Pengujian Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas Data

4.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak condong ke kiri atau condong ke kanan. Setelah melakukan uji normalitas dengan mengunakan software SPSS diketahui bahwa model regresi penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini dapat disimpulkan melalui: 1 Analisis Grafik Gambar 4.1 Hasil Normalitas Grafik Histogram Universitas Sumatera Utara Berdasarkan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal hal ini tergambar pada grafik histogram, dimana grafik tidak menceng kekiri atau kekanan grafik seimbang antara kiri dan kanan dan pada grafik normal plot tampak bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 2 Analisis Statistik Berdasarkan output SPSS di bawah ini terlihat bahwa nilai asymp sig 2- tailed adalah 0,437 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 69 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 25,19738296 Most Extreme Differences Absolute ,105 Positive ,092 Negative -,105 Kolmogorov-Smirnov Z ,869 Asymp. Sig. 2-tailed ,437 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel–variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 5,513 17,388 ,317 ,752 Quick Ratio -,159 ,249 -,085 -,640 ,524 ,874 1,144 Banking Ratio -,019 ,212 -,012 -,091 ,928 ,881 1,135 ROE ,016 ,048 ,041 ,333 ,740 ,984 1,016 a. Dependent Variable: perubahan harga saham Tabel 4.9 Koefisien Korelasi Coefficient Correlations a Model ROE BR QR Correlations ROE 1,000 ,080 ,118 Banking Ratio ,080 1,000 ,343 Quick Ratio ,118 ,343 1,000 Covariances ROE ,002 ,001 ,001 Banking Ratio ,001 ,045 ,018 Quick Ratio ,001 ,018 ,062 a. Dependent Variable: perubahan harga saham Melihat hasil besaran korelasi antar variabel dependen tampak bahwa hanya variabel ROE yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Quick Ratio dengan tingkat korelasi 0,118 atau sekitar 11,8 . Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95 , maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada Universitas Sumatera Utara korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor VIF juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas di antara variabel dalam penelitian ini. 4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 1 Grafik Scatterplot Grafik Scatterplot menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Hasil Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot 2 Uji Glejser Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 5,513 17,388 ,317 ,752 Quick ratio -,159 ,249 -,085 -,640 ,524 Banking ratio -,019 ,212 -,012 -,091 ,928 ROE ,016 ,048 ,041 ,333 ,740 a. Dependent Variable: perubahan harga saham Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, hal ini terlihat dari nilai signifikansinya di atas 5, jadi dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu time series karena “gangguan” pada seseorang individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Berdasarkan output SPSS di bawah ini diketahui bahwa nilai Dubrin- Watson sebesar 1,378 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi hal ini berdasarkan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Santoso 2002:218 dengan cara melihat besaran Dubrin-Watson D-W sebagai berikut: • angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif, • angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, • angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .095 a .009 -.037 25.77230 1.378 a. Predictors: Constant, ROE, BR, QR b. Dependent Variable: PHS 4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian 4.3.1 Hasil Regresi Linear Berganda

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

1 61 104

Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia

3 36 99

Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 27 87

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

2 44 120

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta

1 30 88

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Di Bursa Efek indonesia)

0 2 55

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 1 15

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK JAKARTA).

0 0 12

Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar Modal terhadap Harga Saham pada Perusahaan Asuransi dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

0 0 29

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17