Kajian Yuridis Atas Kejahatan Pasar Modal Di Bursa Efek Indonesia Menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

(1)

KAJIAN YURIDIS ATAS KEJAHATAN PASAR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1995

TENTANG PASAR MODAL

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NIM: 090200280

WITIYA

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN YURIDIS ATAS KEJAHATAN PASAR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1995

TENTANG PASAR MODAL

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NIM: 090200280

WITIYA

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 197501122005012002 Windha, S.H.,M.Hum.

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

NIP. 195603291986011001 NIP. 197002012002122001

Dr.T.Keizerina Devi,S.H.,CN,M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Setelah melewati berbagai tantangan dan rintangan, dengan pertolongan

Tuhan akhirnya pengerjaan skripsi ini daapat selesai. Penulis mengucapkan

syukur dan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

semua kenikmatan yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis

dengan rendah hati mempersembahkan skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Atas Kejahatan Pasar Modal Di Bursa Efek Indonesia Menurut Uu No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal” kepada dunia pendidikan karena menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum.

Adapun salah satu gtujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk

melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas

Sumatera Utara. Skripsi ini menguraikan mengenai kejahatan Pasar Modal yang

terjadi di Bursa Efek Indonesia yang dianalisis berdasarkan ketentuan hukum

yang berlaku yaitu UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal serta Peaturan

pelaksananya.

Adapun tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan pengetahuan

mahasiswa khususnya pada bidang hukum agar dapat mengetahui mengenai

bagaimana kejahatan Pasar Modal yang dimaksud, bagaimana cara

menyelesaikannya jika terjadi suatu kasus kejahatan Pasar modal. Sehingga

sebagai seorang praktisi hukum dapat menyelesaikan kasus – kasus kejahatan


(4)

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.dr.syahril Pasaribu, D.T.M. &H., M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K).,

selaku Rektor Universitas SumateraUtara;

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Syafruddin, S.H.,M.Hum., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Muhammad Husni, S.H.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Ramli Siregar,S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Pembimbing I penulis

dalam pengerjaan Skripsi ini;

9. Ibu Dr.T.Keizerina Devi A,S.H., CN.,Hum., selaku Pembimbing II penulis

dalam pengerjaan Skripsi ini;

10. Bapak Hemat Tarigan, selaku Dosen Penasihat Akademik selama penulis

mengenyam pendidikan di bangku Fakultas Hukum Universitas Sumatera


(5)

11. Seluruh Dosen Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

baik yang masih mengabdikan diri maupun yang sudah pension;

12. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

13. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Supermani dan Ibu Mandjula serta kakak dan abang kandung penulis Anita dan Amba Lagen dan adik kandung penulis Karan Kumar yang selalu memotivasi penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang menjadi sumber semangat

penulis hingga akhir penulisan skripsi ini;

14. Seluruh anggota Gemar Belajar (GEMBEL) tanpa terkecuali;

15. Kepada teman – teman seperjuangan penulis Erlina, Novi Monalisa Tambun,

Maulida, Kevin, Lorensia Oen, Putri Lestari, Livi Agustri, dan yang lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya;

Ada pertemuan, ada juga perpisahan. Kini saatnya penulis akan segera

meninggalkan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan mencari tempat

yang baru. Terima kasih atas segala berkat, nikmat, ilmu yang bermanfaat yang

diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkat dan

perlindungannya kepada kita semua.

Penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua dan dapat

dipakai setiap orang yang membutuhkan pengetahuan mengenai kejahatan Pasar

Modal . penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif terhadap

skripsi ini. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 1 April 2013

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………....i

DAFTAR ISI ………..………...iv

ABSTRAKSI………...………...vi

BABI : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ………....1

B.Perumusan Masalah ……….…………...7

C.Tinjauan Dan Manfaat Penulisan …………...7

D.Keaslian Penulisan ………...9

E.Tinjauan Pustaka………....10

F.Metode Penulisan………12

G.Sistematika Penulisan ………...……….13

BAB II : RUANG LINGKUP KEJAHATAN PASAR MODAL A. Kejahatan Secara Umum ………...………..15

B. Unsur – Unsur Kejahatan Dalam Pasar Modal Yang Terdapat Di Dalam Uu No.8 Tahun 1995 ………..………18

BAB III : PENANGANAN TERHADAP KASUS KEJAHATAN


(7)

A. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Dalam Menangani

Kasus Kejahatan Pasar Modal

…...………...33

B. Pihak Yang Berwenang Menangani Kejahatan Pasar

Modal………...37

C. Prosedur Penanganan Kasus Kejahatan Pasar

Modal………..……….42

BAB IV : KAJIAN YURIDIS ATAS KASUS – KASUS

KEJAHATAN PASAR MODAL YANG TERJADI DI BURSA EFEK INDONESIA

A. Kasus - Kasus Kejahatan Pasar Modal Di Bursa Efek

Indonesia ……….48

B. Analisis Yuridis Atas Kasus Kejahatan Pasar Modal

………..…66

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………...………..74

B. Saran ………...76


(8)

ABSTRAK

WITIYA*

Prof.Dr.Bismar Nasution,S.H.,M.H.** Dr.T.Keizerina Devi,S.H.,CN,M.Hum.***

Pasar Modal mempunyai peranan yang sangat penting di era modrenisasi

perekonomian sekarang ini yang diimbangi dengan kejahatan Pasar Modal yang

terjadi sehingga perlu pembahasan lebih lanjut. Permasalahan yang diangkat

dalam skripsi ini adalah ruang lingkup kejahatan pasar modal serta landasan

hukumnya, bagaimana menangani kejahatan pasar modal serta pihak yang

berwenang menanganinya, dan kasus – kasus pelanggaran di Pasar Modal serta

bagaimana kekuatan hukum vonis terhadap penyelesaian kasus pelanggaran di

Pasar Modal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian normatif yaitu dengan studi kepustakaan dengan memperoleh

bahan dari buku, peraturan perundang-undangan, serta media elektronik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori kejahatan Pasar Modal

yang terjadi di Bursa Efek Indonesia ada empat macam yaitu penipuan,

manipulasi pasar, insider trading dan informasi yang menyesatkan. Semua

keputusan Bapepam berdasarkan UU No.8 Tahun 1995 lemah karena hanya

sebatas pemberian sanksi administrasi saja.

*Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I ***Dosen Pembimbing II


(9)

ABSTRAK

WITIYA*

Prof.Dr.Bismar Nasution,S.H.,M.H.** Dr.T.Keizerina Devi,S.H.,CN,M.Hum.***

Pasar Modal mempunyai peranan yang sangat penting di era modrenisasi

perekonomian sekarang ini yang diimbangi dengan kejahatan Pasar Modal yang

terjadi sehingga perlu pembahasan lebih lanjut. Permasalahan yang diangkat

dalam skripsi ini adalah ruang lingkup kejahatan pasar modal serta landasan

hukumnya, bagaimana menangani kejahatan pasar modal serta pihak yang

berwenang menanganinya, dan kasus – kasus pelanggaran di Pasar Modal serta

bagaimana kekuatan hukum vonis terhadap penyelesaian kasus pelanggaran di

Pasar Modal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian normatif yaitu dengan studi kepustakaan dengan memperoleh

bahan dari buku, peraturan perundang-undangan, serta media elektronik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori kejahatan Pasar Modal

yang terjadi di Bursa Efek Indonesia ada empat macam yaitu penipuan,

manipulasi pasar, insider trading dan informasi yang menyesatkan. Semua

keputusan Bapepam berdasarkan UU No.8 Tahun 1995 lemah karena hanya

sebatas pemberian sanksi administrasi saja.

*Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I ***Dosen Pembimbing II


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pasar Modal sebagaimana pasar pada umumnya dapat diartikan sebagai

tempat bertemunya penjual dan pembeli. Disini yang diperjualbelikan adalah

modal atau dana. Jadi Pasar Modal mempertemukan penjual modal/dana dengan

pembeli modal/dana. Pembeli dana/modal adalah mereka baik perorangan maupun

kelembagaan / badan usaha yang bersifat produktif. Sedangkan penjual

modal/dana adalah perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal

untuk keperluan usahanya.1

Lebih lanjut, berdasarkan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang

kemudian disingkat dengan UUPM, menyatakan bahwa Pasar Modal adalah

kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek atau

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya atau lembaga

profesi yang berkaitan dengan efek.2 Pasar Modal memainkan peranan yang

penting bagi perekonomian negara Indonesia yang dapat kita lihat seperti;

1. Pasar Modal adalah salah satu sarana alternatif1

1.

Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta : GhaliaIndonesia, Oktober 1990 ), hlm.9

yang dapat dimanfaatkan

perusahaan untuk membeli dananya.3 Dengan adanya Pasar Modal maka

2.

