Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

(1)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP

PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

TAUFIK ISMAIL NIM: 1112046100125

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i Abstract

Taufik Ismail. 1112046100125. Effect of Internal Factor, Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), Eskternal factor, (BI rate) and Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) to Profit Sharing Islamic Banking either simultaneously or Partially, Muamalat, Faculty of Sharia and Law, islamic state university of Syarif Hidayatulla, Jakarta, 2016

The purpose of study is to analyze further the Lending in Bank Indonesia Sharia 2010 – 2015. Independent variable consisted of internal factor that are Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF). And eksternal factor that is (BI rate) and Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS). This study use secondary data and reprocessed by author, secondary data were obtained from websites of Bank Indonesia. The methods of data analysis was perfomed using Multiple Linier Regression method is to analyze the influence of independent variable on the dependent variable. Result from this research that :

The result from factor internal that was Third Party Fund (DPK) has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. Financing to Deposit Ratio (FDR), has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. Non Perfoming Financing (NPF) is not significance effect and positive.

The eksternal factor, BI rate has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. And than Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) is significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking.

The research show that eksternal faktor,(BI RATE and SBIS) have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking and internal faktor( DPK,FDR,NPF) have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking. And than the result from eksternal faktor, internal faktor have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking

Keyword : Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), (BI rate), Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) and Profit sharing Islamic Banking.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, karunia dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah yang telah menuntun ummatnya khususnya penulis dalam mengenal kalimat Allah SWT, dan semoga penulis beserta pembaca dikumpulkan bersama beliau nanti di akhirat.

Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI

HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaiaan karya ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, MA,Ph.D Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

2. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis.

3. Bapak Dr. Abdulrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah banyak membantu dalam hal akademik terkait penyelesaiaan studi penulis.

4. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini terselesaikan dengan baik

5. Bapak Fahmi M. Ahmadi, M.Si. dan Bapak Maman R. Hakim, SEI, MM. selaku tim penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Bukhori muslim, Lc, MA. Selaku dosen penasehat akademik dan segenap dosen serta staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis

7. Kedua orang tercinta, Bapak Djakirman dan Ibu Tin Fatimah yang telah banyak memberikan Doa dan motivasinya, Aa Nandar, Teh Teti , Azkiyya serta adiku Muhammad Fahmi yang saya banggakan.

8. Abiler ciputat yang senantiasa menjadi keluarga yang penuh ukhwah semoga terus dilancarkan urusannya dan semakin kompak.

9. Kos - kosan Ps 2012 yang merupakan sahabat penuh dengan canda tawa, dua kata buat kalian, kalian hebat


(8)

iv

10. Un – Name Fc dan Abstu merupakan sahabat sekolah yang cerdas pintar dan kompak walaupun sedikit kontroversi (datang kelapangan untuk tanding 9 orang selesai tanding 12 orang)

11. Sahabat KKN Simpati yang telah memberikan warna selama 1 bulan untuk membangun Desa Leweung Kolot Bogor.

12. Keluarga besar Perbankan Syariah angkatan 2012, sebagai teman seperjuangan terimaksih atas kebersamaannya

Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Namun tidak mustahil

jika pepatah, “tak ada gading yang tak retak” masih ada dalam penyusunan Skripsi

ini. Kesempurnaan Skripsi ini memang semata-mata adalah berkat karunia Allah SWT. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan Skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Aamiiin.

Jakarta, 15 September 2016


(9)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR………...….……..………...ii

DAFTAR ISI………...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Pokok Masalah...8

1. Identifikasi Masalah...8

2. Pembatasan Masalah...9

3. Rumusan Masalah...9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...10

1. Tujuan Penelitian...10

2. Manfaat Penelitian...10

D. Tinjauan (Review) Terdahulu...12

E. Kerangka pemikiran...15


(10)

vi

BAB II Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia

A. Pembiayaan Bank syariah...18

B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan...24

C. Jenis – jenis dan Klasifikasi Pembiayaan Bank Syariah...28

D. Pembiayaan Bagi hasil Bank Syariah...32

E. Prinsip distribusi bagi hasil...33

F. Perbedaan bagi hasil dengan system bunga...35

G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil Bank Syariah a. Faktor internal 1. Dana Pihak Ketiga (DPK)...33

2. Financing deposit rasio (FDR)...37

3. Non performing rasio (NPF)...39

b. Faktor eksternal 1. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)...42

2. Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS)...44

c. Pengaruh antar variable...45

d. Hipotesis...50

BAB III METODE PENELITIAN a. Ruang Lingkup Penelitian...52

b. Jenis Penelitian dan Sumber Data...52


(11)

vii

d. Metode Pengumpulan Data...53

e. Metode penulisan skripsi...53

f. Teknik analisa data...53

1. Uji Asusmsi Klasik...54

a. Uji Normalitas...54

b. Uji Multikolinieritas...55

c. Uji Heteroskedastisitas...57

d. Uji Autokorelasi...58

2. Uji Regresi Berganda...59

a. Uji t...60

b. Uji F...61

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)...62

g. Definisi operasional variable...63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil 1. Analisis Deskriptif...67

2. Uji Asumsi Klasik...74

a. Uji Normalitas...75

b. Uji Multikolinieritas...77

c. Uji Heteroskedastisitas...79

d. Uji Autokorelasi...81

3. Uji Regresi berganda faktor internal...83


(12)

viii

b. Uji F...88

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)...89

4. Uji Regresi Berganda faktor eksternal...90

a. Uji t...90

b. Uji F...96

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)...96

5. Uji Regresi berganda internal, ekternal...97

a. Uji F...97

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)...98

c. Variabel yang paling dominan mempengaruhi...98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...100

B. Keterbatasan...101

C. Implikasi...101

D. Saran...102

DAFTAR PUSTAKA...103


(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah dalam sector riil memiliki peranan besar dalam pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat, meningkatnya produktivitas dapat meningkatkan iklim dunia usaha dan investasi yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.1

Bank sebagai intermediasi masyarakat memiliki tiga kategori produk utama yaitu sebagai berikut: Produk Penyaluran Dana (financing), Produk penghimpunan Dana (funding), Produk Jasa (service). Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap2.

