Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) Sebagai Antihepatotoksik Pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol

1

EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis
corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK
PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

LUSIANA ALAWIYAH

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

2

ABSTRAK
LUSIANA ALAWIYAH. Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.)
Lam) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol.
Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EMAN KUSTAMAN.
Rumput mutiara merupakan rumput liar yang digunakan sebagai obat tradisional

dan diduga berpotensi sebagai antihepatotoksik. Penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan potensi antihepatotoksik tanaman rumput mutiara. Tanaman rumput
mutiara diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi diperoleh nilai rendemen
sebesar 30.06%. Ekstrak kasar rumput mutiara diidentifikasi dengan uji fitokimia,
mempunyai senyawa metabolit sekunder di antaranya alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, dan steroid.
Ekstrak kasar rumput mutiara tersebut diujikan pada hewan coba tikus putih
galur Spraque-Dawley yang menderita gangguan fungsi hati. Pemberian ekstrak etanol
rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgBB terhadap penurunan kadar SGPT dan
SGOT tidak berbeda nyata (P < 0.05) baik pada kelompok yang dihentikan pemberian
parasetamolnya pada minggu keempat maupun yang terus dipapar parasetamol. Dosis
400 mg/kgBB ekstrak etanol 70% rumput mutiara sudah mampu menurunkan kadar
SGPT dan SGOT tikus setingkat hepatitis kronis pada manusia, yaitu kadar SGPT dan
SGOT 4-5 kali dari keadaan normalnya.

3

ABSTRACT
LUSIANA ALAWIYAH. Ethanol Extract of Pearl Grass (Hedyotis corymbosa (L.)
Lam) as Antihepatotoxic on White Rat which is Induced by Paracetamol. Under the

direction of ANNA P. ROSWIEM and EMAN KUSTAMAN.
Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) is well-recognized as traditional
medicine and predicted having antihepatotoxic potency. This research is conducted to
prove that pearl grass have antihepatotoxic effect. Pearl grass was extracted with
ethanol solution 70 % and rendemen value is 30.16%. The identification of
phytochemical test of crude extract of pearl grass, it’s has secondary metabolite
compound such as alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, and steroid.
Crude extract of pearl grass was induced to white rat Spraque-Dawley that have
liver disease. Ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400 mg/kgBW and 800
mg/kgBW can be able to decrease SGPT and SGOT level but have not any significant
differences (P < 0.05) between group which was stopped to be induced with
paracetamol in 4th week and group which was continuing to be induced with
paracetamol. The conclusion is ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400
mg/kgBW and 800 mg/kgBW is able to decrease SGPT and SGOT level of white rat
which have SGPT and SGOT level 4-5 times from normal condition.

4

EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis
corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK

PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

LUSIANA ALAWIYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

5

Judul skripsi

Nama

NIP

: Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.)
sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi
Parasetamol
: Lusiana Alawiyah
: G44103007

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Anna P Roswiem, M.S.
Ketua

Ir. Eman Kustaman.
Anggota

Diketahui

.


Dr. drh. Hasim, DEA
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah khasiat dari tanaman rumput mutiara sebagai
antihepatotoksik, dengan judul Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa
(L.) Lam.) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Agustus 2007 di Laboratorium
Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna P Roswiem, M.S selaku
pembimbing utama, Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh staf Laboratorium Biokimia, dan semua teman-teman

di Biokimia. Ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
keluarga besar dan suamiku yang telah memberikan dukungan moril, materil, doa dan
kasih sayangnya.
Penulis menyadari dalam penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2007
Lusiana Alawiyah

7

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Juli 1985 sebagai anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Ade Juandi dan Euis Herawati.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Sukabumi dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang
(PL) di PT Biofarma Persero Bandung selama periode bulan Juli sampai Agustus 2006,

dan menyusun laporan berjudul Proses Produksi Plasma Antitetanus. Selain itu, penulis
juga pernah aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Organisasi
kemahasiswaan daerah, dan ketua departemen keilmuan serta ketua subbidang Biokimia
Industri dan Fermentasi pada Commmunity of Reasearch and Education in
Biochemistry (CREB’s) periode 2005/2006.

8

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) .............................
Organ Hati dan Fungsinya ..................................................................
Parasetamol ........................................................................................

SGOT dan SGPT ................................................................................

1
2
2
3

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ...................................................................................
Ekstraksi Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.)
Uji Fitokimia ......................................................................................
Pembuatan Dosis Ekstrak Rumput Mutiara..........................................
Hewan Coba dan Rancangan Percobaan ............................................
Penimbangan Berat Badan dan Analisis SGPT, SGOT .......................
Analisis Data Statistik ........................................................................

4
4
4
4

5
5
5

PEMBAHASAN
Ekstraksi .............................................................................................
Uji Fitokimia ......................................................................................
Hepatotoksik Parasetamol ....................................................................
Uji Antihepatotoksik ..........................................................................
Bobot Badan .......................................................................................

5
6
6
7
8

SIMPULAN ....................................................................................................

9


SARAN ............................................................................................................

9

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

9

LAMPIRAN ...................................................................................................

12

9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Tanaman rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) ...................


2

2

Struktur parasetamol ...............................................................................

3

3

Tikus Percobaan Spraque-Dawley...........................................................

5

4

Kadar SGPT rata-rata tikus selama perlakuan.........................................

8

5

Kadar SGOT rata-rata tikus selama perlakuan ........................................

8

6

Rataan bobot badan tikus selama perlakuan ...........................................

9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Tahapan penelitian ................................................................................. 12

2

Ekstraksi rumput mutiara ....................................................................... 13

3

Rendemen hasil ekstraksi rumput mutiara .............................................. 13

4

Dosis parasetamol dan ekstrak rumput mutiara ...................................... 14

5

Contoh perhitungan kadar SGPT dan SGOT .......................................... 14

6

Daftar bobot badan tikus selama perlakuan ............................................ 15

7

Kadar SGPT tikus pada masa perlakuan ................................................ 16

8

Kadar SGOT tikus pada masa perlakuan ................................................ 18

9

Hasil analisis ragam dan annova SGPT program SAS............................ 19

10 Hasil analisis ragam dan annova SGOT program SAS ........................... 22
11 Foto hasil uji fitokimia ........................................................................... 25

1

PENDAHULUAN
Seiring
dengan
berkembangnya
penggunaan tanaman obat dalam kesehatan
dengan semboyan “back to nature”,
keingintahuan masyarakat terhadap khasiat
dan manfaat tanaman obatpun semakin
berkembang. Saat ini masyarakat mulai
menyadari bahwa pemakaian bahan kimia
sering menimbulkan efek samping, sehingga
lebih memilih menggunakan bahan alami
yang berasal dari tumbuhan. Obat tradisional
dan tanaman obat banyak digunakan
masyarakat menengah ke bawah terutama
dalam upaya preventif, promotif dan
rehabilitasi.
Senyawa fitokimia sebagai senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman
mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kesehatan
termasuk
fungsinya
dalam
pencegahan terhadap berbagai penyakit
degeneratif dan penyakit infeksi. Beberapa
senyawa fitokimia yang diketahui mempunyai
fungsi fisiologis adalah karotenoid, fitosterol,
saponin, glikosinolat, polifenol, inhibitor
protease, monoterpen, fitoestrogen, turunan
senyawa flavonoid, sulfida, alkaloid, dan
asam fitat.
Penyakit hati atau yang lebih dikenal
sebagai hepatitis merupakan suatu proses
peradangan pada jaringan hati. Penyebab
timbulnya kerusakan fungsi hati ini dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, aflatoksin,
konsumsi alkohol yang berkepanjangan serta
obat-obatan. Hati merupakan organ yang
sangat penting dan memiliki aneka fungsi
dalam proses metabolisme sehingga organ ini
sering terpajan zat kimia. Zat kimia tersebut
akan mengalami detoksikasi dan inaktivasi
sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tubuh.
Kerusakan hati karena obat dan zat kimia
dapat terjadi jika cadangan daya tahan hati
berkurang dan kemampuan regenerasi sel hati
hilang dan selanjutnya akan mengalami
kerusakan permanen sehingga dapat fatal.
Berbagai upaya pengobatan gangguan
fungsi hati secara klinis telah dilakukan,
namun cara ini membutuhkan pengeluaran
biaya yang mahal dan menyebabkan efek
samping yang merugikan. Oleh karena itu,
penelitian mulai dialihkan pada pengobatan
tradisional yang dapat dijangkau masyarakat.
Secara tradisional. Banyak jenis tumbuhan
yang
digunakan
karena
aktivitas
antihepatotoksiknya sebagai obat peradangan
hati, salah satunya adalah rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa (L.). Masyarakat

menggunakan tanaman tersebut dengan cara
meminum air rebusannya.
Penggunaan parasetamol sebagai model
penelitian karena pemberian parasetamol
dosis berlebihan dan dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan kerusakan sel
hati secara konsisten. Hepatotoksisitas adalah
istilah yang dipakai untuk menggambarkan
kerusakan pada hati akibat penggunaan obat.
Hepatotoksik dari parasetamol pada manusia
dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal
10-15 g (200-250 mg/kgBB). Gejala pada hari
pertama keracunan akut parasetamol tidak
mencerminkan bahaya yang mengancam.
Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut
terjadi 24 jam pertama dan dapat berlangsung
selama seminggu atau lebih. Gangguan fungsi
hati terjadi dalam waktu 24 jam dan mencapai
puncak lebih kurang 4 hari setelah pemberian
obat tersebut (Boyer & Rouff 1977). Donatus
dan Susana (1992) menyatakan bahwa dosis
parasetamol 250 mg/kgBB telah memberikan
efek hepatotoksik yang nyata (P