Teknik Analisis Data MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING (Studi Eksperimen di Suatu SMP N di Kota Tangerang).

5. Uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata. Jika sebaran data normal dan homogen, uji signifikansi dengan statistik uji t. Jika sebaran data normal dan tidak homogen, uji signifikansi dengan statistik uji t. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik untuk dua sampel yang saling bebas pengganti uji-t yaitu uji Mann-Whitney. 6. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman dan kemampuan penalaran matematik siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi indeks gain yaitu membandingkan skor pretes dengan skor postes. Rumus yang digunakan adalah: : ;= ;? AB= ;? Meltzer, 2002 Keterangan: , C ,0D E FGFH ; , CIJ ,0D EDHGFH ; , K J ,0D LM0HNLOL Kategori Indeks Gain g: g 0,7 Tinggi 0,3 g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah Untuk mengetahui benar tidaknya kemampuan pemahaman dan penalaran matematik kelompok eksperimen lebih menyebar dibanding kelompok kontrol perlu diuji secara statistik. Pengujian sama atau tidaknya dua nilai rata-rata ternormalisasi dilakukan dengan uji t dengan syarat datanya berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kedua variansi homogen. Uji normalitas data skor pretes dan postes kemampuan pemahaman dan kemampuan penalaran matematik siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta uji normalitas data gain ternormalisasi menggunakan rumus hipotesis: H : Data berasal dari populasi berdistribusi normal H 1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal Uji homogenitas antara dua varians pada skor pretes kelompok eksperimen P dan kelompok kontrol P , skor postes kelompok eksperimen P dan kelompok kontrol P dan pada skor gain kelompok eksperimen P dan kelompok kontrol P dengan uji F dengan rumusan hipotesis: H : P P H 1 : P Q P Uji perbedaan rerata dengan uji t pada skor pretes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk menguji rumusan hipotesis: H : R R H 1 : R Q R , sedangkan untuk skor postes dan N-Gain menggunakan hipotesis: H : R ≤ R H 1 : µ µ 1 7. Melihat ada tidaknya keterkaitan antara kemampuan pemahaman dan kemampuan penalaran matematik siswa dihitung dengan menggunakan daftar asosiasi kontingensi, χ 2 = ∑ .∑ TU – WU X YZ[ 8 ZY WU E y = \ \Y Tabel 3.6 Daftar Kontingensi Kemampuan Penalaran Kemampuan Pemahaman Baik Sedang Rendah Jumlah Baik O 11 O 12 O 13 n 10 Sedang O 21 O 22 O 23 n 20 Rendah O 31 O 32 O 33 n 30 Jumlah N 01 N 02 N 03 N Untuk melakukan perhitungan asosiasi kontingensi dibuat kriteria yang digunakan untuk menggolongkan data berdasarkan skor maksimalnya. Kedua data tes digolongkan sebagai berikut: Baik : total skor 70 Cukup : 50 ≤ total skor ≤ 70 Kurang : total skor 50 Selanjutnya untuk mengetahui derajad asosiasi ketergantungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya menggunakan koefisien kontingensi C dengan rumus Sudjana, 2005: 280 sebagai berikut: C = ]+ ]+ C = K K Adapun penggolongan koefisien kontingensi adalah sebagai berikut: C = 0 , tidak mempunyai asosiasi ≤ C 0,20 C maks , asosiasi rendah sekali 0,20 ≤ C 0,40 C maks , asosiasi rendah 0,40 ≤ C 0,70 C maks , asosiasi cukup 0,70 ≤ C 0,90 C maks , asosiasi tinggi 0,90 ≤ C C maks , asosiasi tinggi sekali C = C maks , asosiasi sempurna 8. Untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap pelajaran matematika, pendekatan problem posing, serta soal-soal pemahaman dan penalaran matematik dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pemberian skor butir skala sikap dengan berpedoman kepada model Likert, mencari skor netral butir skala sikap, membandingkan skor sikap siswa untuk setiap item. Indikator dan klasifikasi skala sikap dengan sikap netralnya terhadap setiap item, untuk melihat kecenderungan sikap siswa. Sikap siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari sikap netralnya, demikian juga sebaliknya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Siswa yang pembelajarannya dengan problem posing memiliki kemampuan pemahaman matematik yang lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya secara biasa. 2. Siswa yang pembelajarannya dengan problem posing memiliki kemampuan penalaran matematik yang lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya secara biasa. 3. Kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya melalui problem posing termasuk kategori sedang. 4. Kualitas peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang pembelajarannya melalui problem posing termasuk kategori sedang. 5. Terdapat keterkaitanhubungan yang signifikan antara kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa, dengan derajad asosiasi ketergantungan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik yang termasuk kategori cukup. 6. Pada kemampuan pemahaman matematik, kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Indikator menyatakan ulang sebuah konsep mempunyai proporsi yang paling menonjol. Sedangkan untuk kemampuan penalaran matematik, indikator menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap solusi mempunyai proporsi yang paling menonjol. 7. Peningkatan kemampuan pemahaman matematik terlihat paling menonjol pada indikator 3 yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Sedangkan untuk kemampuan penalaran matematik terlihat terlihat paling menonjol pada indikator 2 yang menggambarkan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, menyusun bukti, dan memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran soal. 8. Kemampuan siswa kelompok eksperimen 25 pada kategori tinggi, 60 pada kategori sedang, dan 15 pada kategori rendah. 9. Kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan berdasarkan kategori adalah: 4,5 merupakan pertanyaan non matematika, 78 merupakan pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan, 10. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran dengan problem posing dan soal-soal pemahaman dan penalaran matematik yang diberikan adalah posotif.

B. Saran

1. Problem posing dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika sabagai salah satu bentuk variasi dalam pembelajaran 2. Kemungkinan terdapat kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan problem posing pada awal pembelajaran perlu diantisipasi oleh guru. Siswa harus dilatih untuk belajar bekerjasama supaya lebih aktif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PEMBELAJARAN QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang.

4 9 48

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung:.

0 1 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK :Studi Eksperimen di Salah Satu SMP Negeri di Bandung.

0 0 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING.

0 1 40

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Studi Eksperimen Pada Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Cirebon).

0 1 132

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK, KOMUNIKASI MATEMATIK DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 54

PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas IV di SDN Kota Bandung.

0 0 41

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

6 8 42