Penerapan Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus di Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung).

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN
INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG)

Oleh
Bogie Miftahur Ridwan
A24104083

PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

Bogie Miftahur Ridwan. Penerapan Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi
Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus di Unit Usaha Rejosari PTPN
VII Lampung). Di bawah bimbingan Naik Sinukaban dan Kukuh
Murtilaksono.
Intersepsi hujan adalah proses tertahannya air hujan pada permukaan
vegetasi sebelum diuapkan kembali ke atmosfer. Hilangnya air melalui intersepsi

(interception loss) merupakan bagian penting dalam siklus hidrologi, yaitu
kaitannya dengan produksi air (water yield) suatu DAS. Intersepsi hujan pada
pertanaman kelapa sawit perlu diketahui untuk dapat menduga jumlah air hujan
yang menjadi run off.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi besarnya intersepsi melalui
pengukuran dan perhitungan aliran batang (stemflow) dan curahan tajuk
(troughfall) pada tanaman kelapa sawit serta menduga besarnya intersepsi selama
4 bulan pengamatan menggunakan model Gash di Perkebunan Kelapa Sawit Unit
Usaha Rejosari PTPN VII Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 hari kejadian hujan
dalam periode 4 bulan pengamatan dengan hujan harian bervariasi antara 1.06
sampai 41.13 mm/hari, rata-rata hujan total ketiga blok pengamatan sebesar
166.09 mm dan intensitas hujan rata-rata sebesar 18.53 mm/jam. Aliran batang
dan curahan tajuk meningkat dengan meningkatnya curah hujan dan intensitas
hujan. Nilai aliran batang per kejadian hujan bervariasi antara 0.01 sampai
3.74 mm atau 0.39 sampai 11.22 % dari total hujan harian. Nilai curahan tajuk per
kejadian hujan bervariasi antara 0.27 sampai 32.27 mm atau 23.00 sampai
86.40 % dari total hujan harian. Besarnya intersepsi dipengaruhi oleh ketebalan
hujan dan intensitas hujan serta curahan tajuk dan aliran batang yang terjadi.
Intersepsi per kejadian hujan bervariasi antara 0.41 sampai 11.98 mm atau

4.11 sampai 76.18 % dari hujan total harian. Total intersepsi selama 4 bulan
pengamatan bervariasi antara 39.77 sampai 70.78 mm atau 23.56 sampai 42.11 % dari
total hujan dengan rata-rata intersepsi selama 4 bulan pengamatan sebesar 57.9 mm
atau 34.9 % total hujan. Intersepsi meningkat dengan meningkatnya curah hujan
namun menjadi konstan ketika kapasitas maksimum tajuk menahan air tercapai.
Kapasitas maksimum intersepsi pada tanaman kelapa sawit terjadi pada curah
hujan 22 mm sampai 30 mm. Hasil perhitungan rata-rata intersepsi menggunakan
Model Gash (1979) adalah 36.7 mm (22.1 %) dari rata-rata total hujan selama
periode 4 bulan pengamatan. Sedangkan hasil perhitungan intersepsi
menggunakan Revisi Gash et al. (1995) adalah 41.7 mm (25.1 %) dari rata-rata
total hujan selama periode 4 bulan pengamatan.

Kata kunci : curah hujan, aliran batang, curahan tajuk, intersepsi, model Gash

SUMMARY

Bogie Miftahur Ridwan. The Application of Gash Model to Estimate Rain
Interception in Palm Plantation Area (Case Study in Rejosari Working Unit, PTPN VII
Lampung). Supervised by Naik Sinukaban and Kukuh Murtilaksono.
Rainfall interception is a process of keeping temporarily of the rain water on

vegetation crown, before it is being evaporated. The loss of water through interception
is an important part in hydrologic cycle, in its relation with water yield of a watershed.
Rainfall interception in oil palm plantation need to be known to estimate the amount of
rainfall which becomes run off.
This research is aimed to predict rainfall interception through measuring and
calculating the stemflow and throughfall on palm trees and using Gash model to predict
interception during 4 months research periode in Palm Plantation Rejosari Working
Unit, PTPN VII, Lampung.
Results of this research, showed that there were 16 days of rain incidences in
4 months research periode with daily rainfall ranged from 1.06 to 41.13 mm/day. The
average of total rainfall in 4 months was 166.09 mm and the average of rainfall
intensity was 18.53 mm/hour. Stemflow and throughfall increased with total rainfall
and rainfall intensity. The amount of stemflow per rain incidences were ranged from
0.01 to 3.74 mm or 0.39 to 11.22 % of total daily rainfall. The amount of troughfall per
rain incidences were ranged from 0.27 to 32.27 mm or 23.00 to 86.40 % of total daily
rainfall. The amount of interception depend on total rainfall, rainfall intensity, troughfall
and stemflow. The amount of interception per rain incidences were ranged from 0.41 to
11,98 mm or 4.11 to 76.18 % of total daily rainfall. Total interception in 4 months were
ranged from 39.77 to 70.76 mm or 23.56 to 42.11 % of total rainfall. The average of
total interception in 4 month was 57. 9 mm or 34.9 % of total rainfall. Interception

increased with increasing rainfall, however, interception would become constant when
the carrying capacity of crown have been saturated. Maximum interception capacity of
the oil palm plantation occurred at rainfall were ranged from 22 to 30 mm. The result of
Gash model estimation (1979) was 22.1% from the average of total rain fall during
4 months research periode. The result revision of Gash et al. (1995) was 25.1% from
the average of total rain fall during 4 months research periode.

