ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH MENABUNG DI BANK SYARIAH (STUDI KASUS : KABUPATEN SLEMAN)

(1)

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE COSTUMER TO SAVE MONEY AT SYARIAH BANK

(CASE STUDY : SLEMAN REGENCY)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DISKA AFILIA WARSA NINGRUM 20130430095

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

ix

menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data akurat sesuai dengan kondisi dan peristiwa yang terjadi di tempat penelitian. Dalam hal ini subyek penelitian adalah nasabah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 100 responden yang dipilih menggunakan metode probability sampling dan simple random sampling yang dilakukan dengan tehnik incidental yaitu secara acak. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier berganda dengan Alat analisis SPSS versi 16.0.

Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah, lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah, bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah dan biaya administrasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah.

Kata kunci : Keputusan Menabung di Bank Syariah, Kualitas Pelayanan, Lokasi , Bagi Hasil dan Biaya Administrasi.


(5)

x

accurate data based on the condition and the event happened at the setting of the research. In this case, the subjects were the customers of syariah bank in Sleman Regency. There were one hundred respondents as the sample of the research. They were chosen by using the methods of probability sampling and simple random sampling which were done by using incidental technique. Doubled Linier Regression method by using SPSS analysis instrument version 16.0 was used to analyze the data of the research.

Based on the analysis, it is found that the quality of service significantly influences the c.ustomers' decisison to save money at syariah bank, the location does not significantly influence the customers' decisison to save money at syariah bank, the devident distribution system significantly influences the customers' decisison to save money at syariah bank and the administration cost significantly influences the customers' decisison to save money at syariah bank.

Keywords : the decision to save money at syariah bank, the quality of service, the location, devident distribution system and administration cost.


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perbankan syariah atau sering disebut dengan perbankan islam adalah perbankan yang dalam sistem pelaksanaannya berdasarkan ketentuan hukum islam atau syariat islam. Berdasarkan hukum islam atau syariat islam hukum bunga bank termasuk kategori riba. Oleh karena itu dalam perbankan syariah dikenal sistem bagi hasil atau nisbah yang prosesnya sama-sama diketahui oleh kedua belah pihak yaitu pihak nasabah dan pihak bank sendiri. Kegiatan perekonomian di suatu negara tidak lepas dari sistem keuangan terutama sistem perbankan. Peran perbankan dalam memajukan suatu negara sangatlah besar, hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan. Oleh karena itu saat ini dan masa yang akan datang kita tidak akan lepas dari dunia perbankan. Jika hendak menjalankan aktifitas keuangan, baik perorangan ataupun suatu perusahaan (Kasmir,2002)

Awal mula adanya bank syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Dan sejak saat itu bank syariah mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Lahirnya UU No 7 tahun 1992 tentang eksistensi bank syariah memicu munculnya bank-bank syariah di Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia memang agak terlambat dibandingkan dengan negar-negara muslim lainnya yang mulai mendirikan


(7)

bank islam di era 1970-an, seperti Pakistan,Iran dan Sudan (Karim,2003). Untuk lebih memperjelas kegiatan bank syariah , pada tahun 1998 dikeluarkan UU No 10 tahun 1998 sebagai amandemen UU No 7 tahun 1992 dan kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh bank konvensional untuk mengkonversikan diri secara penuh menjadi bank umum syariah maupun membuka kantor cabang syariah.

Pertumbuhan perbankan saat ini bisa dikatakan cukup pesat. Dengan semakin banyaknya bank baru yang bermunculan mengakibatkan persaingan antara bank satu dengan bank lainnya mengalami persaingan yang cukup ketat. Berbagai pendekatan dilakukan bank untuk memperebutkan nasabah bank melalui peningkatan sarana-prasarana,produk,maupun pelayanan nasabah. Dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang diberikan bank, nasabah sebagai pengambil keputusan mempunyai banyak pilihan sesuai kebutuhan (Triastuti, 2013). Menurut Muhammad (2004), produk bank syariah digolongkan menjadi 6 prinsip yaitu: (1) prinsip simpanan, yang dikenal dengan istilah al-wadiah, (2) prinsip bagi hasil, yang dibagi menjadi musyarakah; mudharabah; dan

muzara’ah, (3) prinsip pengembalian keuntungan, yang dibagi menjadi

al-musawamah; at-tauliyah; al-murabahah; ai-muwadhaah; al-muqayadhah;

al-mutlaq; ash sharf; ba’i bithaman ajil; aa ‘i as-salam; dan bai al-istishna,

(4) prinsip sewa (ijarah). Yang dibagi menjadi ijarah mutlaqah; ba’I ut

ta’jiri; dan musyarakah mutanaqisah, (5) prinsip pengambilan fee, yang


(8)