Menurut Zarkasih (2008) Produk penyaluran dana atau pembiayaan dalam bank syariah lebih dipersempit lagi menjadi dua yaitu debt financing dan equity financing, produk debt based financing mendasarkan pembiayaan pada prinsip jual beli dan prinsip sewa. Pembiayaan dengan prinsip jual beli terdiri dari murabahah, salam, dan istishna’. Pembiayaan dengan prinsip sewa terdiri dari ijarah yang dilandasi adanya perpindahan manfaat. Sedangkan produk equity based financing dengan prinsip bagi hasil terdiri dari musyarakah dan mudharabah.3

Pembiayaan yang disalurkan Oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun – ketahun memiliki peningkatan yang cukup besar namun

1

Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013, h.368.

2Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo

persada : 2004), h.97


(14)

2

pembiayaan masih di dominasi oleh produk jual beli dan sewa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Komposisi penyaluran dana Bank syariah di Indonesia 2010 – 2015

total

%

total

%

total

%

total

%

total

%

total

%

68.18 100 102.7 100 147.51 100 184.12 100 199.33 100 203.89 100

130.62 70,94 135.59 68,02 134.96 48,92

63.741 31,98 68.939 33,81

44.93 65,89 73.47 71,75 107.82 73,09

29.19 28,43 39.69 26,91 53.499 29,06

Jenis pembiayaan

Bagi hasil

Jual beli & Sewa

Jumlah

23.26 34,11

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : statistik perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah)

Pada Tabel 1.1 menandakan bahwa pembiayaan bagi hasil dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan stagnan pada persentase 33,81 % (2015), persentase terendah 34,11 % (2010). Berbeda dengan jenis pembiayaan Jual beli & sewa, walaupun persentase dari tahun ketahun mengalami fluktuatif tidak menyebabkan persentase di bawah 60 %.

Tingginya jenis pembiayan jual beli dan sewa (murabahah, salam, istisna, Ijarah dan Qard dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah jenis pembiayaan ini termasuk pembiayaan investasi berjangka pendek dengan tingkat risiko yang cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis pembiayaan bagi hasil profit and loss sharing (PLS). Selain dengan tingkat risiko yang lebih kecil jenis pembiayaan jual beli dan sewa dinilai lebih mudah dan tidak memerlukan analisa yang rumit serta menguntungkan baik dari pihak Bank maupun nasabah, keuntungan bagi Bank syariah yaitu dapat memperoleh


(15)

pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat keuntungan yang telah ditentukan diawal4.

Dalam mekanisme penerapan jenis pembiayaan bagi hasil masih sulit dilakukan karena adanya beberapa kendala seperti harus dilakukannya pemantauan secara lebih intensif oleh bank terhadap setiap investasi yang diberikan sehingga membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomis dan efisien5. Namun demikian jenis pembiayaan bagi hasil dalam bentuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah merupakan alat yang terbaik dalam rangka menghapus bunga dalam berbagai macam transaksi sehingga dalam praktiknya harus lebih ditingkatkan. Selain itu pembiayaan bagi hasil juga dapat membantu pengembangan usaha masyarakat terutama masyarakat yang memiliki kemampuan mengelola bisnis namun memiliki kendala dalam hal permodalannya.

Meningkatnya total pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun ketahun tidak terlepas dari kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, keberadaan bank syariah di industry perbankan nasional turut memberikan andil dalam menigkatkan pemerataan ekonomi masyarakat dengan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dananya. Hingga Juni 2015 penghimpunan DPK sebesar Rp 215.339 miliar dan total pembiayaan sebesar Rp 203.894 miliar6.

4Amin Mu’allim,

Praktek pembiayaan Bank syariah dan problematikanya. Paper Al-mawarid edisi XI 2004, h. 55.

5

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 128

6


(16)

4

Dalam kaitannya dengan peningkatan pembiayaan atau penyaluran dana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor tersebut merupakan faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar bank (eksternal). faktor internal dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan pemodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank7.

Sedangkan faktor ekternal menurut Athanasoglou "merupakan variable-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan8”

Adapun faktor internal bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek liquidity meliputi financing deposit ratio (FDR). Aspek penghimpunan dana yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kualitas aktiva produktif terutama kualitas pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan bermasalah non perfoming Financing (NPF). Sementara dari sisi ekternal, bank syariah sebagai lembaga keuangan tentu pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti kenaikan dan penurunan inflasi dan BI rate, secara umum sangat dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk meningkatkan dana pihak ketiga dalam industi perbankan syariah. Kondisi makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu pembiayaan9.

7Dahlan Siamat,. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta: 2005 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, h. 57

8

Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98.

9

Ekarina katmas, pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013 , (Jakarta :skripsi UIN Jakarta, 2013), h.6


(17)

Selain inflasi dan BI rate faktor ekternal lainnya adalah penempatan dana pada SBIS dan penempatan dana pada PUAS. Bank Indonesia mengeluarkan perangkat kebijakan moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai wahana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah pada Bank Indonesia, yang juga berfungsi sebagai secondary reserve bagi bank tersebut10. Selain itu Bank Indonesia juga mengeluarkan perangkat kebijakan moneter dalam bentuk Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)11.“Namun semakin banyak penempatan dana yang dialokasikan pada SBIS dan PUAS maka pembiayaan semakin menurun

Menurut Siregar (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran dana yaitu DPK, SBIS, dan pembiayaan bermasalah atau NPF. Dimana dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang diperoleh dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan deposito, sedangkan bonus SBIS adalah sumber dana bank yang diperoleh dari Bank Indonesia atas penitipan dana wadiah atas kelebihan likuiditas bank yang bersangkutan. Pembiayaan bermasalah atau non performing financing merupakan rasio perbandingan pembiayaan yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada masyarakat12.

Berdasarkan data statistik Bank Umum syariah dan Unit Usaha Syariah berikut adalah total jenis pembiayaan bagi hasil, DPK, NPF, FDR, BI rate dan SBIS selama kurun waktu 5 tahun 6 bulan terkahir.

10

7PBI No. 10/11/PBI/2008 yang diperbaharui dengan PBI No.12/18/PBI/2010 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

11

PBI No.7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.2/8/PBI/2000 tentang PUAS 12Siswati

.anaisis penyaluran dana bank syariah. Jurnal dinamika manajemen . Vol 4 No 1. maret 2013, h.83.


(18)

6

Table 1.2 Total Pembiayaan Bagi Hasil, Kinerja Keuangan, BI rate dan SBIS, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rp. 76.036 Rp. 115.415 Rp. 147.512 Rp. 183.534 Rp. 217.858 Rp. 215.339 3,02 % 2,52 % 2,22 % 2,62 % 4,33 % 4,76 % Rp. 5.408 Rp. 9.244 Rp. 4.993 Rp. 6.699 Rp. 8.130 Rp. 8.858

6,50 % 6,00 % 5,75 % 7,50 % 7,75 % 7,50 % 89,67 % 88,94 % 100,00 % 100,32 % 91,50 % 96,52 % Rp. 23.255 Rp.29.189 Rp.39.690 Rp.53.499 Rp.63.741 Rp. 68.939 Tahun

DPK NPF SBIS BI Rate

FDR Pembiayaan Basil

Sumber : statistic perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah)

Berdasarkan Table 1.2 pengamatan pada Bank Umum Syariah Indonesia menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil yang diberikan BUS dan UUS sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya DPK. Hal tersebut menunjukan bahwa meningkatnya DPK yang dihimpun dapat membuat bank lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaan bagi hasil dari berbagai sumber dana yang meliputi giro, tabungan, dan deposito.

Pada rasio NPF dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif, pada tahun 2012-2013 rasio NPF mengalami kenaikan sebesar 0.4 % dengan diikuti besarnya kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Dan pada tahun 2013-2014 rasio NPF naik sebesar 1.71% dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 10.242 miliar, sedangkan kenaikan NPF pada rentang waktu 2014-2015 sebesar 0,43% dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 5.198 miliar. Semakin tinggi persentase rasio NPF mengindikasikan semakin buruk kualitas pembiayaan sehingga bank akan lebih ketat dalam melakukan pembiayaan mengingat bank harus melakukan recovery dana atas dana yang tidak kembali dari pembiayaan yang gagal bayar. Jadi setiap kenaikan pembiayaan yang bermasalah NPF akan menurunkan jumlah dana yang disalurkan.


(19)

Selanjutnya pada faktor eksternal BI rate dari tahun ketahun mengalami fluktuatif pada 2012-2013 BI rate mengalami kenaikan sebesar 1.75 % dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Demikian halnya pada tahun 2013-2014 BI rate mengalami kenaikan sebesar 0,25 % dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 10.242 miliar. Namun pada rentang waktu 2014-2015 BI rate mengalami penurunan sebesar 0,25% hal terebut tidak mengakibatkan menurunnya pembiayaan bagi hasil melainkan terjadi kenaikan sebesar 5.198 miliar. Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan dan diik uti oleh suku bunga pinjaman.

Tingginya bunga simpanan yang ditawarkan tentu akan menarik hasrat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank konvensional dari pada menyimpan dananya di bank syariah hal tersebut dikarenakan nilai nisbah bagi hasil bank syariah lebih kecil dari bunga bank, dengan begitu akan banyak nasabah yang beralih ke bank konvensional dengan nilai keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan bank syariah menurunnya dana pihak ketiga dari nasabah yang merupakan sumber modal terbesar dalam melakukan pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan, jika dana pihak ketiga menurun maka, secara tidak langsung akan mengakibatkan penurunan pembiyaan bagi bank13.

Faktor ekternal lainnya yaitu SBIS Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah SBIS pada BUS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2012 mengalami penurunan namun, penurunan tersebut tidak

13Edo widiyanto, dan lucia ari diyanti. “

Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1 februari 2015.


(20)

8

mengakibatkan menurunnya penyaluran dana BUS, justru diiringi juga dengan peningkatan pembiayaan bagi hasil dari tahun ketahun. Semakin besar dana yang dialokasikan ke Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maka akan menyebabkan alokasi dana pada pembiayaan menurun. Dari tabel tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan dimana jumlah SBIS berbanding lurus dengan total pembiayaaan.

Berdasarkan fakta-fakta diatas banyaknya kesenjangan antara faktor ekternal dan internal bank syariah terhadap penyaluran dana bagi hasil. Maka dari itu masalah ini menjadi hal yang menarik untuk di analisis sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor ekternal (DPK, NPF, FDR) dan faktor internal (SBIS, BI rate) terhadap penyaluran dana bagi hasil. Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP

PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

B. Pokok Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Adanya kesenjangan faktor internal Bank Umum Syariah yaitu Financing Deposit Rasio (FDR), dan Non Perfoming Financig (NPF) terhadap pembiayaan bagi hasil.

b. Adanya kesenjangan faktor eksternal Bank Umum Syariah yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap pembiayaan bagi hasil.


(21)

c. Untuk identifikasi selanjutnya peneliti mengambil variable Dana Pihak Ketiga (DPK) dikarenakan dalam teori bahwa hampir semua bank mengandalkan DPK untuk penyaluran pembiayaan,

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang sudah di identifikasikan pada sub-bab sebelumnya maka terdapat batasan dalam penelitian ini yaitu:

a. Analisis dilakukan pada faktor Internal (FDR, DPK, NPF) dan Eksternal (BI rate dan SBIS) yang merupakan data historis dengan rentang waktu januari 2010 sampai dengan juni 2015 dimana pada rentang waktu tersebut telah terjadinya fluktuatif NPF, bahkan pada bulan februari 2015 NPF menembus 5,1%. Serta adanya peningkatan SBIS dan peningkatan suku bunga bank Indonesia (BI rate) yang dapat mempengaruhi pembiayaan bagi hasil.

b. Indikator yang diteliti berasal dari laporan keungan Bank syariah yang terkodifikasi pada laporan tahunan Bank Indonesia.

3. Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain :

a. Apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF, berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah? b. Apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara parsial


(22)

10

c. Seberapa besar variabel (internal) DPK, FDR, NPF, dan variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah ?

d. Variable independen mana diantara faktor (eksternal), dan faktor (internal) yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.

b. Untuk mengetahui apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.

c. Untuk mengetahui variabel (internal) FDR, NPF, DPK, dan variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.

d. Untuk mengetahui variable independen mana diantara DPK, FDR, NPF dan BI rate, dan SBIS yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.

2. Manfaat Penelitian.

a. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya meningkatkan kemampauan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja


(23)

di masa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang diberikan dengan praktik lapangan.

b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan sumbangan berupa pengembangan ilmu yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan bagi hasil perbankan syariah serta sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan Kajian mengenai penyaluran pembiayaan bagi hasil Bank umum syariah serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat penyaluran pembiayaan.

d. Manfaat bagi masyarakat luas, penelitian ini berfungsi sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas, khususnya bagi para nasabah dan mereka yang antusias seputar dunia perbankan syariah.

