PROSEDUR PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL

bertentangan dengan dengan Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana. 68 35 Nah ada satu permasalahan yang muncul ketika ada orang yang melaporkan kasus pelanggaran Pasar Modal ini kepada pengadilan lalu apakah pengadilan berwenang untuk memeriksa perkaranya? Pada pasal 101 ayat 6 beserta penjelasannya dapat kita ketahui bahwa penyidik PNS dilingkungan OJK yang melakukan penyidikan terhadap kasus kejahatan Pasar Modal dapat meminta bantuan kepada aparat kepolisian,jaksa agung, departemen kehakiman, dirjend imigrasi. Dapat kita ketahui bahwa ada azas lex specialis de rogat lex generalis. Di mana karena adanya UUPM yang mengatur lebih khusus dari KUHPidana maka kita mengacu pada ketentuan UUPM. Pengadilan mempunyai kompetisi absolute yang kita ketahui bahwa pengadilan tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikannya. Maka OJK lah yang akan bertindak dalam hal ini sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.

C. PROSEDUR PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL

Kasus – kasus ke-4 kategori kejahatan Pasar Modal itu harus segera diselesaikan. Dengan mengacu pada dasar hukum yang ada di dalam UUPM, UU OJK, PP 46 Tahun 1995 Tentang Pemeriksaan Di Pasar Modal maka prosedur penyelesaiaannya dapat berupa: 1. Pemeriksaan 68. Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 105. Universitas Sumatera Utara Dasar hukum dilakukannya pemeriksaan adalah pasal 100 UUPM. Di mana ketika OJK menduga telah, sedang, atau mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu melakukan pelanggaran terhadap UUPM ataupun peraturan pelaksananya maka OJK dapat melakukan pemeriksaan. 69 36 Dasar hukum melakukan pemeriksaan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 PP 46 Tahun 1995 adalah: “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.” 70 Berikut ini adalah tata cara pemeriksaan di Pasar Modal berdasarkan PP 46 Tahun 1995 JO UU No.21 Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan baru dimulai setelah OJK mengeluarkan penetapan. Dalam hal ini adalah Dewan Komisioner OJK yang akan mengeluarkan penetapan setelah disusun program pemeriksaan yang memuat sekurang – kurangnya: 1 tujuan pemeriksaan; 2 ruang lingkup pemeriksaan; dan 3 saat dimulainya pemeriksaan. 71 37 69. Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Penjelasan pasal 101 ayat 1. 70. PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 2. 71. PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 12 dan Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Universitas Sumatera Utara b. Hal – hal yang dapat dilakukan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan adalah: 1 meminta keterangan, konfirmasi, dan atau bukti yang diperlukan dari Pihak yang diperiksa dan atau Pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan; 2 memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu; 3 memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung lainnya; 4 meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan atau dokumen lainnya sepanjang diperlukan. Atas peminjaman yang dimaksud ini diberikan tanda bukti peminjaman yang menyebutkan secara jelas dan terinci jenis serta jumlahnya. 5 memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya; dan 6 memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau ruangan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, untuk kepentingan pemeriksaan. 72 38 c. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, Pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya tidak ada di tempat, maka pemeriksaan tetap dapat dilangsungkan sepanjang ada Pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Pihak yang diperiksa, terbatas untuk hal yang boleh dilakukannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda untuk diulang pada kesempatan yang berikutnya. 73 d. Sebagai upaya pengamanan, maka sebelum pemeriksaan ditunda, Pemeriksa dapat memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan tindakan sebagaimana dimaksud huruf b angka 6 di atas. 74 39 72 Ibid. 74. PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 13. 74 Ibid. Universitas Sumatera Utara e. Apabila pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya berada di tempat, tetapi menolak atau menghambat pelaksanaan pemeriksaan, maka yang bersangkutan wajib menandatangani Surat Pernyataan Menolak atau Menghambat Pemeriksaan. Apabila terjadi penolakan untuk menandatangani surat pernyataan tersebut maka Pemeriksa membuat Berita Acara tentang penolakan tersebut yang ditandatangani oleh Pemeriksa. Surat pernyataan tersebut dapat dijadikan dasar untuk melakukan tahap penyidikan nantinya. 75 2. Pelaporan Pada tahap ini dapat dilihat dari PP Nomor 46 Tahun 1995 bahwa ada kewajiban dari pemeriksa untuk membuat laporan pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan disampaikan kepada Dewan Komisioner OJK. Dan apabila ditemukan bukti permulaan tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan Pemeriksa wajib membuat laporan kepada kepala eksekutif Pengawas Pasar Modal untuk kemudian di laporkan kepada Dawan Komisioner OJK mengenai ditemukannya bukti permulaan tindak pidana tersebut. 77 40 3. Penyidikan 75. PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 14 dan Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 77. Ibid.. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan laporan mengenai adanya bukti permulaan adanya tindak pidana, maka Ketua OJK Dewan Komisioner menyatakan menetapkan dimulainya penyidikan. 78 Dan surat pernyataan penolakan sebagaimana yang dijelaskan pada bagaian pemeriksaan dapat dijadikan dasar untuk dimulainya penyidikan. 79 4. Pemberian Sanksi Administratif Dalam bidang Pasar Modal, yang mempunyai wewenang penuh adalah OJK sehingga Dewan Komisioner OJK Ketua OJK dapat memberikan sanksi administrasi terhadap pelanggaran ketentuan UUPM atau yang disebut dengan Kejahatan Pasar Modal yang dibahas pada skripsi ini yang telah memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran di BEI. 41 Sanksi administratif yang dapat diberikan dapat berupa: “a. peringatan tertulis; b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha; e. pencabutan izin usaha; f. pembatalan persetujuan; dan g. pembatalan pendaftaran” 80 Dan berdasarkan UU OJK pasal 9 maka selain sanksi administratif dari UUPM diatas, OJK dapat memberikan danatau mencabut: “1. izin usaha; 2. izin orang perseorangan; 78. PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 13. 79. Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 103 ayat 1 dan Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 9 huruf g. 80. Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 102 ayat2. Universitas Sumatera Utara 3. efektifnya pernyataan pendaftaran; 4. surat tanda terdaftar; 5. persetujuan melakukan kegiatan usaha; 6. pengesahan; 7. persetujuan atau penetapan pembubaran” 81 5. Tindak lanjut oleh penuntut umum Apabila dalam penyidikan ditemukan adanya unsur – unsur pidana, maka Bapepam OJK wajib menyerahkan untuk ditindaklanjut oleh jaksa penuntut umum. “Jaksa wajib menindaklanjuti dan memutuskan tindak lanjut hasil penyidikan sesuai kewenangannya paling lama 90 sembilan puluh hari sejak diterimanya hasil penyidikan.” 82 42 81. Republik Indonesia, Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 9 huruf h. 82 Republik IndonesiaUndang – undang No. 21 TAhun 2011 Tentang Otoritas JAsa Keuangan, Pasal 50 ayat 2. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENANGANAN TERHADAP KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL