002: 116
f. Publisistik
Publisistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran. Perkembangan tersebut bukan saja disebabkan oleh timbulnya media massa lain seperti radio, televisi, dan film,
melainkan juga karena pengaruh media massa modern itu yang menimbulkan sikap-sikap rohaniah tertentu pula antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publisistik mempelajari dan meneliti
secara khusus masalah umum mengenai penghimpunan, pengarahan, dan penyebaran pengaruh secara rohaniah. Effendy, 2011 :75
Walter Hagemann dalam bukunya, grundzuge der Publizistik, mendefinisikan publisistik secara singkat saja, yakni “Publizistik ist die Lehre von der offentlichen aussage aktueller
bewusztseinsinhalte”, jadi menurut Hageman, publisistik adalah ajaran tentang pernyataan umum mengenai isi kesadaran yang aktual. Effendy, 2011:75
Dalam buku Onong Ujchana Effendy 2011, Ilmu pubisitik mengajarkan bahwa setiap pernyataan kepada umum dengan media apapun, apakah cetak atau elektronik menciptakan suatu hubungan rohaniah
antara si publisis dengan khalayak. Hubungan rohaniah ini merupakan suatu proses yang menurut Prof. Dr. Walter Hagemann terdiri atas tiga fase, yakni:
Peristiwanya das Ereignis Penerimanya der Empfanger
Daya pengaruhnya
die Wirkung Ilmu publisistik dan ilmu komunikasi bila dicari perbedaannya, hanya satu nuansa saja
yang dijumpai. Publisistik berasal dari bahasa latin publicatio yang berarti “pengumuman”, sedangkan komunikasi berasal dari perkataan latin communicatio yang berarti “pemberitahuan”,
hanya tampaknya mengandung sifat resmi dan ditunjukan kepada sejumlah orang. Sedangkan pemberitahuan tidak selamanya bersifat resmi dan tidak selalu ditunjukan kepada orang banyak.
Effendy, 2011:75
F. Kerangka Pemikiran
Tabel 2: Unsur-unsur komunikasi Unsur-unsur komunikasi di atas bila dikaitkan dalam penelitian ini maka unsur-unsur
tersebut terdiri dari komunikan yang berupa produsen mobil Esemka, pesan berupa mobil Esemka, mediumnya adalah media, komunikannya masyarakat Surakarta, dan efeknya yaitu
Medium Efek
Komunikan
Pesan
K
omunikator
tanggapan atau masyarakat Surakarta terhadap mobil Esemka. Dalam penelitian ini pembahasan akan dilakukan pada unsur komunikasi yang berupa efek.
Efek bisa berupa efek baik dan juga efek buruk. Untuk mengetahui baik buruknya efek bagaimana masyarakat terhadap mobil Esemka maka dilakukan wawancara. Dengan wawancara
akan diperoleh data yang mendetail sehingga akan diketahui baik atau tidaknya persepsi masyarakat terhadap mobil Esemka. Baik tidaknya persepsi masyarakat terhadap mobil Esemka
dapat dilihat berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Mobil Esemka membunyai pencitraan yang bagus. Hadirnya mobil Esemka mendapat sambutan yang sangat bagus dari masyarakat,
selain itu mobil Esemka bisa engangkat nama Jokowi dan kota Solo menjadi lebih baik. Namun, citra yang baik yang dimiliki mobil Esemka belum tentu menghasilkan persepsi yang baik pula.
Dalam penelitian ini, pembahasan akan lebih terarah ke persepsi publik. Mobil Esemka bisa dikatakan mempunyai persepsi yang baik jika masyarakat menyukai mobil Esemka, tertarik dan
merespon baik terhadap munculnya mobil Esemka. Namun jika masyarakat masih meragukan mobil Esemka dan tidak merespon, berarti persepsi mobil Esemka masih buruk. Apa yang telah
dikatakan masyarakat Surakarta pada saat wawancara akan diolah datanya menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena sosial.
G. Metode Penelitian