Penyelesaian Wanprestasi Di Pasar Modal Dalam Sistem JATS Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

(1)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DI PASAR MODAL

DALAM SISTEM JATS MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN

1995

TENTANG PASAR MODAL

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NICKY CATHERINE NIM : 080 200 409

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DI PASAR MODAL

DALAM SISTEM JATS MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN

1995

TENTANG PASAR MODAL

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Oleh :

NICKY CATHERINE NIM : 080 200 409

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, S.H.,M.Hum NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH. Dr. T. Keizerina D. A., SH. CN. M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DI PASAR MODAL DALAM SISTEM JATS (JAKARTA AUTOMATIC TRADING SYSTEM) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL

ABSTRAK NICKY CATHERINE

Kemajuan teknologi informasi mempengaruhi kegiatan pasar modal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan kegiatan bisnis sehingga mendapatkan lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka dalam hal pemanfaatan teknologi di Bursa Efek Indonesia memanfaatkan teknologi Jakarta Automatic Trading System (JATS). Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pihak untuk mendapatkan informasi mengenai harga saham yang sedang berlangsung dalam pemanfaatan teknologi ini pula banyak pihak yang memanfaatkan teknologi informasi ini dengan tidak melihat asas-asas yang terkandung dalam pemanfaatan teknologi ini. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal mengharuskan emiten untuk menerapkan prinsip keterbukaan sebagai perlindungan bagi investor. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran. Oleh karena itu, Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan Oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Investor jika Emiten atau Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham Pada Jakarta Automatic Trading System (JATS) serta Upaya Hukum Yang Ditempuh Oleh Investor Sebagai Pihak Yang Dirugikan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal.

Untuk mencapai tujuan diatas, penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatif yuridis, yang mana peraturan perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, serta memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan dan kepastian hukum.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa investor sebagai pihak yang dirugikan dalam perdagangan saham di pasar modal dapat melakukan tindakan hukum dengan menjerat pelaku secara administratif sebagamana diatur pada Pasal 102 UUPM, secara pidana sebagaimana diatur Pasal 107 UUPM dan secara perdata dengan Pasal 111 UUPM dan Pasal 1243 dan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kata Kunci : Hukum Mengenai Penyelesaian Wanprestasi, Pasar Modal, Sistem JATS.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum,

sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum,

Bapak Syafrudin, SH. M.H dan Bapak Muhammad Husni, SH. M.H, selaku Pembantu Dekan I,II,dan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Windha, SH. M.Hum, selaku Ketua


(5)

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, masukan, petunjuk, perhatian dan dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH. CN.

M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, masukan, petunjuk, perhatian dan dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari penulis kepada orang tua tercinta, Ayahanda Arifin Chauvian dan Ibunda R.A. Badrunisah yang telah memberikan sangat banyak dukungan moril, materil, kasih sayang dan doa mereka yang tak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

8. Terima kasih kepada Septhania Rian Adityani,

S.Kom, Andrie Gallant Arifin, S.Kom, selaku kakak dan abang penulis yang telah memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada Sahabat-Sahabat tercinta


(6)

Yudha Nugraha, Zaky Siraj Hasibuan atas kebersamaannya selama ini serta semangat dan dukungan yang telah diberikan.

10. Terima kasih kepada Yopi Indra Lesmana atas

kebaikan dan kesabarannya selama ini serta semangat dan dukungan yang telah diberikan.

11. Terima kasih kepada teman-teman Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Stambuk 2008 atas kebersamaannya selama ini.

Dan akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, hanya Allah SWT yang dapat membalas budi baik semuanya.

Semoga ilmu yang penulis peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam menggapai cita-cita.

Medan, Maret 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERDAGANGAN SAHAM DALAM PASAR MODAL MENGGUNAKAN SITEM JAKARTA AUTOMATIC TRADING SYSTEM (JATS) A. Wanprestasi ... 17

B. Ruang Lingkup Pasar Modal dan Perinsip Keterbukaan ... 21

C. Mekanisme Perdagangan di Pasar Modal ... 72

D. Sistem Jakarta Automatic Trading System di Pasar Modal..………80

E. Transaksi dan Proses terjadinya Wanprestasi Sistem Jakarta Automatic Trading System (JATS)…..………..82


(8)

BAB III AKIBAT HUKUM TERJADI WANPRESTASI BAGI PIHAK TRANSAKSI DI PASAR MODAL DALAM SISTEM JATS

A. Bentuk Hubungan

Hukum………..89

B. Cara Penyelesaian bila terjadi Wanprestsi…..………...96 C. Akibat Hukum Wanprestasi di Pasar Modal...102

BAB IV PELAKSANAAN ITIKAD BAIK DALAM PRAKTEK SISTEM PERDAGANGAN EFEK

A. Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Investor jika Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham pada Jakarta Automatic Trading System (JATS)………...105 B. Penyelesaian Wanprestasi Di Pasar Modal dalam Sistem JATS...110 C. Tindakan Hukum Yang Ditempuh oleh Investor Sebagai Pihak Yang

Dirugikan dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal…………..124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 127 B. Saran... 129


(9)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DI PASAR MODAL DALAM SISTEM JATS (JAKARTA AUTOMATIC TRADING SYSTEM) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL

ABSTRAK NICKY CATHERINE

Kemajuan teknologi informasi mempengaruhi kegiatan pasar modal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan kegiatan bisnis sehingga mendapatkan lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka dalam hal pemanfaatan teknologi di Bursa Efek Indonesia memanfaatkan teknologi Jakarta Automatic Trading System (JATS). Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pihak untuk mendapatkan informasi mengenai harga saham yang sedang berlangsung dalam pemanfaatan teknologi ini pula banyak pihak yang memanfaatkan teknologi informasi ini dengan tidak melihat asas-asas yang terkandung dalam pemanfaatan teknologi ini. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal mengharuskan emiten untuk menerapkan prinsip keterbukaan sebagai perlindungan bagi investor. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran. Oleh karena itu, Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan Oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Investor jika Emiten atau Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham Pada Jakarta Automatic Trading System (JATS) serta Upaya Hukum Yang Ditempuh Oleh Investor Sebagai Pihak Yang Dirugikan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal.