D. Studi Penelitian Terdahulu.

1. Nugroho heri pramono, accounting analisys journal, vol. 2, No. 2, Mei (2013). Dengan judul Optimalisasi pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank syariah di Indonesia, dengan metode regresi linier berganda, dengan hasil penelitian Secara simultan variabel deposito mudharabah, spread bagi hasil, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan secara parsial hanya variabel deposito mudharabah dan spread bagi hasil yang berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan


(24)

12

terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu. Dan variable independen.Persamaan : terdapat pada metode yang digunakan

2. Nur gilang Giannini, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. Januari 2013. Dengan judul Faktor pengaruh pembiayaan mudharabah pada Bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan hasil penelitian secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Untuk hasil secara parsial, variabel FDR berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Sedangkan untuk variabel ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Persamaan: terdapat beberpa variable independent yang sama yaitu variable NPF dan FDR.

3. Prastanto, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. februari 2013. Dengan judul Faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dengan hasil penelitian simultan berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Untuk hasil secara parsial, variabel FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan untuk variabel NPF, dan DER berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang


(25)

diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan diatas hanya menggunakan variabel dependent murabahah. Persamaan terdapat pada variable indepeden yang sama yaitu NPF dan FDR

4. Muhammad lutfhi qolby. Economics development analysis journal. Vol. 2, No.4 november 2013. Dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Metode yang digunakan Error correction model (ECM). Dengan hasil penelitian, Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pembiayaan. Dalam jangka pendek Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai ECT yang signifikan menunjukkan bahwa model jangka pendek dapat digunakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada jangka panjang Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Pada jangka pendek Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable


(26)

14

dependen yang meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan terdapat dua varibel independent yang sama yaitu DPK dan SBIS.

5. Ekarina katmas, skripsi (S1), fakultas syariah dan hukum, UIN Jakarta 2012. Dengan judul Pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Dengan metode Error correction model. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam jangka pendek inflasi, CAR, ROA, NPF dan BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. Dalam jangka panjang variable inflasi, CAR, ROA, NPF, FDR dan BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan variable Kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable dependen yang meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan metode yang digunakan sama regresi linier berganda.


(27)

E. Kerangka Pemikiran

Penulis mengemukakan penelitian ini dengan variable DPK sebagai (X1), variable FDR (X2), variable NPF (X3) (internal), variable BI rate (X4) dan variable SBIS (X5) (eksternal) yang akan mempengaruhi variable pembiayaan bagi hasil sebagai variable dependen (Y)

DPK (X1) SBIS (X5) FDR (X2) NPF (X3) BI RATE (X4) Pembiayaan Bagi hasil (Y) FAKTOR INTERNAL dan

EKSTERNAL

DPK (X1) FDR (X2) NPF (X3) BI RATE (X4) SBIS (X5)

I n t e r n a l E k s t e r n a l


(28)

16

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan :

BAB I: Pendahuluan

Bagian ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bagian ini berisi tentang penguraian teori – teori yang berada di latar bekalang masalah. meliputi pengertian pembiayaan bagi hasil, tujuan, fungsi, jenis biaya bagi hasil serta prinsip distribusi bagi hasil. faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil seperti faktor internal bank yaitu dana pihak ketiga (DPK). Financing deposit rasio (FDR), dan Non performing rasio (NPF), serta faktor ekternal bank meliputi Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS).

BAB III: Metode Penelitian

Bagian ini merupakan penjabaran secara keseluruhan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputi ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, batasan dan definisi operasional, hipotesis penelitian serta teknik analisis data yang meliputi uji asumsi klasik dan uji regresi linier berganda.


(29)

BAB IV : Analisis dan Pembahasan

Bagian ini meliputi hasil analisis penelitian yang berisi analisis data yang meliputi faktor internal yaitu dana pihak ketiga (DPK). Financing deposit rasio (FDR), dan Non performing rasio (NPF) dan faktor ekternal yaitu Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), serta pengujian hipotesis.

BAB V: Penutup

Bagian ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi yang berisi kesimpulan dan saran – saran dari penulis mengenai hal- hal yang dibahas dalam skripsi ini.


(30)

18

BAB II

Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia

A. Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan Bank syariah merupakan aktivitas yang sangat penting , karena dengan pembiayaan akan diperoleh sumber pendanaan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri14.

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain15

Pengertian pembiayaan dalam UU No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 yang merupakan perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

mengungkapkan bahwa “Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

14

Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta : Deepublish, juni 2014, h. 138

15


(31)

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil16

Diperjelas dengan UU Nomor 21 tahun 2008, pembiayaan Tentang Perbankan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa17:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna

4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan

5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Sedangkan menurut Syafi’i Antonio

16

UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 12.

17

Undang-undang republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan syariah, h. 5


(32)

20

“pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas

dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit"18

a. Perbedaan pembiayaan dengan kredit

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil19.

Bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan masing-masing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan pembiayaan maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank tersebut. Akan tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan perbankan yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank konvensional lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para debitur. Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh para debitur adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah bunga kredit

18

Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema Insani Press, h. 160

19

Undang-undang republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, h.2


(33)

yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah termasuk perbuatan riba.

Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara lain meliputi perhitungan bagi hasil yang selanjutnya akan ditanggung bersama oleh kedua pihak tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut juga menjelaskan bahwa jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun nasabah. Perhitungan bagi hasil yang ditetapkan dalam perjanjian dilakukan tanpa adanya unsur paksaan di dalamnya. Terkait dengan perhitungan bagi hasil, jika bank mendapatkan keuntungan lebih, maka laba akan dibagi bersama dengan nasabahnya. Namun jika pihak bank mengalami kerugian, maka pihak nasabah juga turut menanggung resiko kerugiannya. Berdasarkan hasil keputusan MUI (Majelis Ulama Indonesia), bagi hasil tersebut bukan merupakan aktivitas riba dan tidak haram20

20

Achasih Nur Chikmah “analisis perbandingan sistem pemberian kredit

bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil, dan menengah


(34)

22

Perbedaan pembiayan bank syariah dengan kredit bank konvensional secara rinci dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya :

1. Keuntungan yang diperoleh bank Pada bank konvensional,

Keuntungan diperoleh dari besarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan pada debitur yang mengajukan kredit. Dengan adanya beban bunga tersebut, maka jumlah pembayaran kredit yang diajukan oleh debitur nominalnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah pinjaman. Sedangkan pada bank syariah, keuntungan diperoleh melalui bagi hasil antara pihak bank dengan debitur yang mengajukan pembiayaan. Bagi hasil yang dimaksud telah disepakati oleh kedua pihak, yakni pihak bank dan pihak debitur. Perjanjian yang dilakukan di awal transaksi merupakan kesepakatan untuk menentukan prosentase penentuan bagi hasil antara pihak bank dengan pihak debitur, baik kerugian maupun keuntungan akan ditanggung bersama

2. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan Pada bank konvensional, prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit antara lain; bank konvensional melayani semua jenis kredit, baik untuk kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi, dan tidak membedakan transaksi halal maupun haram. Sedangkan prinsip yang diterapkan pada bank syariah antara lain, prinsip wadiah, prinsip mudharabah, prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi hasil.


(35)

Pada bank konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau perjanjian yang disepakati di awal dengan nasabah ataupun debitur. Namun, bank konvensional hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam oleh debitur dengan jumlah prosentase pasti, yang wajib dibayarkan kembali oleh debitur dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jika debitur menunggak atau melebihi jatuh tempo, maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari yang ditentukan sebelumnya. Sementara itu, pada bank syariah terjadi perjanjian dan kesepakatan di awal antara pihak bank dengan debitur. Perjanjian tersebut antara lain berupa kontrak dan perjanjian serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak bank debiturnya. Pada awal perjanjian, telah disepakati bahwa untung atau kerugian yang terjadi di bank syariah akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun debitur, serta tidak ada unsur bunga dalam pembiayaan tersebut.

4. Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank Bank konvensional tidak membatasi jenis pemberian kredit yang disalurkan kepada masyarakat selama debitur dapat memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank konvensional. Baik jenis kredit konsumtif, investasi, jaminan maupun modal usaha, dan tidak memperdulikan hukum jenis kredit yang diajukan, selama debitur dapat melunasi pinjaman dengan tepat waktu beserta bunga yang telah ditetapkan pihak bank. Sementara itu, bank syariah hanya akan memberikan pembiayaan kepada debitur jika telah jelas hukum


(36)

24

dan tujuan penggunaannya. Jika pembiayaan yang diajukan debitur digunakan untuk kegiatan yang haram, maka pihak bank tidak akan memberikan pembiayaan kepada debiturnya. Dari segi kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal. Usaha-usaha seperti minuman beralkohol, bar atau usaha lain yang dipandang lebih banyak madharat-nya daripada manfaatnya tentu tidak dapat dibiayai oleh perbankan syariah21

B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai – nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak – banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industry, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang – barang dan jasa

– jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor22

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu 23 :

a. Profitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan

21

Ibid ,h. 15 22

Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, Cirebon : STAIN Press., h. 68

23

Totok budisantoso, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, (Jakarta : salemba Empat, 2006), h 144


(37)

menyalurkan pembiayaan kepada usaha – usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan dan sekaligus juga unsur keuntungan dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitang dengan demikian keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk bagi hasil yang diterima.

b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar

– benar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

b. Fungsi pembiayaan

Irham dan Lavianti menyatakan fungsi kredit perbankan dalam aktivitas perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut:

1. Fungsi kredit berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran yang efektif.

Industri perbankan merupakan lembaga intermediasi, dimana bank mengefektifkan dana yang selama ini tersimpan secara menganggur dengan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan yang mampu mengelolanya, yaitu mengelola uang tersebut untuk membeli barang dan jasa sesuai kebutuhan.


(38)

26

2. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha.

Dunia usaha adalah pihak yang paling dominan dalam menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan bantuan kredit yang disalurkan perbankan, diharapkan akan mampu mengatasi kekurangan dana yang selama ini tidak tercukupi untuk membeli kebutuhan yang sudah direncanakan.

3. Fungsi kredit untuk menciptakan pemerataan pendapatan.

Para pebisnis yang berencana memperluas usahanya, akan membuat pengangguran sedikit berkurang karena akan ada tenaga kerja baru yang diharapkan mengelola bisnis tersebut. Sehingga dengan tertampungnya tenaga kerja baru diharapkan pendapatan pemerataan akan tercipta.

4. Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis internasional.

Setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional yang juga melakukan tindakan ekspor dan impor, maka kebutuhan akan kredit dalam bentuk mata uang asing akan meningkat. Dimana pada saat proyek yang dikerjakan membutuhkan mata uang asing, maka perbankan perlu mempunyai simpanan dan menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang asing. Dari hal tersebutlah kegairahan pebisnis untuk masuk ke pasar tradisional akan lebih mudah.


(39)

5. Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa.

Dana yang diperoleh pebisnis dari perbankan akan membuat mereka dapat membeli bahan baku dan melakukan prosesnya hingga menjadi barang jadi. Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan nilai barang tersebut, begitupun dari segi jasa.

6. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi.

Pada saat suatu negara mengalami masalah perekonomian, diharapkan kredit ini dapat mengembalikan stabilitas perekonomian tersebut dengan cara mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan pokok rakyat dan mendukung dunia usaha khususnya bidang ekspor dan impor24.

Sedangkan menurut H. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

2. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

24Fah i, Irha da Hadi, Yo i La ia ti. Pe ga tar Ma aje e Perkredita ”, Alfabeta, Bandung, 2010, h. 50


(40)

28

4. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat.

5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi.

6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

7. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional25

Dari fungsi pembiayaan dan kredit di atas dapat di buat kesimpulan bahwasannya pembiaayan dan kredit memiliki tujuan yang sama yaitu meyalurkan dana kepada sektor yang membutuhkan sebagai meningkatkan nilai modal / uang yang bertujuan untuk pemerataaan pendapatan, dan dari segi makro penyaluran dana baik dalam bentuk pembiayaan maupun kredit berfungsi sebagai stabilitas perokonomian suatu negara yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.

