Analisis pengaruh faktor eksternal dan internal perbankan syariah terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan syariah periode 2010 - 2014

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014

Oleh:

Rizky Aryo Wichaksono NIM. 208084000017

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Rizky Aryo Wichaksono NIM. 208084000017

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM Yoghi Citra Pratama, M.Si

NIDN. 0325067004 NIP. 19830717 201101 1 011

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, Tanggal 6 Oktober 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa:

1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono

2. NIM : 208084000017

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal

Perbankan Syariah Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Oktober 2014

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )

NIP.19570617198503 1 002 Penguji I

2. Zuhairan Y Yunmi, SE, M. Sc ( )

NIP. 19800416 200912 1 002 Penguji II

3. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, pada tanggal 26 Juni 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa:

1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono

2. NIM : 208084000017

3. Jurusan : IESP Ekonomi Islam

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Perbankan Syariah Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 – 2014

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Juni 2015

1. Dr. Amilin, SE., MSi., Ak., CA., BKP ( )

NIP. 19730615 200501 1 009 Ketua

2. Arief Fitrijanto, M.Si ( )

NIP. 19711118 200501 1 003 Sekretaris

3. Ali Rama. SE., M.Ec ( )

NIP. 2028068401 Penguji Ahli

4. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM ( )

NIDN. 0325067004 Pembimbing I

5. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Rizky Aryo Wichaksono

NIM : 208084000017

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : IESP Ekonomi Islam

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Juni 2015


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Data Pribadi

1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1990

3. Alamat : Pondok Tirta Mandala Blok i no.19 Rt/Rw : 03/019 Depok

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Mulyo Rahardjo S.H , MM 6. Nama Ibu : Endang Sri Siswantari 7. Nomor Telepon : 08973411361

8. E-mail : rizkyaryow@gmail.com

B.Data Pendidikan Formal

1. 1996 – 2002 : SD Yaspen Tugu Ibu Depok 2. 2002 – 2005 : SMP Negeri 4 Depok

3. 2005 – 2008 : SMA Plus PGRI 1 Cibinong, Bogor

4. 2008 – 2014 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi studi Pembangunan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vi ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income toward return on asset partially and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months. The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income. The result also show there is a significant partially influence interest rate and BOPO (operational cost and operational income) toward return on asset, whereas Inflation, rupiah exchange rate and financing deposit ratio has no partially Influence toward return on asset. The result adjusted R square show that the influence of Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income toward return on asset are 93.4% and the rest 6.6% was affected by other variables and not included into this regression analysis.

Keyword: Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio operational cost and operational income, return on asset


(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel suku bunga dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan Inflasi nilai tukar rupiah, financing deposit ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 93,4% sedangkan sisanya sebesar 6,6% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.

Kata kunci: inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional, return on asset


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Fakor Eksternal dan Internal Perbankan Syariah Terhadap Profitabilitas Pada perbankan Syariah Preiode 2010-2014 ”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta (Mulyo Rahardjo SH. MM) dan ibunda tercinta (Endang Sri Siswantari) yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan

do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis. Dan seluruh keluarga kakak dan adik (Nikko Adhitya, Rifnaldi, Annisa Devi) yang telah

menyemangati, memberikan keceriaan, do’a dan semangat untuk terus

berusaha memberikan yang terbaik.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan, MA. MM sebagai Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan, serta sebagai Penggagas teori hahslm 472319, Konsep Sinlammim 319913616, Pendekatan Kaffah Thinking 396, dan Metode berfikir menyeluruh. Terima kasih atas segala masukan guna


(10)

ix

penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh Stafnya yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada seluruh teman-temanku dikelas IESP (Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2008, yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.

Terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya.

9. Kepada teman-teman seperjuangan seluruh Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan pejuang terakhir 2008, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik, Aziezul Rashid (Basir), Derry Sapta, Dendy Sumawan (Kadir), Aljuni Vernorth (Jodi), Fandy Prasetiyo, Muhamad Rafi(Belo), Wahyu Saputro (Wahwah), Yoga Dwidingga (Pongo), Suhendri .

10. Kepada teman-teman Perumahan Mandala yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk sukses bersama-sama, Rezha Firmansah (Eca), Putra Adisurya (Pugen), Fekky , Amirul (We), Gatra Perdana (Otoy), Reza Riztama (Jamek), dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan penah penulis lupakan.


(11)

x

11. Dan tidak lupa kepada tambatan hatiku Suciati yang selalu memberi support dan mengingatkanku akan jaga kesehatan, sholat, berdoa, dan selalu memberikan dorongan dengan segala perhatian-perhatiannya.

Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 19 juni 2015


(12)

xi DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstact ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Ekonomi Makro ... 15

2. Bank Syariah ... 16

3. Profitabilitas (Return on Asset) ... 19

4. Inflasi ... 21

5. Nilai Tukar rupiah ... 23

6. Suku Bunga ... 26

7. Financing Deposit Ratio (FDR) ... 31

8. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional ... 32

9. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 34

B. Penelitian Terdahulu ... 41

C. Kerangka Pemikiran ... 44


(13)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 49

B. Metode Penentuan Sampel ... 49

C. Metode Pengumpulan Data ... 50

D. Metode Analisis Data ... 51

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 56

3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 59

4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 59

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64

B. Hasil Dan Pembahasan ... 70

1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 70

a. Hasil Uji Normalitas Data ... 71

b. Hasil Uji Multikolinieritas ... 73

c. Hasil Uji Autokolerasi ... 74

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 76

a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ... 76

b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ... 76

3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 82

4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 82

C. Analisis dan Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013 ... 5

1.2 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR dan BOPO di Indonesia Periode 2010 – 2014 ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik ... 73

4.2 Hasil Uji Multikolonieritas... 73

4.3 Hasil Uji Autokolerasi ... 74

4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ... 76

4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ... 77

4.6 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ... 81

4.7 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 83


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.2 Kerangka Pemikiran ... 46 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ... 72 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel ... 96 2 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS ... 98


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, seorang investor biasanya mengacu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan terkadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi yang biasa digunakan oleh para manajer atau investor selama ini menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset, return on invesment) serta rasio solvabilitas. Dari keseluruhan rasio keuangan, yang biasa menjadi alat ukur kesehatan adalah return on asset karena digunakan perusahaan sebagai alat untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan, karena semakin baiknya return on asset maka akan semakin besar tingkat pengembalian return (Fadjar, 2013:2).


(18)

2 Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset (ROA), return on asset (ROA) merupakan perbandingan nett profit after tax terhadap average

total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan

menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio keuangan di atas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam menganalisanya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko, 2008:3).

Salah satu metode dalam menilai tingkat kesehatan bank ialah dengan menggunakan rasio kemampuan laba atau dapat disebut juga dengan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas. Rasio kemampuan laba dapat diartikan sebagai kemampuan bank dalam mengelola asset dan liabilities yang ada guna menghasilkan laba. Terdapat enam tolak ukur tingkat kemampuan laba, yakni net profit margin, gross proffit margin, asset utilization, return on asset,

earning per share, serta return on equity. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan tolak ukur return on asset sebagai tolak ukur tingkat kemampuan bank. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja


(19)

3 perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah Return on Asset (ROE) dan Return on Asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam

mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007:56).

Penelitian Hardiningsih, dkk (2001), menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah/US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. Nilai tukar Rupiah/US Dollar tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham (Meta, 2006:2). Berdasarkan hasil penelitian Purwiani (2007) dalam Sadikin (2011:24) tentang pengaruh resiko kurs dan risiko suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dimana risiko pasar dan risiko kurs rupiah berpengauh signifikan terhadap return saham dengan arah positif, sedangkan risiko suku bunga berpengaruh terhadap return saham tetapi dengan arah negatif. Bilson, Brailsford dan Hooper (2001:16) menggunakan nilai bobot indeks pasar dunia dan beberapa variabel makroekonomi untuk menjelaskan return saham. Hasil dari penelitian tersebut menyarankan harga barang dan aktivitas riil memiliki kemampuan yang terbatas dalam menjelaskan variasi dari return. Sementara money supply, nilai tukar, dan market return merupakan variabel yang sangat signifikan dalam menjelaskan


(20)

4 Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi tentang laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan intepretasi rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan (Lesmana, 2008:56). Dalam analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Dalam menilai kinerja perusahaan perbankan, umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (capital, assets, management, earnings, liquidity). Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.

Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perbankan, memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat (Chen, 1981 dalam Wilopo, 2001:23).

Perbankan syariah saat ini menjadi sektor yang meningkat dengan baik hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan yang dilihat pada tahun 2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah dan 150 BPRS. Pada tahun 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 155 BPRS. Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 158 BPRS dan pada tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 160 BPRS dengan total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.


(21)

5 Tabel.1.1

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013 Kelompok Bank 2010 2011 2012 2013

Bank Umum Syariah 11 11 11 11

Unit Usaha Syariah 23 24 24 23

BPRS 150 155 158 160

Sumber: http//www.bi.go.id.

Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun internal perbankan syariah itu sendiri (http//www.bi.go.id).

Salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi return on Asset perbankan adalah inflasi, yang dimaksud dengan inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Mempertahankan inflasi tetal rendah telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang menjadi masalah utama adalah hiperinflasi, atau periode peningkatan yang sangat cepat dalam tingkat harga secara keseluruhan (Case dan Fair, 2007:4).


(22)

6 Menurut Sipahutar (2007:94) mengatakan bahwa inflasi merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah suku bunga, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga dari uang dan bagaimana penerapan perhitungan bunga di pasar uang dan perhitungan bunga di bank (Leon dan Ericson, 2007:69).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar rupiah, yang dimaksud dengan nilai tukar rupiah adalah harga dari suatu mata uang ketika dipertukarkan dengan mata uang lain, atau dengan kata lain bagi mereka yang tinggal di Amerika Serikat, nilai tukar adalah seberapa banyak seseorang akan membutuhkan mata uang lain yang akan setara dengan satu dolar Amerika Serikat (Boone dan Kurtz, 2007:159). Hubungan nilai tukar dengan profitabilitas diungkapkan oleh (Prasetyantoko, 2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai


(23)

7 tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi.

Faktor internal yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah financing deposit ratio, yang dimaksud dengan financing deposit ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga (Hariyani, 2010:55).

Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut Iqbal (2010:148) menyatakan bahwa untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro, semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik.

Berdasarkan penjelasan mengenai variabel penelitian, maka dapat dijabarkan mengenai data-data empiris dari penelitian sehingga menjadi alasan


(24)

8 dilakukan penelitian, Berikut ini merupakan data mengenai faktor eksternal (inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar) dan faktor internal (capital adequacy ratio, financing deposit ratio) serta profitabilitas (return on asset) di Indonesia

(http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015): Tabel 1.2

Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR dan BOPO di Indonesia Periode 2010 - 2014

Tahun ROA (Persen)

Inflasi (Persen)

SBI (Persen)

Kurs (Rupiah)

FDR (Persen)

BOPO (Persen) 2010 2,86% 6,96% 6,50% 8350 89,67% 96,07% 2011 3,03% 3,79% 6,58% 9048 88,94% 87,71% 2012 3,11% 4,30% 5,77% 9712 84,51% 85,57% 2013 2,00% 8,38% 6,54% 10091 95,87% 85,06% 2014 1,30% 6,24% 7,54% 10703 98,11% 91,90% Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015 (diolah).

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data return on asset pada tahun 2012 sebesar 3,11% dan inflasi pada tahun 2012 sebesar 4,30%, sedangkan pada tahun 2013 return on asset sebesar 2,00% dan inflasi pada tahun 2013 sebesar 8,38%. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang mengatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Berdasarkan analisa tersebut membuktikan bahwa semakin tingginya inflasi maka akan semakin rendah return on asset.


(25)

9 Pada data suku bunga terlihat pada tahun 2012 sebesar 5,77% dan return on asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 suku bunga sebesar

6,54% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya suku bunga maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

Pada data kurs terlihat pada tahun 2012 sebesar 9712 dan return on asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 kurs sebesar 10091 dan

return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya

nilai kurs semakin rendah nilai return on asset. Data sesuai dengan pernyataan yang dilakukan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi.


(26)

10 Financing deposit ratio pada tahun 2012 sebesar 84,51% dan return on

asset sebesar 3,11% sedangkan pada tahun 2013 financing deposit ratio

sebesar 95,87% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi financing deposit ratio maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Putri dan Heykal

(2013:2) yang menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak ketiga, dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan (ROA) bank akan meningkat.

Biaya operasional dan pendapatan operasional pada tahun 2011 sebesar 87,71% dan return on asset sebesar 3,03% sedangkan pada tahun 2012 biaya operasional dan pendapatan operasional sebesar 85,57% dan return on asset sebesar 3,11% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional dan pendapatan operasional maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini terjadi karena lebih tinggi beban dibandingkan pendapatan, sehingga akan mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Iqbal (2010:148) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik.

Alasan pemilihan judul pada penelitian ini adalah semakin berkembangnya perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang mampu bersaing walaupun semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, yang ditandai dengan nilai return on asset sebagai alat dalam penilaian kinerja keuangan. Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup


(27)

11 pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 31,8 persen dengan pangsa pasar (market share) yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4,8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masya rakat Indonesia akan Islamic product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin meningkat (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015).

Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah tingkat keuntungan atau laba. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan, termasuk perbankan syariah, merupakan hal yang sangat penting dalam laporan ta hunan. Selain itu, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup kegiatan rutin atau operasional juga perlu dilaporkan sehingga di harapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan.

Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur, dan pemerintah (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015). Munawir (2002:8) menyatakan bahwa pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden.

Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas (return on asset) perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Perbankan Syariah terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014”.


(28)

12 B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

2. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

4. Bagaimana pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

5. Bagaimana pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

6. Bagaimana pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu:

a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014

b. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014


(29)

13 c. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap return on asset

perbankan syariah periode 2010 - 2014

d. Untuk menganalisis pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014

e. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014

f. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014

2. Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh faktor eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal (financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014.

b. Bagi sektor perbankan

Khususnya dalam menganalisis pengaruh pengaruh faktor eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal (financing deposit


(30)

14 ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap

profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014., penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor perbankan syariah.

c. Bagi Pemertintah

Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.

d. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim/muslimah.

e. Bagi Pihak Lain

Seperti pihak swasta/wiraswasta sebagai masukan bagi mereka untuk memilih sistem perbankan syariah sebagai pilihan alternatif.


(31)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Ekonomi Makro

Ekonomi makro merupakan bidang ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas, misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ekonomi makro mengkaji berbagai bidang yang luas, misalnya bagaimana total investasi dan konsumsi ditentukan, apa penyebab krisis moneter, bagaimana bank sentral mengelola uang dan suku bunga, mengapa beberapa negara maju berkembang pesat sementara yang lain mengalami stagnasi (kemunduran). (Ahman, 2007:113).

Ilmu ekonomi makro memperhatikan perekonomian secara keseluruhan. Ilmu ekonomi makro tidak mencoba memahami apa yang menentukan output perusahaan atau industri tunggal atau pola konsumsi rumah tangga tunggal atau kelompok rumah tangga. Ilmu ekonomi makro sebaliknya menelaah faktor-faktor yang menentukan output nasional. Ilmu ekonomi makro berhubungan dengan ketenagakerjaan dan pengangguran agregat (secara keseluruhan), berapa banyak pekerjaan yang tersedia dalam perekonomian secara keseluruhan dan berapa banyak orang yang mau bekerja tapi tak mamapu pekerjaan (Case dan Fair, 2007:11).


(32)

16 Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhatikan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisa industri dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor (Tandelilin, 2010:338).

2. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Perkembangan ekonomi islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah (Suwiknyo, 2010:1). Bank syariah adalah institusi keuangan institusi keuangan yang berbasis syariah islam. Hal ini berarti secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kaamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah (Ascarya, 2011:1).


(33)

17 Dunia ekonomi dalam islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam Al quran dan sunah) hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi (adanya sistem zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi). (Ascarya, 2011:1).

Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan undang - undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang - undang No. 7 tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut, perkembangan kebiijakan perbankan islam di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam dua periode, yaitu periode 1992 - 1998 dan periode 1998 - 1999 (Suwiknyo, 2010:2).

b. Produk Bank Syariah

Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo, 2010:20-40):


(34)

18 1) Produk Penghimpunan Dana

a) Prinsip Wadi‟ah

Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam

b) Prinsip Mudharabah

Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun

syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip

mudharabah dibagi menjadi:

(1) Mudharabah Mutlaqah

Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

(2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

(3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana

bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.


(35)

19 2) Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa.

3) Produk Jasa

Produk jasa dikembangkan dengan akad hiwalah, ar-rahn, al-qardh, al-wakalah dan al-khafalah.

3. Profitabilitas (Return on Asset)

Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai Return on Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal

dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas


(36)

20 manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2008:201).

Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357).

ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19).


(37)

21 Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).

4. Inflasi

Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.


(38)

22 Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).

Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).

Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relatif dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):


(39)

23 5. Nilai Tukar Rupiah

a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain (Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25).

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003:24).


(40)

24 Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176).

b. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001:26), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1) Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

a) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.


(41)

25 2) Sistem Kurs Tertambat (peged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang

yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata

uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3) Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4) Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.


(42)

26

Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“

umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5) Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

6. Suku Bunga

a. Pengertian Tingkat Suku Bunga (SBI)

Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap (deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180).


(43)

27 Menurut Case dan Fair (2007:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80).

Menurut Prasetiantono (2000:97) mengenai suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi (Prasetiantono, 2000:99-101).


(44)

28 b. Fungsi Suku Bunga

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah:

1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.


(45)

29 c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga

Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah (Bodie, 2006:180):

1) Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga

2) Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan (asset riil atau pembentukan modal)

3) Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral

Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga, yaitu (Madura 2007:25):

1) Pertumbuhan ekonomi

Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.


(46)

30 2) Adanya Inflasi

Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin menigkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa depan harga barang akan naik lagi (expected inflation rate) sehingga masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat. 3) Defisit Anggaran Pemerintah

Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Untuk menutupi deficit, maka pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.

Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun (Samsul 2006:65).


(47)

31

7. Financing Deposit Ratio (FDR)

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005:56). Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio (pembiayaan). Financing to deposit ratio (pembiayaan) dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).

Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 2005:81). Menurut Hasbi dan Haruman (2011:34) financing to deposit ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:


(48)

32 8. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani (2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Pratiwi, 2012:7).

Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional.


(49)

33 Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25).

Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103).

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO), digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Margaretha, 2007:62). Menurut Margaretha (2007:62) biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(50)

34 9. Keterkaitan antar Variabel Penelitian

a. Keterkaitan antara Inflasi dengan Return on Asset

Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.

Menurut Sipahutar (2007:94) mengatakan bahwa inflasi merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian


(51)

35 dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi.

Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).

Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan Naomi (2007) dan Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset.

b. Keterkaitan antara Kurs dengan Return on Asset

Kurs (Exchange Rate) merupakan nilai atas suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Peningkatan nilai suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut apresiasi, sedangkan penurunan nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut depresiasi. Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain


(52)

36 (Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25).

Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi.

Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa kurs mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan


(53)

37 Naomi (2007) dan Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel kurs terhadap return on asset.

c. Keterkaitan antara Suku Bunga dengan Return on Asset

Tingkat bunga merupakan variabel yang diwakilkan oleh SBI yang merupakan alat kebijakan moneter pemerintah dalam mengatur dan menyesuaikan aktivitas perekonomian. Apabila pemerintah ingin mengurangi jumlah konsumsi dan uang beredar, maka pemerintah dapat meningkatkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (Opportunity Cost) dari kegiatan konsumsi terutama konsumsi yang menggunakan pinjaman bank akan semakin mahal karena biaya bunga semakin mahal. Adanya kenaikan suku bunga juga mengakibatkan suku bunga deposito meningkat sehingga menyebabkan menyimpan uang di bank akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan digunakan untuk konsumsi. Hal ini akan mengakibatkan uang yang beredar semakin berkurang dan konsumsi menurun sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas perekonomian. Begitu pula sebaliknya, apabila pemerintah ingin meningkatkan jumlah konsumsi dan produksi, maka pemerintah dapat menurunkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang rendah, maka biaya ekonomi (Opportunity Cost) dari kegiatan konsumsi maupun produksi terutama kegiatan yang menggunakan pinjaman bank akan semakin rendah karena biaya bunga yang semakain rendah. Hal ini akan mendorong kegiatan produksi dan konsumsi akan lebih besar sehingga aktivitas perekonomian akan semakin meningkat. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku


(54)

38 bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80).

Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap (deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180).

Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel suku bunga terhadap return on asset.

d. Keterkaitan antara Financing Deposit Ratio dengan Return on Asset Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio (pembiayaan). Financing to deposit ratio (pembiayaan) dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang


(55)

39 bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 2005:81).

Rasio FDR yang analog dengan loan to deposit ratio (LDR) pada bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. (Dendawijaya, 2003:46).

Penelitian mengenai financial deposit ratio terhadap return on asset banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu seperti penelitian yang

dilakukan oleh Nugroho (2011) dan Fadjar (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara financing deposit ratio terhadap return on asset.

e. Keterkaitan antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional dengan Return on Asset

Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan


(56)

40 keuntungan dari penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas (ROA). Sebaliknya, tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan rasioROA.

Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional. Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25).

Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Adyani (2010) dan Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset.


(57)

41 B.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No. Judul

Penelitian Peneliti Dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Pengaruh

Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Kurniawati (2012) Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa BI rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak

berpengaruh terhadap return on asset

2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang

Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia

Fadjar (2013) Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR

berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. Berlanjut Ke Halaman Berikutnya


(1)

96

Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari,

“Indikator

-Indikator

Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar

Saham Sedang Bullish dan Bear

ish”

, Jurnal Riset Ekonomi dan

Manajemen, vol.3 no.3, Jakarta, 2003.

Subalno,

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap

Return Saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen

Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-

2007)”

, Jurnal

Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2010.

Sugiyono,

“Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”

, Alfabeta,

Bandung, 2010.

Suharyadi, Purwanto S.K.,

“Statistik :Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern”

,

Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Sukirno, Sadono.

“Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”

, Grafindo,

Jakarta, 2004.

Sunariyah,

“Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”

, Edisi Keempat, UMP AMP

YKPN, Yogyakarta, 2004.

Supriyanti, Neni

“Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Bi Terhada

p

Kinerja Keuangan PT. Bank mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”

,

Jurnal Bisnis dan Manajemen

, Jakarta, 2009.

Suwiknyo,

“Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”

, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2010.

Swandayani, Desi Marilin dan Rohmawati Kusumaningtias,

“Pengaruh Inflasi,

Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap

Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-

2009”

,

Akrual Jurnal Akuntansi, Jawa Timur, 2009.

Tandelilin, Eduardus,

“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”

, Edisi

Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010.

Wibowo, Edhi Satriyo,

“Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO,

NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”

, Diponegoro Journal Of

Management, Semarang, 2013.

Wilopo,

“Faktor

-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor

Publik/Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas Surabaya”

, Vol. 4 No. 1.

Juni. pp. 27

32, 2001.

Yuliani,

“Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada

Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta

, jurnal

manajemen & bisnis Sreiwijaya Vol. 5 No. 10, 2007.


(2)

97

Lampiran 1: Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel

Variabel Inflasi

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 6,32% 4,12% 4,41% 8,36% 7,76% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 6,15% 4,67% 4,48% 8,60% 7,09% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 4,37% 5,89% 4,49% 5,65% 4,35% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 3,65% 6,84% 3,73% 5,26% 6,47%

Variabel Suku Bunga

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 6,50% 6,67% 5,83% 5,75% 7,50% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 6,50% 6,75% 5,75% 5,83% 7,50% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 6,50% 6,75% 5,75% 6,81% 7,50% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 6,50% 6,17% 5,75% 7,42% 7,63%

Variabel Kurs

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 8373,65 8944,82 9601,77 10067,59 10610,82 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 8057,19 9125,96 9401,62 9696,24 10836,89 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 8133,64 9023,43 9873,97 9774,97 10885,68 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 8853,56 9099,42 10000,28 10833,17 10485,33

Variabel

Capital Adequacy Ratio

(FDR)

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 77,87% 87,25% 86,94% 93,02% 95,93% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 77,91% 90,02% 91,25% 96,99% 95,77% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 88,46% 86,87% 94,03% 97,67% 94,94% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 75,60% 85,20% 91,33% 95,29% 92,12%


(3)

98

Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 84,70% 86,19% 87,93% 82,20% 87,73% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 118,43% 87,65% 86,03% 84,90% 91,28% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 92,14% 87,60% 84,13% 85,46% 91,67% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 89,01% 89,39% 84,18% 87,66% 92,75%

Variabel

Return on Asset

(ROA)

No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 1,78% 1,50% 1,28% 1,88% 1,08% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) -0,46% 1,38% 1,59% 1,58% 0,78% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 0,97% 1,35% 1,70% 1,45% 0,71% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 1,14% 1,14% 1,58% 1,35% 0,61%


(4)

99

Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

ROA .0122 .00529 20

INF .0563 .01524 20

KURS 9584.0000 884.53831 20

SBI .0657 .00670 20

FDR .8972 .06541 20

BOPO .8905 .07499 20

Correlations

ROA INF KURS SBI FDR BOPO

Pearson Correlation

ROA 1.000 -.023 .101 -.464 .255 -.936

INF -.023 1.000 .222 .104 .276 .016

KURS .101 .222 1.000 .423 .774 -.332

SBI -.464 .104 .423 1.000 .206 .233

FDR .255 .276 .774 .206 1.000 -.409

BOPO -.936 .016 -.332 .233 -.409 1.000

Sig. (1-tailed)

ROA . .461 .335 .020 .139 .000

INF .461 . .173 .332 .120 .473

KURS .335 .173 . .032 .000 .076

SBI .020 .332 .032 . .192 .161

FDR .139 .120 .000 .192 . .037

BOPO .000 .473 .076 .161 .037 .

N

ROA 20 20 20 20 20 20

INF 20 20 20 20 20 20

KURS 20 20 20 20 20 20

SBI 20 20 20 20 20 20

FDR 20 20 20 20 20 20

BOPO 20 20 20 20 20 20

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .975a .952 .934 .00136 1.549

a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS b. Dependent Variable: ROA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .001 5 .000 54.992 .000b

Residual .000 14 .000

Total .001 19

a. Dependent Variable: ROA


(5)

100

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .087 .007 11.815 .000

INF .014 .021 .040 .651 .525 .904 1.107

KURS -9.048E-007 .000 -.151 -1.440 .172 .313 3.193

SBI -.149 .057 -.189 -2.606 .021 .655 1.526

FDR .001 .008 .017 .172 .866 .355 2.818

BOPO -.066 .005 -.936 -13.132 .000 .682 1.467


(6)

101

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 20

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .00116397

Most Extreme Differences

Absolute .112

Positive .112

Negative -.071

Kolmogorov-Smirnov Z .499

Asymp. Sig. (2-tailed) .964

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


Dokumen yang terkait

Analissi tingkat efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal yang mempengaruhinya

1 7 143

Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2012-2015

0 5 118

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

1 8 126

Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia

2 9 129

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2010-2014)

0 4 135

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 5 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 4 19

PENDAHULUAN Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 19

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 2 17

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 18