Untuk mencapai tujuan diatas, penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatif yuridis, yang mana peraturan perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, serta memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan dan kepastian hukum.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa investor sebagai pihak yang dirugikan dalam perdagangan saham di pasar modal dapat melakukan tindakan hukum dengan menjerat pelaku secara administratif sebagamana diatur pada Pasal 102 UUPM, secara pidana sebagaimana diatur Pasal 107 UUPM dan secara perdata dengan Pasal 111 UUPM dan Pasal 1243 dan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kata Kunci : Hukum Mengenai Penyelesaian Wanprestasi, Pasar Modal, Sistem JATS.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi informasi mempengaruhi kegiatan pasar modal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pasar Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningkatkan kegiatan bisnis sehingga mendapatkan lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka dalam hal pemanfaatan teknologi di Bursa Efek Indonesia memanfaatkan teknologi Jakarta Automatic Trading System (JATS). Hal inilah yang dimanfaatkan emiten untuk mendapatkan informasi mengenai harga saham yang sedang berlangsung dan pemanfaatan teknoogi ini pula banyak emiten yang tidak memanfaatkan teknologi informasi ini dengan tidak melihat asas-asas yang terkandung dalam pemanfaatan teknologi ini. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal mengharuskan emiten untuk menerapkan prinsip keterbukaan sebagai perlindungan bagi investor. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran. Oleh karena itu, penulis akan mengkaji bagaimana perlindungan hukum yang dapat diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal terhadap investor jika Emiten melakukan wanprestasi dalam perdagangan saham pada Jakarta Automatic Trading System (JATS) serta bagaimana upaya hukum yang ditempuh oleh investor sebagai pihak yang dirugikan dalam perdagangan saham di pasar modal.


(11)

Di negara-negara maju, pasar modal sejak lama telah merupakan lembaga yang sangat diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara. Oleh karena itulah maka negara selalu merasa berkepentingan untuk ikut mengatur jalannya pasar modal. Kegiatan pasar modal biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga antara lain pusat perdagangan sekuritas atau yang sering disebut dengan bursa efek (stock market), lembaga kliring, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya.

Sebagaimana halnya negara-negara berkembang lainnya di Asia Pasifik, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melaju cepat menuntut pula perkembangan pasar modal khususnya bursa efek yang dapat mengakomodir kebutuhan pertumbuhan ekonomi, khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan dalam mendukung perekonomian tersebut. Mulai awal tahun 1989 transaksi saham di bursa efek semakin meningkat pesat. Terlebih lagi sejak diterapkannya proses otomatisasi perdagangan di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 22 Mei 1995. Proses otomatisasi ini disebut juga Jakarta Automatic Trading System (JATS), yang merupakan sistem perdagangan berbasis komputer. Adapun pemakaian sistem ini bertujuan untuk mewujudkan likuiditas, integritas dan efisiensi pasar modal.

Sistem perdagangan manual yang semula digunakan di Bursa Efek Jakarta telah ditinggalkan, di mana pada saat itu dimungkinkan lebih dari 500 pialang saham (sebagai wakil investor) yang memenuhi lantai bursa. Mereka harus saling berebut menuliskan order yang diterima di papan. Hal ini sangat tidak efisien. Ketidakefisienan tersebut berlanjut hingga penyelesaian dan perhitungan Indeks Harga Saham.


(12)

Perdagangan efek dengan menggunakan proses otomatisasi ini memberikan kesempatan meningkatnya jumlah transaksi tanpa batas. Yang dapat membatasi pada akhirnya adalah proses setelah itu yaitu penyelesaian transaksi. Penyelesaian transaksi atau disebut settlement, yaitu proses bertukarnya saham dengan uang sehingga transaksi itu tuntas-selesai.1

Dalam setiap peristiwa hukum, khususnya yang berkaitan dengan perjanjian, itikad baik merupakan dasar utama, karena itikad baiklah maka subjek hukum bisa menerima hak masing-masing. Tanpa itikad baik dari salah satu

JATS yang mewujudkan semakin maraknya perdagangan saham ini tidak menutup kemungkinan timbulnya risiko-risiko yang akan dihadapi baik oleh emiten, investor bahkan perusahaan sekuritasnya, karena dalam transaksi ini melibatkan beberapa pihak, tidak seperti di pasar-pasar biasa. Pasar modal dalam melaksanakan kegiatan jual beli saham tidak hanya sekedar mempertemukan penjual dan pembeli saja, tetapi membutuhkan para pelaku pasar modal lainnya yang berperanan penting didalamnya, dimana mereka akan melakukan kegiatan transaksi dari awal hingga tahap penyelesaiannya (settlement saham).

Risiko-risiko yang terjadi dalam JATS ini tidak banyak berbeda dengan risiko-risiko yang ditimbulkan dalam kegiatan jual beli pada umumnya, karena masih berkisar antara hak dan kewajiban. Sebagai suatu contoh risiko misalnya pelaku transaksi tidak dapat memenuhi sebagian/seluruh kewajiban pembayaran pada hari settlement. Contoh lainnya pada pelepasan saham atau dana tanpa disertai dengan pemenuhan kewajiban.

1

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2006) hal. 10.


(13)

pihak, maka ada kemungkinan pihak yang lain tidak akan mendapatkan kontra prestasi yang menjadi haknya. Transaksi di Pasar Modal dilakukan dalam suatu fasilitas yang maya, ada penawaran, ada permintaan. Bertemunya penawaran dan permintaan ini hanya merupakan masukan data ke dalam sistem JATS. Jadi penjual dan pembeli efek bahkan WPE (Wakil Perdagangan Efek/Broker) tidak pernah bertemu muka. Komputerlah yang mempertemukan kesepakatan harga penawaran dan pembelian. Standarisasi transaksi efek menentukan bahwa pembeli efek akan menerima efek yang dibelinya dalam waktu maksimal 3 hari sesudah transaksi atau sering disebut dengan T+3. Demikian pula pihak penjual baru menerima uang dari pembelinya 3 hari setelah terjadi transaksi. Perjanjian mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang terlibat. Transaksi efek yang merupakan perjanjian jual beli tanpa akta juga mempunyai akibat hukum. Berarti bila salah satu pihak melakukan wanprestasi dapat dilakukan upaya hukum untuk memaksa pihak yang wanprestasi melaksanakan prestasinya. Sementara itu bila dilihat dari sudut pandang ekonomi, bursa efek merupakan tempat perdagangan yang sangat dinamis, maka upaya apapun yang ditempuh para pihak untuk mendapatkan haknya jangan sampai menghambat dinamika bursa.

Sebagai suatu peristiwa hukum, JATS harus memiliki dasar hukum. Terlebih lagi sejak digunakannya sistem sebagai penyempurnaan transaksi efek secara elektronik yaitu Scripples Trading (transaksi dan penyelesaian transaksi efek tanpa sertifikat). Adanya aturan yang lengkap dan jelas dalam pelaksanaan pasar modal di Indonesia akan memberikan rasa aman bagi para pelaku pasar modal yang pada gilirannya akan mengakibatkan pasar modal dapat


(14)

melaksanakan fungsinya sebagaimana yang diharapkan, yaitu sebagai alternatif sumber pembiayaan pembangunan perekonomian nasional. kekosongan hukum akan menyebabkan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang bersangkutan menjadi minim.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi tentang hal tersebut dengan judul :

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Aspek Hukum Mengenai Perdagangan Saham Dalam Pasar

Modal Menggunakan Sistem Jakarta Automatic Trading System (JATS)? 2. Bagaimana Akibat Hukum Terjadi Wanprestasi Bagi Pihak Transaksi Di Pasar

Modal Dalam Sistem JATS?

3. Bagaimanakah Pelaksanaan Itikad Baik Dalam Praktek Sistem Perdagangan Efek?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan transaksi efek dan kapan terjadinya settlement saham.


(15)

b. Untuk mengetahui akibat hukumnya jika setelah terjadi transaksi, salah satu pihak melakukan wanprestasi dan penyelesaiannya.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan itikad baik dalam praktek sistem perdagangan efek.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat Penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah: a. Secara Teoritis

Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan Sistem Jakarta Automatic Trading System (JATS), khususnya mengenai aspek hukum Penyelesaian Wanprestasi Di Pasar Modal

b. Secara Praktis

1) Agar masyarakat mengetahui Perdagangan Saham Dalam Pasar Modal Menggunakan Sistem Jakarta Automatic Trading System (JATS).

2) Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan tentang bagaimana Akibat Hukum Terjadi Wanprestasi Bagi Pihak Transaksi Di Pasar Modal Dalam Sistem JATS.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adala judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah


(16)

Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, pasar modal mempunyai peranan penting dalam mobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak perusahaan untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan yang beragam. Namun, sasaran utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui ekspansi usaha dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

Hak, kewajiban, dan tanggung jawab pasar modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban pasar modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab pasar modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan pasar modal terhadap peraturan perundang-undangan.2

2

Mishkin, Frederic S, Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, ( Jakarta: Salemba Empat, 2000) hal. 54


(17)

Instrumen-instrumen pasar modal Indonesia yang memungkinkan mobilisasi dana masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursa-bursa dunia yang sudah mapan. Kendati demikian, dalam usia yang relatif muda, pasar modal Indonesia telah menjadi wahana penting diluar perbankan untuk menyediakan dana yang diperlukan dunia usaha melalui penjualan saham dan obligasi serta derivatifnya.

Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu pasar modal. Semakin tinggi derajat efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Pada dasarnya terdapat dua jenis efisiensi pasar modal, yakni efisiensi internal dan efisiensi eksternal.

Pasar modal semakin efisien internal apabila biaya transaksi dalam perdagangan saham semakin rendah. Jadi, efisiensi ini dikaitkan dengan besarnya biaya untuk melakukan pembelian atau penjualan suatu saham. Sementara itu derajat efisiensi eksternal akan ditentukan oleh kecepatan penyesuaian harga saham dipasar modal terhadap informasi baru. Dengan kata lain, apabila harga saham di pasar modal mencerminkan semua informasi yang ada (dan berhubungan dengan saham tersebut), maka pasar modal akan memiliki efisiensi eksternal yang semakin tinggi. Dari pengertian efisiensi eksternal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jenis efisiensi ini akan dikaitkan dengan informasi, artinya efisiensi pasar modal akan diukur secara informasional. Hal yang sama juga diungkapkan Anoraga melalui pernyataan bahwa pasar modal yang efisien


(18)

adalah pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan dengan cepat.3

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Anoraga menyatakan bahwa terdapat tiga bentuk efisiensi pasar modal, tiap-tiap bentuk tersebut berhubungan dengan sekelompok informasi yang semakin luas jika dibandingkan dengan tingkat sebelumnya. Ketiga bentuk itu adalah efisiensi lemah, efisiensi setengah kuat, dan efisiensi kuat. Efisiensi bentuk lemah (weak-form efficiency) menunjukkan bahwa harga merefleksikan semua informasi yang terangkum dalam catatan harga masa lalu, dalam keadaan ini investor tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari keadaan normal secara konsisten dengan menggunakan informasi harga di waktu lalu. Dengan kata lain informasi ini tidak relevan untuk memperoleh tingkat hasil yang berlebih.

4

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,

3

Anoraga, Pandji dan Pidji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rieneka Cipta,2001) hal. 66.

4

M.Irsan Nasarudin, Indra Surya, dan Ivan, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) hal. 113.


(19)

obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi termasuk pengelolaan sistem informasi, sistem komunikasi, dan sistem transaksi elektronik yang semakin meluas dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, bukan saja di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan informasi sebagai komoditas ekonomi yang sangat penting


(20)

dan menguntungkan, untuk menjawab perkembangan ini di beberapa negara sebagai pelopor dalam pemanfaatan internet telah mengubah paradigma ekonominya dari ekonomi yang berbasis manufaktur menjadi ekonomi yang berbasis jasa. Kondisi yang demikian pada satu pihak membawa manfaat bagi masyarakat, karena memberikan kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas terutama yang terkait dengan pemanfaatan infomasi. Teknologi Informasi mungkin merupakan salah satu komponen yang mendukung perkembangan Pasar Modal, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Di dalam komunitas Pasar Modal, siapapun yang memiliki informasi mempunyai kesempatan yang jauh lebih baik dalam bertransaksi daripada mereka yang minim dengan informasi. Pemanfaatan teknologi informasi itu sendiri di Pasar Modal secara resmi dimulai dengan diberlakukannya JATS (Jakarta Automatic Trading System) di Bursa Efek Jakarta yang telah diaktifkan sejak bulan Oktober 1995.

Pemanfaatan teknologi informasi tersebut harus benar-benar memberikan rasa aman bagi para pengguna tekologi Jakarta Automatic Trading System, pemanfaatan teknologi tersebut telah diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyebutkan, bahwa :

“Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.”

Pemanfaatan teknologi ini harus benar-benar memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan perdagangan saham di Indonesia dan asas-asas yang


(21)

terkandung di dalamnya harus benar-benar ada dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, demi perkembangan ekonomi Indonesia khususnya dalam bidang pasar modal.

Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan Oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Investor jika Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham Pada Jakarta Automatic Trading System (JATS).

Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal memberikan perlindungan hukum terhadap investor yang mengalami kerugian. Bapepam akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar modal, yang antara lain :

a. Untuk mencegah investor mengalami kerugian, pemerintah mewajibkan setiap calon emiten untuk mengungkapkan risiko usahanya.

b. Investor harus melakukan evaluasi terhadap saham yang akan dibeli.

c. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang merupakan landasan hukum bagi pasar modal di Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta perlindungan bagi investor.

d. Konsekuensi perlindungan hukum bagi investor adalah dengan diterapkannya prinsip keterbukaan/full and fair disclosure.

Tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku Investor jika emiten melakukan wanprestasi dalam perdagangan saham pada Jakarta Automatic


(22)

Trading System (JATS), yaitu dengan menjerat pelaku secara administratif sebagamana diatur pada Pasal 102 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan secara perdata Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, selain itu juga pelaku dapat digugat secara perdata dengan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Metode Penelitian

Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari berbagai jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling popular dikenal adalah :

1. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data sekunder belaka.

2. Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain itu juga meneliti data sekunder dari perpustakaan.

Pilihan metode suatu penelitian hukum tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Sesuai dengan tujuan skripsi ini, maka penelitian hukum yang

digunakan adalah penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (library research).

Dalam melaksanakan penelitian ini, perlu ditegaskan alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data, yaitu :

1. Bahan hukum primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, baik peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia seperti UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.


(23)

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer seperti seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan dengan persoalan diatas.

3. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

Sistematika penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. ASPEK HUKUM MENGENAI PERDAGANGAN SAHAM DALAM PASAR MODAL MENGGUNAKAN SISTEM JAKARTA AUTOMATIC TRADING SYSTEM (JATS). Bab ini berisikan tentang Wanprestasi, Ruang Lingkup Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan,


(24)

Mekanisme Perdagangan di Pasar Modal, Sistem Jakarta Automatic Trading System di Pasar Modal, Transaksi dan Proses terjadinya Wanprestasi Sistem Jakarta Automatic Trading System (JATS).

BAB III. AKIBAT HUKUM TERJADI WANPRESTASI BAGI PIHAK TRANSAKSI DI PASAR MODAL DALAM SISTEM JATS, Bab ini berisikan tentang Bentuk hubungan hukum, Cara Penyelesaian bila terjadi wanprestasi, dan Akibat Hukum Wanprestasi di Pasar Modal.

BAB IV. PELAKSANAAN ITIKAD BAIK DALAM PRAKTEK SISTEM PERDAGANGAN EFEK. Bab ini berisi tentang Perlindungan Hukum yang dapat diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal jika Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham pada Jakarta Automatic Trading System(JATS), Penyelesaian Wanprestasi Di Pasar Modal Dalam SistemJATS dan Tindakan Hukum yang ditempuh oleh Investor Sebagai Pihak yang Dirugikan dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis.


(25)

BAB II

ASPEK HUKUM MENGENAI PERDAGANGAN SAHAM DALAM PASAR MODAL MENGGUNAKAN SISTEM JAKARTA AUTOMATIC

TRADING SYSTEM (JATS) A. Wanprestasi

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk yang timbul dari adanya perjanjian yang dibuat oleh satu orang atau lebih dengan satu orang atau lebih lainnya (obligatoire overeenkomst)5

1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhinya kewajiban maupun karena kelalaian,

. Adapun yang dimaksud dengan wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu :

2. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi di luar kemampuan debitur, dalam arti bahwa debitur di sini dianggap tidak bersalah. Adanya kesalahan harus dipenuhi syarat-syarat :

5

Pasal 1313 KUHPerdata “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”


(26)

a) Perbuatan yang dilakukan harus dapat dihindarkan.

b) Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepada pembuat, yaitu bahwa orang tersebut dapat menduga tentang akibatnya.

Apakah suatu akibat itu dapat diduga atau tidak, akan tetapi harus diukur secara objektif dan subjektif. Objektif yaitu apabila menurut manusia yang normal akibat tersebut dapat diduga dan subjektif jika akibat tersebut menurut keahlian seseorang dapat diduga. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kesalahan mempunyai pengertian yaitu dalam arti luas yang meliputi kesengajaan dan kelalaian, dan dalam arti sempit yang hanya meliputi kelalaian saja.

Bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu: 1) Tidak memenuhi prestasi sama sekali;

Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya;

Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

3) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.

Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.


(27)

Sedangkan menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu:6

Di dalam pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;

3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Akibat-akibat wansprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat bagi debitur yang melakukan wansprestasi , dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni :

1) Membayar Kerugian yang Diderita oleh Kreditur (Ganti Rugi)

Ganti rugi sering diperinci meliputi tiga unsur, yakni:

a. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak;

b. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibat oleh kelalaian si debitur;

c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur.

2) Pembatalan Perjanjian atau Pemecahan Perjanjian

6


(28)

3) Peralihan Risiko

Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan menjadi obyek perjanjian sesuai dengan Pasal 1237 KUH perdata.

Jika debitur melakukan wanprestasi maka kreditur dapat menuntut salah satu dari lima kemungkinan sebagai berikut :

1. Dapat menuntut pembatalan atau pemutusan perjanjian. 2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.

3. Dapat menuntut penggantian kerugian.

4. Dapat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian. 5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.

Kerugian yang bisa dimintakan penggantikan itu tidak hanya biaya-biaya yang sungguh telah dikeluarkan (kosten), atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa benda si berpiutang (schaden), tetapi juga berupa kehilangan keuntungan (interessen), yaitu keuntungan yang didapat seandainya siberhutang tidak lalai (winstderving).

B. Ruang Lingkup Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan 1. Dasar Hukum Pasar Modal

Pasar modal merupakan lembaga yang sangat diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara, sebab itu negara selalu berkepentingan untuk turut mengatur jalannya pasar modal. Kegiatan pasar modal pada umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga, antara lain Pusat Perdagangan Sekuritas atau


(29)

resminya disebut Bursa Efek (Stock Market), Lembaga Kliring dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang kegiatannya terkait satu dengan lainnya7

7

Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004) hal. 7.

.

Menjalankan kegiatan pasar modal harus berjalan dengan baik oleh karena itu para pelaku pasar modal harus mengetahui dasar hukum yang mengatur mengenai pasar modal, dasar hukum pasar modal tercantum dalam:

Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, menyatakan bahwa :

”Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memperdagangkan efek.

Masalah mengenai pengawasan pasar modal diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang menyatakan bahwa :

(1) Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut Bapepam.


(30)

(2) Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pembangunan nasional, untuk itu kegiatan pasar modal perlu mendapatkan pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur, wajar dan efisien.

Pelaksana pengawas pasar modal diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa :

“Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat”.

Pelaksana pengawas pasar modal seperti telah dijelaskan adalah Bapepam, dengan tujuan adalah untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur.

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bapepam berwenang untuk:

1. Memberi :

a. Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasiihat Investasi, dan Biro Adsministrasi Efek


(31)

b. Izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, wakil Perantara Pedagang Efek, dan wakil Manajer Investasi

c. Persetujuan bagi Bank Kustodian

2. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat.

3. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru.

4. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya pernyataan pendaftaran.

5. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan tiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

6. Mewujudkan pihak untuk :

a. Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan pasar modal, atau

b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud,


(32)

a. Setiap emiten atau perusahaan publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, atau b. Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan undang-undang ini.

8. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam angka 7.

9. Mengumumkan hasil pemeriksaan.

10. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada bursa efek atau menghentikan transaksi bursa atas efek untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal

11. Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat.

12. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud.

13. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan pasar modal. 14. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian

masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar modal.


(33)

15. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknik atas Undang-undang ini atau peraturan pelaksaannya.

16. Menetapkan instrumen lain sebagai efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

17. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan undang-undang ini.

Pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu mendapat pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur, wajar, dan efisien. Bapepam diberi kewenangan dan kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan, pedoman, pembimbingan dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.

2. Pengertian Pasar Modal

Secara prinsip, pasar modal (capital market) tak ubahnya sama dengan pasar-pasar yang lain, yakni tempat orang melakukan transaksi jual beli. Di dalamnya terdapat orang yang berperan sebagai penjual, pembeli dan barang yang diperdagangkan. Mereka melaksanakan perannya masing-masing. Penjual


(34)

menawarkan barang dagangannya sedangkan pembeli mencari barang kebutuhan. Mereka berinteraksi melakukan tawar menawar, dan biasanya disusul dengan transaksi jual beli.

Pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya8

8

Ibid, hal. 13.

.

Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai berikut:

“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.


(35)

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu ;9

a. Sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.

b. Pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari capital market, yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana caranya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana untuk modal suatu perusahaan. Pasar modal merupakan tempat orang membeli atau menjual surat efek yang baru dikeluarkan.

Pasar modal Indonesia memperdagangkan efek dalam wujud instrumen modal dan utang, instrumen derivatif seperti surat pengganti atau bukti sementara

9

M.Irsan Nasarudin, Indra Surya, dan Ivan, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) hal. 32.


(36)

dari efek, bukti keuntungan dan surat-surat jaminan, hak-hak untuk memesan atau membeli saham atau obligasi,warrant, dan option.

Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang bersifat utang (bond atau obligasi) dan surat berharga yang bersifat pemilikan (saham atau equity), perakteknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya. Saham dan obligasi diderivasikan dalam beberapa jenis yang penggolongannya dapat ditentukan menurut kriteria yang melekat pada masing-masing instrumen.

Struktur pasar modal di Indonesia tertinggi berada pada Menteri Keuangan yang menunjuk Bapepam sebagai lembaga pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan pasar modal. Sementara itu, bursa efek bertindak sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek di antara mereka. Marak dan rumitnya kegiatan pasar modal, menuntut adanya perangkat hukum sehingga pasar lebih teratur, adil, dan sebagainya. Jadi hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Di Indonesia, terdapat Undang-Undang Pasar Modal, yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang mengatur tentang pasar modal. Menurut Undang-Undang ini, Bapepam diberi kewenangan sebagai pengawas dan memiliki otoritas penyelidikan serta penyidikan.

3. Instrumen Pasar Modal

Instrumen atau produk yang diperdagangkan di pasar modal disebut dengan efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat


(37)

berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Derivatif dari Efek adalah turunan dari efek, baik efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Opsi adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk membeli atau menjual kepada pihak lain atas sejumlah efek pada harga dan dalam waktu tertentu. Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek.

Saham (Stocks)

Saham adalah salah satu intrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas. Dengan memiliki saham, berarti kita ikut memiliki perusahaan sehingga berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan-perusahaan yng ingin menambah modal usaha dapat menerbitkan saham, kemudian menjual saham tersebut melalui


(38)

mekanisme penawaran umum (go public) dengan bantuan perusahaan efek selaku penjamin emisi efek dan selaku perantara pedagang efek.10

Saham antara lain dibedakan dalam berapa jenis, yaitu :

Wujud saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan menabung di bank, setiap kali menabung, maka akan mendapat slip yang menjelaskan bahwa nasabah telah menyetor sejumlah uang. Dan bila nasabah membeli saham, maka nasabah akan menerima kertas yang menjelaskan bahwa nasabah memiliki perusahaan penerbit saham tersebut.

11

Saham Biasa (Common Stocks)

Saham biasa (common stock) paling dikenal masyarakat, Saham biasa juga merupakan saham yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa paling menarik baik bagi pemodal maupun bagi emiten.

Saham Preferen (Preferred Stocks)

Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang

10

Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta: Visimedia, 2010) hal. 198.

11


(39)

dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yang pertama mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar dividen. Persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu, ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.

Dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham:12

Dividen

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS, jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka

12


(40)

pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen adalah salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti misalnya pemodal institusi atau dana pensiun dan lain-lain, dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai (cash dividend) dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

Capital Gain.

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder, misalnya seorang pemodal membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000,- kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp 3.500,- yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital


(41)

gain sebesar Rp 500,- untuk setiap saham yang dijualnya. Pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. misalnya seorang pemodal membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Saham dikenal dengan karakteristik high risk - high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.

Risiko-risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya:13

Tidak Mendapat Dividen.

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan, dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Potensi

13


(42)

keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

Capital Loss.

Pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya dalam aktivitas perdagangan saham. Pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli, dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss, misalnya seorang pemodal memiliki saham Indosat (ISAT) dengan harga beli Rp 9.000,- namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga per saham Rp 8.000,- yang berarti pemodal tersebut mengalami capital loss Rp 1.000,- untuk setiap saham yang dijual. Untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham dalam jual beli saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah cut loss. Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya.


(43)

Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut, sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di-delist. Pemegang saham dalam kondisi perusahaan akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

Saham dihapus catatkan dari Bursa Efek (Delisting)

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di Bursa Efek alias delist. Perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan pencatatan Efek di Bursa. Saham


(44)

yang telah didelist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di Luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.

Obligasi (Bond)

Obligasi adalah surat utang jangka menengah dan jangka panjang yang dapat dialihkan. Obligasi berisi janji dari pihak penerbit obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Jadi, transaksi obligasi dapat berakibat hukum terjadinya utang-piutang. Perusahaan penerbit obligasi disebut pihak yang memiliki utang (berutang/debitur), sedangkan pembeli obligasi disebut pihak yang memiliki piutang (berpiutang/kreditur).14

14

Ibid, hal. 205.

Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Pada umumnya, instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun, nilai obligasi naik, sebaliknya jika bunga meningkat, nilai obligasi turun.


(45)

Perbedaan antara saham dan obligasi antara lain :15

1. Saham adalah satu bukti pemilikan saham, dan obligasi merupakan bukti pengakuan utang.

2. Obligasi, walaupun jangka panjang, tetap ada jatuh temponya (kecuali perpectual bonds yang kini hampir musnah), sedangkan saham tidak memiliki jatuh tempo.

3. Perusahaan penerbit obligasi tetap wajib membayar bunga dan pokok utang meskipun merugi, sedangkan penerbit saham yang sedang merugi tidak wajib membagikan keuntungan (dividen).

4. Perusahaan penerbit obligasi yang tidak mampu membayar bunga dan pokok utang dapat dipailitkan, sedangkan perusahaan penerbit saham yang tidak dapat memberikan dividen tidak dapat dipailitkan.

Jenis obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:16

1. Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik perusahaan berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun badan usaha swasta. 2. Government bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh

Pemerintahan RI.

15

Ibid, hal. 206.

16


(46)

3. Retail bonds, yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik dalam bentuk corporate bonds maupun government bonds.

Varian jenis-jenis obligasi nyaris tak terbatas, rumpun aktiva keuangan yang bernama obligasi bisa dikelompokkan berdasar tipe emiten, berdasar maturity atau masa jatuh temponya, berdasar agunan, berdasar ada atau tidaknya indeksasi pelunasan, berdasarkan variasi penetapan tingkat bunga, berdasarkan ada atau tidaknya hak penukaran atau konversi, dan seterusnya. Pasar modal Indonesia, saat ini, diperdagangkan dua jenis obligasi, yaitu obligasi biasa dan konversi, perbedaannya adalah dalam kelompok obligasi biasa terdapat variasi yang cukup kaya, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara dan perusahaan swasta, obligasi yang memiliki tingkat bunga tetap dan mengambang, dan untuk kelompok obligasi konversi adalah obligasi tersebut memiliki waktu jatuh tempo. Obligasi konversi juga dapat ditukar dengan saham biasa, bahkan setiap obligasi konversi bisa dikonversi menjadi 3 lembar saham biasa, pada dasarnya obligasi memiliki beberapa jenis, berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis obligasi, yaitu: 17

17

Ibid, hal. 208.

1) Dilihat dari sisi penerbit a) Corporate Bonds


(47)

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. b) Government Bonds

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. c) Municipal Bond

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

2) Dilihat dari sistem pembayaran bunga a) Zero Coupon Bonds

Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

b) Coupon Bonds

Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

c) Fixed Coupon Bonds

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.

d) Floating Coupon Bonds

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark)


(48)

tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3) Dilihat dari hak penukaran atau opsi a) Convertible Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.

b) Exchangeable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c) Callable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d) Putable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

4) Dilihat dari segi jaminan a) Secured Bonds


(49)

Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Kelompok ini, termasuk di dalamnya adalah:

1) Guaranteed Bonds

Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga

2) Mortgage Bonds

Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.

3) Collateral Trust Bonds

Obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.

b) Unsecured Bonds

Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

5) Dilihat dari segi nilai nominal a) Konvensional Bonds

Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.

b) Retail Bonds

Obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.


(50)

6) Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil a) Convensional Bonds

Obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

b) Syariah Bonds

Obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah.

1) Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

2) Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

7) Dilihat dari cara peralihannya

a) Beared bond/aan toonder obligatie

Obligasi Atas Unjuk merupakan obligasi yang tidak mencantumkan nama pemegangnya sehingga orang yang memegang obligasi tersebutlah yang dianggap sebagai pemiliknya. Dengan menunjukkan sertifikat Obligasi Atas Unjuk


(51)

pada saat jatuh tempo si pemegangnya akan mendapatkan hak atas pelunasan pokok maupun bunga obligasi tersebut.

b) Registered bond/naam obligatie

Obligasi Atas Nama adalah obligasi yang mencantumkan nama pemegangnya. Obligasi Atas Nama dapat dibedakan sebagai berikut.

Obligasi atas nama untuk pokok pinjaman. Di obligasi ini, nama pemilik tercantum dalam sertifikat obligasi dank upon bunga dilekatkan padanya.

Obligasi atas nama untuk bunga. Di obligasi ini, nama pemiliki tidak tercantum pada sertifikat obligasi, tetapi nama dan alamat pemilik dicatat di perusahaan penerbit obligasi untuk memudahkan penghitungan bunga.

Obligasi atas nama untuk pokok pinjaman dan bunga. Di obligasi ini, nama pemilik tercantum dalam sertifikat obligasi, tetapi tidak tercantum di kupon bunga. Pembayaran pokok dan bungan langsung disampaikan kepada pemilik obligasi yang namanya tercantum di perusahaan penerbit obligasi.

Investasi dengan membeli obligasi, wajib mengerti dan menyadari benar mengenai risiko dan potensi keuntungannya yang terkandung dalam instrumen obligasi, dua hal yang perlu diperhatikan untuk pemodal, yaitu :


(52)

1) Manfaat Obligasi

Obligasi dikenal sebagai fixed income securities atau surat berharga yang memberikan pendapatan tetap, yaitu berupa bunga atau kupon yang dibayarkan dengan jumlah yang tetap (misalnya sebesar 16% per tahun) pada waktu yang telah ditetapkan, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan atau satu tahun sekali. Obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain, yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian.

2) Risiko Obligasi

Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi adalah sulitnya memperkirakan perkembangan suku bunga, padahal harga obligasi sangat tergantung dari perkembangan suku bunga, bila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian karena harga obligasi akan turun.

c. Reksa Dana (Mutual Funds)

Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk


(53)

menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas, selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. 18

Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dalam reksa dana, masyarakat pemodal tidak langsung menginvestasikan uangnya untuk membeli efek di pasar modal, melainkan mereka membeli produk reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi itulah yang akan mengelola dana-dana yang dihimoun dari masyaraat pemodal untuk membeli efek-efek yang dinilai menguntungkan. Kelak, jika investasi yang dilakukan oleh manajer investasi mendatangkan keuntungan, keuntungan tersebut akan dikembalikan kepada para pemodal sesuai kesepakatan. Sementara itu, manajer investasi akan mendapat uang jasa (fee) sesuai kesepakatan.19

Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:20

18

Ibid, hal. 237.

19

Ibid, hal. 236.

20


(54)

1) Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil risiko, contohnya, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Reksa Dana mengumpulkan dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.

2) Reksa dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal, menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.

3) Efisiensi waktu. Hal ini disebabkan karena jika melakukan investasi pada reksa dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasi karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

Reksa Dana selalu mendatangkan keuntungan juga mengandung berbagai risiko, antara lain:21

1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.

21


(55)

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.

2. Risiko Likuiditas

Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.

3. Risiko Wanprestasi

Risiko ini merupakan risiko terburuk, di mana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

Dilihat dari bentuknya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi :22

1) Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)

22


(56)

Bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana

menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut di investasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa Dana bentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang terbuka.

a) Reksa Dana Terbuka (open-end-fund) adalah reksa dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahammnta dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi, tetapi harus menjual saham tersebut melalui bursa efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan.

b) Reksa Dana Tertutup (close-end-fund) adalah reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal. Pemegang saham reksa dana jenis ini dapat menjual kembali sahamnya (atau unit penyertaannya) setiap saat melalui manajer investasi dan bank custodian dengan harga sesuai NAB per saham atau NAB per unit penyertaan yang berlaku saat itu.

2) Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)

Reksa Dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan, di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk


(57)

mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan Reksa Dana yang berbentuk Perseroan.

d. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt)

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI) adalah Efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas Efek Utama yang dititipkan secara kolektif pada Bank Kustodian yang telah mendapat persetujuan Bapepam. Bapepam telah mengeluarkan peraturan tentang SPEI ini, namun sampai saat ini belum ada perusahaan yang menerbitkan Efek jenis ini di Indonesia.

4. Instrumen Efek Derivatif

Efek-efek derivatif yang terdapat dalam pasar modal antara lain right, warrant, option. Efek-efek ini pada dasarnya merupakan kelanjuan dari efek yang telah terlebih dahulu dipasarkan Indonesian Depository Receipt.23

a. Right

Right adalah sama dengan HMETD (hak memesan efek terlebih dahulu) yang ditujukan bagi pemegang saham sebelumnya. Sertifikat bukti right dapat didefenisikan sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada proporsi dan harga tertentu. Hak dalam right sering disebut preemtive right, yaitu hak untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi

23


(58)

pemegang saham lama di suatu perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.24

b. Option (Opsi)

Adalah suatu suatu privelsa atau hak istimewa untuk membeli atau menjual, menerima atau menyerahkan harta benda yang diberikan sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui dan biasanya dengan ganti rugi atau harga. Option mempunyai dua tipe, yaitu call option. Call option adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli tidak hanya saham, tetapi juga aset keuangan yang telah ditentukan jumlah, harga dan waktunya. Put option adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk membeli atau menjual kepada pihak lain sejumlah efek pada harga dan dalam waktu tertentu.25

c. Warrant (Waran/Surat Saham)

Adalah hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/emiten. Harga pasar saham dapat berubah-ubah setelah penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Letika harga saham naik lebih tinggi, pemilik waran akan mendapat keuntungan karena dapat membeli saham dengan harga awal. Sebaliknya, jika harga saham turun lebih rendah daripada harga awal, pemilik waran akan mengalami kerugian sesuai harga

24

Ibid, hal. 232.

25


(59)

waran karena waran tidak dapat digunakan untuk membeli saham dengan harga lebih rendah dari pada harga pasar. Umumnya, waran dapat diperdagangkan di bursa sehingga pemilik waran mendapat keuntungan (capital gain) jika bisa menjual waran lebih tinggi daripada harga beli.26

5. Para Pihak dalam Pasar Modal

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitnya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Para pelaku yang terkait dalam pasar modal27

a. Perusahaan Efek.

:

Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.

1) Penjamin Emisi Efek.

Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

26

Ibid, hal. 228.

27

Marzuki Usman, Singgih Riphat, Syahrir, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan & Moneter, 1997) hal. 33.


(60)

2) Perantara Pedagang Efek.

Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

3) Manajer Investasi.

Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usaha adalah mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Emiten

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Bila suatu perusahaan melakukan penawaran umum melalui pasar modal berarti dana yang diperoleh dari publik, baik individu maupun institusi. Pemanfaatan dana publik didorong oleh tiga hal, yaitu :

1) Perluasan Usaha atau Ekspansi

Suatu perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya harus memperluas usaha (ekspansi) dan perluasan usaha


(61)

membutuhkan manajemen yang profesional dan tambahan modal.

2) Perbaikan Struktur Modal

Restrukturisasi modal (capital restructurization) yaitu merubah komposisi modal dimana modal saham menjadi lebih besar dan modal pinjaman menjadi lebih kecil. Hal ini dilakukan bila perusahaan mengalami kerugian karena dibebani oleh pembayaran bunga dan cicilan hutangnya.

3) Divestasi (divestment)

Divestasi adalah tindakan mengalihkan saham dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru.

c. Investor

Investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kelebihan dana dan menggunakannya untuk investasi28

28

Ibid, hal 45.

. Banyak orang atau badan hukum yang memiliki kelebihan dana tetapi hanya sedikit yang mampu melakukan investasi yang lebih menguntungkan, hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat pendidikan, akses terhadap informasi dan berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan investasi. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Asing, membedakan antara investor asing dan domestik.


(62)

Investor adalah pihak yang berperan dalam kegiatan pasar modal, bisa dikatakan salah satu indikator terpenting dalam pasar modal adalah keberadaan investor.

1) Investor Asing diatur dalam, Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Asing menyatakan bahwa :

“Investor asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia”.

Kehadiran investor asing di pasar modal Indonesia sebenarnya membawa dampak yang baik bagi prekonomian Indonesia, namun dengan adanya permasalahan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta penegakan hukum yang lemah, tidak adanya jaminan keamanan yang memadai membuat banyak investor asing mundur dari pasar modal Indonesia. 2) Investor Domestik diatur dalam, Pasal 1 butir 5 Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Asing menyatakan bahwa :

“Investor domestik adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia”.


(63)

Kehadiran investor domestik di pasar modal Indonesia sangatlah diharapkan, karena hanya dengan investor domestik yang kuat akan mendukung pasar modal yang stabil dan tidak mudah dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu, seperti investor asing yang dengan mudah memindahkan investasinya.

Investor mempunyai dua kesempatan untuk melakukan investasi di pasar modal dengan tujuan yang berbeda, yaitu : 1) Kesempatan pertama pada pasar perdana (primary market),

yaitu kesempatan antara saat ijin go public diberikan kepada perusahaan sampai waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara emiten dengan penjamin emisinya.

