DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Singkatan
iii Daftar Tabel
iv Daftar Gambar
v Daftar Lampiran
vi Abstrak
vii Abstract
viii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang 1
I.2. Tujuan
2 I.3.
Manfaat 2
II. LAPORAN KASUS
II.1. Identitas
Pribadi 3
II.2. Riwayat
Perjalanan Penyakit
3 II.3.
Pemeriksaan Fisik
3 II.4.
Pemeriksaan Neurologis
4 II.5.
Diagnosis Awal
5 II.6.
Penatalaksanaan 6
II.7. Pemeriksaan
Penunjang 6
II.8. Kesimpulan
Pemeriksaan 8
II.9. Diagnosis
Akhir 9
II.10. Penatalaksanaan
10 II.11.
Prognosis 10
III. TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Definisi
10 III.2.
Sejarah 10
III.3. Epidemiologi
10 III.4.
Etiologi 13
III.5. Patogenesa 13
III.6. Patofisiologi
20
Universitas Sumatera Utara
III.7. Gambaran
Klinis 21
III.8. Prosedur
Diagnosis 23
III.9. Diagnosis
Banding 32 III.10. Penatalaksanaan
35 III.11.
Prognosa 38
IV. DISKUSI KASUS
39
V. PERMASALAHAN
40
VI. KESIMPULAN
40
VII. SARAN
40
VIII. DAFTAR PUSTAKA
41
IX. LAMPIRAN
45
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
CT :
Computed Tomography
LED : Laju Endap Darah
Mt :
Mycobacterium tuberculosa MRI
: Magneting
Resonance Imaging
PCR : Polymerase Chain Reaction
PPD : Purified Protein Derivative
ROM :
Range of
Motion T1W
: T1-
Weighted T2W
: T2-
Weighted WHO
: World Health Organization
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sensitifitas dan Spesifisitas
Foto Polos Vertebra Spondilitis Tuberkulosa
27 Tabel 2.
Sensitifitas dan Spesifisitas Gambaran MRI pada Spondilitis Tuberkulosa
29 Tabel 3.
Perbedaan Gambaran Klinis, Laboratorium dan Radiologis pada Infeksi Vertebra
33 Tabel 4.
Perbedaan Radiologis Spondilitis Tuberkulosa dan Piogenik 34
Tabel 5. Gambaran Radiologis Sugestif Tuberkulosa
34 Tabel 6.
Klasifikasi Spondilitis Tuberkulosa 38
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Infeksi, perjalanan penyakit dan mekanisme imun pada tuberkulosis 14 Gambar 2. Patogenesis Spondilitis
Tuberkulosa 17
Gambar 3. Penyebaran basil tuberkel pada
vertebra 18
Gambar 4. Komponen Bakteri dan Patologi
Tulang 19
Gambar 5. Algoritma Diagnostik Infeksi Tulang Belakang 23
Gambar 6. Foto Polos Vertebra pada Spondilitis Tuberkulosa 26
Gambar 7. Gambaran MRI Spondilitis Tuberkulosa 29
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil MRI
Penderita 45
Lampiran 2.
Foto Penderita
47
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pendahuluan : Spondilitis tuberkulosa servikalis adalah penyakit yang cukup jarang dijumpai,
hanya berkisar 2-3 dari seluruh kasus spondilitis tuberkulosa. Gambaran klinis sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan dan tidak spesifik hingga komplikasi neurologis yang fatal.
Laporan Kasus :
Seorang wanita berusia 36 tahun datang dengan keluhan lemah keempat anggota gerak yang semakin memberat dalam 2 minggu terakhir yang didahului oleh nyeri leher
yang menjalar ke bahu dan lengan sejak 6 bulan sebelumnya. Nyeri awalnya dirasakan sebagai keterbatasan gerakan leher yang diperberat dengan bergerak dan berkurang jika istirahat. Pasien
juga mengeluhkan sulit menelan, gangguan BAK dan BAB selama 2 minggu terakhir. Pasien mengalami demam dan penurunan berat badan sejak 2 bulan terakhir. Tidak dijumpai riwayat
batuk atau nyeri dada. Pemeriksaan neurologis menunjukkan kelemahan dan peningkatan refleks tendon pada keempat ekstremitas dengan tanda Babinski positif. Hasil laboratorium tidak
signifikan. Foto toraks dalam batas normal. MRI servikal menunjukkan proses inflamasi pada korpus C3 dengan massa paravertebral dan massa epidural yang menekan medula spinalis.
