Formulasi Gel Antiseptik ESM
Tabel 4. Perhitungan Jumlah Bahan
Bahan F1
F2 F3
F4 F5
Ekstrak 0 g
2,5 g 5 g
10 g 15 g
Karbomer 1 g
1 g 1 g
1 g 1 g
Gliserin 3 ml
3 ml 3 ml
3 ml 3 ml
TEA 1,5 ml
1,5 ml 1,5 ml
1,5 ml 1,5 ml
Methyl Paraben 0,18 g
0,18 g 0,18 g
0,18 g 0,18 g
Propyl Paraben 0,02 g
0,02 g 0,02 g
0,02 g 0,02 g
Etanol 70 2 ml
2 ml 2 ml
2 ml 2 ml
Aquadest add 91,74 ml 88,97 ml
86,47 ml 81,47 ml 76,47 ml
Perhitungan jumlah bahan dengan bentuk cair mempertimbangkan massa jenis dari setiap bahan. Fungsinya adalah untuk menghitung jumlah atau aquadest
yang akan ditambahkan pada formulasi. Massa jenis setiap bahan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 5. Massa Jenis Bahan Cair
Bahan Massa Jenis gml
Aquadest 1
Etanol 70 0,886
TEA 1,124
Gliserin 1,29
Pada penelitian ini, sediaan gel antiseptik ESM yang akan dibuat adalah sediaan gel sistem satu fase. Stabilitas dari sediaan berupa gel dapat diamati
secara visual bentuk sediaan gel. Sediaan gel yang baik adalah sediaan yang dapat mempertahankan distribusi halus dan teratur dari makromolekul organic
sebagai zat aktif dalam rentang waktu yang panjang. Pada proses pengembangan basis, karbomer apabila dicampurkan dengan air
dalam suasana asam maka akan membentuk suatu massa gel yang memiliki afinitas yang kuat antara zat aktif dan basis mengandung air. Afinitas adalah
kecenderungan suatu senyawa untuk membentuk suatu ikatan dengan senyawa
lain. Dengan demikian, zat aktif yang larut air dalam sediaan akan sukar lepas dari sediaan dan mengalami kesulitan saat penetrasi ke bakteri. Penambahan
TEA digunakan sebagai adjusting pH agent atau agen pembasa yang akan mengionisasi dan menyebabkan zat aktif larut air dapat masuk dan terjebak dalam
matriks yang mudah lepas kembali sehingga dapat dengan mudah berpenetrasi. Sifat yang dimiliki oleh karbomer adalah hidrokoloid atau hidrofil, maka apabila
didispersikan dalam air akan mengembang. Proses selanjutnya adalah proses hidrasi molekul melalui pembentukan ikatan hidrogen. Karbomer memiliki
senyawa kimia yang ujung-ujung rantainya memiliki gugus RCOOH yang bersifat asam, sebagian gugus karboksil pada stuktur molekul karbomer akan
membentuk gulungan yang tidak terionisasi. Apabila pH dispersi karbomer ditingkatkan dengan penambahan basa, maka secara progresif gugus karboksil
akan terionisasi. Proses terionisasinya gugus karboksil ini akan mengakibatkan gaya tolak–menolak antara gugus yang terionkan dan menyebabkan ikatan
hidrogen pada gugus karboksil sehingga terjadinya peningkatan viskositas Florence, et al., 2006. Ilustrasi interaksi antara karbomer dan bahan zat aktif
flavanoid, air dan TEA dapat dilihat pada gambar 15.
C C
H
H C
H
O OH
C C
H
H C
H
O OH
karbomer karbomer
O O
OH OH
HO OH
OH OH
N OH
OH
Flavanoid
TEA
H O
H
AIR
Gambar 7. Ilustrasi Interaksi antara Karbomer, flavonoid, TEA dan Air Hilman,
2015 Interaksi pembentukan ikatan hidrogen antara karbomer, TEA dan komponen
ESM diperkirakan karena adanya gugus hidroksil -OH dan gugus karbonil C=O dari gelling agent. Semakin banyak ikatan hydrogen yang terbentuk maka
viskositas akan meningkat.