C. Jenis – Jenis dan Klasifikasi Pembiayaan 1. Jenis pembiayaan

Pembiayaan menurut jenisnya dapat di tinjau berdasarkan dengan tujuan masing –masing diantaranya :

a. Berdasarkan tujuan penggunaannya, dibedakan dalam26:

i. Pembiayaan modal kerja, yakni modal lancar yang dipergunakan untuk mendukung operasional perusahaan sehari – hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar. Beberapa penggunaan modal kerja antara lain adalah untuk pembayaran

25

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori konsep dan aplikasi , Jakarta : (Bumi Aksara, 2010) 711 - 715

26Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo


(41)

persekot pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, dan lain

– lain. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah jenis pembiayaan modal kerja (PMK) dapat dibagi 5 macam akad pembiayaan, yakni: mudharabah, Isntishna, salam, Murabahah, Ijarah

ii. Pebiayaan investasi, yakni pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang – barang modal yang diperlukan seperti pendirian proyek baru, rehabilitas peralatan industry, modernisasi seperti peningkatan teknologi baru dan kualitas tinggi, ekspansi melalui penambahan mesin dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh industry dan relokasi proyek yang sudah ada temasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium dan gudang. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produksi pembiayaan syariah, pembiayaan investasi dapat dibagi menjadi 4 yaitu : murabahah , IMBT, salam, Istishna. iii. Pembiayaan komsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk

pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan27 Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian : murabahah, IMBT, Ijarah, Istishna dan Qard28.

27

Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta : Deepublish, juni 2014, h. 143.

28Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo


(42)

30

b. Berdasarkan jangka waktu pemberiannya. Dibedakan dalam29.

1. Pembiayaan dengan jangka pendek umumnya dibawah 1 tahun.

2. Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama dengan 1 tahun.

3. Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1 tahun sampai dengan 3 tahun.

4. Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus yang tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau penyelamatan pembiayaan.

2. Klasifikasi Pembiayaan.

Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar klasifikasi pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :

1. Pembiayaan dengan prinsip jual – beli

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap

29Adiwarman karim”


(43)

Pembiayaan dengan akad jual – beli ditujukan untuk memiliki barang sedangkan sedangkan yang mengunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.

Pada katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti Murabahah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa, yaitu Ijarah dan IMBT.

Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip diatas30

Produk dengan mengunakan prinsip nisbah bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakan) tergolong dalam kontrak Natural uncertainty contracts (NUC) yang merupakan kontrak / akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing) – nya. Tingkat return – nya bisa positif, negative, atau nol. Dalam konrak jenis ini,

30Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo


(44)

32

pihak – pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama – sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini, keuntungan dan kerugian dapat ditanggung bersama. Natural uncertainty contracts ini dapat diterangkan pula dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori percampuran.31

D. Pembiayaan Bagi Hasil

Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan instrumen bunga, maka dalam mekanisme ekonomi islam dengan menggunakan instrumen bagi hasil. Salah satu bentuk kelembagaan yang menggunakan atau menerapkan instrumen bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syari’ah. Salah satu

karakteristik bank syari’ah adalah adanya mekanisme bagi hasil.

Bagi hasil menurut terminology asing dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Sedangkan menurut kamus popular keuangan dan ekonomi syariah adalah prinsip bagi untung hasil usaha antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk usaha kerjasama yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya (cost) pengelolaan dana32.

Sedangkan menurut Ahmad Supriyadi bagi hasil adalah “akad kerja sama antara bank sebagai pemilik modal untuk memperoleh keuntungan dan membagi keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati. Bagi hasil

31Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” h. 52

32M Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Al, 2007. Kamus “

popular kuangan & ekonomi syariah” Jakarta : pusat komunikasi ekonomi syariah, h. 69


(45)

menurut syariah diperbolehkan sebab Rasulullah saw telah melakukan bagi hasil, beliau mengambil dari Siti Khadijah sewaktu berniaga ke syam”33

Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah dan musaqah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam.34

E. Prinsip distribusi bagi hasil (revenue sharing dan Profit sharing)

Menurut Fatwa dewan syari’ah nasional no: 15/DSN-MUI/IX/2000 prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari'ah dapat di lakukan dua cara yaitu :

a. Bagi laba (profit sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan biaya – biaya, b. Bagi pendapatan (Net Revenue Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung

dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal); dan masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan35

Dalam aplikasi perbankan syariah menggunakan system profit sharing maupun revenue sharing tergantung pada kebijakan masing – masing bank untuk

33

Ahmad supriyadi, system pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (suatu tinjauan yuridis terhadap praktek pembiayaan di perbankan syariah di Indonesia) paper alwarid edisi XI tahun 2004, h. 58

34

Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema Insani Press, h. 90

35

De a syari’ah asio al No: 15/dsn-mui/ix/2000, Tentang Prinsip distribusi hasil usaha dalam Lembaga keuangan syari'ah h. 1


(46)

34

memilih salah satu dari system yang ada. Jika suatu bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil dengan system profit sharing maka kemungkinan bagi hasil yang akan diterima oleh shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, karena profit sharing di hitung dari pendapatan netto setelah di kurangi biaya – biaya, hal ini tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga 36.

Sedangkan bank yang menggunakan bagi hasil dengan system revenue sharing kemungkinan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan suku bunga pasar yang berlaku, karena system pada revenue sharing dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya – biaya bank, kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk menyimpan dananya di bank syairah yang mampu memberikan hasil yang optimal.

Rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN), maupun dalam Praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue sharing karena ditinjau dari kemaslahatannya lebih baik dari pada profit sharing37.

36Hardiwinoto “

analisis komparasi revenue and profit sharing pada system mudharabah pada BPRS PNM binama semarang” jurnal value added, vol. 7, No. 2, maret 2011, h. 49

37Supono , evaluasi bagi hasil pada BPRS WAKALUMI, “

jurnal penelitian,


(47)

F. Perbedaan bagi hasil dengan sistem bunga

Hadirnya system bagi hasil dalam pembiayaan bank syariah merupakan solusi yang baik dalam melakukan kegiatan perekonomian yang mampu menjamin adanya keadilan dan tidak adanya pihak yang terdzolimi .Perbedaan keduanya memiliki system yang dapat dilihat pada table berikut38.

Table 2.1 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga

Bagi hasil Bunga

Penentuan besarnya resiko bagi hasil di buat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung dan rugi

Penentuan suku bunga di buat

pada waktu akad dengan

pedoman harus selalu untung untuk pihak bank.

Besarnya nisbah ( rasio ) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang di peroleh

Besarnya prosentase

berdasarkan jumlah uang ( modal ) yang di pinjamkan. Tergantung pada kinerja usaha.

Ju mlah pembagian bagi hasil

meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah pendapatan.

Tidak tergantung pada kinerja

usaha. Jumlah pembayaran

bunga tidak mengikat meskipun

jumlah keuntungan berlipat

ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.

tidak ada agama yang

meragukan keabsahan bagi hasil

Eksistensi bunga diragukan

kehalala nnya oleh semua

agama termasuk agama islam. Bagi hasil tergantung kepada

keuntungan proyek yang

dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntunga n maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua pihak.

Pembayaran bunga tetap seperti

yang di janjikan tanpa

pertimbangan proyek yang

dijalnkan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

38

Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema Insani Press, h. 60


(48)

36

G. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiyaan bagi hasil bank syariah 1. Faktor internal bank syariah

Factor internal merupakan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan permodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank. Salah satu faktor internal yang di gunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dana Pihak Ketiga.

Sumber dana yang berasal dari masyarakat luas merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional Bank dan merupakan ukuran keberhasilan Bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan sumber ini merupakan sumber utama bagi Bank. Sumber dana yang juga disebut dana pihak ketiga (DPK) disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat. Untuk mendapatkan sumber dana pihak ketga (DPK), Bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan yang nantinya Bank akan memberikan keuntungan melalui bagi hasil dari setiap simpanan tersebut39

UU No.21 tahun 2008 pasal 1 ayat 20 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dana tau

UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan,

39


(49)

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu40. Dana pihak ketiga biasanya dikenal dengan dana masyarakat, yang merupakan dana yang dihimpun oleh Bank yang berasal dari masyarakat luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan usaha. Bank menawarkan produk simpanan kepada masyarakat dalam menghimpun dananya41

Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini diantaranya : Simpanan giro, tabungan dan deposito. Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan42. Sebagaimana yang telah dikutif oleh Adiwarman Karim bahwa Dewan syariah nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankakn berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah43

b. Financing Deposit Rasio (FDR)

Financing deposit rasio (FDR) adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara

40

Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h. 5 41

Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.43 42 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h.5

43Adiwarman karim”

Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo


(50)

38

jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu giro, deposito, dan tabungan. Financing deposit rasio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan Mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber liquiditasnya. Financing deposit rasio (FDR) dirumuskan sebagai berikut44 :

Batas maksimum untuk financing deposit rasio (FDR) adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti liquiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari financing deposit rasio (FDR) sebesar 80 % dengan batas toleransi antara 85 % dan 100 %. Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60 % maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat meyalurkan sebesar 60 % dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40 % dari seluruh dana yang di himpun tidak disalurkan kepada nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di himpun, oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit.45

44

Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116

45


(51)

Semakin tinggi rasio FDR tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar, demikian pula semakin jika terjadi penurunan maka pembiayaan yang disalurkan juga mengalami penurunan.

c. Non Perfoming financing (NPF)

Kredit bermasalah sering juga dikenal dengan non performing loan (NPL) dalam perbankan konvensional dan non performing financing (NPF) pada perbankan syariah. Kredit bermasalah atau NPF merupakan kredit yang disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah di tandatangani oleh bank dan nasabah46.

NPF berfungsi mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan pengembalian pembiayaan oleh nasabah. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh pihak bank, besarnya NPF menunjukan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam mengelola pembiayaan, sebagaimana di tetapkan oleh Bank Indonesia besar NPF maksimal 5%.47

46

Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.123 47

Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management edisi ketiga, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004),h .161


(52)

40

Menurut peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 yang dimaksud kredit bermasalah Non Performing Financing adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku48. Tingginya Non Performing Financing (NPF) akan mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit hal ini disebabkan dana yang akan disalurkan akan berkurang, begitu juga sebaliknya jika NPF menurun maka kredit yang disalurkan akan meningkat.

Tingkat resiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Adapun kriteria kesehatan bank syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut :

Table 2.2 Kriteria Penilaian Peringkat NPF peringkat 1 NPF < 2% Sangat baik peringkat 2 2% ≤ NPF < 5% Baik peringkat 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup baik peringkat 4 8% ≤ NPF < 12 %Kurang baik peringkat 5 NPF ≥ 12 % Tidak baik Besarnya nilai NPF pada suatu Bank di sebabkan beberapa faktor : Faktor internal bank

48

peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank, h. 22.


(53)

1. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.

2. Adanya kolusi antara penjabat bank yang menangani pembiayaan dan nasabah, sehingga bank memberikan pembiayaan dengan tidak semestinya.

3. Keterbatasan pengetahuan penjabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat. 4. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris,

direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan pembiayaan.

5. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur.

Faktor ekternal bank

1. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran – angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajiban.

2. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kerja.

3. Perusahaan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur.

4. Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.


(54)

42

Faktor ekternal menurut Athanasoglou (2009:87) "merupakan variable- variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan49. Salah satu faktor Ekternal yang gunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut :

a. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)

BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter50. Secara sederhana BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight.

49

Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98.

50

Laporan kebijakan moneter Indonesia, diakses pada tanggal 1 maret 2016 dari


(55)

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku Bungan simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan berharap dengan kelipatan 25 basis poins.51

b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia52. Tujuan penerbitan SBIS Pasal 2 SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka

51Aulia pohan, “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali Press, Jakarta, 2008,h. 2008

52

peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia syariah, h. 4


(56)

44

dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah.

Pasal 3 SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

menggunakan akad Ju’alah. Sedangan pada pasal 4 SBIS memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1. Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah);

2. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan;

3. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

4. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan

5. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) melalui lelang yang melibatkan :

1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan

2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan financing to deposit ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.


(57)

Menurut fatwa DSN MUI No. 36/DSN-MUI/X/2002 persyaratan SBIS ditetapkan antara lain sebagai berikut53 :

1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan liquiditas.

2. Akad yang digunakan SBIS adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

3. Dalam SBIS tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank Indonesia.

4. SBIS tidak boleh diperjualbelikan

3. Pengaruh antar variabel

a. Pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dengan pembiayaan bagi hasil Dana pihak ketiga merupakan sumber pendanaan perbankan syariah yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan syariah maka semakin besar pula pembiayaan yang akan diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi intermediasi, perbankan syariah mengoptimalkan dana yang dihimpun dari masyarakat untuk dialokasikan dalam bentuk

53

fatwa dewan syariah nasional no: 36 /dsn-mui/x/2002 tentang sertifikat bank indonesia syariah (sbis). H. 3


(58)

46

pembiayaan,54 oleh karena itu besarnya pembiayaan dapat diengaruhi oleh besarnya dana pihak ketika (DPK).

b. Pengaruh Financing deposit ratio (FDR) terhadap pembiayaan bagi hasil.