Key word : rainfall, stemflow, troughfall, interception, Gash model

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN
INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG)

Oleh
Bogie Miftahur Ridwan
A24104083

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Penerapan Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi
Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus di
Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung)

Nama Mahasiswa : Bogie Miftahur Ridwan
Nomor Pokok

: A24104083

Menyetujui,


Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
NIP. 19461109 197302 1 001

Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S.
NIP. 19600808 198903 1 003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 24 September
1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Aam
Ramli dan Siti Nur’aini.
Pada tahun 1998 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri I Bekasi, selain
itu pada tahun yang sama penulis juga menyelesaikan studi di Madrasah
Ibtidaiyah At-Taubah Bekasi. Penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri I Bekasi
dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I
Bekasi.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Departemen Tanah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
pada tahun 2004. Selama menjalankan studi di IPB menulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan Biro Lingkungan Hidup Azimuth. Penulis ikut serta menjadi
asisten praktikum mata kuliah Kartografi pada tahun 2006. Penulis ikut serta
menjadi panitia Seminar Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air pada
tahun 2007.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Intstitut
Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian di Perkebunan
Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung yang berjudul ”Penerapan
Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Bapak Naik Sinukaban dan Bapak Kukuh Murtilaksono, pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, waktu, arahan dan nasehat atas
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Moch. Anwar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Direksi dan staf PPKS yang telah mendanai penelitian ini.
4. Manager dan staf Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta sinder dan
staf Afdeling III.
5. Orang Tua dan adikku atas doa dan motivasi yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Mas Pedro, Pak Hasan, Pak Sukidi, Pak Warno dan Mas Beki yang telah
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Ratih, yang tiada hentinya memberikan semangat, doa dan kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Matung, Restu, Anita dan Marni sahabat seperjuangan yang telah sangat
membantu penulis di lapang maupun di kampus.
9. Saudara-saudaraku Azimuth 14 (Adhi, Cablak, Babeh, Alwan, Hank, Ratna
dan Ratih) dan seluruh keluarga besar Azimuth, atas dukungan yang diberikan
kepada penulis.
10. Teman-teman Pondok Lamin Dentis yang selalu memberi semangat kepada
penulis.

11. Teman-teman di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan angkatan 41
yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna sehingga masukan
sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Pengertian Umum dan Siklus Hidrologi ..............................................
Presipitasi .............................................................................................
Intersepsi ..............................................................................................

Model Pendugaan Intersepsi ................................................................

3
3
4
5
6

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat Penelitian .....................................................................
Teknik Pengukuran di Lapangan ..........................................................
Curah Hujan ....................................................................................
Aliran Batang ..................................................................................
Curahan Tajuk .................................................................................
Penetapan Intersepsi ..............................................................................
Pengukuran ......................................................................................
Pendugaan dengan Model Gash ......................................................

10
10
11
13
13
13
14
14
14
15

HASIL PEMBAHASAN ............................................................................
Curah Hujan ..........................................................................................
Aliran Batang ........................................................................................
Curahan Tajuk .......................................................................................
Intersepsi .............................................................................................
Terapan Pendugaan Intersepsi Model Gash ..........................................
Parameter-parameter Komponen Model .........................................
Hasil Pendugaan Model Gash .........................................................
Korelasi antara Pengukuran Intersepsi Langsung
dengan Perhitungan Intersepsi Menggunakan Model Gash ..................

17
17
18
24
28
32
32
36

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran ......................................................................................................

40
40
41

37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

42

LAMPIRAN ................................................................................................

45

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN
INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG)

Oleh
Bogie Miftahur Ridwan
A24104083

PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

Bogie Miftahur Ridwan. Penerapan Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi
Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus di Unit Usaha Rejosari PTPN
VII Lampung). Di bawah bimbingan Naik Sinukaban dan Kukuh
Murtilaksono.
Intersepsi hujan adalah proses tertahannya air hujan pada permukaan
vegetasi sebelum diuapkan kembali ke atmosfer. Hilangnya air melalui intersepsi
(interception loss) merupakan bagian penting dalam siklus hidrologi, yaitu
kaitannya dengan produksi air (water yield) suatu DAS. Intersepsi hujan pada
pertanaman kelapa sawit perlu diketahui untuk dapat menduga jumlah air hujan
yang menjadi run off.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi besarnya intersepsi melalui
pengukuran dan perhitungan aliran batang (stemflow) dan curahan tajuk
(troughfall) pada tanaman kelapa sawit serta menduga besarnya intersepsi selama
4 bulan pengamatan menggunakan model Gash di Perkebunan Kelapa Sawit Unit
Usaha Rejosari PTPN VII Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 hari kejadian hujan
dalam periode 4 bulan pengamatan dengan hujan harian bervariasi antara 1.06
sampai 41.13 mm/hari, rata-rata hujan total ketiga blok pengamatan sebesar
166.09 mm dan intensitas hujan rata-rata sebesar 18.53 mm/jam. Aliran batang
dan curahan tajuk meningkat dengan meningkatnya curah hujan dan intensitas
hujan. Nilai aliran batang per kejadian hujan bervariasi antara 0.01 sampai
3.74 mm atau 0.39 sampai 11.22 % dari total hujan harian. Nilai curahan tajuk per
kejadian hujan bervariasi antara 0.27 sampai 32.27 mm atau 23.00 sampai
86.40 % dari total hujan harian. Besarnya intersepsi dipengaruhi oleh ketebalan
hujan dan intensitas hujan serta curahan tajuk dan aliran batang yang terjadi.
Intersepsi per kejadian hujan bervariasi antara 0.41 sampai 11.98 mm atau
4.11 sampai 76.18 % dari hujan total harian. Total intersepsi selama 4 bulan
pengamatan bervariasi antara 39.77 sampai 70.78 mm atau 23.56 sampai 42.11 % dari
total hujan dengan rata-rata intersepsi selama 4 bulan pengamatan sebesar 57.9 mm
atau 34.9 % total hujan. Intersepsi meningkat dengan meningkatnya curah hujan
namun menjadi konstan ketika kapasitas maksimum tajuk menahan air tercapai.
Kapasitas maksimum intersepsi pada tanaman kelapa sawit terjadi pada curah
hujan 22 mm sampai 30 mm. Hasil perhitungan rata-rata intersepsi menggunakan
Model Gash (1979) adalah 36.7 mm (22.1 %) dari rata-rata total hujan selama
periode 4 bulan pengamatan. Sedangkan hasil perhitungan intersepsi
menggunakan Revisi Gash et al. (1995) adalah 41.7 mm (25.1 %) dari rata-rata
total hujan selama periode 4 bulan pengamatan.

Kata kunci : curah hujan, aliran batang, curahan tajuk, intersepsi, model Gash

SUMMARY

Bogie Miftahur Ridwan. The Application of Gash Model to Estimate Rain
Interception in Palm Plantation Area (Case Study in Rejosari Working Unit, PTPN VII
Lampung). Supervised by Naik Sinukaban and Kukuh Murtilaksono.
Rainfall interception is a process of keeping temporarily of the rain water on
vegetation crown, before it is being evaporated. The loss of water through interception
is an important part in hydrologic cycle, in its relation with water yield of a watershed.
Rainfall interception in oil palm plantation need to be known to estimate the amount of
rainfall which becomes run off.
This research is aimed to predict rainfall interception through measuring and
calculating the stemflow and throughfall on palm trees and using Gash model to predict
interception during 4 months research periode in Palm Plantation Rejosari Working
Unit, PTPN VII, Lampung.
Results of this research, showed that there were 16 days of rain incidences in
4 months research periode with daily rainfall ranged from 1.06 to 41.13 mm/day. The
average of total rainfall in 4 months was 166.09 mm and the average of rainfall
intensity was 18.53 mm/hour. Stemflow and throughfall increased with total rainfall
and rainfall intensity. The amount of stemflow per rain incidences were ranged from
0.01 to 3.74 mm or 0.39 to 11.22 % of total daily rainfall. The amount of troughfall per
rain incidences were ranged from 0.27 to 32.27 mm or 23.00 to 86.40 % of total daily
rainfall. The amount of interception depend on total rainfall, rainfall intensity, troughfall
and stemflow. The amount of interception per rain incidences were ranged from 0.41 to
11,98 mm or 4.11 to 76.18 % of total daily rainfall. Total interception in 4 months were
ranged from 39.77 to 70.76 mm or 23.56 to 42.11 % of total rainfall. The average of
total interception in 4 month was 57. 9 mm or 34.9 % of total rainfall. Interception
increased with increasing rainfall, however, interception would become constant when
the carrying capacity of crown have been saturated. Maximum interception capacity of
the oil palm plantation occurred at rainfall were ranged from 22 to 30 mm. The result of
Gash model estimation (1979) was 22.1% from the average of total rain fall during
4 months research periode. The result revision of Gash et al. (1995) was 25.1% from
the average of total rain fall during 4 months research periode.

Key word : rainfall, stemflow, troughfall, interception, Gash model

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN
INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG)

Oleh
Bogie Miftahur Ridwan
A24104083

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Penerapan Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi
Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus di
Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung)

Nama Mahasiswa : Bogie Miftahur Ridwan
Nomor Pokok

: A24104083

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
NIP. 19461109 197302 1 001

Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S.
NIP. 19600808 198903 1 003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 24 September
1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Aam
Ramli dan Siti Nur’aini.
Pada tahun 1998 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri I Bekasi, selain
itu pada tahun yang sama penulis juga menyelesaikan studi di Madrasah
Ibtidaiyah At-Taubah Bekasi. Penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri I Bekasi
dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I
Bekasi.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Departemen Tanah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
pada tahun 2004. Selama menjalankan studi di IPB menulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan Biro Lingkungan Hidup Azimuth. Penulis ikut serta menjadi
asisten praktikum mata kuliah Kartografi pada tahun 2006. Penulis ikut serta
menjadi panitia Seminar Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air pada
tahun 2007.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Intstitut
Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian di Perkebunan
Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung yang berjudul ”Penerapan
Model Gash Untuk Pendugaan Intersepsi Hujan Pada Perkebunan Kelapa Sawit”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Bapak Naik Sinukaban dan Bapak Kukuh Murtilaksono, pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, waktu, arahan dan nasehat atas
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Moch. Anwar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Direksi dan staf PPKS yang telah mendanai penelitian ini.
4. Manager dan staf Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta sinder dan
staf Afdeling III.
5. Orang Tua dan adikku atas doa dan motivasi yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Mas Pedro, Pak Hasan, Pak Sukidi, Pak Warno dan Mas Beki yang telah
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Ratih, yang tiada hentinya memberikan semangat, doa dan kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Matung, Restu, Anita dan Marni sahabat seperjuangan yang telah sangat
membantu penulis di lapang maupun di kampus.
9. Saudara-saudaraku Azimuth 14 (Adhi, Cablak, Babeh, Alwan, Hank, Ratna
dan Ratih) dan seluruh keluarga besar Azimuth, atas dukungan yang diberikan
kepada penulis.
10. Teman-teman Pondok Lamin Dentis yang selalu memberi semangat kepada
penulis.

11. Teman-teman di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan angkatan 41
yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna sehingga masukan
sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Pengertian Umum dan Siklus Hidrologi ..............................................
Presipitasi .............................................................................................
Intersepsi ..............................................................................................
Model Pendugaan Intersepsi ................................................................

3
3
4
5
6

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat Penelitian .....................................................................
Teknik Pengukuran di Lapangan ..........................................................
Curah Hujan ....................................................................................
Aliran Batang ..................................................................................
Curahan Tajuk .................................................................................
Penetapan Intersepsi ..............................................................................
Pengukuran ......................................................................................
Pendugaan dengan Model Gash ......................................................

10
10
11
13
13
13
14
14
14
15

HASIL PEMBAHASAN ............................................................................
Curah Hujan ..........................................................................................
Aliran Batang ........................................................................................
Curahan Tajuk .......................................................................................
Intersepsi .............................................................................................
Terapan Pendugaan Intersepsi Model Gash ..........................................
Parameter-parameter Komponen Model .........................................
Hasil Pendugaan Model Gash .........................................................
Korelasi antara Pengukuran Intersepsi Langsung
dengan Perhitungan Intersepsi Menggunakan Model Gash ..................

17
17
18
24
28
32
32
36

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran ......................................................................................................

40
40
41

37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

42

LAMPIRAN ................................................................................................

45

DAFTAR TABEL
No.

Halaman
Teks
Rumus-rumus Pendugaan Intersepsi Model Gash ..........................

16

Hasil Pengukuran Distribusi Frekuensi Hujan Total
Ketiga Blok Pengamatan .................................................................

17

3.

Distribusi Curah Hujan Berdasarkan Kelas Intensitas Hujan .........

18

4.

Hasil Perhitungan Nilai Aliran Batang untuk Tiap Kelas Hujan
pada Ketiga Blok Pengamatan ........................................................

19

5.

Distribusi Aliran Batang Berdasarkan Kelas Intensitas Hujan .......

20

6.

Hasil Pengukuran Nilai Curahan Tajuk untuk Tiap Kelas Hujan
pada Ketiga Blok Pengamatan ........................................................

25

7.

Distribusi Curahan Tajuk Berdasarkan Kelas Intensitas Hujan ......

25

8.

Hasil Pengukuran Nilai Intersepsi untuk Tiap Kelas Hujan
pada Ketiga Blok Pengamatan ........................................................

29

Distribusi Persentase Intersepsi Berdasarkan
Kelas Intensitas Hujan .....................................................................

29

10.

Laju Evaporasi Rata-rata dari Ketiga Blok Pengamatan .................

33

11.

Kapasitas Tajuk (S) Pada Blok Pengamatan ...................................

34

12.

Hasil Parameterisasi Unsur-unsur Model Pendugaan Intersepsi
untuk Blok Pengamatan ..................................................................

36

Hasil Pendugaan Intersepsi dengan Model Gash
untuk Ketiga Blok Pengamatan .......................................................

37

1.
2.

9.

13.

Lampiran
1.

Curah Hujan Masing-masing Blok Pengamatan .............................

45

2.

Hasil Pengukuran Intersepsi Pada Blok I ........................................

45

3.

Hasil Pengukuran Intersepsi Pada Blok II ......................................

46

4.

Hasil Pengukuran Intersepsi Pada Blok III .....................................

46

5.

Hasil Pengukuran Aliran Batang Pada Tiga Blok Pengamatan ......

47

6.

Hasil Pengukuran Curahan Tajuk Pada Tiga Blok Pengamatan .....

47

7.

Hasil Pengukuran Komponen Intersepsi Pada Kelas Hujan
15 mm/hari ....................................................................................

50

11.

Hasil Pengukuran Intersepsi Langsung ...........................................

50

12.

Hasil Pengukuran Komponen Intersepsi Pada Kelas Intensitas
Hujan 25 mm/jam .........................................................................

52

16.

Hasil Pengukuran Intensitas Hujan Rata-rata .................................

52

17.

Data Vegetatif Blok I ......................................................................

54

18.

Data Vegetatif Blok II .....................................................................

55

19.

Data Vegetatif Blok III ....................................................................

56

10.

13.
14.
15.

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1.

Teks
Tata Letak Blok-blok Penelitian .......................................................

10

2.

Penakar Curah Hujan ........................................................................

12

3.

Selang Penampung Air Aliran Batang ..............................................

12

4.

Drum Penampung Air Aliran Batang ...............................................

12

5.

Bak Besi Penampung Air Curahan Tajuk .........................................

12

6.

Corong Penampung Air Curahan Tajuk ...........................................

13

7.

Talang Penampung Curahan Tajuk ..................................................

13

8.

Grafik Hubungan Antara Aliran Batang dengan (a) Kelas Hujan dan
(b) Intensitas Hujan ..........................................................................

21

Grafik Antara Curah Hujan dan Aliran Batang untuk
Ketiga Blok Penggunaan Lahan Kelapa Sawit .................................

23

9.

10. Grafik Hubungan Antara Curahan Tajuk dengan (a) Kelas Hujan dan
(b)Intensitas Hujan .......................................................................... 26
11. Grafik Regresi Antara Curah Hujan dan Curahan Tajuk
untuk Ketiga Blok Penggunaan Lahan Kelapa Sawit .......................

27

12. Grafik Hubungan Antara Intersepsi dengan (a) Kelas Hujan dan
(b) Intensitas Hujan ..........................................................................

30

13. Grafik Regresi antara Curah Hujan dengan Intersepsi pada
Ketiga Blok Penggunaan Lahan Kelapa Sawit .................................

31

14. Grafik Regresi Linier Antara Curah Hujan dengan Intersepsi .........

33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditi utama
pada sektor perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman yang
membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Curah hujan optimum yang diperlukan
tanaman kelapa sawit rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata
sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan dan tidak terjadi defisit air
sebesar 250 mm (Fauzi et al., 2002). Bila terjadi kekeringan maka akar tanaman
kelapa sawit sulit menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Hal ini
menyebabkan terganggunya pertumbuhan, perkembangan bunga dan buah yang
pada akhirnya akan menurunkan produksi kelapa sawit. Darmosarkoro, Harahap
dan Syamsudin (2001) menyatakan bahwa kekeringan berpengaruh terhadap
proses fisiologis tanaman, pertumbuhan vegetatif, produksi, populasi hama dan
penyakit serta gulma pada lahan kelapa sawit.
Secara alamiah air mengalami peredaran melalui siklus hidrologi, yaitu
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan
kembali lagi ke laut secara terus menerus. Dalam siklus ini terjadi proses penghilangan
dan pengembalian air secara teratur. Salah satu bagian penting dalam siklus hidrologi
adalah presipitasi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang berfungsi
mengembalikan air yang hilang oleh penguapan serta mengisi kembali air tanah.
Sebagian hujan yang jatuh menguap sebelum tiba di permukaan bumi, yakni ketika
sedang jatuh atau ditahan dan melekat pada tumbuh-tumbuhan. Bagian air ini disebut
air intersepsi dan peristiwa penahanan air tersebut disebut peristiwa intersepsi (Arsyad,
2000). Dalam siklus hidrologi, kehilangan air melalui proses intersepsi sangat perlu
untuk diketahui, karena terkait dengan produksi air dari suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS). Dingman (1994 dalam Sianturi, 2009) mengatakan besarnya intersepsi untuk
berbagai jenis tajuk tumbuhan berkisar antara 10 – 40 % dari hujan total. Dalam
bidang pertanian jumlah air yang terintersepsi, meskipun relatif kecil, mempunyai arti
yang penting dalam hubungannya dengan kebutuhan air tanaman.
Sejak tahun 2005 melalui kerja sama antara Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan dengan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor di Unit Usaha
Rejosari, PT Perkebunan Nusantara VII, Lampung dilakukan penelitian

konservasi tanah dan air. Oleh karena itu, sangat penting pula dilakukan
pengukuran intersepsi di daerah penelitian tersebut, karena intersepsi merupakan
salah satu komponen penentu neraca air pada suatu wilayah tangkapan yaitu untuk
menduga jumlah air yang menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan dapat
mengurangi kesuburan tanah, karena menyebabkan tererosinya lapisan top soil. Air
hujan yang tertahan terlebih dahulu pada batang dan tajuk kelapa sawit dapat
menekan daya tumbukan langsung terhadap permukaan tanah, sehingga kekuatan
air yang menyebabkan terjadinya erosi berkurang.
Besarnya intersepsi baru dapat diketahui setelah diketahui besarnya hujan
sebelum dan sesudah tajuk tumbuhan dari hasil pengukuran langsung. Namun
karena sifat tajuk tumbuhan relatif tidak berubah dari waktu ke waktu maka
besarnya intersepsi dapat diduga dari model yang ada. Model analitik intersepsi
Gash dipilih untuk menduga besarnya intersepsi karena komponen penyusun model
yang digunakan cukup sederhana seperti porositas tajuk, kapasitas simpan tajuk dan
batang, input batang, laju evaporasi harian dan intensitas hujan yang diperoleh dari
hasil analisis data lapangan. Setelah komponen penyusun model diketahui maka
dapat diduga besarnya intersepsi untuk tanaman kelapa sawit di daerah yang
berbeda dengan umur tanam yang sama.

Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memprediksi besarnya intersepsi melalui pengukuran dan perhitungan aliran
batang (stemflow) dan curahan tajuk (troughfall) pada tanaman kelapa sawit.
2. Menerapkan model Gash untuk pendugaan intersepsi pada tanaman kelapa
sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Umum dan Siklus Hidrologi
Pengertian dan pengetahuan tentang rangkaian peristiwa yang terjadi
dengan air dari saat air jatuh di permukaan bumi hingga menguap ke udara dan
kemudian jatuh kembali ke bumi sangat penting dalam hidrologi (Haridjaja et al.,
1991). Menurut Seyhan (1990) daur hidrologi diberi batasan sebagai tahapantahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer;
evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk
membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun di tubuh air.
Arsyad (2000) menjelaskan secara terinci tentang siklus air, bahwa
sebagian air yang jatuh (hujan) menguap sebelum tiba di permukaan bumi, yakni
ketika sedang jatuh atau ditahan dan melekat pada tumbuh-tumbuhan. Bagian air
hujan yang ditahan dan melekat di permukaan daun dan cabang disebut air
intersepsi dan peristiwa penahanan air tersebut disebut peristiwa intersepsi. Air
hujan yang sampai di permukaan tanah adalah air yang jatuh langsung, air hujan
yang setelah tertahan oleh daun atau cabang pohon kemudian jatuh ke permukaan
tanah disebut lolosan tajuk, dan air hujan jatuh di permukaan daun, cabang,
batang kemudian mengalir melalui batang ke bawah disebut aliran batang. Bagian
dari air tersebut yang sampai ke permukaan tanah disebut persediaan air
permukaan akan mengalir di permukaan atau masuk kedalam tanah. Air yang
mengalir di permukaan tanah disebut aliran permukaan. Peristiwa masuknya air ke
dalam tanah disebut infiltrasi. Aliran permukaan akan terkumpul di dalam danau
reservoir atau sungai dan kemudian mengalir ke laut. Dalam perjalanan air
menuju laut sebagian ada yang diuapkan kembali ke udara.
Sebagian air yang masuk ke dalam tanah akan segera keluar kembali ke
sungai-sungai sebagai aliran intra (interflow), sedangkan sebagian besar lainnya
akan tersimpan sebagai air tanah yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
sebagai limpasan air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 1993).

Presipitasi
Presipitasi adalah proses jatuhnya air dari udara ke dalam bentuk padat
atau cair seperti hujan, salju, es, kabut atau embun ke permukaan bumi (Haridjaja
et al., 1991). Menurut Viesmann et al. (1977) bentuk dan jumlah presipitasi
dipengaruhi oleh faktor iklim antara lain seperti angin, suhu dan tekanan atmosfer.
Di daerah tropis, presipitasi ditemui dalam bentuk hujan, maka presipitasi dalam
konteks daerah tropis sama dengan hujan.
Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka
waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal,
apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh penguapan, pengaliran, dan
peresapan ke dalam tanah. WMO (1991 dalam Anwar, 2003) menyatakan satu
hari hujan adalah periode 24 jam di mana terkumpul curah hujan setinggi 0.5 mm
atau lebih dan curah hujan kurang dari ketentuan tersebut, hari hujannya dianggap
nol.
Menurut para ahli hanya ± 25 % dari seluruh presipitasi yang jatuh di
daratan mengalir ke laut melalui permukaan dan aliran bawah tanah, sedangkan
sisanya ± 75 % kembali ke udara melalui proses evaporasi dari permukaan air,
tanah, batu, dan benda-benda lain di permukaan bumi, serta melalui proses
transpirasi. Namun demikian uap air hasil evapotranspirasi bukanlah sumber
utama presipitasi di daratan yang bersangkutan. Uap air hasil evapotranspirasi
dari daratan seringkali terserap oleh massa udara kering dan hanya sebagian kecil
yang terpresipitasikan kembali pada tempat yang sama. Seringkali sumber
presipitasi di daratan adalah uap air hasil evaporasi di permukaan laut yang
terbawa ke daratan bersama massa udara yang bergerak sebagai angin laut
(Haridjaja et al., 1991).
Penakar-penakar presipitasi biasanya ditempatkan pada tempat terbuka
dan dengan demikian tidak mengukur presipitasi yang sampai di tanah di bawah
suatu tajuk vegetasi. Bagian presipitasi yang tetap pada permukaan vegetasi
disebut intersepsi. Sebagian air yang diintersepsi ini menguap dan sebagian
mencapai tanah secara langsung. Bagian tersebut dikenal sebagai air tembus
(troughfall) (Seyhan, 1990).

Karakteristik hujan yang mempengaruhi besarnya intersepsi adalah curah
hujan, intensitas hujan dan distribusinya. Curah hujan biasanya diukur setiap hari
hujan (hujan harian) dan dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). Intensitas
hujan merupakan curah hujan per satuan waktu (misalnya mm/15 menit,
mm/30 menit, mm/jam dst) dan dapat diukur dengan pencatat otomatis. Curah
hujan yang dapat mencapai tanah merupakan penjumlahan antara curahan tajuk
dengan aliran batang yang biasa disebut dengan presipitasi netto (Pn).
(Kaimuddin, 1994).
Intersepsi
Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi, di
atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali
ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Air hujan jatuh pada
permukaan tajuk vegetasi akan mencapai permukaan lantai hutan melalui dua
proses mekanis, yaitu lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow).
Air lolos jatuh langsung ke permukaan tanah melalui ruangan antar tajuk/daun
atau menetes melalui daun, batang, dan cabang, sedangkan aliran batang adalah
air hujan yang dalam perjalanan mencapai permukaan tanah mengalir melalui
batang vegetasi. Dengan demikian, intersepsi hujan adalah beda antara curah
hujan total dan hasil pertambahan antara lolosan tajuk (throughfall) dan aliran
batang (stemflow) (Asdak, 2004). Menurut Manan (1976), yang dimaksud dengan
aliran batang adalah bagian dari curah hujan yang dicegat, terkumpul dan
mengalir ke bawah

melalui batang. Air hujan yang mengalir ke batang

mempunyai koefisien tertentu yang disebut koefisien input batang (Pt). Sebelum
mencapai tanah, aliran batang tersebut akan mengisi celah-celah batang yang
disebut sebagai kapasitas batang untuk menyimpan air (St) (Gash, 1979 dalam
Anwar, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi intersepsi curah hujan pada suatu areal
bervegetasi dipengaruhi oleh komposisi spesies, umur tanaman, kerapatan
tegakan, musim dalam setahun dengan keragaman dalam intensitas presipitasi
(Seyhan, 1990). Semakin banyak jumlah pohon per satuan luas, maka jumlah air
hujan yang diuapkan kembali ke atmosfer menjadi semakin besar. Hal ini
berkaitan dengan faktor luas bidang penguapan, yaitu tajuk vegetasi atau dengan

kata lain bahwa besarnya intersepsi ditentukan oleh angka indeks luas daun (LAI).
Berkurangnya nilai LAI akan menurunkan besarnya kapasitas tampung air pada
permukaan tajuk vegetasi (canopy storage capacity) (Asdak, 2004).
Menurut Kaimuddin (1994), dalam bidang hidrologi hilangnya air
melalui intersepsi (interception loss) merupakan bagian penting dalam siklus
hidrologi, yaitu kaitannya dengan produksi air (water yield) suatu DAS.
Intersepsi bersama-sama dengan penguapan merupakan suatu gejala yang
mendapat perhatian, karena gejala ini merupakan salah satu cara air menghilang
dari tempat yang membutuhkan, sehingga peristiwa ini menjadi penting bagi
pertanian, hidrologi, ekologi dan pemukiman penduduk. Peranan intersepsi hujan
oleh vegetasi dalam neraca air dari suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah
sangat besar, hal ini berkaitan dengan mekanisme berlangsungnya proses-proses
evaporasi dan transpirasi yang terjadi dalam masyarakat vegetasi. Secara umum
proses intersepsi di pengaruhi oleh dua faktor utama yaitu; karakteristik vegetasi,
dan iklim setempat (Asdak, 2004).
Model Pendugaan Intersepsi
Pengukuran intersepsi hujan secara langsung di lapangan memerlukan
banyak waktu, tenaga, dan biaya yang cukup besar, sehingga diperlukan suatu
pendekatan melalui model pendugaan yang dibangun berdasarkan perameterparameter yang dapat diukur seperti; curah hujan total (gross precipitation) yang
dapat diukur dari areal terbuka atau diukur di atas tajuk vegetasi (Pg), curahan
tajuk (Tf), dan aliran batang (Sf).
Besarnya intersepsi hujan ( I ) secara matematis dirumuskan sebagai
berikut:
I = Pg – Tf – Sf

…………………………………………....... (1)

Dimana I adalah intersepsi (mm), Pg adalah curah hujan total (mm), Tf adalah
curahan tajuk (Troughfall), dan Sf adalah aliran batang (Stemflow)
Gash (1979 dalam Anwar, 2003) telah berusaha dan mencoba
mengembangkan model analitik dengan memanfaatkan kondisi iklim. Model
Gash dipergunakan untuk menghitung intersepsi berdasarkan pada setiap kejadian
hujan dan mengidentifikasi secara terpisah faktor meteorologi dan faktor biologi

yang menentukan intersepsi, karena dengan demikian akan dapat memberikan
kerangka kerja dengan hasil ekstrapolasi secara sangat mudah untuk daerah lain.
Asumsi-asumsi utama yang disederhanakan oleh Gash (1979 dalam
Anwar, 2003) sebagai berikut:
a.

Pola distribusi hujan dalam bentuk hujan terus-menerus dengan interval
periode tidak hujan cukup lama, sehingga memungkinkan tajuk dan batang
pohon menjadi kering,

b.

Kondisi meteorologi selama terjadi penjenuhan tajuk, dianggap sama untuk
semua hujan, artinya bahwa rata-rata kondisi hujan dan evaporasi dapat
mewakili seluruh data hujan dan evaporasi yang ada,

c.

Bahwa tidak ada penetesan (air yang lolos) selama proses penjenuhan tajuk
dan jumlah air pada tajuk setelah hujan akan cepat berkurang (antara
20 – 30 menit) sampai tercapainya nilai daya tampung air yang terkecil.
Adapun komponen intersepsi yang diperlukan dalam penggunaan model

Gash selama kejadian hujan tertentu adalah sebagai berikut:
1. Intersepsi untuk kejadian hujan ringan yang tidak cukup untuk menjenuhkan
tajuk (Pg < Pg);
m

 I  1  p  pt  Pgj untuk m hujan ................................................. (2)
j 1

di mana Pg adalah curah hujan total, m adalah jumlah kejadian hujan kecil
(Pg < Pg'), p adalah porositas atau celah tajuk (menunjukkan jumlah curah
hujan yang langsung ke tanah tanpa terlebih dahulu menyentuh tajuk), dan pt
adalah koefisien input batang.
2. Intersepsi untuk kejadian hujan besar yang cukup untuk menjenuhkan tajuk
(Pg > Pg);


 I  n1  p  p Pg '
t


 S  untuk n hujan ......................................... (3)


di mana Pg curah hujan yang dapat menjenuhkan tajuk, n adalah jumlah
kejadian hujan besar (Pg > Pg), dan S adalah kapasitas tampung tajuk.
3. Evaporasi yang terjadi pada tajuk jenuh selama hujan berlangsung

E n
 Pgj  Pg ' ..................................................................................... (4)
R j 1

di mana

E
adalah nisbah antara evaporasi rata-rata dengan intensitas hujan
R

yang besarnya sebanding dengan koefisien arah (slope) regresi antara curah
hujan dengan intersepsi, Pg adalah curah hujan total, dan Pg adalah curah
hujan yang dapat menjenuhkan tajuk.
4. Evaporasi yang terjadi setelah hujan berhenti;
nS ............................................................................................................ (5)
5. Evaporasi yang terjadi pada batang (cabang) pada hujan yang tidak
menjenuhkan batang adalah;
mnq

qSt + Pt

 Pqj

untuk q hujan ............................................................ (6)

j 1

di mana St adalah kapasitas tampung batang, q adalah kejadian hujan yang
St 

cukup untuk menjenuhkan batang  Pg   .
Pt 


Sedang besarnya Pg dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Pg = 


RS 
E
ln 1 
 ...............................................................
E  (1  p  pt ) R 

(7)

Untuk menyatakan intersepsi total, yang diturunkan dari kombinasi ke
empat persamaan tersebut adalah sebagai berikut;

E

 I  1  p  p  Pg ' R  Pg  Pg '  1  p  p  Pg  qS  p  Pg (8)
t





t

t

t

Persamaan-persamaan tersebut di atas telah direvisi Gash (1995 dalam
Anwar, 2003) dengan menambahkan parameter bagian penutup tajuk, sehingga
bentuk persamaan dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Intersepsi untuk kejadian hujan ringan yang tidak cukup untuk menjenuhkan
tajuk (Pg < Pg);
m

 I  c  Pgj untuk m hujan …………............…………………….…… (9)
j 1

di mana Pg curah hujan total, dan c adalah koefisien pemadaman
(menunjukkan fungsi dari indeks luas daun)
2. Intersepsi untuk kejadian hujan besar yang cukup untuk menjenuhkan tajuk
(Pg > Pg);

 I  ncPg 'Suntuk n hujan

.............................................................

(10)

di mana Pg adalah curah hujan yang dapat menjenuhkan tajuk, dan S adalah
kapasitas tampung tajuk.
3. Evaporasi yang tejadi pada tajuk jenuh selama hujan berlangsung;

E n
  Pgj  Pg ' .................................................................................. (11)
R
  j 1
4. Evaporasi yang terjadi setelah hujan berhenti;
nS ............................................................................................................. (12)
5. Evaporasi yang terjadi pada batang (cabang) pada hujan yang tidak
menjenuhkan batang adalah;
nq

qSt  pt  Pgj untuk q hujan ..............................................................

(13)

j 1

di mana St adalah kapasitas tampung batang, q adalah kejadian hujan yang
St 

cukup untuk menjenuhkan batang  Pg   .
Pt 


Sedang besarnya Pg dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pg '  

RS 
E
ln 1   ............................................................................
E  cR 

(14)

Untuk menyatakan intersepsi total, yang diturunkan dari kombinasi ke
empat persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

E

 I  c Pg ' R  Pg  Pg '  c Pg  qS  P  Pg




t

t

....................

(15)

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun kelapa sawit Afdeling III, pada blok I
(375), II (415), dan III (414) Unit Usaha Rejosari, PT Perkebunan Nusantara VII
Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung (Gambar 1). Curah hujan
tahunan di daerah penelitian berkisar antara 1500 sampai 2100 mm/tahun. Jumlah
hari hujan yang terjadi di daerah penelitian 77 sampai 122 hari/tahun dengan
jumlah bulan kering 3 sampai 4 bulan/tahun. Water Deficit yang terjadi mencapai
10 sampai 400 mm/tahun (PT Perkebunan Nusantara - VII, 2005). Tipe iklim
menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe C, Oldeman tipe D3 dan Koppen
tipe Ama (Siregar, 2003). Kegiatan pengamatan dan pengukuran parameter
intersepsi di lapangan dilakukan mulai Januari hingga April 2008.

IV
IV

Lokasi

Gambar 1. Tata Letak Blok-Blok Penelitian (375, 415, 414)

Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
yang telah berumur 12 tahun. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a.

Penakar hujan tipe otomatis (Tiping Bucket) 1 buah (diameter 14 cm pada
blok I) dan observatorium sebanyak 2 buah (diameter 11.3 pada blok II dan
19.4 cm pada blok III) untuk pengukuran curah hujan bruto (Pg) (Gambar 2).

b.

Selang plas