Sugestif suatu spondilitis tuberkulosa. Pasien diterapi dengan obat antituberkulosis. Diskusi dan Kesimpulan
: Spondilitis tuberkulosa merupakan bentuk tuberkulosa tulang yang paling sering dijumpai. Keterlibatan spinal biasanya merupakan akibat dari penyebaran
hematogen lesi ekstraspinal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis dan gambaran radiologis. Penatalaksanaan terdiri dari pemberian obat antituberkulosis dengan
atau tanpa intervensi bedah. Kata Kunci
: Spondilitis tuberkulosa, vertebra servikalis, tuberkulosis spinal
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction : Cervical tuberculous spondylitis cervical spine tuberculosis is an uncommon
disease, accounting for only 2-3 of tuberculous spondylitis. Clinical manifestations range from mild or nonspesific symptoms to severe, and potentially fatal, neurological complications.
Case Report :
A 36-year-old woman was admitted to the hospital with a two-week history of worsening quadriparesis which was preceded with neck pain radiating to her shoulders and
arms of six month’s duration. The pain began with moderate limitation of neck movements and aggravated by moving and was relieved by bed rest. She also had difficulty in swallowing,
urination and defecation for 2 weeks before admission. She had experienced generalized malaise,fever and weight loss for 2 months prior to admission. She had no cough or chest pain.
Neurological examination revealed weakness and increased deep tendon reflexes of both arms and legs, with positive Babinski signs. Laboratory results were not significant. Chest radiography
showed no evidence of pulmonary lesion. MRI of the cervical spine revealed inflammation of corpus of C-3 with prevertebral soft tissue mass and epidural soft tissue mass compressing the
spinal cord. Suggestif of tuberculous spondylitis. The patient was treated with antituberculous drugs.
Discussion and Conclusion :
Tuberculous spondylitis is the most common form of skeletal tuberculosis. Spinal involvement is usually a result of hematogenous seeding from an extraspinal
lesion. The diagnosis is usually made based on history of disease, clinical presentations and radiological features. The treatment consists of antituberculous drugs with or without surgical
intervention.
Keywords : tuberculous spondylitis, cervical vertebrae, spinal tuberculosis
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pendahuluan : Spondilitis tuberkulosa servikalis adalah penyakit yang cukup jarang dijumpai,
hanya berkisar 2-3 dari seluruh kasus spondilitis tuberkulosa. Gambaran klinis sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan dan tidak spesifik hingga komplikasi neurologis yang fatal.
Laporan Kasus :
Seorang wanita berusia 36 tahun datang dengan keluhan lemah keempat anggota gerak yang semakin memberat dalam 2 minggu terakhir yang didahului oleh nyeri leher
yang menjalar ke bahu dan lengan sejak 6 bulan sebelumnya. Nyeri awalnya dirasakan sebagai keterbatasan gerakan leher yang diperberat dengan bergerak dan berkurang jika istirahat. Pasien
juga mengeluhkan sulit menelan, gangguan BAK dan BAB selama 2 minggu terakhir. Pasien mengalami demam dan penurunan berat badan sejak 2 bulan terakhir. Tidak dijumpai riwayat
batuk atau nyeri dada. Pemeriksaan neurologis menunjukkan kelemahan dan peningkatan refleks tendon pada keempat ekstremitas dengan tanda Babinski positif. Hasil laboratorium tidak
signifikan. Foto toraks dalam batas normal. MRI servikal menunjukkan proses inflamasi pada korpus C3 dengan massa paravertebral dan massa epidural yang menekan medula spinalis.
Sugestif suatu spondilitis tuberkulosa. Pasien diterapi dengan obat antituberkulosis. Diskusi dan Kesimpulan
: Spondilitis tuberkulosa merupakan bentuk tuberkulosa tulang yang paling sering dijumpai. Keterlibatan spinal biasanya merupakan akibat dari penyebaran
hematogen lesi ekstraspinal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis dan gambaran radiologis. Penatalaksanaan terdiri dari pemberian obat antituberkulosis dengan
atau tanpa intervensi bedah. Kata Kunci
: Spondilitis tuberkulosa, vertebra servikalis, tuberkulosis spinal
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction : Cervical tuberculous spondylitis cervical spine tuberculosis is an uncommon
disease, accounting for only 2-3 of tuberculous spondylitis. Clinical manifestations range from mild or nonspesific symptoms to severe, and potentially fatal, neurological complications.
Case Report :
A 36-year-old woman was admitted to the hospital with a two-week history of worsening quadriparesis which was preceded with neck pain radiating to her shoulders and
arms of six month’s duration. The pain began with moderate limitation of neck movements and aggravated by moving and was relieved by bed rest. She also had difficulty in swallowing,
urination and defecation for 2 weeks before admission. She had experienced generalized malaise,fever and weight loss for 2 months prior to admission. She had no cough or chest pain.
