Kerangka Pikir KAJIAN PUSTAKA

8. Masjid merupakan tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya. Fungsi-fungsi masjid tersebut di atas perlu diwujudkan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program-progam pembangunan nasional Indonesia. Fenomena yang terjadi di kota besar Indonesia khususnya, menunjukkan banyak masjid telah difungsikan tidak hanya sebagai tempat ibadah semata, akan tetapi masjid juga difungsikan sebagai tempat pendidikan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi warga jama’ahnya dan bagi masyarakat lingkungan sekitarnya. Fungsi masjid yang demikian perlu secara terus menerus dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur , sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera Moh.E.Ayub, 1996 : 8 . Menurut Ahmad bin Ubaid dalam Yusuf Al Qaradhawi, 2000 : 81 mengemukakan bahwa di antara ciri-ciri khas masjid yang membedakannya dengan bangunan-bangunan lain , sepanjang sejarah adalah mihrab tempat imam shalat , mimbar tempat khatib memberikan khotbah dan menara tempat muadzin mengumandangkan adzan .

B. Kerangka Pikir

Karaton Kasunanan Surakarta Bangunan Masjid Agung Surakarta Tanda-tanda Artifak Analisis Semiotik Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut ; Karaton Kasunanan Surakarta merupakan penerus dinasti wangsa Mataram. Kerajaan ini merupakan sebuah kerajaan Islam. Pada tahun 1743 pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana II memindahkan kerajaan dari Kartasura ke Surakarta. Hal ini disebabkan adanya pemberontakan Cina yang menghancurkan Kerajaan Kartasura, serta intrik dalam karaton dan campur tangan VOC. Paku Buwana II kemudian memutuskan untuk meninggalkan istana di Kartasura yang sudah mengalami banyak kekacauan, kira-kira 10 kilometer ke arah timur di dusun Sala dan mendirikan istana baru. Bangunan tersebut hampir selesai pembangunannya pada tahun 1745 dan kepindahan resminya pada tahun 1746. Setelah kepindahan karaton tersebut, Sri Susuhunan Paku Buwana II segera mendirikan Karaton dan Alun-alun, namun sampai mangkatnya, empat tahun kemudian, beliau belum sempat mendirikan Masjid Agung. Di lokasi Masjid Agung yang sekarang, yang ada baru sebuah bangunan masjid berkonstruksi kayu yang dibawa dari Karaton Kartasura. Masjid Agung Surakarta sebagai sebuah bangunan tempat peribadatan umat Islam, dengan menggunakan pendekatan semiotika merupakan tanda dalam artifak. Pengertian tanda artifak di sini yaitu sebagai sebuah bangunan suci yang dibuat untuk tujuan tempat peribadatan bagi umat Islam. Dalam ancangan semiotika semiotic approach khususnya dengan mengacu dari pemikiran pragmatisme Charles Sanders Peirce. Aliran semiotika Peirce ini dikenal dengan semiotika komunikasi. Semiotika komunikasi ini menekankan pada teori tentang produksi tanda. Tanda-tanda artifak dianalisis secara sistematis dengan semiotik dengan bertumpu pada tanda sign sebagai konsep utamanya. Analisis semiotika komunikasi dilakukan dengan proses yang disebut semiosis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berkaitan dengan pendekatan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

A. Lokasi Penelitian

Kawasan Masjid Agung Kasunanan Surakarta ini secara administratif masuk dalam Kalurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Pemerintah Kota Surakarta. Lokasi Masjid Agung ini, di sebelah barat dan utara berbatasan dengan Kampung Kauman, sebelah selatan berbatasan dengan Pasar Klewer, dan sebelah timur berbatasan dengan Alun-alun Utara Karaton Kasunanan Surakarta. Untuk memasuki komplek masjid yang berpagar tembok ini terdapat tiga gerbang gapura pintu masuk di sebelah timur pintu masuk utama dan gapura di sisi utara serta selatan . Pintu gerbang bagian utama dan bagian selatan hanya dibuka pagi hingga sore hari, sedangkan pintu gerbang bagian utara dibuka 24 jam. Posisi Pasar Klewer dengan gapura pintu sebelah selatan ini kira-kira hanya berjarak 10 meter. Pintu gerbang sebelah selatan ini dengan sendirinya sangat ramai dilewati para pedagang dan pengunjung Pasar Klewer yang beragama Islam khususnya saat shalat Dluhur tiba. 45