Bakteri terduga tersebut merupakan jenis bakteri yang umum ditemukan di udara dalam ruangan kelas, kemungkinan juga dapat ditemukan pada ruangan
lainnya. Hasil penelitian Mandal dan Helmut 2011 juga menunjukkan adanya beberapa persamaan genus bakteri udara yang diambil dari berbagai lokasi seperti
ruang rumah sakit, museum, perkantoran, apartemenperumahan, sekolah dan universitas. Pada ruang kelas sekolah, didapatkan genus yang dominan seperti
Bacillus, Corynobacterium, Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus, dan Pseudomonas.
Mikroorganisme yang ditemukan dari ruangan kelas tersebut seperti Staphylococcus, Streptococcus, Shigella, Bacillus dan Pseudomonas pada
umumnya tidak bersifat pathogen, namun dalam jumlah dan kondisi tertentu dapat menyebabkan alergi pernafasan seperti infeksi pernafasan dan asma oleh
orang-orang yang sensitif. Setiap mikroorganisme dapat menulari hanya pada keadaan tertentu Pudjiastuti dkk, 1998.
Dalam jumlah tertentu, bakteri dapat menyebabkan infeksi atau penyakit misalnya Staphylococcus aureus dapat menyebabkan banyak penyakit infeksi
bernanah, infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka dan pneumonia, Pseudomonas aeroginosa dapat menyebabkan infeksi pada
saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata dan lain-lain. P. aeroginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya selaput mukosa, kulit telinga dan menimbulkan penyakit sistemik. Streptococcus pneumoniae merupakan penghuni normal pada saluran
pernafasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, bronchitis, meningitis, dan proses infeksi lainnya Antoniusman, 2014.
4.4 Karakteristik Jamur
Hasil pengambilan sampel didapat empat koloni jamur yang berbeda dan dominan. Masing-masing koloni yang didapat yaitu tergolong ke dalam genus
Aspergillus, Penicillium, dan Neurospora. Dua isolat yang berbeda, yakni Sp1 dan Sp4 ditemukan dari golongan genus yang sama yaitu Aspergillus. Sedangkan
isolat Sp2 yang didapat dari genus Penicillium dan Sp3 dari genus Neurospora Tabel 7. Hasil penelitian Mandal dan Helmut 2011, juga menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
beberapa persamaan genus jamur pada ruang kelas sekolah seperti Aspergillus, Penicillium, Cladosporium, Rhizopus, dan Alternaria. Hasil penelitian Rohman
2011 juga menunjukkan adanya beberapa golongan genus yang sama pada pengambilan sampel udara di perumahan kumuh yaitu Aspergillus, Penicillium,
dan Rhizopus.
Tabel 7. Karakteristik mikroskopis jamur aerosol dari ruangan kelas SD Negeri 060849 Medan
Isolasi Warna
Koloni Hifa
Mikroskopis Genus terduga
Sp 1 Hitam
Septet Aspergillus sp.
Sp 2 Putih
Septet Penicillium sp.
Sp 3 Putih
kekuningan Septet
Neurospora sp.
Sp 4 Hijau
keputih- putihan
Septet Aspergillus sp.
Keberadaan fungi di udara menunjukkan bahwa fungi dapat ditemukan di semua tempat dimana terdapat bahan organik. Jamur dapat tumbuh pada bahan-
bahan seperti kulit, gabus, rambut, lilin, tinta, bahkan pada bahan-bahan plastik Merlin, 2012. Kebanyakan fungi menyukai lingkungan yang lembab dengan
tingkat kelembaban 70 atau lebih, dapat tumbuh pada suhu 60-50 C suhu
Universitas Sumatera Utara
optimal bagi kebanyakan fungi adalah 20-35 C. Keberadaannya dalam ruangan
kelas didukung pula oleh hasil pengukuran faktor fisik dalam ruangan kelas SD Negeri 060849 Tabel 3 dan Tabel 4 dengan tingkat kelembaban rata-rata di atas
60 dan suhu 28-33 C.
Berdasarkan hasil penelitian Fitria et al. 2008, salah satu jenis kapang patogen yang sering mencemari udara di dalam ruangan adalah Aspergillus.
Kapang tersebut dapat menyebabkan pulmonary aspergillosis karena menghirup udara yang terkontaminasi kapang Aspergillus. Aspergillus merupakan
mikroorganisme multisel berfilamen, bersifat heterotrofik, dan dapat ditemukan pada media organik tidak hidup.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 dan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kepadatan siswa mencapai 40 hingga 43 siswakelas dengan luas kelas ±49m
2
, sehingga dapat memungkinkan keberadaan mikroorganisme yang salah satunya
adalah jamur di dalam kelas.Selain itu, aktivitas seperti berbicara, batuk dan berjalan yang dilakukan oleh siswa maupun guru pada umumnya adalah sebagian
aktivitas yang dapat menghasilkan partikel biologi di udara Lisyastuti, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN