BAB II DESKRIPSI LOKASIDAN PROFIL
A. Gambaran Umum dan Sejarah Desa Lingga
Desa Lingga merupakan salah satu desa budaya yang terdapat di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Desa
Lingga merupakan bekas kerajaan Lingga Tanah Karo yang asalnya dari keturunan Pak-Pak Dairi yang pertama ditempati di kuta Suah di lembah uruk
Gungmbelin, yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Sibayak Lingga. Raja Sibayak Lingga yang diangkat menjadi raja berasal dari Pak-pak Dairi yaitu Desa
Lingga Raja yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Raja Linge di Gayo Aceh. Sebelum datang ke desa Lingga Sibayak ini pernah singgah atau sempat
tinggal di desa Nodi. Setelah dari desa Nodi baru Raja Lingga Sibayak pindah ke desa Lingga yang awalnya bertempat di kuta Suah di lembah uruk Gungmbelin,
namun desa Lingga pindah ke desa yang sekarang, Pada suatu hari, kerajaan desa lingga mendapat bala yang menyedihkan
sekali bagi keluarga dan penduduk karena raja lingga sakit keras. Keadaan penyakit Raja Lingga semakin parah, maka dengan petunjuk tuhan yang maha esa
dan pertolongan gurudukun Mbelin pak-pak pitu sendalanen, raja lingga dapat diobati dengan syarat anak yang termudaterbungsu harus disuruh pergi dari
kampung Lingga raja untuk selama-lamanya dan tidak kembali lagi. Demi
Universitas Sumatera Utara
keselamatan Raja Lingga maka anak bungsu menerima persyaratan dari gurudukun Mbelin pak-pak Pitu Sendalanen. Sebelum kepergian anak bungsunya,
Raja memberi pesan diantaranya: memberikan satu genggam tanah kerajaan lingga raja, satu tabu air lingga raja, dan memberi satu ekor kuda putih. Kegunaan
air dan tanah adalah sebagai ukuran yang pas sebagau tempat tinggal bagi anak bungsu Raja Lingga dimana nantinya berat tanah dan air sama maka itulah tempat
tinggal yang cocok sebagai borong-borong desa. Sesampainya diperbatasan Karo dan Dairi anak Raja Lingga berhenti
istirahat dan bermalam di Lau Lingga. Keesokan harinya dia melanjutkan perjalanan kearah Tanah Karo selama beberapa hari sampailah dia di Tanah
Sunuan Tanjung disebelah borong-borong Kaca Ribu sebelah barat dari desa Singa dan Lau Simomo. Disitulah pertama dia beristiahat dan bermalam.
Ditimbangnya air dan tanah yang dia bawa dari kerajaan Lingga Raja, tapi berat tanah dan air tersebut belum sama. Walaupun demikian dia membuat gubuk
smeentara sebelum jumpa dengan lokasi dimana tanah dan air tersebut memiliki berat yang sama. Dalam suatu hari dia pergi berburu kedaerah singgalem sebelah
barat kabanjahe, siang hari dia jumpa dengan sumber mata air yang sama dengan mata air yang ada di Lingga Raja pada saat itui pula di timbangnya air dan tanah
yang dia bawa dan hasilnya memiliki berat yang hampir sama. Karena memiliki berat yang hampir sama maka menetaplah dia dia di daerah tersebut dan menikah
dengan gadis beru Ginting yang dia temui di pemandian sungai lau biang. Pernikahan yang dikaruniai 5 orang anak, 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Anak yang paling tua pergi kedaerah Surbakti, yang kedua kedaerah Kacaribu dan yang bungsu bernama Lingga tinggal menetap di Singgelem kuta Suah dengan
orangtuanya. Dan pada suatu hari lingga dan bapaknya pergi berburu ke uruk Gungmbelin dan membawa tanah dan air lalu mengukurnya dan memiliki hasil
yang sama, sehingga menetaplah lingga di daerah tersebut dan dinamakan desa lingga saat ini.
A.1. Kondisi Geografis Desa Lingga
Desa Lingga masuk dalam wilayah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak kurang lebih 4,5 km dari Kantor camat Simpang Empat dan
kurang lebih 12 km dari ibukota kabupaten.Desa Lingga terletak di dataran rendah dengan dikelilingi oleh desa lain yang merupakan daerah pertanian. Adapun batas-
batas wilayah desa Lingga sebagai berikut : •
Sebelah utara berbatasan dengan desa Surbakti. •
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Kacaribu. •
Sebelah timur berbatasan dengan desa Kaban. •
Sebelah barat berbatasan dengan desa Nang Belawan. Luas keseluruhan desa Lingga adalah 16,24 km² yang terdiri dari areal
pemukiman, ladang, hutan, jalan, dan lain-lain. Desa Lingga berada pada ketinggian antara kurang lebih 1.000 m sampai dengan 1.300 m diatas permukaan
laut dan terletak dikoordinat 2
o
50
o
L.U, 3
o
19
o
L.S, 97
o
55
o
-98
o
38
o
B.T. curah hujan
Universitas Sumatera Utara
rata-rata per tahun adalah 2.000 mm sampai dengan 3.000 mm, dengan suhu 16
o
c sampai dengan 27
o
c.
A.2. Kondisi Lingkungan Alam Desa Lingga
Namun demikian desa Lingga juga memiliki daerah perbukitan, daerah dataran rendah yang dijadikan sebagai temapat pemukiman dan bercocok tanam.
Keadaan tahan di desa ini bisa dikatakan sangat subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pertanian , hal ini terlihat dengan adanya tanaman yang terdapat
disana seperti jeruk, cabe, jagung, kentang, kol, dan lain-lain. Luas tanah kering yang ditamanami tanaman seperti jeruk, cabe, jagung, kentang, kol, dan lain-lain
sekitar 1.608 Ha. Terdiri dari empat Dusun Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dengan rincian sebagai berikut :
a. Dusun 1
: ± 400 Ha b.
Dusun 2 : ± 300 Ha
c. Dusun 3
: ± 500 Ha d.
Dusun 4 : ± 400 Ha
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Lingga dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Secara rinci pemanfaatan
lahan di Desa Lingga dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2. Peruntukan Lahan
No Peruntukan Lahan
Luas Presentase
1. PertanianPerladangan
171 Ha 2.
PerumahanPermukiman 10 Ha
3. KolamPerikanan
5 Ha 4.
PerkantoranSarana Sosial: a.
KantorBalai Desa b.
Puskesmas c.
1 unit mesjid d.
2 unit gereja e.
1 unit Madrasah f.
1 unit SD 0,6 Ha
0,1 Ha 0,2 Ha
1 Ha 0,1 Ha
2 Ha
Total 200 Ha
100
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Tabel 1.3. Status Kepemilikan Lahan
No Status
Luas
1. Milik Rakyat
1.540 Ha
2. Milik Desa
10 Ha 3.
Milik Pemerintah 50 Ha
Total 1.600
Universitas Sumatera Utara
A.3. Stuktur Organisasi Pemerintah
Bagan 1.2. Struktur Organisasi Pemerintah
Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa Kepala Desa
SERPIS GINTING
Sekdes LOTTA SINULINGGA
Kaur. Umum JUSTIN TARIGAN
Kaur. Pemerintahan POMAN SINULINGGA
Kaur. Pembangunan ELEDON TARIGAN
Kadus. I
Bendahara TREDIM SINULINGGA
Kadus. II Kadus. III
Kadus. IV
BPD
Ketua PELITA SINULINGGA
Wakil Ketua JOHANES
SINULINGGA
Sekertaris SOLEH SINULINGGA
Anggota : -
LISMAWATI BR BANGUN
- ROBEN MANIK
- ARBETTA
MANIK -
TERSEK GINTING
- PEDOMAN
SINULINGGA -
ELDI SEMESTA -
MUSTAFA TARIGAN
- NARSIN
SINULINGGA
Universitas Sumatera Utara
A.4. Kependudukan Dan Sosial Budaya A.4.1. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel tersebut :
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin pada Setiap Dusun
No
Nama Dusun Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan
Total
1. Dusun 1
458 462
920 2.
Dusun 2 378
382 760
3. Dusun 3
463 467
930 4.
Dusun 4 411
421 832
Jumlah 1710
1732 3442
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Pada Setiap Dusun
N O
DUSUN AGAMA
ISLAM PROTESTAN KATOLIK HINDU BUDHA
1 DUSUN 1
90 800
30 -
- 2
DUSUN 2 80
640 40
- -
3 DUSUN 3
80 800
50 -
- 4
DUSUN 4 930
700 32
- -
JUMLAH 1180
2940 152
- -
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Dari frekuensi tabel diatas menunjukkan bahwa komposisi berdasarkan agama kristen, dimana didesa ini terdapat 3 tiga bangunan gereja yakni GBKP
Gereja Batak Karo Protestan, Gereja Katolik, dan GPDI Gereja Pantekosta Di Indonesia. Di desa ini juga terdapat satu bangunan mesjid, selain kedua agama ini
desa ini juga terdapat sebuah kepercayaan yang disebut oleh masyarakat desa lingga agama Pamena, dimana agama ini merupakan kepercayaan awal yang
menyembah arwah para leluhur, namun seiring perkembangan jaman agama ini lama kelamaan hilang, dan sekarang hanya tinggal beberapa rumah tangga saja
yang percaya kepada agama ini. Hubungan antara satu agama dengan agama yang satunya dapat dikatakan harmonis dimana hal ini dapat kita lihat dari masih
Universitas Sumatera Utara
kuatnya sikap tolong menolong dalam mengerjakan pekerjaan diladang atau ketika satu keluraga mengalami kemalangan atau musibah.
A.4.2. Pola Pemukiman
Letak perumahan didesa Lingga kurang beraturan dan berlapislapis sehingga di Lingga Kuta terlihat padat sementara bila dilihat di bagian Lingga
Baru sudah cukup beraturan yaitu sejajar mengikuti jalan raya, sebagian lagi bertumpuk sehingga jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya
kira-kira 2 m. Penduduk desa Lingga terdapat 3442 jiwa yang mempunyai ± 300 KK kepala keluarga yang masing-masing mempunyai tempat tinggal. Kondisi
perumahan penduduk ditinjau dari segi bangunan maupun dari segi kesehatan sudah cukup baik, diantaranya adanya rumah yang permanen, semi permanen,
papan dan ada juga tinggal di rumah kayu hanya tinggal beberapa rumah saja. Sarana air bersih juga sudah didapatkan oleh penduduk desa tersebut, namun air
PAM belum masuk hanya saja sebaian masyarakat setempat membuat sumur bor dan sebagiannya lagi pergi ke Tapin.
Tapin ini merupakan sebuah tempat pemandian umum, yang bebas digunakan oleh masyarakat setempat. Ketika rumah adat rumah siwaluh jabu
masih banyak berdiri persebaran penduduk desa Lingga tergantung pada marga yang ia bawa misalnya rumah jahe, dihuni oleh marga Sinulingga, rumah gerga
dihuni oleh marga Sinulingga, rumah bangun dihuni oleh marga Bangun, kesain tarigan dihuni oleh marga Tarigan dan lain-lain. Namun sejak rumah adat banyak
yang runtuh dan masyarakat desa Lingga juga sudah membangun rumah masing-
Universitas Sumatera Utara
masing, maka persebaran penduduk berdasarkan lingkungan terdiri dari tiga lingkungan yakni; Rumah Lingga di mana perkampungan awal desa mulai di
dirikan dan jumlah penduduknya cukup padat, yang kedua Lingga Baru di mana bangunan rumah mulai sejajar dengan jalan dan lebih teratur, namun jumlah
penduduknya masih lebih padat rumah Lingga, dan yang ketiga yaitu Rumah Darat, yang hanya terdiri dari 50 lima puluh rumah tangga dan terletak di daerah
jalan keluar desa. Dulunya daerah pemukiman penduduk ini adalah ladang, namun karena pemukiman penduduk daerah Rumah Lingga dan daerah Lingga Baru
sudah padat maka pemukiman ditambahkan ke daerah Rumah Darat. Tabel 1.6.
Klasifikasi Bangunan Rumah Di Desa Lingga
No Bentuk Rumah
Jumlah
1. SD Negeri
1 2.
Gereja 2
3. Mesjid
1 4.
Puskesmas BKAI 2
5. Rumah Permanen
629 6.
Semi Permanen 137
7. Rumah Kayu
26
Jumlah 799
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Universitas Sumatera Utara
Kantor Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa segi bentuk perumahan, masyarakat suku Karo di desa
Lingga sudah memadai, bahkan tidak sedikit mereka yang telah memiliki rumah permanen. Selain itu di desa Lingga ini juga masih terdapat beberapa bangunan
rumah adat yang disebut masyarakat Karo Rumah Si Waluh Jabu.Rumah adat ini biasanya dihuni oleh 8 delapan keluarga, namun pada saat ini rumah ini hanya
dihuni beberapa kepala keluarga saja.Dan kebanyakan keluarga yang menghuni rumah adat ini adalah keluarga yang kurang mampu atau yang berekonomi
rendah.Karena bagi keluarga yang tinggal di rumah ini hanya cukup membayar atau menyewa rumah adat ini kepada margakeluarga yang memiliki rumah adat
tersebut sebesar Rp50000- Rp75000 saja setahun. Di desa Lingga juga terdapat sebuah museum tempat penyimpanan
barang-barang bersejarah.Bentuk bangunan meseum ini menyerupai bangunan rumah adat siwaluh jabu. Museum ini dijaga oleh satu keluarga, dan keadaan
museum ini sangat mengkhawatirkan dimana masyarakat desa tersebut kurang memperhatikannya, dan orang-orang yang datang mengunjungi museum ini hanya
diminta memasukkan uang sumbangan sesuka hati ke dalam kotak sumbangan untuk pembangunan museum tersebut, museum ini terletak dipinggir jalan jika
kita mau keluar dari desa Lingga, kendaraan yang digunakan untuk menempuh tempat ini bisa digunakan kendaraan umum seperti Sigantangsira, jika kita
berangkat dari kota Kabanjahe Ke desa Lingga hanya kena biaya ongkos Rp2000. Kendaraan umum Sigantangsira ini sampai ke desa Surbakti yang melewati kota
Universitas Sumatera Utara
Berastagi, jika kita hendak mau ke desa Surbakti dan kota Berastagi, kita tidak perlu lagi dua kali nyambung, sebelum kendaraan umum Sigantangsira ini masuk
ke desa Lingga, kendaraan umum yang biasa digunakan masyarakat desa Lingga adalah Gaya Baru, namun kendaraan ini hanya sampai ke kota Kabanjahe saja,
tapi sekarang kendaraan Gaya Baru sudah tidak ada lagi karena kendaraan ini dapat dikatakan kendaraan lama atau tua.
A.4.3. Pendidikan
Tabel 1.7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Frekuensi Presentase
1 Belum Tamat
275 11,98
2 Tidak Tamat SD
188 8,20
3 Sekolah Dasar
849 37,00
4 SLTPSederajat
464 20,21
5 SMUSederajat
453 19,74
6 Perguruan tinggi
66 2,87
Jumlah 2295
100,00
Sumber Data : Kantor Camat Simpang Empat Kabupaten Karo
Pendidikan merupakan unsur penting dalam kehidupan setiap orang. Pendidikan yang diperoleh seseorang khususnya pendidikan formal sangat besar
pengaruhnya terhadap cara berpikir seseorang dalam menjalankan aktifitas hidupnya sehari-hari. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
umumnya memiliki pola berpikir yang lebih maju dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keadaan penduduk di desa Lingga dilihat dari tingkat pendidikan tergolong cukup baik bahkan terdapat 66
orang yang sampai kepada perguruan tinggi. Namun jika dibandingkan dengan keadaan jaman pada saat ini bisa dikatakan di desa ini masih sangat tertinggal
dengan pendidikan di mana dapat kita lihat bahwa di desa ini hanya terdapat 3 tiga bangunan Sekolah Dasar, dan itupun keadaannya dapat dikatakan kurang
memadai. Sementara untuk tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah lanjutan pertama SLTP dan sekolah menengah umum SMU masyarakat atau anak-anak
pergi bersekolah di Kabanjahe ibukota kabupaten. Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi mereka umumnya menuntut ilmu di kota Medan dan kota
lainnya.Selain itu di desa ini juga masih terdapat anak-anak yang tidak mengecap atau merasakan pendidikan.Hal ini dikarena berbagai hal, ada yang memang tidak
mau sekolah, ada karena alasan ekonomi yang rendah. Tetapi kebanyakan diakibatkan karena kurangnya kesadaran akan arti pentingnya pendidikan bagi
kehidupan yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
A.4.4. Mata Pencaharian
Tabel 1.8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian
Frekuensi Presentase
1 Bertani
1259 50,01
2 Berdagang
659 26,20 5
3 Pegawai NegeriSwasta
259 10,29
4 Dll
340 13, 50
Jumlah 2517
100,00
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Secara umum kehidupan masyarakat didesa Lingga bersifat agraris.Hasil pertanian merupakan sumber penghidupan yang utama bagi kebanyakan
penduduk tersebut.Hampir setiap orang ikut terlibat dalam usaha pertanian, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang bertani sambil berdagang. Hasil dari
pertanian seperti kentang, jagung, cabe, kol, jeruk dan lain-lain biasanya dibawa kepasar dan didagangkan di sana, tetapi ada sebagian dari mereka tidak
membawanya kepasar tetapi dijual kepada agen dan harganya tentunya lebih murah. Biasanya hasil tanaman yang dijual kepada agen hanya yang sedikit tidak
mencapai puluhan kilo karena menurut masyarakat desa Lingga jika dijual kepasar ongkosnya saja tidak kembali.
