KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA

lxii b tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berdasrakan Undang-Undang Dasar 1945.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Memutus perselisihan hasil pemilihan umum Putusan MK No.57PHPU.D-VI2008 UU No.22 Tahun 2007 Negara Hukum UUD 1945 UU PEMILUKADA UU No.32 Tahun 2004 jo UU No. 12 Tahun 2008 Kewenangan MK Psl 24C ayat 1 UUD 1945 lxiii Gambar 1. Kerangka pemikiran Keterangan: Kerangka pemikiran di atas mencoba memberikan gambaran selengkapnya mengenai alur berfikir dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang menjadi bahan penelitian mengenai analisis putusan MK No.57PHPU.D-VI2008 dalam perkara Perselisihan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pilkada Kabupaten Bengkulu Selatan Diawali dengan adanya hak politik warga negara seperti yang diamanatkan dalam UUD Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan bahwa, “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” dan Pasal 28D ayat 1 yang menyatakan, “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” serta ayat 3 yang menyatakan, “setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam pemerintahan.” Hak politik tersebut diwujudkan dalam partisipasi warga negara dalam pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diselenggarakan berdasarkan ketentuan Menurut UU No. 32 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah UU Pemda. Dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tersebut tercantum syarat-syarat yang menentukan batasan warga negara yang dapat menggunakan hak pilihnya seperti yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah UU Pemda.. Dengan berlakunya ketentuan dalam undang-undang tersebut, maka ada pihak-pihak yang dirugikan karena tidak dapat melaksanakan hak politiknya sebagai warga negara. lxiv

BAB III HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN

PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA DI DALAM MAHKAMAH KONSTITUSI STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 57PHPU.D- VI2008 TENTANG PHPU KABUPATEN BENGKULU SELATAN

1. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pemilu

Ketentuan Pasal 24 C ayat 1 UUD 1945 memberikan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memutus perselisihan hasil pemilu. Lebih lanjut, ketentuan UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi mengamanatkan bahwa perselisihan tentang hasil perolehan suara pemilu diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi. Tata cara pelaksanaan penyelesaian perselisihan perolehan hasil suara dalam pemilukada telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam perselisihan Pemilukada Jurnal Konstitusi volume 6 nomor 3: hal 120. Dalam pengajuan perselisihan hasil perolehan suara pemilukada yang tercantum dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam perselisihan Pemilukada yaitu: Pasal 5 1 Permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada diajukan ke Mahkamah paling lambat 3 tiga hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan; 2 Permohonan yang diajukan setelah melewati tenggat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dapat diregistrasi.”