2) Kesempatan kedua pada pasar sekunder (secondary market), yaitu kesempatan setelah saham perusahaan terdaftar/listed di bursa.

Investor berasal dari berbagai lapisan masyarakat karena itu tujuan modalnya pun berbeda-beda. Berdasarkan tujuan investasi maka investor dapat dibedakan dalam empat kelompok, yaitu :

a) Investor yang tujuannya adalah untuk memperoleh dividen.

Investor ini mengincar perusahaan yang sudah stabil yang menjamin keuntungan yang relatif stabil.


(64)

Harga saham seringkali mengalami perubahan tergantung kekuatan penawaran dan permintaan. Perubahan harga tersebut membuat beberapa pemodal mengambil posisi sebagai pedagang yang memperdagangkan saham-saham di bursa. Tujuan utama pembelian saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dari selisih positif harga beli dengan harga jual (capital gain). Mereka membeli saham pada waktu harganya turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat.

c) Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan perusahaan.

Investasi dalam kelompok ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah memiliki nama dan reputasi yang baik, posisinya dalam perusahaan adalah sebagai pemilik perusahaan (owners).

c) Kelompok spekulator.

Yaitu sekelompok individu yang melakukan aksi jual beli saham berdasarkan factor-faktor spekulasi.

6. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga penunjang pasar modal merupakan lembaga yang memiliki peran strategis dalam mendorong perkembangan pasar modal dan berfungsi


(1)

d. Konsekuensi perlindungan hukum bagi investor adalah dengan diterapkannya prinsip keterbukaan/full and fair disclosure.

Selain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, prinsip keterbukaan tersebut juga di dukung oleh pemanfaatan teknologi secara benar yang tercantum pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tentang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Akibat hukumnya jika setelah terjadi transaksi, salah satu pihak melakukan wanprestasi dan penyelesaiannya adalah pihak yang menimbulkan kerugian wajib mengganti kerugian tersebut sesuai dengan kaidah Hukum Perdata.

3. Pelaksanaan itikad baik dalam praktek sistem perdagangan efek terwujud dalam premis yang mengatakan my word is my bond (kata-kataku adalah jaminanku). Hal ini berlaku bagi semua pemain pasar modal, karena sekali mereka tidak memegang hal tersebut maka secara etika pasar modal, pihak tersebut tidak akan diterima lagi dalam kegiatan dunia pasar modal. Hal ini merupakan hukuman yang lebih berat daripada sekedar mengganti kerugian bagi pihak yang dirugikannya.


(2)

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bapepam harus dapat lebih cekatan dalam menindak lanjuti kasus pelanggaran yang terjadi kiranya peran Pemerintah sangat dibutuhkan khususnya pada Kejaksaan yang harus memahami kasus yang terjadi di pasar modal karena dari kasus-kasus yang terjadi pada kenyataan kasus yang ada pada pasar modal ini jarang adanya suatu pelanggaran pidana maupun perdata yang berakhir di pengadilan dan sering berakhirnya di tangan Bapepam dan biasanya sanksi yang di jatuhkan oleh Bapepam sanksi administratif, dan seharusnya kasus pelanggaran ini harus lebih konsisten ditangani dan berakhir di pengadilan.

2. Sanksi yang diberikan kepada pelaku pelanggaran terhadap Pasal 91 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal harus memberikan efek jera, karena selama ini Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal hanya memberikan sanksi administratif bukan sanksi pidana. Jika setiap pelaku pelanggaran hanya di kenakan sanksi administratif saja dan kasus tidak diselesaikan pada pengadilan maka akan menurunnya kepercayaan investor yang akan menanam investasi.

3. Kegiatan di pasar modal harus bertumpu pada prinsip keterbukaan dan harus ada kepastian yang menjamin investor agar investor aman dalam menanam saham peran Bapepam dalam hal ini penting, juga mengenai pasal 111 UUPM sama dengan 1365 KUHPerdata ini sebagai pasal


(3)

penuntutan akan tetapi sulit untuk dilaksanakan maka perlu pemerintah merubah isi sebagian Undang-Undang Pasar Modal agar dapat terjamin adanya kepastian perlindungan hukum bagi investor yang mengacu pada KUHPerdata pada pasal yang melindungi investor.

4. Pemerintah harus dengan tegas memberlakukan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan memperbaiki Undang Tentang Pasar Modal. Berdasarkan Pasal 28 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman, bahwa apabila belum ada aturan secara khusus terhadap investor jika emiten melakukan wanprestasi dalam perdagangan saham pada Jakarta Automatic Trading System (JATS), maka hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Berdasarkan pada teori pembinaan hukum Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum dapat dipertahankan, diperbaiki dan diperbaharui. Berdasarkan pada teori tersebut, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal harus diperbaharui agar wanprestasi dalam perdagangan saham pada Jakarta Automatic Trading System (JATS) dapat diatur sepenuhnya oleh Undang-Undang tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku-Buku:

Iswi Hariyani, R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1985.

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT. Tatanusa, 2006. Bismar Nasution, Keterebukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001.

Sunariah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UUP AMP YPKN, 2006.

Mishkin, Frederic S, Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

M.Irsan Nasarudin, Indra Surya dan Ivan, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004.

Marzuki Usman, Singgih Riphat, Syahrir, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Jakarta: Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan & Moneter, Jakarta, 1997.

Vonny Dwiyanti, Wawasan Bursa Saham, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999.

R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum¸ Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Sajipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Anoraga, Pandji dan Pidji Pakarti, Pengetahuan Pasar Modal, Jakarta: Rieneka Cipta, 2001.

Marzuki Usman, Mohammad Arief dan Singgig Riphat Syahrir Ika, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Jakarta: Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan dan Moneter, Badan Analisa Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI, 1997.


(5)

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberti, 1999.

Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2009.

Rusdin, Pasar Modal, Bandung: Alfa Beta, 2008.

Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI yang benar, Yogyakarta: Pustaka Yustisia 2010.

Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.


(6)

Bahan Ajar:

Bismar Nasution, Diktat Pasar Modal, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008.

Bismar Nasution, Diktat Pasar Modal mengenai Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008.

Malem Ginting, Rangkuman Bahan Kuliah Penyelesaian Sengketa Alternatif, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010.

Peraturan Perundang-Undangan:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Situs-Situs:

http://sinarharapan.co.id http://bpk.go.id

http://bapmi.org

http://advokatku.blogspot.com http://id.hukumonline.ac.id http://wikipedia.org