Universitas Sumatera Utara
Selain bertani dan berdagang masyarakat desa lingga juga mempunyai pekerjaan lain yaitu membuat keranjang yang digunakan untuk tempat jeruk
dikirim keluar kota, seperti ke Jakarta, Bandung, Lampung, dan lain-lain. Keranjang ini dibuat dari pohon bambu, dan kebanyakan yang mengerjakan
pekerjaan ini adalah laki-laki, sementara perempuan kebanyakan beraktivitas bertani dan berdagang.Biasanya para perempuan yang bertani dipagi hari, setelah
jam 3 tiga sore mereka pergi berdagang ke pasar, dan setelah pukul 7 tujuh malam mereka baru kembali kerumah. Didesa Lingga juga banyak yang bekerja di
institusi-institusi baik itu negeri maupun swasta. Sebagian pegawai negeri yang ada di desa Lingga bekerja di kantor
Kecamatan, kantor Bupati, guru baik itu guru negeri maupun swasta, puskesmas, dan lain-lain, dan yang bekerja di institusi-institusi swasta misalnya seperti
pegawai rumah sakit, penjaga toko, penjaga wartel, penjaga konter pulsa, dan lain- lain. Biasanya pegawai-pegawai ini bekerja di ibu kota Kabupaten, berangkat pagi
hari dan pulang pada sore hari, karena jarak dari kota Kabanjahe ke desa Lingga tidak jauh maka kebenyakan dari pegawai- pegawai ini pulang balik dari desa
Lingga ke kota Kabanjahe.
A.4.5. Kondisi Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat di Desa Lingga sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat-istiadat yang berhubungan dengan
siklus hidup manusia lahir-dewasaberumah tangga-mati, seperti upacara
Universitas Sumatera Utara
perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir selalu dilakukan oleh warga masyarakat yang diadakan di Balai Desa jambur.
Namun tradisi sedekah bumi, bersih desa dan semacamnya juga tidak pernah lagi dilakukan karena seluruh masyarakat desa lingga sudah beragama yang diakui di
indonesia. Sikap gotong royong masyarakat Desa Lingga masih kuat. Kebiasaan
menjenguk orang sakit tetangga atau sanak famili masih dilakukan oleh masyarakat. Biasanya ketika menjenguk orang akit, menjenguk orang yang sedang
melahirkan, dan setiap ada yang menjenguk past membawa buah tangan dan memberi ala kadarnya untuk menambah biaya perobatan. Kebiasaan saling
membantu tetangga yang mengadakan perhelatan pesta adat ataupun kemalangan masih kental dilakukan. Semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggan
di Desa Lingga masih eratkuat.
A.4.6. Kondisi Kesehatan Desa Lingga
Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah adanya puskesmasdan Bidan Desa Lingga. Namun demikian, pada musim-musim
tertentu warga masyarakat sering mengalami gangguan kesehatan, terutama malaria, demam akibat perubahan cuaca dan kurangnya kesadaran masyarakat
akan kesehatan. Keberadaan balita kurang gizi hampir tidak ada sebab selarasnya dengan perkembangan dan semakin baiknya perekonomian masyarakat.
Kesadaran seorang ibu untuk memberi gizi yang seimabang untuk balita serta berperannya bidan desa yang aktif juga mengurangi angka kekurangan gizi pada
Universitas Sumatera Utara
balita. Beberapa indikator penting pada bidang kesehatan di Desa Lingga dapat di lihat dari tabel berikut :
Tabel 1.9. Fasilitas dalam Bidang Kesehatan
No Uraian
Frekuensi
1 Tenaga Kesehatan
2 2
Pustu 1
3 Poskesdes
1 4
Posyandu 1
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
Selain hal tersebut, keamanan pada Desa Lingga juga dikategorikan cukup baik, hal ini dikarenakan kegiatan pengamanan siskamling yang aktif pada desa
ini. Kategori yang cukup baik disampaikan karena kegiatan pengamanan yang terkadang tidak dilaksanakan, hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki warga Desa
Lingga berkurang sebab digunakan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
A.4.7. Kesenian
Kesenian merupakan suatu kebanggan bagi setiap suku bangsa yang merupakan hal yang sangat penting didalam kehidupan seseorang. Misalnya
masyarakat karo sejak jaman dahulu telah mengenal dan mengerti akan seni. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki rasa seni.Dalam berbagai hasil
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang telah dilakukan oleh mereka tidaklah terlepas dari unsur seni sekalipun mereka belum memberikan penggolongan atau macam cabang seni.
Kenyataan dapat ditemui bahwa mereka telah mampu berkreasi sejak dulu dan hasilnya diwariskannya sampai sekarang antar lain pakaian, perhiasan, alat-alat
rumah tangga sehari-hari, alat bekerja maupun alat pertanian, dan alat-alat kesenian.
Adanya alat tersebut menunjukkan pada waktu dahulu mereka mapu memberikan perhatian dan mampu berkreasi dibidang kesenian.Selain dari pada
itu mereka juga menunjukkan karya dibidang kegunaan bahasa Karo dalam berbagai bentuk seni bahasa, misalnya seperti mengenai vokalisasi dan seni
suara.Didalam masyarakat Karo di desa Lingga kesenian merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi setiap masyarakat.Bahkan masyarakat Lingga masih
melestarikan hasil seni nenek moyang mereka sampai sekarang seperti masih terawatnya rumag adat karo yang dapat ditemuai di desa ini.
Selain dari pada itu Tari landek yang merupakan salah satu sarana dalam mengikuti suatu acara tertentu misalnya dalam acara kerja tahun pesta tahunan,
acara pesta bunga dan buah, atau acara perlombaan pada hari Kemerdekaan, hari Natal, selain untuk mengikutiacara-acara perlombaan tari landek sering juga
dilaksanakan misalnya pada acara memasuki rumah baru, pesta perkawinan. Tari dalam bahasa Karo disebut “landek”. Pola dasar dari tari Karo ialah: posisi tubuh,
gerakan tangan, gerakan naik turun lutut endek disesuaikan dengan tempo
Universitas Sumatera Utara
gendang dan gerak kaki. Pola dasar tari itu harus pula ditambah variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah.
Kesenian yang terdapat pada Desa Lingga dan paling di sukai oleh warga dulunya adalah tari-tarian khas adat karo seperti tari lima serangkai, dikkar
pencak silat karo. Namun belakangan ini para pemuda cendrung lebih menyukai musik modern seperti musik kyboard, dangdut, dan musik modern lainnya.
Kelmpok-kelompok kesenian tradisional tampak mulai hilang segala aktivitasnya, sedangkan kelompok kesenian modern kyboard sudah membudaya pada
masyarakat karo dan meninggalkan kesenian peninggalan nenek moyang.
A.5. Kondisi Ekonomi Desa Lingga
Desa Lingga Kecamatan Simoang Empat kabupaten Karo merupakan desa yang mayoritas penduduknya merupakan petani yang hasil ekonominya
bersumber dari agraria. Dilihat dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat Desa Lingga tergolong kedalam kategori sederhana. Dari luas ±200Ha dimiliki oleh 95
penduduk Desa Lingga. Kemampuan produksi Desa Lingga Minimal 6 tonHa per satu musim. Jika dalam 1 tahun 2 kali tanam maka produksi menjadi 12 Tonha
pertahunnya. Jika harga gabah dikisarkan Rp. 2.500,- maka perhektar bisa menghasilkan 18 juta. Karena 230 KK hanya memiliki 0,4Ha, maka penghasilan
rata-rata petani Desa lingga hanya Rp. 1.500.000,-Bulan. Dari uraian tersebut, jelas tergambar masuh lemahnya kondisi prekonomian warga Desa Lingga
sehingga diperlukan terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat baik dibidang pertanian itu sendiri ataupun pada sektor lain. Adapun penghasilan pendapatan masyarakat Desa Lingga dapat dilihat melalui tabel
berkut ini : Tabel 1.10.
Jumlah Penghasilan Melalui Potensi Hasil Pertanian dan Peternakan
No Pertanian
Produksi Tahun
Peternakan Produksi
Tahun
1 Padi
497 Ton Sapi
95 ekor 2
Jagung 191 Ton
Kerbau 4 ekor
3 Jeruk
- Kambing
100 eor 4
Kopi 25,34 Ton
Itik 200 ekor
5 Tembakau
1.7 Ton -
-
Sumber Data : DokumenData Kantor Kepala Desa
A.6. Sistem Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan
Apabila kita berbicara mengenai suatu masyarakat maka didalam masyarakat itu sendiri sudah pasti terdapat sistem organisasi sosial yang mengatur
dan sebagai wadah interaksi sosial antara masyarakat itu sendiri.Kesatuan sosial yang terkecildalam suatu masyarakat yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,
anaknya yang belum menikah yang disebut dengan “jabu” oleh masyarakat Karo. Di desa Lingga sebagai mana suku Karo misalnya seorang ayah dianggap sebagai
pimpinan kepala keluarga dimana bertanggung jawab terhadap segala sesuatunya yang berhubungan dengan rumah tangga sementara peran perempuan
Universitas Sumatera Utara
sebagai ibu rumah tangga disamping mengasuh anak-anak juga ikut bekerja mencari nafkah di ladang ataupun bekerja ditempat yang lain, ini menunjukkan
bahwa perempuan Karo khususnya di desa Lingga gigih dan tabah. Namun apabila dilihat dari sistem organisasi sosial yang menikat hubungan
kekerabatan satu dengan yang lain didesa Lingga dalam aktivitas setiap adanya upacara perkawinan dan juga dalam acara yang lain. Misalnya organisasi sosial
yang terdapat di desa Lingga antara lain : organisasi sosial PKK, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan karang taruna, dan lain-lain yang
memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi masyarakat desa Lingga. Sistem kekerabatan yang terdapat dalam setiap masyarakat khususnya masyarakat Karo
merupakan suatuhal yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari setiap kehidupan masyarakat Karo, fungsi dan tanggung jawab suatu keluarga jabu
dengan keluarga lain. Munculnya sistem kekerabatan dalam masyarakat Karo disebabkan
terjadinya perkawinan antara marga yang satu dengan marga yang lain yang menghasilkan keturunan. Dimana setiap terbentuknya keluarga yang baru maka
terjadilah sistem kekerabatan yang baru pula.Maka pihak keluarga laki-laki dalam suatu perkawinan dinamakan “anak beru pihak perempuan.Sementara keluarga
pihak perempuan disebut “kalimbubu” oleh pihak keluarga laki-laki. Dalam hal ini terjadi proses keluarga baru disamping adanya keluarga lamanya. Maka
akhirnya timbullah sistem kekerabatan yang dikenal dengan istilah “sangkep nggeluh” atau “rakut sitelu.
Universitas Sumatera Utara
Sangkep ngeluh berarti kelengkapan hidup.Sangkep ngeluh sering juga disebut ikatan rakut siteludaliken sitelu, artinya kelengkapan dari tiga unsur
dalam keluarga. Sangkep nggeluh berfungsi menjadi wadah musyawarah sekaligus menjadi perangkatnya dalam kelompok keluarga tertentu yang bertindak
sebagai sukut atau tuan rumah. Sangkep nggeluh tersebutlah membahas suatu rencana kerja menyangkut kegiatan dalam suatu kelompok keluarga.Apa yang
dihasilkan sebagai putusan musyawarah, itulah yang dilaksanakan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab oleh pihak anak beru.
Kalimbubu Senina
Anak Beru
Pada masyarakat Karo, segala hubungan kekerabatan, baik berdasarkan pertalian darah maupun karena hubungan perkawinan dapat kita kelompokkan ke
dalam tiga jenis kekerabatan yaitu kalimbubu, senina, anak beru. Ketiga janis kekerabatan itu biasa disebut dengan istilah daliken si telu “tungku yang berkaki
tiga” atau telu sendalanen “tiga sejalan”, “tiga seiring”, “tri tunggal” ataupun sangkep si telu “tiga yang lengkap atau tri tunggal”. Setiap anggota masyarakat
Karo berada diantara senina, anak beru, dan kalimbubu, selalu berada di atas daliken si telu. Unsur-unsur sangkep nggeluh antara lain, senina, kalimbubu, anak
beru. Senina artinya saudara, karena satu nenek, dalam hal ini dari pihak Ego
Universitas Sumatera Utara
ayah.Dalam keluarga masyarakat etnis Karo senina terbagi lagi dalam beberap kelompok yaitu:
• Senina Bapa, saudara karena ayah bersaudara kandung berarti satu
nenek. •
Senina Sembuyak Nini, saudara karena nenek bersaudara kandung, atau satu empung.
• Senina Sembuyak Empung, saudara karena empung bersaudara
kandung atau ayah empung satu. Kalimbubu ialah pihak keluarga perempuan yang dikawini.Dalam hal ini
bila pihak kita kawin dengan seorang perempuan, maka keluarga pihak perempuan itu adalah kalimbubu kita.Di sebabkan adanya perkawinan tersebut
maka nenek, ayah dan anak-anaknya semua telah masuk jadi golongan kalimbubu.Dalam adat Karo kedudukan kalimbubu sangat dihormati, malah
disebutkan dengan istilah “Dibata niIdah” artinya Tuhan yang dapat dilihat.Kalimbubu punya perbedaan dengan senina, karena kalimbubu dibedakan
secara berjenjang mulai dari atas sampai kebawah.Oleh karena itu kalimbubu untuk setiap jenjang atau tingkat diberi namanya untuk membedakannya.
Kalimbuu menurut jenjangnya sebagai berikut : •
Kalimbubu Taneh disebut juga kalibubu simajek lulang, ialah kalimbubu yang termasuk pendiri kampung. Jadi dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
dikaitkan dengan sejarah dan seterusnya golongannya tetap dihargai dan dikenal dengan nama itu.
• Kalimbubu Bena-bena, ialah kalimbubu setingkat empung, dalam hal
ini termasuk saudara, anak dan keturunannya. •
Kalimbubu Tua, ialah kalimbubu setingkat nenek, dalam hal ini termasuk saudara, anak dan cucunya.
• Kalimbubu Simada Daerah, ialah kalimbubu setingkat ayah, termasuk
bapak, saudaranya, anaknya. •
Kalimbubu Iperdemui, ialah kalimbubu langsung karena anak perempuannya dikawini, dalam hal ini termasuk bapak bapaknya,
saudara dan anaknya. •
Puang Kalimbubu, ialah semua kalimbubu itu sendiri dengan berbagai tingkatannya. Anak beru ialah pihak keluarga laki-laki yang menikah
dengan anak perempuan suatu keluarga. Golongan anak beru sama dengan golongan kalimbubu dalam hal jenjang
atau tingkatan derajat berdasarkan keturunan, oleh karena itu untuk anak beru juga diberi nama sesuai dengan jenjang tingkatnya untuk dapat membedakan satu
dengan yang lain. Anak beru menurut jenjang dan tingkatannya sebagai berikut : •
Anak Beru Taneh, ialah golongan anak beru yang ikut mendirikan suatu kampung.
• Anak Beru Tua, ialah anak beru langsung dari empung.
Universitas Sumatera Utara
• Anak Beru Sincekuh Baka Tutup, ialah anak beru langsung dari ayah,
dalam arti anak laki-laki dari saudara perempuan kandung ayah. •
Anak Beru Menteri menteri asal katanya minteri yaitu anak beru dari anak beri itu sendiri.
• Anak Beru Singikuri asal katanya singkuri yaitu anak beru dari anak
beru menteri. Adapun fungsi dan tugas dari ketiga unsur sangkep nggeluh pada
masyarakat Karo tentunya berbeda satu sama lainnya tergantung pada siapa yang mengadakan pesta. Fungsi senina dalam kesatuan sangkep nggeluh tugasnya di
sesuaikan dengan tugas sangkep nggeluh yaitu ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan sebagai unsur sangkep baik dalam musyawarah maupun
dalam kegiatan atau pelaksanaan suatupekerjaan, baik berat amaupun ringan. Fungsi kalimbubu dalam kesatuan sangkep nggeluh tugasnya disesuaikan dengan
tugas-tugas sangkep nggeluh, dalam hal ini terutama sebagai penasehat, memberi arahan, menjaga keserasian, menunjukkan raa cinta kasih, menggugah semangat
dan kepeloporan. Fungsi anak beru dalam kesatuan sangkep nggeluh tugasnya disesuaikan dengan tugas sangkep, yaitu memberi saran, memberi usul, memberi
pendapat, dan menjalankan atau melaksanakan seluruh tugas berdasarkan hasil musyawarah sangkep nggeluh di dalam berbagai kegiatan adat, misalnya seperti
membentangkan tikar untuk para undangan, menyediakan makanan, menyediakan rokok para kalimbubu, dan menyelesaikan semua tugas sampai acara adat selesai.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat Karo, bahwa kedudukan anak beru lebih rendah dari pada kedudukan senina dan kalimbubu.
Biasanya anak beru, diambil dari perempuan dimana anak perempuan harus menghormati dan menghargai saudara laki-lakinya, karena saudara laki-laki ini
merupakan kalimbubu yang harus dihargai dan dihormati, karena jika hati mereka tersinggung maka rejeki akan berkurang, mala petaka akan data seperti tidak
mendapat keturunan.
B. Profil BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah B.1. Struktur Organisasi