Republik Indonesia,Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 13.

3.

Pandji Anoraga, Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal,(Edisi Revisi), ( Jakarta : Rineka Cipta, Januari 2006), hlm.2


(11)

perusahaan akan dengan mudah memperoleh kebutuhan dana dalam

mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat membantu dalam rangka

meningkatkan pembangun di sektor perekonomian.

2. Pasar Modal hendaknya dapat mempercepat proses ikut sertanya masyarakat

dalam pemilikan saham menuju pemerataan pendapatan masyarakat serta

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana dan

penggunaannya secara produktif untuk pembiayaan pembangunan nasional.4

Dalam dunia bisnis, sering kali seseorang memiliki kemampuan untuk

melakukan suatu usaha karena keahlian atau hal – hal lain, namun karena ia

tidak memiliki cukup modal awal, maka usahanya tidak dapat

dilaksanakannya.5 Menginggat suatu hal yang sangat mendasar dalam

pelaksanaan pembangunan adalah tersedianya permodalan. 6

3. Karena Pasar Modal mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut :7

a. Sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk

disalurkan ke dalam kegiatan – kegiatan yang produktif.

b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha

pembangunan nasional.

c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus

menciptakan kesempatan kerja. Untuk mewujudkan asas keseimbangan

4.

Elsi Kartika Sari, Advendi Simangungsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), hlm. 9.

5. Gunawan, Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, ( Jakarta ; Prenada Media, 2004), hlm.5.

6.

Megarita, Perlindungan Hukum Terhadap Saham Yang Digadaikan, (Medan : USU Press,2007), hlm.1.

7.

Departemen Keuangan RI, Seluk Beluk Pasar Modal Seperti Dikutip Munir Fuady 1, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,1996), hlm. 11.


(12)

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang merupakan asas yang

berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam

kesatuan ekonomi nasional.8

d. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.

e. Memperkokoh beroperasinya mekanisme financial market dalam

menata system moneter, karena Pasar Modal dapat menjadi sarana

open market operation” sewaktu – waktu diperlukan Bank Sentral.

f. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang

reasonable.

g. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.

4. Lima segi Pasar Modal menurut Sunariyah yakni:9

a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. b. Memberi kesempatan bagi para pemodal untuk menentukan hasil (return)

yang diharapkan.

c. Pasar Modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharaga lainnya.2

d. Pasar Modal menciptakan kesempatan pada masyarakat untuk berrpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

e. Pasar Modal mengurangi biaya transaksi surat berharga. Biaya transaksi tersebut diklasifikasikan menjadi dua:

1) Biaya pencarian ( search cost) informasi tentang perusahaan (emiten). 2) Biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau

kelemahan surat berharga.

8.

Asmin Nasution, Transparansi Dalam Penanaman Modal, (Medan : Pustaka bangsa Press, 2008), hlm. 93-94.

9.

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, (Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN (d/h AMP YPKN), Februari 2006), hlm.7.


(13)

5. Selain itu, Pasar Modal juga mempunyai fungsi yaitu:10

a. Fungsi Tabungan ( Savings Function)

Surat3

Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui membutuhkan modal yang

cukup besar dan tersedia dalam waktu yang tepat. 11

berharga yang diperdagangkan di Pasar Modal memberi jalan yang

begitu murah. Surat- surat berharga yang diperdagangkan di pasr modal

dengan terlebih dahulu konsumen mengeluarkan uang untuk memperoleh

surat tersebut, secara tidak langsung hal ini dapat dikatakan merupakan

fungsi dari tabungan. Dimana Pasar Modal menghimpun dana dari

masyarkat dan akan disalurkan ke masyarakat lagi.

4

b. Fungsi Kekayaan(Wealth Function)

Pasar Modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka

panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat

dipergunakan kembali.

c. Fungsi Likuiditas ( Liquidity Function)

Kekayaan yang disimpan dalam surat – surat berharga, bisa dilikuidasi

melalui Pasar Modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan

dengan aktiva lain.

d. Fungsi Pinjaman ( Credit Function )

Pasar Modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi.

10.

ibid., hlm.9.

11.

Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal DI Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm.1.


(14)

Kelangsungan hidup perusahaan tidak selamanya sesuai dengan yang

diharapkan semula, di tengah jalan operasional perusahaan mungkin saja

perselisihan tidak dapat dihindarkan.12 Dengan adanya Pasar Modal maka fungsi

tabungan tadi akan dapat berahli menjadi fungsi pinjaman. Dimana ketika

perusahaan akan membutuhkan uang untuk kelangsungan kegiatan usahanya

maka ia dapat meminjam uang di Pasar Modal dengan menjadi anggota dengan

cara mendaftarkan perusahaannya menjadi perusahaan yang go public kemudian

dengan mengeluarkan efek atas nama perusahaannya maka ia akan memperoleh

uang dari investor yang membeli sahamnya sehingga uang tersebut dapat

dipergunakan untuk aktivitas perusahaannya.

Beberapa manfaat keberadaan Pasar Modal antara lain:135

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal;

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi;

3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara;

4. Penyebaran kepemilkan perusahaan sampai lapisan masyarakat menegah; 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan,dan profesionalisme, menciptakan

iklim berusaha yang sehat;

6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik;

7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

Di dalam suatu lembaga, tidak ada segala sesuatu yang berjalan dengan

mulus mengikuti aturan yang diterapkan didalam lembaga tersebut. Setiap

manusia tidak luput dari kesalahan. Dan setiap peraturan selalu memuat hal – hal

yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan untuk menertibkan masyarakat.

12.

Budiman, Ginting, Hukum Investasi, ( Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm. 6.

13.

M. FAkhruddin, M.Sopian Hardianto, Perangkat dan Model Analis Investasi Di Pasar Modal ( Jakarta: PT. Gramedia,2001), hlm.2.


(15)

Namun terkadang orang melihat larangan tersebut sebagai suatu hal yang sangat

menguntungkan diri sendiri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi ke

depannya. Hanya hal positif saja yang dilihat bagi keuntungan pribadi atau

sekelompok orang saja. Pelaku Pasar Modal baik analisis saham atau penasehat

investasi, pialang maupun investor, khususnya para investor yang potensil atau

investor rasional bisa terbawa faktor psikologis dan emosi yang mempengaruhi

harga saham.146

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan merupakan

jiwa pasar modal. Prinsip ini menjadi bahan pertimbangan para investor sehingga

ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau

penjualan saham.15Judul ini dipilih karena mengingat peranan dari Pasar Modal

yang sangat essensial dalam kehidupan perekonomian khususnya di negara

Indonesia ini seperti adanya praktek insider trading, manipulasi pasar, dan

lain-lain yang merugikan tidak hanya para investor, tetapi masyarakat luas juga

terkena imbasnya terutama para pemegang saham. Serta agar Pasar Modal dapat

berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih

menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal

serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktek yang

merugikan.16

Dari faktor psikologis tersebut akan memungkinkan investor

untuk melakukan pelanggaran terhadap UUPM tersebut dengan cara melanggar

ketentuan yang berlaku dalam undang – undang tersebut.

7

14.

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal ( Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana, 2001), hlm. 29.

Serta menggingat bahwa kehadiran investasi dapat menggerakkan

15.

Ibid. hlm.1.

16.


(16)

roda perekonomian negara.17 Maka UUPM memberikan larangan – larangan

terhadap hal – hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan praktek kegiatan

di Pasar Modal.

B.PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “Kajian Yuridis Atas Kejahatan

Pasar Modal Di Bursa Efek Indonesia Menurut UUPM, maka yang menjadi

permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah :

1. Apa saja yang menjadi ruang lingkup kejahatan Pasar Modal dan landasan

hukumnya?

2. Bagaimana menangani kejahatan Pasar Modal dan siapa saja pihak yang

berwenang menanganinya?

3. Beberapa kasus – kasus pelanggaran di Pasar Modal dan bagaimana kekuatan

hukum vonis terhadap penyelesaian kasus pelanggaran di Pasar Modal?

C.TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

17.


(17)

1. Untuk mengetahui apa yang dikatakan kejahatan Pasar Modal berdasarkan UU

No.8 Tahun 1995 sehingga kita dapat mengetahui perbedaan antara kejahatan

Pasar Modal dengan kejahatan secara umum

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kedudukan dan peranan Bapepam

dalam menangani kasus kejahatan Pasar Modal, siapa saja pihak yang dapat

menangani kasus – kasus kejahatan Pasar Modal dalam Bursa Efek Indonesia

dan prosedur apa yang harus ditempuh apabila terjadi pelanggaran terhadap

kejahatan Pasar Modal.

3. Untuk mengetahui kajian contoh kasus – kasus tentang kejahatan Pasar Modal

terhadap UU No.8 Tahun 1995 dan untuk dapat mengetahui bagaimana

kekuatan hukum vonis putusan – putusan terhadap kasus – kasus kejahatan

yang ada.

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat dicapai dari penulisan skripsi ini

yaitu:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pasar Modal sekaligus

hal – hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan praktek di Pasar Modal

sehingga tercipta tertib hukum.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai istilah kejahatan Pasar

Modal yang dikenal di masyarakat.

3. Dapat mengetahui bagaimana prosedur dan cara menyelesaikan kasus – kasus

kejahatan Pasar Modal yang terjadi dan sebagai seorang calon sarjana hukum

kita dapat mengetahui perbandingan antara kenyataan yang terjadi dalam


(18)

dengan ketentuan hukum yang berlaku dan yang seharusnya dipergunakan

dalam menyelesaikan sengketa kejahatan Pasar Modal.

4. Dapat mengetahui perbandingan mengenai cara penyelesaian sengketa di BEI

dengan penyelesaian sengketa pada umumnya.

5. Dapat menambah pengetahuan dan sekaligus dapat menyelesaikan masalah –

masalah kejahatan Pasar Modal apabila terjadi pelanggaran di bidang kejahatan

Pasar Modal.

D.KEASLIAN PENULISAN

“Kajian Yuridis Atas Kejahatan Pasar Modal Di Bursa Efek Indonesia

Menurut UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal” yang diangkat menjadi

judul skripsi ini merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi

judul skripsi di lingkungan Strata 1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(USU). Penyusunan skripsi ini berdasarkan referensi dari buku – buku, peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan Pasar Modal, media cetak dan media


(19)

E.TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dari judul skripsi yang

di angkat “Kajian Yuridis Atas Kejahatan Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia

Menurut Undang –Undang No.8 Tahun 1995” ini adalah:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kajian artinya adalah hasil

mengkaji, yaitu mempelajari, memeriksa, menyelidiki, memikirkan

(mempertimbangkan), menguji, menelaah baik buruknya suatu perkara.

Sedangkan kata yuridis artinya adalah secara hukum.18 Jadi frase kata kajian

yuridis dari judul yang diangkat adalah mempelajari, memeriksa,

mempertimbangkan, menguji secara hukum mengenai kejahatan Pasar Modal

di Bursa Efek Indonesia baik dalam hal kasus – kasus nya maupun mengenai

putusannya8

2. Kejahatan atau crime adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan

pidana berat oleh undang – undang. 19

sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Undang –

Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

3. Pasar9

4. Kejahatan Pasar Modal adalah tindak pidana di bidang Pasar Modal

mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum

dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.20

18.

KBBI Daring online 2013) .

19.

Jur.Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, ( Sinar Grafika .2008), hlm.81. 20.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,Pasal 1 angka 13.


(20)

menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak

pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya

pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada

kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk

kepentingan pribadi. 21 Atau Kejahatan di bidang Pasar Modal adalah

kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku Pasar Modal dalam kegiatan Pasar

Modal. 22 10

5. adapun beberapa istilah yang terdapat di dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum saham perdana atau go

public merupakan alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas

perusahaan dengan cara menawarkan saham kepada masyarakat.23

b. Fiduciary duty merupakan Istilah yang digunakan pada hukum Romawi,

yang berarti seseorang (person) yang memegang posisi sebagai

trustee.. atau orang yang mendapatkan kepercayaan dan wajib untuk

menjalankan kepercayaan tersebut dengan itikad baik.2411

21.

Fitrianalestari

22.

M.Umar Saifuddin, Kejahatan Dibidang Pasar Modal : Analisis Kasus Reksa Dana Pt. Sarijaya Permana Sekuritas,

23.


(21)

F. METODE PENULISAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative (legal research),

yaitu penelitian yang mengacu pada berbagai perangkat hukum yang berkaitan

dengan kegiatan di Pasar Modal yang terdapat di dalam berbagai sumber terkait

dengan penyelesaian sengketa di bidang Pasar Modal. Sedangkan sifat penelitian

dengan menggunakan metode studi kepustakaan ( library research ) yaitu

mengumpulkan berbagai data yang penting dan berhubungan dengan ruang

lingkup penelitian. Materi tersebut diperoleh dari data sekunder yang diperoleh

dari berbagai bahan – bahan kepustakaan berupa buku – buku, jurnal ilmiah, serta

dengan cara mempelajari sumber – sumber bahan tertulis yang dapat dijadikan

bahan dalam penulisan skripsi ini, baik dari media massa, media cetak maupun

media elektronik.

Penulisan skripsi ini menggunakan bahan hukum yang terdiri atas:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat yang

merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum

primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang – Undang No.8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku – buku, jurnal ilmiah,


(22)

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan dari

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah analisis kualitatif. Data

yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan berupa bahan hukum primer,

sekunder dan tersier yang relevan dengan penelitian ini kemudian dianalisis

dan dikualifikasikan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban dari

permasalahan .

G.SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu sebagaimana yang

diuraikan berikut:

Bab Pertama,berisi pendahuluan yang merupakan kata pengantar,

didalamnya diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan

masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan

skripsi.

Bab Kedua, merupakan ruang lingkup Pasar Modal yang menguraikan

mengenai kejahatan secara umum, kejahatan Pasar Modal, pengaturan –

pengaturan kejahatan Pasar Modal menurut UUPM.

Bab Ketiga, merupakan penanganan terhadap kasus kejahatan Pasar


(23)

Pasar Modal, piahak yang berwenang, prosedur penanganan kasus kejahatan Pasar

Modal.

Bab Keempat, merupakan kajian yuridis atas kasus – kasus kejahatan Pasar

Modal yang terjadi di Bursa Efek Indonesia yang menguraikan kasus – kasus

kejahatan Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia, kekuatan hukum vonis terhadap

kejahatan pasar modal di Bursa Efek Indonesia.

Bab Kelima, bab ini merupakan bab terakhir, di dalam bab ini akan

memuat mengenai kesimpulan dari bab – bab sebelumnya dan juga memuat saran


(24)

BAB II

RUANG LINGKUP KEJAHATAN PASAR MODAL

A. Kejahatan Secara Umum

Kata kejahatan sudah tidak asing lagi didengar oleh manusia. Di

kehidupan sehari – hari, manusia tidak luput dari kata kejahatan. Baik di media

massa, media cetak, majalah selalu saja kita mendengar kejahatan. Kejahatan ada

di mana – mana dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita. Kejahatan itu

tidak dapat di hilangkan atau dibasmi namun hanya dapat di kurangi. Kejahatan

itu terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Kejahatan zaman dahulu terus ada dan terus menyesuaikan diri dengan

perkembangan zaman. Globalisasi, sebagai suatu fenomena sosial telah merasuk

hampir setiap kehidupan manusia, baik dalam lapangan politik, ekonomi, social

budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.2512

25.

Gunawan,Widjaja, Transplantasi Trust, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.1.

Kemodrenan kejahatan diiringi

dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman sekarang. Kalau di

zaman dahulu kejahatan yang dilakukan orang berupa membunuh, mencuri,

merampok, menganiaya, memperkosa, dan lain – lain. Sementara kejahatan pada

zaman sekarang telah merambah ke dunia bisnis yang modern, termasuk juga

pada bidang – bidang korporasi. Kata kejahatan itu sendiri juga menjadi lebih luas


(25)

ekomomi. Dan di dalam economic crime itu sendiri terdapat istilah financial

abuse, yang dalam arti sempit diartikan sebagai setiap non- violent crime yang

pada umumnya mengakibatkan kerugian keuangan (financial loss) yang

menggunakan atau melalui lembaga keuangan termasuk pula di dalam kejahatan

tersebut adalah aktivitas – aktivitas illegal seperti money laundering dan tax

evasion ataupun istilah corporate crime.13

Kejahatan korporasi adalah kejahatan yang bersifat organisatoris, yaitu

suatu kejahatan yang terjadi dalam hubungan – hubungan yang kompleks dan

harapan – harapan diantara dewan direksi, eksekutif, dan manajer di satu sisi dan

diantara kantor pusat, bagian – bagian dan cabang disisi lain.27 Kegiatan bisnis

yang ada pada zaman dahulu telah berkembang maju dan menjadi lebih canggih.

Kejahatan pun telah merambat ke dunia bisnis yang modern. Kejahatan bisnis di

pandang dari segi filosofi mengandung makna bahwa telah terjadi perubahan nilai

– nalai atau values dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis dioperasikan

sedemikian rupa sehingga sangat merugikan masyarakat luas, seperti kegitan

penanaman modal dalam sector – sector swasta yang padat karya atau kegiatan

Pasar Modal yang pemegang sahamnya adalah masyarakat luas termasuk

golongan menegah ke bawah.28

6

Pada sisi ini lah terjadi pergeseran dari

kejahatan konvensional menjadi kejahatan modern atau yang kita sebut dengan

kejahatan kera putih atau istilahnya white collar crime.

26.

Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis , ( Jakarata : Prenada Media, 2003), hlm. xvii.

27.

I.S Susanto, Kriminologi, ( Yogyakarta : Genta Publishing, 2011), hlm. 169.

28.


(26)

Pelaku kejahatan pun telah berkembang namun tidak meninggalkan

kebiasan lama. Kalau zaman dahulu pelakunya adalah orang – orang yang

merupakan golongan individu atau masyarakat yang di dasarkan hampir rata – rata

karena dorongan motif ekonomi ingin mencari kekayaan, desakan kebutuhan

ekonomi, dan lain sebagainya. Namun dalam kejahatan kera putih, pelakunya

merupakan orang – orang yang berkera putih dalam arti mempunyai jabatan,

kedudukan yang berkelas. Merekalah yang mempunyai kesempatan untuk

melakukan kejahatan seperti korupsi, memalsukan suatu dokumen, memanipulasi

suara dalam pemilu, mencuri uang dengan memanfaatkan jaringan internet, atm,

kartu kredit, dan lain sebagainya. Salah satu yang menjadi pemicu adanya suatu

kejahatan yaitu Ada persoalan budaya hukum yang perlu diperhatikan. Seperti

birokrasi hukum dan perilaku masyarakat yang kurang kondusif.29

Beberapa kejahatan yang termasuk ke dalam kategori “white collar crime”,

adalah sebagai berikut:14

1. Persaingan curang dalam bisnis 2. Insider trading di Pasar Modal 3. Manipulasi pasar di Pasar Modal 4. Akuisisi internal

5. Spionase dan pencurian data bisnis 6. Caplok – mencaplok perusahaan 7. Money laundering

8. Penipuan dan pemalsuan

9. Neraca dan pembukuan yang tidak benar 10.Penggelapan dan korupsi

11.Pengelapan pajak 12.Kejahatan asuransi 13.Cek kosong

29.

Sutiarnota, Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008), hlm. 13.


(27)

14.Pemalsuan kartu kredit

15.Kejahatan terhadap konsumen 16.Pembajakan hak milik intelektual 17.Kejahatan terhadap lingkungan 18.Kejahatan komputer dan internet 19.Suap menyuap kelas tinggi 20.Dan lain-lain.30

Kejahatan konvensional berubah menjadi kejahatan kera putih. Kejahatan modern

yang merupakan kelanjutan dari kejahatan konvensional dan kejahatan kerah

putih, Sebab modus operandi kejahatan modern lebih canggih dan langsung

mengarah kepada struktur ekonomi dan negara. 3115

B. Unsur – Unsur Kejahatan Dalam Pasar Modal Yang Terdapat Di Dalam UU No.8 Tahun 1995

Istilah kejahatan juga dikenal di Pasar Modal. Namun yang dinamakan

kejahatan Pasar Modal berbeda dengan kejahatan pada umumnya. Kejahatan

Pasar Modal bukan seperti mencuri, membunuh, merampok sebagai mana

kejahatan pada umumnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Kejahatan Pasar

Modal dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

kemodrenan dunia maya seperti internet, dan lain sebagainya. Pasar Modal juga

membuat definisi tersendiri yang termasuk ke dalam kategori kejahatan Pasar

Modal.

30.

Munir Fuady, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kera Putih, ( Bandung: Pt. Citra Aditya Bekasi, 2004), hlm. 11.

31.

jaringnews.com kredibel dan menebar optimisme Kejahatan Modren Ancam Ekonomi dan Struktur Negara ( Selasa, 11 Desember 2012 14:08 WIB ), diakses pada Maret 2013.


(28)

Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas,

yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah

informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan

kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi

lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta

memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal

merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait LANGSUNG dalam ruang

lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 angka 13 UUPM.3216

Melalui Undang – Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang

selanjutnya di singkat dengan UUPM tersebut, maka dapat kita lihat bersama

kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI tentang penipuan, manipulasi pasar

dan perdagangan orang dalam, mulai dari pasal 90 sampai dengan pasal 99. Yang

dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta unsur –

unsurnya, yaitu:

1. Penipuan (fraud)

Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal

yaitu penipuan. Pengertian penipuan pasar modal adalah apabila terjadi

misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara cepat merubah

32

Fitrianti Lestari,


(29)

harga suatu saham atau dengan kata lain informasi tersebut salah.33 Unsur –

unsur tindakan kejahatan Pasar Modal yang dilarang yang berupa penipuan

yang terdapat di dalam pasal 90 adalah:

a. Setiap pihak;

Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah orang

perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang

terorganisasi.34

b. Menipu atau menggelabui pihak lain atau turut serta menipu atau turut

serta mengelabui pihak lain;

Berdasarkan pasal 378 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)

tentang Penipuan, maka unsur – unsur yang dikatakan penipuan adalah

orang yang hendak mengguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

cara melawan hak, baik17dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu

baik dengan tipu muslihat maupun perkataan bohong, membujuk orang

supaya memberikan barang, membuat hutang atau menghapus piutang. 3518

c. Dengan menggunakan sarana ataupun cara apapun;

d. Membuat pernyataan tidak benar tentang fakta material atau tidak

mengungkapkan fakta material;

Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat

33.

Bismar Nasution, Op.Cit., hlm. 17.

34.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

35.


(30)

mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal,

calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau

fakta tersebut.36 Informasi atau fakta materil yang diperkirakan dapat

mempengharui efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal – hal

sebagai berikut:

1) Penggabungan usaha, pembelian saham,peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

2) Pemecahan saham atau pembagian deviden saham; 3) Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya; 4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5) Produk atau penemuan baru yang berarti;

6) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;

7) Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang;

8) Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;

9) Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang materil; 10) Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur atau komisaris perusahaan;

12) Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13) Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

14) Penggantian wali amanat;

15) Perubahan tahun fiskal perusahaan.3719

Menurut pendapat pengadilan dalam List v.Fashion Park, Inc,340 F. 2d 457

(2d Cir. 1995), fakta materil adalah meliputi fakta – fakta yang secara

rasional dan objektif mempengharui nilai saham perusahaan.38

e. Dengan tujuan agar pernyataan yang di buat tidak menyesatkan mengenai

keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk

36.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

37

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 86/ PM / 1996 dan Peraturan Nomor X.K1, mengenai Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

38.


(31)

menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau

Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli

atau menjual efek.

UUPM memberikan batasan mengenai kegiatan perdagangan efek yang

dimaksud dalam pasal 90 ini melalui penjelasannya yaitu, kegiatan yang

meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi

dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan

penawaran, pembelian.3920

Peristiwa – peristiwa yang dapat mempengharui harga saham harus

dilaporkan paling lambat 2 (dua) hari kerja.40 Berdasarkan unsur – unsur

kejahatan Pasar Modal yang berupa Penipuan di atas, maka dapat diketahui

bahwa setiap perbuatan semua pihak ataupun turut serta, yang dilarang

berdasarkan pasal 90 UUPM atau memenuhi unsur – unsur dari pasal 90

tersebut maka di namakan telah melalukan kejahatan Pasar Modal yang berupa

Penipuan. Pihak yang melakukan penipuan dikenakan ketentuan selain sanksi

administratif, yaitu sanksi pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 41

39.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,

penjelasan Pasal 90.

40.

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 86/ PM / 1996 dan Peraturan Nomor X.K1, mengenai Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

41.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 102 dan 104.


(32)

2. Manipulasi Pasar

Selain tindak pidana penipuan, terdapat tindak pidana yang berupa manipulasi

pasar berdasarkan pasal 91 dan pasal 92 UUPM ,maka dapat dilihat ketentuan

tentang unsur – unsur yang dikatakan manipulasi pasar yaitu sebagai berikut:

a. Setiap pihak baik sendiri maupun bersama – sama dengan pihak lain;

b. dilarang melakukan tindakan atau melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau

lebih, baik langsung maupucn tidak langsung;

c. dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan

mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa

Efek. Atau dengan tujuan menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap,

naik, atau turun dengan tujuaan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli,

menjual, atau menahan. 4221

Pada penjelasan pasal 91 UUPM yang berbunyi:

Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam Efek. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain: a. melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan; atau

b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada harga tertentu, di mana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran beli atau penawaran jual Efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama.”43

42.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 91, pasal 92.

43.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Penjelasan pasal 91.