Financing deposit rasio merupakan salah satu rasio yang menggambarkan liquiditas perbankan. Rasio ini menyatakan seberapa besar kemampuan bank dalam mengembalikan penarikan dana yang dilakukan oleh masyarakat (DPK) dengan mengandalkan pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah melalui pembiayaan.

Dalam dunia konvensional financing deposit rasio (FDR) dikenal dengan loan to deposit (LDR) yang fungsinya sama sebagai mengukur liquiditas bank, semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan55, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa LDR/FDR berpengaruh terhadap kredit / pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.

c. Pengaruh non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan bagi hasil.

54Muhammad Luthfi Qolby

.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013, h. 380.

55

Abdul Halim, & Hanafi M. Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. 4th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, h.331


(59)

Non Performing Loan / kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko kredit, dimana Non Performing Loan ini adalah sebuah kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba56. Dalam terminology bank syariah NPL disebut dengan non perfoming financing (NPF) yaitu rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.

Bank syariah dalam kegiatan menyalurkan Pembiayaan tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian bank, kemungkinan akan berpotensi terjadinya Non Performing Financing (kredit bermasalah). Terjadinya Non Performing Financing ini akan memperburuk kondisi kesehatan bank sekaligus menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan.

d. Pengaruh Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap pembiayaan bagi hasil.

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate ini timbul ketika inflasi mengalami peningkatan. Dengan ditetapkannya BI Rate sebagai solusi masalah atas

56Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono. “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”, BPFE, Yogyakarta, 2011,h. 42


(60)

48

meningkatnya inflasi, maka suku bunga simpanan meningkat dan diikuti dengan suku bunga pinjaman agar tidak terjadi negative spread57.

Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman, tentu masyarakat tidak mau melakukan peminjaman dan menyebabkan bank tersendat dalam menyalurkan dananya.

Dalam dunia perbankan syariah suku bunga memang tidak berlaku karena bertentangan dengan syariat islam yaitu riba. Jika dilihat pembiayaan bagi hasil tidak terpengaruhi oleh BI rate karena pembiayaan bagi hasil secara umum merupakan perjanjian financial antara pemilik modal dengan pengelola dana dimana pengelola dana jika mendapatkan keuntungan dari penggunaan modal yang diberikan akan dibagi secara bersama – sama sesuai kesepakatan dan jika ada kerugian maka ditanggung bersama sesuai kesepakatan di awal.

Pada prakteknya bahwa jika ada kenaikan dan penurunan BI rate maka akan mempengaruhi tingkat rate pembiayaan perbankan syariah terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini dapat terjadi di karenakan kenaikan BI rate, secara langsung akan memberikan dampak displaced commercial risk yakni risiko berpindahnya dana dari perbankan syarah ke perbankan konvensional karena adanya perbedaan rate keuntungan yang didapat ketika ada perubahan tingkat suku bunga BI.

Jika Bunga perbankan meningkat maka nasabah memilih untuk menyimpan dana nya di perbankan konvensional dari pada di perbankan

57

www.bi.co.id Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuandiakses pada tanggal 4 april 2016.


(1)

Lampiran Uji Asumsi Klasik & Regresi Linier Berganda.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pembiayaan

Basil DPK FDR NPF BI RATE SBIS

N 66 66 66 66 66 66

Normal Parametersa Mean

4.5621182 5.0892145E0

-1.33993 12E-2

-1.46052 03E0

.000000 0

3.68033 11E0 Std.

Deviation 18685818

.196365 51

.019791 29

.097718 90

.960768 92

.177772 59 Most Extreme

Differences

Absolute .120 .132 .124 .138 .121 .101 Positive .097 .102 .124 .138 .121 .061 Negative -.120 -.132 -.094 -.091 -.069 -.101 Kolmogorov-Smirnov Z 973 1.074 1.011 .1.119 .981 .821 Asymp. Sig. (2-tailed) .300 .199 .258 .164 .291 .511 a. Test distribution is Normal.


(2)

Correlations

DPK FDR NPF BI RATE SBIS

DPK

Pearson

Correlation 1 .405

**

-.089 .400** .741**

Sig. (2-tailed) .001 .476 .001 .000

N 66 66 66 66 66

FDR

Pearson

Correlation .405** 1 -.324** -.014 -.160

Sig. (2-tailed) .001 .008 .909 .199

N 66 66 66 66 66

NPF

Pearson

Correlation -.089 -.324** 1 .663** .031

Sig. (2-tailed) .476 .008 .000 .805

N 66 66 66 66 66

BI RATE

Pearson

Correlation .400** -.014 .663** 1 .420**

Sig. (2-tailed) .001 .909 .000 .000

N 66 66 66 66 66

SBIS

Pearson

Correlation .741** -.160 .031 .420** 1 Sig. (2-tailed) .000 .199 .805 .000

N 66 66 66 66 66

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2

tailed).


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant

) 8.580 .163 52.480 .000

DPK 7.491E-6 .000 .937 43.883 .000 .164 6.113

FDR .769 .159 .078 4.830 .000 .283 3.536

NPF -.597 .726 -.011 -.823 .414 .410 2.441

BI RATE 2.702 .897 .044 3.010 .004 .351 2.852

SBIS 1.960E-6 .000 .009 .475 .636 .197 5.071


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .177 .057 3.088 .003

DPK -.029 .012 -.707 -2.387 .121

FDR .065 .086 .168 .756 .453

NPF -.029 .019 -.331 -1.534 .131

BI RATE .074 .038 .415 1.967 .054

SBIS .008 .013 .164 .626 .534

a. Dependent Variable: ABRESID

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.970 3 3.990 3.952E3 .000a

Residual .063 62 .001

Total 12.033 65

a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR b. Dependent Variable: log _Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.740 .107 81.403 .000

DPK 7.727E-6 .000 .967 94.907 .000

FDR .718 .106 .073 6.803 .000

NPF .751 .541 .014 1.387 .170


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.235 1.561 5.275 .000

BI RATE 1.102 .377 .270 2.922 .005

SBIS .621 .097 .591 6.387 .000

a. Dependent Variable: log _ Y

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .997a .995 .995 .03177594

a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.693 2 3.347 39.483 .000a

Residual 5.340 63 .085

Total 12.033 65

a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE b. Dependent Variable: log_Y

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .746a .556 .542 .29113436


(6)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .998a .996 .995 .02997059

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.979 5 2.396 2.667E3 .000a

Residual .054 60 .001

Total 12.033 65

a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK b. Dependent Variable: log _Y