B. Kerangka Berpikir
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Pada umumnya masyarakat Indonesia menggunakan beras untuk memenuhi kebutuhan akan
pangan. Beras memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, tetapi rendah akan serat pangan dan antioksidan. Serat pangan dan antioksidan merupakan
komponen yang penting bagi tubuh. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat menghambat timbulnya penyakit degeneratif. Serat pangan
dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri probiotik dalam usus sehingga membantu kesehatan pencernaan. Dengan demikian perlu dicari alternatif
makanan pokok lain sebagai sumber karbohidrat yang juga mengandung serat pangan dan antioksidan.
Ubi jalar merupakan salah satu komoditi lokal yang ketersediaannya melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada ubi jalar terdapat
antosianin dan β-karoten sebagai antioksidan serta serat pangan. Ubi jalar
memiliki potensi untuk menggantikan nasi sebagai makanan pokok. Namun demikian masyarakat yang sudah terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai makanan
pokok merasa belum kenyang jika belum makan nasi. Pencampuran berasnasi dengan ubi jalar merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga kita tidak harus sepenuhnya meninggalkan nasi. Jenis ubi jalar bermacam-macam sehingga perlu dicari jenis dan konsentrasi yang tepat untuk
mendapatkan formulasi nasi ubi jalar yang kaya antioksidan dan serat pangan, serta dapat diterima oleh konsumen.
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir C.
Hipotesis
Beras Kebutuhan
pokok manusia Pangan
Sumber lokal, melimpah
Kaya antioksidan dan serat pangan
Pangan fungsional Ubi jalar
Nasi ubi jalar
Perlu dicari jenis konsentrasi ubi jalar yang
tepat
Diterima konsumen + kaya antioksidan
serat pangan Karbohidrat, antioksidan
dan serat pangan
Perlu fortifikasi non beras Kebiasaan mengkonsumsi
berasnasi Belum merasa kenyang
jika belum makan nasi
Beras + ubi jalar
Perbedaan jenis dan konsentrasi ubi jalar diduga akan berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan, kadar serat pangan, dan amilosa nasi ubi jalar
yang dihasilkan.
III. METODE PENELITIAN