(33)

Sementara pada penjelasan pasal 92 UUPM yang berbunyi:

“Ketentuan ini melarang dilakukannya serangkaian transaksi Efek oleh satu Pihak atau beberapa Pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga Efek yang semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain.” 4422

Berdasarkan penjelasan pasal 91 dan 92 UUPM, maka dapat diketahui

bahwa rencana pertama dari praktek manipulasi pasar adalah melakukan

restriksi artifisial atau penciptaan penampilan palsu atas kegiatan perdagangan

yang sebenarnya dalam persedian (supply) dengan mengakuisisi saham secara

substansial dalam controlled account. Kegiatan merangsang permintaan

(demand) saham yang disengaja dengan upaya pengendalian pesediaan saham.

Selanjutnya melakukan penjualan atas persedian saham yang dibeli, sejalan

dengan harga saham yang telah membubung (harga manipulasi).45

Setiap pihak yang melakukan pratek menipulasi pasar yang dilarang oleh

UUPM, dapat dikenakan sanksi administrasi dan juga sanksi pidana yang sama

dengan melakukan tindak pidana Penipuan di Pasar Modal.46 Penipuan dengan

manipulasi perbedaannya pada dasarnya hanya terletak pada akibat dari

perbuatan tersebut. Pada manipulasi pasar,akibat dari perbuatan tersebut harga

saham menjadi semu sedangkan pada tindak pidana penipuan maka akibat dari

informasi atau keadaan tidak sebenarnya tersebut akan dapat merugikan pihak

lain tanpa mesti mempunyai akibat terhadap pasar yang termanipulasi.

44.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Penjelasan pasal 92.

45.

Bismar Nasution, Op.Cit., hlm. 169.

46.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 104.


(34)

Dalam perkembangan setiap Pasar Modal, banyak trik bisnis dilakukan.

Trik bisnis potensial yang paling banyak untuk menjadi penipuan dan

manipulasi pasar, diantaranya adalah:

1) Pigging,Fixing, dan Stabilizing

Tindakan seperti ini terjadi pada saat atau segera setelah proses IPO. Dalam hal ini, pihak emiten secara semua menstabilkan harga suatu sekuritas. Di mana pihak - pihak tertentu seperti emiten, dealer, underwriter, mesti diwanti – wanti kalau mereka terlibat dalam perdagangan saham yang terjadi segara setelah IPO karena hal tersebut potensial untuk terjadinya tindakan – tindakan pigging, fixing, stabilizing, di atas.

2) Investment syndicate

Dalam hal ini sindicat underwriter memborong smua atau sebagian besar saham di pasar perdana atau bahkan melakukan sesuatau “bid” di pasar sekunder, sehingga harga menjadi fixed.

3) Workout Market

Ini merupakan perbuatan yang di lakuakan sedemikan rupa sehingga seolah – olah telah terjadi oversubscribed terhadap sekuritas tertentu, yang sering di lakukan oleh emiten atau underwriter.

4) Special Alloments

Jika pihak underwriter sengaja mengalokasikan suatu sekuritas pada IPO kepada para partner, officer, pekerja, atau sahabat dekatnya sehingga kelihatan seolah – olah saham tersebut oversubscribed, sehingga kemudian harga saham menjadi mahal.

5) Menciptakan Tranding Firms

Oleh underwriter sekuritas dialokasikan ke perusahan tertentu yang bakan anggota selling group. Selanjutnya perusahan tersebut menciptakan pasar untuk sekuritas yang bersangkutan dengan menawarkan kembali sekuritas yang bersangkutan kepada publik dan setelah itu, akan diikuti oleh kegiatan perdangan dangan harga jau di atas harga wajar.

6) Free Riding

Pembeli IPO yang berharap dapat menjualnya kembali dengan harga tertentu yang mahal dan akan membatalkan pembeliahannya begitu suasan menjelang alokasi saham kelihatan kurang kelihatan kurang menguntungkan.

7) Chanelling

Bahwa suatu IPO, sekuritas tersebut dialokasikan kepada kelompok tertentu. Biasanya hal tersebut dianggap bermasalah jika kelompok tertentu merupakan kelompok inder.

8) Margin

Suatu transaksi yang dilakuakan sekuritas tertentu oleh pihak tertentu, di mana ada pihak yang memberi kredit kepadanya untuk membeli saham


(35)

tersebut. Sementara saham yang bersangkutan menjadi jaminan yang bersangkutan.

9) Put atau Call option 10)Shortsale

11)Sale against the ox

12)Exchang- based transaction 13)Was sale

14)Aboriet sale

15)Pre- arranged trade 16)Churning

17)Front trading 18)Cross trading

19)Pump- pump manipulation 20)Cornering

21)Pemberian kompensasi oleh pialang terhadap pialang investor yang menderita rugi.47

Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa

suatu tindakan yang dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi

tindakan yang tidak terlarang yang berupa :

a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal

tersebut dicantumkan dalam Prospektus; dan b.

penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk

pasar untuk rekeningnya.4823

3. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

Jenis kejahatan Pasar Modal yang lainnya adalah insider trading. UUPM

melarang adanya praktek perdagangan orang dalam yang dapat dilihat dari

pasal 95 – 99 UUPM. Yang unsur – unsur suatu kejahatan Pasar Modal yang

berupa praktik perdagangan orang dalam dapat diuraikan sebagai berikut:

47.

Yulfasni, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 205), hlm. 119-120.

48.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Penjelasan pasal 94.


(36)

a. Adanya orang dalam atau setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh

informasi orang dalam dari orang dalam secara melawan hukum;

Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka dapat kita ketahui bahwa

yang dimaksud dengan orang dalam adalah:

i. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;

ii. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;

iii. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena

hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik

memungkinkanorang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau

Berdasarkan kategori orang dalam ini,maka yang dimaksud dengan:

a) Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam penjelasan angka iii ini

adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah.

b) Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam penjelasan angka iii

ini adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara

lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur.

iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak

sebagaimana dimaksud dalam angka i, ii, iii di atas.

Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A berhenti sebagai direktur

pada tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai


(37)

b. Mempunyai informasi orang dalam yang belum tersedia untuk umum;

Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” dalam penjelasan angka

iii adalah Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum

tersedia untuk umum.

c. Dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau

penjualan atas Efek atau memberi informasi orang dalam kepada Pihak

mana pun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud

untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.

Alasan mengapa perdagangan orang dalam dilarang adalah sebagai berikut:

1) Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan

atas efek Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan didasarkan

atas pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya

mendahulukan kepentingan Emiten, Perusahaan Publik, atau pemegang

saham secara keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak menggunakan

informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain.

2) Orang dalam dari suatu Emiten atauPerusahaan Publik yang melakukan

transaksi dengan perusahaan lain juga dikenakan larangan untuk

melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain tersebut, meskipun

yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan lain tersebut. Hal

ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya diperoleh

karena kedudukannya pada Emiten atau Perusahaan Publik yang

melakukan transaksi dengan perusahaan lain tersebut. Yang dimaksud


(38)

antara Emiten atau Perusahaan Publik dan perusahaan lain, termasuk

transaksi atas Efek perusahaan

Ada beberapa hal yang tidak tergolong ke dalam perdagangan orang

dalam berdasarkan pasal 97 dan 98 UUPM yaitu,

1) Apabila setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang

dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum, sepanjang

informasi tersebut disediakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik tanpa

pembatasan.

2) Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten

atau Perusahaan Publik melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan

Publik bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya.

3) Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada

nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.

Sanksi yang dapat dikenakan pada pihak yang melakukan pelanggaran di

Bursa Efek Indonesia sama dengan sanksi yang dikenakan pada kejahatan

manipulasi pasar dan penipuan yaitu berupa sanksi administrasi dan sanksi

pidana yang berupa hukuman sanksi pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar

rupiah).4924

4. Informasi yang Menyesatkan (misleading information)

Landasan hukum Missleading information dalam UUPM dapat ditemui pada

pasal 80,81,93 UUPM. Berdasarkan ketentuan di dalam pasal 93 dan 94

49.

Republik Indonesia, Undang – Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 102 dan 104.


(39)

UUPM, maka informasi yang menyesatkan merupakan jenis kejahatan pasar

modal yang lainnya selain yang telah disebutkan di atas. Pengertian informasi

yang menyesatkan adalah pernyataan menyesatkan yang disebabkan adanya

misrepresentation atau pernyataan dengan membuat penghilangan (omission)

fakta materil, baik dalam dokumen – dokumen penawaran umum maupun

dalam perdagangan saham. Pernyataan pernyataan tersebut menciptakan

gambaran yang salah dari kualitas emiten, manajemen, dan potensi ekonomi

emiten. Mengenai informasi yang menyesatkan dapat dilihat dari pasal 93

UUPM. Unsur – unsurnya dapat berupa:

a. Setiap pihak;

b. Dengan cara apapun;

c. Membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material

tidak benar atau menyesatkan;

d. Dengan ketentuan apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan

diberikan pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui

bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar

atau menyesatkan atau pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati

dalam menentukan kebenaran material;

e. Bertujuan mempengaruhi harga efek di Bursa Efek;

Sementara terdapat enam elemen informasi yang menyesatkan yaitu: a) Adanya pernyataan fakta material yang salah (palsu) atau pernyataan fakta

material itu tidak lengkap

b) Adanya kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada publik, apabila gugatan itu didasarkan pada fakta material yang salah atau kurang lengkap. c) Adanya pengetahuan oleh pihak yang melakukan misrepresentation atau

omission dan dilakukannya dengan maksud melakukan penipuan


(40)

d) Merupakan fakta material e) Adanya keyakinan (reliance) f) Adanya kerugian (injury)5025

Namun dalam pasal 94 UUPM beserta penjelasannya menerangkan

bahwa ada beberapa tindakan memenuhi unsur misleading information namun

tidak termasuk ke dalam kategori kejahatan Pasar Modal yang berupa:

1) Stabilisasi harga Efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal

tersebut dicantumkan dalam Prospektus.

2) Penjualan dan pembelian Efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk

pasar untuk rekeningnya sendiri.

Mengenai tanggung jawab atas informasi yang menyesatkan, maka pada

pasal 80 dan 81 UUPM, dapat kita ketahui bahwa ada 2 (dua) hal yang wajib

bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian

yang timbul akibat informasi yang menyesatkan tersebut.

a. Apabila pernyataan dalam rangka penawaran umum ada informasi yang

tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat informasi tentang fakta

material, maka setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran

tersebut, direktur dan komisaris emiten, penjamin pelaksana emisi efek,

profesi penunjang Pasar Modal atau pihak lain yang memberikan pendapat

atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan

pendaftaran.

b. Setiap Pihak yang menawarkan atau menjual Efek dengan menggunakan

Prospektus atau dengan cara lain, baik tertulis maupun lisan, yang memuat

50.


(41)

informasi yang tidak benar tentang Fakta Material atau tidak memuat

informasi tentang Fakta Material dan Pihak tersebut mengetahui atau

sepatutnya mengetahui mengenai hal tersebut.

Namun terdapat pengecualian apabila penjamin pelaksana emisi efek,

profesi penunjang Pasar Modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran,

dapat membuktikan bahwa Pihak yang bersangkutan telah bertindak secara

profesional dan telah mengambil langkah-langkah yang cukup untuk

memastikan bahwa

1) Pernyataan atau keterangan yang dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran

adalah benar; dan

2) Tidak ada fakta material yang diketahuinya yang tidak dimuat dalam

Pernyataan Pendaftaran yang diperlukan agar Pernyataan Pendaftaran

tersebut tidak menyesatkan.

Maka tuntutan ganti rugi hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

sejak pernyataan pendaftaran efektif.51 Bagi pihak yang melakukan pelanggaran

dengan memberikan informasi yang menyesatkan dapat dikenakan ketentuan

pidana dan sanksi administratif yang sama dengan kejahatan pasar modal yang

lainnya.5226

51.

Republik Indonesia, Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 80,81.

52.

Republik Indonesia, Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 104.


(42)

BAB III

PENANGANAN TERHADAP KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL

A.KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM

MENANGANI KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL

Dengan keluarnya Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan atau selanjutnya disingkat dengan OJK, yang menghendaki adanya

pemusatan fungsi pengawasan institusi keuangan Indonesia dalam satu lembaga

yaitu OJK yang mencakup lembaga keuangan bank dan non bank. Dalam Undang

– Undang OJK dapat kita lihat defenisi dari OJK itu sendiri yang merupakan

lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang

mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,

dan penyidikan yang diatur dalam UU OJK ini. Sehingga kedudukan Bapepam

telah berahli dan digantikan dengan OJK dimulai Januari 2013.5327

Peranan Bapepam menegakkan hukum Pasar Modal dalam buku

Yulfasnih, terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi rule making, adjudicatory, dan

fungsi investigatory.54 Dengan digantikannya Bapepam menjadi Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) sehingga penjelasan fungsi – fungsi tersebut berupa:

1. Fungsi rule making atau membuat aturan main bagi para pelaku pasar modal

yang disebut juga quasi legislative.

53.

IDX Newsletter Final.pdf ( tertanggal Oktober 2012), (diakses tanggal 27 Februari 2013).

54.


(43)

Di dalam pasal 3 beserta penjelasannya dalam UUPM jo UU No.21 Tahun

2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan pasal 5 dan pasal 8. Di dalam UU

tersebut dapat kita lihat bahwa OJK yang berhak untuk membuat peraturan -

peraturan yang berkaitan dengan aktivitas di Pasar Modal. Berdasarkan

pasal 20 UU OJK, maka dapat kita lihat bahwa yang melaksanakan tugas

pengaturan berada pada wewenangnya dewan komisioner yang merupakan

pimpinan tertinggi OJK. Namun sekarang dengan adanya OJK, BEI masih

tetap memakai UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal berdasarkan

pasal 70 UU OJK.

Wewenang yang dimiliki dewan komisioner berkaitan dengan wewenang

pengaturan Pasar Modal berupa: 5528

a) Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK;

b) Menetapkan peraturan perundang- undangan Pasar Modal;

c) Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di Pasar Modal;

d) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis.

Selain itu dapat kita lihat pada pasal 8 UU OJK bahwa OJK berwenang

untuk membuat pengaturan dalam bidang pengawasan di Pasar Modal,

peraturan tentang tata cara pengenaan sanksi di Pasar Modal, dan lain

sebagainya. 56

55.

Bahan Pokok- Pokok UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan oleh Tim Sosialisasi UU OJK.

56.


(44)

2. Fungsi adjudicatory yang merupakan pengejawatanhan dari wewenang OJK

sebagai otoritas pengawas.

Fungsi Pasar Modal yang lainnya adalah dalam bidang pengawasan. Dalam

menjalankan fungsi pengawasan oleh OJK dilaksanakan oleh Anggota

Dewan Komisioner ( Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal) yang

melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Komisioner.57 Di dalam

bidang pengawasan, wewenang yang dimiliki oleh OJK berupa: 5829

a) Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sektor pasar modal.

Berdasarkan pasal 1 angka 15 UU OJK jo pasal 1 angka 2 dan pasal 7 ayat

(2) UUPM, maka yang dimaksud dengan konsumen adalah pihak-pihak

yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang

tersedia di BEI.

b) Memberikan dan / atau mencabut izin usaha; pengesahan; persetujuan

atau penetapan pembubaran;

c) Memberikan perintah tertulis kepada BEI dan menunjuk pengelola

statuter;

d) Menetapkan sanksi administratif.

Sanksi administratif berdasarkan pasal pasal 102 ayat 2 UUPM jo pasal 8

huruf g UU OJK yang berupa: peringatan tertulis, denda yaitu kewajiban

57.

Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 1 angka 3.

58.

Bahan Pokok- Pokok UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan oleh Tim Sosialisasi UU OJK.


(45)

untuk membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha,

pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan

persetujuan, pembatalan pendaftaran.5930

Selain hal tesebut kegiatan pengawasan di Pasar Modal juga mencakup

menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan Pasar

Modal, dan lain sebagainya.60

3. Fungsi investigatory yang merupakan pengejawantahan dari wewenang

khusus yang dipunyai OJK sebagai penyidik dan penyelidik terhadap

pelanggaran yang terjadi di bursa.61

Berdasarkan UUPM, ketika terjadi kasus kejahatan Pasar Modal, maka

OJK dapat mengadakan pemeriksaaan atau penyidikan pada setiap pihak yang

diduga melakukan pelanggaran Pasar Modal atau yang disebut dengan

kejahatan Pasar Modal dengan membentuk Pegawai Negri Sipil (PNS).62

Sebenarnya fungsi investigatory ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan

yang dimiliki oleh OJK. Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa kedudukan

OJK dalam menagani kasus kejahatan Pasar Modal adalah sebagai penyidik

dan penyelidik. Sebagai penyidik OJK dapat membentuk PNS dan apabila

dalam penyidikan telah terbukti bahwa adanya tindak pidana pelanggaran

terhadap UUPM maka proses penyidikan diberhentikan dan dilanjuti dengan

59.

Republik Indonesia,UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

60.

Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 9.

61.

Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 9 huruf c.

62.

Republik Indonesia,UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal101, dan UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 49.


(46)

proses penyelidikan. Dalam hal melakukan penyelidikan, OJK dapat

mengenakan sanksi administratif dan juga sanksi pidana bagi pelaku kejahatan

Pasar Modal sebagaimana yang dijelaskan di bab sebelumnya mengenai

kategori kejahatan pasar modal.

B.PIHAK YANG BERWENANG MENANGANI KEJAHATAN PASAR MODAL

Pihak – pihak yang berwenang menangani kasus kejahatan Pasar Modal

adalah:

a. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan UUPM, ketika terjadi pelanggaran UUPM, maka Bapepam

(sekarang OJK), ketika terdapat dugaan adanya pelanggaran UUPM, maka

OJK akan melakukan pemeriksaan. Berdasarkan pasal 100 angka 1 UUPM

yang berbunyi:

“Bapepam dapat mengadakan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang

diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan

ataupun Peraturan Pelaksananya.”

Dapat kita ketahui bahwa orang yang bertugas melakukan pemeriksaan

berdasarkan UU OJK pasal 49 ayat 3 dan PP No.46 Tahun 1995 adalah OJK

dapat membentuk PNS (Pegawai Negri Sipil) dilingkungan OJK yang tugas

dan tanggung jawabnya meliputi pengawasan di BEI ataupun pegawai OJK


(47)

pelanggaran terhadap kategori kejahatan Pasar Modal seperti yang dibahas

dalam bab sebelumnya. Dalam melakukan pemeriksaan, wewenang

pemeriksa antara lain:

“a. Meminta keterangan, konfirmasi, dan atau bukti yang diperlukan dari Pihak yang diperiksa dan atau Pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan;

b. Memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu;

c. Memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung lainnya; d. Meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan atau

dokumen lainnya sepanjang diperlukan;

e. Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya; dan

f. Memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau ruangan sebagaimana dalam huruf e untuk keperluan pemeriksaan.”63

Kemudian Pegawai Negri Sipil di lingkungan OJK yang melakukan

pemeriksaan tadi apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi tindak pidana di

Pasar Modal kemudian melaporkan kepada OJK. Dan OJK akan

menetapkan dimulainya penyidikkan. Ojk berperan melakukan penyidikan

sesuai dengan pasal 9 UU OJK. Dalam hal melakukan penyidikkan, OJK

dapat membentuk PNS sebagaimana dimaksud dalam UU OJK pasal 49

angka 1 dan UUPM pasal 101 ayat 2:

“Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.”6431

63,

PP No.46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 12 angka 3.

64.

Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 49 angka 1.


(48)

Sebagai penyidik mempunyai wewenang berupa:

“a.Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;

b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;

c. Melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;

d. Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;

e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;

f. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar Modal;

g. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;

h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Pasar Modal; dan

i. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.”6532

Selain itu berdasarkan pasal 101 UUPM, penyidik PNS sebagaimana

dimaksud memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil

penyidikan kepada jaksa penuntut umum.

b. Pengadilan, Aparat Penegak Hukum Lainnya

Pihak yang berwenang untuk menangani kejahatan – kejahatan Pasar Modal

selanjutnya adalah pengadilan. Berbeda dengan lembaga arbitrase yaitu

BAPMI. Dalam proses penyelesaian sengketa kejahatan Pasar Modal, OJK

dapat menganjurkan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan

sengketa secara non litigasi dengan perantara lembaga arbitrase. Pasar

65.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 101 ayat 3.


(49)

Modal sendiri mempunyai lembaga arbitrase yaitu BAPMI (Badan Arbitrase

Pasar Modal Indonesia). Namun hanya masalah – masalah keperdataan saja

yang dapat diselesaikan melalui BAPMI.

Kelebihan penyelesaian sengketa mealalui cara nonlitigasi daripada litigasi

adalah sebagai berikut:

a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak ;

b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil;

c. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan

d. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.6633

Ada beberapa kelebihan arbitrase yang lain jika dibandingkan dengan

pengadilan, antara lain:

1. Persidangan pengadilan berlangsung terbuka untuk umum, sedangkan persidangan arbitrase bersifat tertutup;

2. Tuntutan perkara ke arbitrase hanya bisa dilangsungkan jika para pihak yang bersengketa terikat dengan perjanjian arbitrase, sedangkan tuntutan perkara ke pengadilan bisa diajukan oleh siapapun;

3. Proses beracara di pengadilan sangat formal, sangat kaku, sedangkan proses beracara di arbitrase tidak terlalu formal, tidak terlalu kaku;

4. Arbiter dipilih berdasarkan keahliannya, sedangkan hakim pada umumnya adalah generalis;

5. Pada beberapa sistem hukum tertentu hakim menganut preseden atau yurisprudensi, sedangkan arbiter tidak mengenal preseden;

66.

Penjelasan Atas Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.


(50)

6. Putusan arbitrase adalah final dan mengikat, tidak dapat diajukan banding atau upaya hokum apapun, sedangkan putusan pengadilan bisa diajukan banding, kasasi dan bahkan peninjauan kembali.6734

Di mana pengadilan hanya berwenang menangani sengketa yang berupa

tindak pidana di Pasar Modal. Ketika terjadi pelanggaran terhadap

KUHPidana di dalam kegiatan di Pasar Modal maka pengadilanlah yang

mempunyai wewenang dan OJK mempunyai kewajiban untuk melakukan

pemeriksaan dan penyidikan yang kemudian akan diserahkan kepada

penuntut umum. Apabila belum lengkap buktinya akan dikembalikan

kepada OJK untuk dilengkapi lagi dan apabila sudah lengkap maka akan

ditindak lanjuti oleh penuntut umum. Hal ini dapat dilihat pada pasal 50 UU

OJK yang berbunyi:

“(1)Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 menyampaikan hasil penyidikan kepada Jaksa untuk dilakukan

penuntutan.

(2) Jaksa wajib menindaklanjuti dan memutuskan tindak lanjut hasil penyidikan sesuai kewenangannya paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya hasil penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

Namun ketika terjadi pelanggaran terhadap kketentuan UUPM, yang berupa

kategori kejahatan penipuan, manipulasi pasar, insider trading dan

missleading information maka OJK mempunyai wewenang peunuh untuk

menyelesaikannya. Pada pasal 105 UUPM di katakana bahwa penyidik

PNS harus menyampaikan dimulai dan dihentikannya penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum agar tidak

67.


(51)

bertentangan dengan dengan Kitab Undang – Undang Hukum Acara

Pidana.6835

Nah ada satu permasalahan yang muncul ketika ada orang yang melaporkan

kasus pelanggaran Pasar Modal ini kepada pengadilan lalu apakah

pengadilan berwenang untuk memeriksa perkaranya?

Pada pasal 101 ayat 6 beserta penjelasannya dapat kita ketahui

bahwa penyidik PNS dilingkungan OJK yang melakukan penyidikan

terhadap kasus kejahatan Pasar Modal dapat meminta bantuan kepada aparat

kepolisian,jaksa agung, departemen kehakiman, dirjend imigrasi.

Dapat kita ketahui bahwa ada azas lex specialis de rogat lex generalis. Di

mana karena adanya UUPM yang mengatur lebih khusus dari KUHPidana

maka kita mengacu pada ketentuan UUPM. Pengadilan mempunyai

kompetisi absolute yang kita ketahui bahwa pengadilan tidak mempunyai

kewenangan untuk menyelesaikannya. Maka OJK lah yang akan bertindak

dalam hal ini sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.

C.PROSEDUR PENANGANAN KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL

Kasus – kasus ke-4 kategori kejahatan Pasar Modal itu harus segera

diselesaikan. Dengan mengacu pada dasar hukum yang ada di dalam UUPM,

UU OJK, PP 46 Tahun 1995 Tentang Pemeriksaan Di Pasar Modal maka

prosedur penyelesaiaannya dapat berupa:

1. Pemeriksaan

68.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 105.


(52)

Dasar hukum dilakukannya pemeriksaan adalah pasal 100 UUPM. Di mana

ketika OJK menduga telah, sedang, atau mencoba melakukan atau

menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu melakukan pelanggaran

terhadap UUPM ataupun peraturan pelaksananya maka OJK dapat

melakukan pemeriksaan.6936Dasar hukum melakukan pemeriksaan

berdasarkan Pasal 1 ayat (2) PP 46 Tahun 1995 adalah:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan

mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa

untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar Modal.”70

Berikut ini adalah tata cara pemeriksaan di Pasar Modal berdasarkan PP 46

Tahun 1995 JO UU No.21 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan baru dimulai setelah OJK mengeluarkan penetapan. Dalam

hal ini adalah Dewan Komisioner OJK yang akan mengeluarkan

penetapan setelah disusun program pemeriksaan yang memuat sekurang

– kurangnya:

1) tujuan pemeriksaan;

2) ruang lingkup pemeriksaan; dan

3) saat dimulainya pemeriksaan.7137

69.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Penjelasan pasal 101 ayat 1.