Neurological examination revealed weakness and increased deep tendon reflexes of both arms and legs, with positive Babinski signs. Laboratory results were not significant. Chest radiography
showed no evidence of pulmonary lesion. MRI of the cervical spine revealed inflammation of corpus of C-3 with prevertebral soft tissue mass and epidural soft tissue mass compressing the
spinal cord. Suggestif of tuberculous spondylitis. The patient was treated with antituberculous drugs.
Discussion and Conclusion :
Tuberculous spondylitis is the most common form of skeletal tuberculosis. Spinal involvement is usually a result of hematogenous seeding from an extraspinal
lesion. The diagnosis is usually made based on history of disease, clinical presentations and radiological features. The treatment consists of antituberculous drugs with or without surgical
intervention.
Keywords : tuberculous spondylitis, cervical vertebrae, spinal tuberculosis
Universitas Sumatera Utara
I.
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit paling mematikan di seluruh dunia. World Health Organization
WHO memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 8 juta kasus baru tuberkulosa dan lebih kurang 3 juta orang meninggal akibat penyakit ini.
1
Tuberkulosis sering dijumpai di daerah dengan penduduk yang padat, sanitasi yang buruk dan malnutrisi.
2
Walaupun manifestasi tuberkulosis biasanya terbatas pada paru, penyakit ini dapat mengenai organ apapun, seperti tulang,traktus genitourinarius dan sistem saraf pusat.
3
Tuberkulosa tulang dan sendi merupakan 35 dari seluruh kasus tuberkulosa ekstrapulmonal dan paling sering melibatkan tulang belakang
4
, yaitu sekitar 50 dari seluruh kasus tuberkulosa tulang.
5
Keterlibatan spinal biasanya merupakan akibat dari penyebaran hematogen dari lesi pulmonal ataupun dari infeksi pada sistem genitourinarius.
6
Percival Pott pertama kali menguraikan tentang tuberkulosa pada kolumna spinalis pada tahun 1779. Destruksi pada diskus dan korpus vertebra yang berdekatan, kolapsnya elemen spinal
dan kifosis berat dan progresif kemudian dikenal sebagai Pott’s disease.
6
Walaupun begitu tuberkulosa spinal telah diidentifikasi pada mumi di Mesir sejak 3000 tahun sebelum masehi
dengan lesi skeletal tipikal dan analisis DNA.
7
Spondilitis tuberkulosa memiliki distribusi di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih besar pada negara berkembang. Tulang belakang adalah tempat keterlibatan tulang yang paling
sering, yaitu 5-15 dari seluruh pasien dengan tuberkulosis.
8
Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit yang dianggap paling berbahaya karena keterlibatan medula spinalis dapat menyebabkan gangguan neurologis. Daerah lumbal dan torakal
merupakan daerah yang paling sering terlibat, sedangkan insidensi keterlibatan daerah servikal adalah 2-3.
9
Defisit neurologis pada spondilitis tuberkulosa terjadi akibat pembentukan abses dingin, jaringan granulasi, jaringan nekrotik dan sequestra dari tulang atau jaringan diskus
intervertebralis, dan kadang-kadang trombosis vaskular dari arteri spinalis.
10
Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit kronik dan lambat berkembang dengan gejala yang telah berlangsung lama. Riwayat penyakit dan gejala klinis pasien adalah hal yang penting,
namun tidak selalu dapat diandalkan untuk diagnosis dini. Nyeri adalah gejala utama yang paling sering. Gejala sistemik muncul seiring dengan perkembangan penyakit. Nyeri punggung persisten
dan lokal, keterbatasan mobilitas tulang belakang, demam dan komplikasi neurologis dapat
Universitas Sumatera Utara
muncul saat destruksi berlanjut. Gejala lainnya menggambarkan penyakit kronis, mencakup malaise, penurunan berat badan dan fatigue. Diagnosis biasanya tidak dicurigai pada pasien tanpa
bukti tuberkulosa ekstraspinal.
6,10
Penatalaksanaan spondilitis
tuberkulosa masih kontroversial; beberapa penulis menganjurkan pemberian obat-obatan saja, sementara yang lainnya merekomendasikan obat-
obatan dengan intervensi bedah. Dekompresi agresif, pemberian obat anti tuberkulosis selama 9- 12 bulan dan stabilisasi spinal dapat memaksimalkan terjaganya fungsi neurologis.
9
I.2. Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas aspek epidemiologi, etiologi, patogenesis,gambaran klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis dari
penderita spondilitis servikalis yang termasuk kasus yang jarang.
I.3. Manfaat Penulisan
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan mengenai epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, patogenesis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan dan
prognosis dari penderita spondilitis tuberkulosis servikalis.
Universitas Sumatera Utara
II. LAPORAN KASUS