70.

PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 1 ayat (2).

71.

PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 12 dan Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.


(53)

b. Hal – hal yang dapat dilakukan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan

adalah:

1) meminta keterangan, konfirmasi, dan atau bukti yang diperlukan dari Pihak yang diperiksa dan atau Pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan;

2) memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu;

3) memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung lainnya;

4) meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan atau dokumen lainnya sepanjang diperlukan. Atas peminjaman yang dimaksud ini diberikan tanda bukti peminjaman yang menyebutkan secara jelas dan terinci jenis serta jumlahnya.

5) memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya; dan

6) memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau ruangan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, untuk kepentingan pemeriksaan.7238

c. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, Pihak yang diperiksa atau

wakil atau kuasanya tidak ada di tempat, maka pemeriksaan tetap dapat

dilangsungkan sepanjang ada Pihak yang dapat dan mempunyai

kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Pihak yang diperiksa,

terbatas untuk hal yang boleh dilakukannya, dan selanjutnya pemeriksaan

ditunda untuk diulang pada kesempatan yang berikutnya.73

d. Sebagai upaya pengamanan, maka sebelum pemeriksaan ditunda,

Pemeriksa dapat memerintahkan Pihak yang diperiksa untuk melakukan

tindakan sebagaimana dimaksud huruf b angka 6 di atas.7439

72

Ibid.

74.

PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 13.

74


(54)

e. Apabila pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya berada di tempat,

tetapi menolak atau menghambat pelaksanaan pemeriksaan, maka yang

bersangkutan wajib menandatangani Surat Pernyataan Menolak atau

Menghambat Pemeriksaan. Apabila terjadi penolakan untuk

menandatangani surat pernyataan tersebut maka Pemeriksa membuat

Berita Acara tentang penolakan tersebut yang ditandatangani oleh

Pemeriksa. Surat pernyataan tersebut dapat dijadikan dasar untuk

melakukan tahap penyidikan nantinya.75

2. Pelaporan

Pada tahap ini dapat dilihat dari PP Nomor 46 Tahun 1995 bahwa ada

kewajiban dari pemeriksa untuk membuat laporan pemeriksaan untuk

digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada atau tidak adanya

pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan

disampaikan kepada Dewan Komisioner OJK. Dan apabila ditemukan bukti

permulaan tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal,

pemeriksaan tetap dilanjutkan dan Pemeriksa wajib membuat laporan

kepada kepala eksekutif Pengawas Pasar Modal untuk kemudian di laporkan

kepada Dawan Komisioner OJK mengenai ditemukannya bukti permulaan

tindak pidana tersebut.7740

3. Penyidikan

75.

PP 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal, Pasal 14 dan Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.

77.


(1)

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari uraian bab – bab di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut:

5. Ruang lingkup yang dikatakan kejahatan Pasar Modal adalah sebagai berikut: pertama, penipuan (fraud), sebagaimana didasarkan pada pasal 90 UUPM. Kedua, Manipulasi Pasar, sebagaimana didasarkan pada pasal 91 dan 92 UUPM. Ketiga, Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading), yang dasar hukumnya dapat dilihat pada pasal 95 samapi pasal 99 UUPM. Keempat, Informasi yang Menyesatkan (misleading information), yang dasar hukumnya dapat dilihat pada pasal 80,81,93 UUPM.

6. Cara menangani kejahatan Pasar Modal adalah dengan cara melalui proses – proses seperti: Pertama, pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK dengan membentuk PNS ( Pegawai Negri Sipil ) tertentu dilingkungan OJK. Kedua, pelaporan, dimana pemeriksa akan memberikan laporan atas hasil pemeriksaannya kepada Kepala Bagian Eksekutif pengawas Pasar modal dan Kepala Eksekutif Pengawas pasar Modal akan menyampaikan laporan tersebut kepada dewan Komisioner OJK ( Ketua OJK). Ketiga, penyidikan, apabila ditemukan adanya bukti pemula adanya tindak pidana di Pasar Modal. Keempat, pemberian sanksi administratif, OJK berwenang untuk memberikan sanksi administrative bagi pelanggar UUPM dan Peraturan pelaksananya.


(2)

Sanksi tersebut dapat berupa; peringatan tertulis, denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha,pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan pendaftaran. Serta dapat juga memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran. Kelima, tindak lanjut oleh penuntut umum

Sedangkan pihak yang berwenang untuk menangani kejahatan Pasar Modal adalah: Pertama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dengan keluarnya UU no 21 tahun 2011 yang mengantikan kedudukan Bapepam sejak Januari 2013.Kedua, pengadilan, aparat penegak hukum lainnya

7. Beberapa kasus – kasus pelanggaran Pasar Modal yang merupakan kategori kejahatan Pasar Modal seperti kasus penipuan Pasar Modal yang dilakukan oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas, kasus manipulasi pasar yang dilakukan oleh PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, kasus insider trading yang dilakukan oleh PT Gas Negara, kasus misleading information yang dilakukan oleh PT Bank Lippo Tbk. Vonis terhadap kasus – kasus tersebut yang diberikan dengan maksud sebagai efek jerah dan untuk memberikan kepastian hukum atas UUPM maka Bapepam memberikan sanksi administratif yang semuanya hanya berupa pemberian sanksi administratif oleh Bapepam tanpa adanya sanksi pidana. Karena terbatasnya wewenang Bapepam untuk memberikan sanksi pidana. Yang berwenang untuk memberikan sanksi pidana


(3)

B.SARAN

Dalam upaya penegakkan hukum di bidang Pasar Modal, sebaiknya lembaga baru yang menggantikan kedudukan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) lebih cermat dan berhati – hati dalam melakukan fungsi pengawasan di bidang Pasar Modal karena menginggat banyaknya kasus kejahatan Pasar Modal yang terjadi oleh pihak yang berusaha untuk mengambil keuntungan. Dan sebaiknya wewenang OJK ditambah untuk dapat memberikan sanksi pidana.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Advendi Simangungsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, PT Grasindo, Jakarta,2007.

:

Aminuddin, Ilmar, Hukum Penanaman Modal DI Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2004, hlm,1.

Anoraga, Pandji, Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Atmasasmita, Romli, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Jakarata : Prenada Media, 2003.

Bahan Pokok- Pokok UU No,21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan oleh Tim Sosialisasi UU OJK.

Chazawi, Adami, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Gravindo Persada,2000.

Departemen Keuangan RI, Seluk Beluk Pasar modal seperti dikutip Munir Fuady 1, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum, Bandung : PT, Citra Aditya Bakti,1996.

Fakruddin, M,M,Sopian Hardianto, Perangkat dan Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, Jakarta: Gramedia,2001.

Fuady, Munir, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kera Putih, Bandung: Pt, Citra Aditya Bekasi,2004.

Ginting, Budiman, Hukum Investasi, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007. Hamzah, Andi, Terminologi Hukum Pidana, Sinar Grafika,2008.

Megarita, Perlindungan Hukum Terhadap Saham Yang Digadaikan, Medan : USU

Press,2007.

Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana, 2001.

---, SH,MH, Diktat Hukum Pasar Modal, 2005.

Nasution, Asmin, Transparansi Dalam Penanaman Modal, Medan : Pustaka bangsa Press, 2008.

Sari,Elsi Kartika, Advendi Simangungsong, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta : PT. Grasindo, 2007.


(5)

Sumantoro, Aspek-asppek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.

---, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta : GhaliaIndonesia, 1990.

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Kelima, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN d/h AMP YPKN,2006.

Susanto, I.S., Kriminologi, Yogyakarta : Genta Publishing, 2011.

Sutiarnota, Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008.

Sutrisno,Budi, Salim HS, Hukum Investasi Di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Untung, Budi, Hendrik, Hukum Investasi, Jakarta : Sinar Grafika, 2010. Yulfasni, Hukum Pasar Modal, Jakarta : Badan Penerbit Iblam, 2005.

Widjaja, Gunawan, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta ; Prenada Media, 2004.

---, Transplantasi Trust, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Karangan R,Soesilo.

Peraturan Perundang – Undangan

Republik Indonesia, Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 86/ PM / 1996 dan Peraturan Nomor

X,K1, mengenai Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

Republik Indonesia, UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. PP No. 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Pasar Modal. Republik Indonesia, Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan


(6)

Sumber Dari Internet

IDX Newsletter Final,pdf,

KBBI Daring online

M,Umar Saifuddin, Kejahatan Dibidang Pasar Modal : Analisis Kasus Reksa

Dana Pt. Sarijaya Permana Sekuritas

Jaringnews,com kredibel dan menebar optimism Kejahatan Modren Ancam Ekonomi dan Struktur Negara Selasa, 11 Desember 2012 14:08 WIB.

makalah Anonymous.