prinsip biaya administrasi atau sering dikenal dengan istilah qard al-hasan

Secara umum bank menjalankan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang dari nasabah, meminjamkan uang kepada nasabah dan memberikan jasa pengiriman uang kepada nasabah. Perbankan sendiri telah ada sejak jama Rasulullah SAW, dalam sejarah perekonomian umat islam pembiayaan perbankan dilakukan dengan akad-akad yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, melakukan pengiriman uang, dan meminjamkan uang untuk keperluan bisnis telah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu fungsi-fungsi perbankan saat ini/perbankan modern adalah menerima deposit , menyalurkan dana dan melakukan transfer dana. Telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari khususnya bagi umat muslim.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi DIY(Daerah Istimewa Yogyakarta), terdiri dari 17 kecamatan, 8 desa, dan 1.212 padukuhan. Kabupaten Sleman dapat dikatakan merupakan Kabupaten yang memiliki potensi yang cukup baik dalam berbagai hal. Apalagi jumlah penduduk di kabupaten Sleman menempati urutan pertama daripada Kabupaten lainnya. Jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota yang ada di Yogyakarta di sajikan dalam tabel berikut ini :


(9)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di D,I, Yogyakarta Tahun Uraian

Kabupaten/Kota Bantul Gunung

Kidul Sleman

Kulon

Progo Yogyakarta DIY

2011 Jumlah/Total 922.104 685.003 1.116.184 394.200 392.506 3.509.997

% 26,27 19,52 31,80 11,23 11,18 100,00

2012 Jumlah Total 934.674 692.579 1.128.943 398.627 397.594 3.552.462

% 26,31 19,50 31,78 11,22 11,19 100,00

2013 Jumlah Total 947.072 700.191 1.141.733 403.179 402.679 3.594.854

% 26,34 19,48 31,76 11.22 11,20 100,00

2014 Jumlah Total 959.445 707.794 1.154.501 407.709 407.667 3.637.116

% 26,38 19,46 31,74 11,21 11,21 100,00

2015 Jumlah Total 971,511 715.282 1.167.481 412.198 412.704 3.679.176

% 26,41 19,44 31,73 11,20 11,22 100,00

Sumber : Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta 2010- 2020

Dari data tersebut Kabupaten Sleman menempati urutan pertama dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di D.I. Yogyakarta. Hampir 30% penduduk yang ada di D.I. Yogyakarta bermukim di Kabupaten Sleman. Hal ini bisa disebabkan karena jumlah perguruan tinggi dan pusat-pusat perbelanjaan di Kabupaten Sleman lebih banyak daripada Kabupaten/Kota yang ada di D.I. Yogyakarta maupun faktor yang lainnya. Selain itu Kabupaten Sleman mempunyai lokasi yang sangat strategis sehingga banyak masyarakat yang memutuskan untuk bermukim di daerah ini.

Jumlah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman juga menempati urutan pertama dari semua Kabupaten/Kota yang ada di D.I. Yogyakarta. Bank syariah disini terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) . Jumlah bank syariah ini mencakup kantor cabang pusat (KCP), kantor kas (KK), layanan syariah (LS) dan kantor loan. Jumlah bank umum syariah maupun BPRS yang ada di provinsi D.I. Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut


(10)

Tabel 1.2 Jumlah Bank Syariah di D.I. Yogyakarta

No Kabupaten/Kota Jenis Bank Syariah Jumlah Bank

1 Sleman Bank Umum Syariah 52

BPRS 8

2 Yogyakarta Bank Umum Syariah 49

BPRS 4

3 Bantul Bank Umum Syariah 17

BPRS 7

4 Kulon Progo Bank Umum Syariah 6

BPRS 0

5 Gunung Kidul Bank Umum Syariah 8

BPRS 1

Sumber : Bank Indonesia

Dari hasil tabel di atas jumlah bank syariah di Kabupaten Sleman menempati urutan pertama dari keseluruhan Kabupaten/Kota yang ada di D.I. Yogyakarta. Jadi dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman memang lebih banyak daripada Kabupaten/Kota yang ada di D.I. Yogyakarta Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Kabupaten Sleman karena dari dua data yang ada, data jumlah penduduk maupun data jumlah bank syariah, Kabupaten Sleman mempunyai jumlah yang paling banyak diantara Kabupaten/Kota yang lainnya.

Penelitian Raihanah Daulay (2014) pengaruh kualitas pelayanan dan bagi hasil terhadap keputusan menabung nasabah pada bank mandiri syariah di kota Medan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap keputusan menabung nasabah di Bank Syariah Mandiri di kota Medan. Hal ini berarti kedua faktor tersebut perlu menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dengan


(11)

menetapkan langkah-langkah strategi untuk meningkatkan jumlah nasabah dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Beberapa penelitian yang juga melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung pada bank syariah dilakukan oleh Maski (2010) dengan judul analisis keputusan nasabah menabung: pendekatan komponen dan model logistic studi pada Bank Syariah di Malang, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak memilih bank syariah dalam menabung dipengaruhi oleh faktor karakteristik bank syariah, pelayanan dan kepercayaan nasabah pada bank syariah, pengetahuan serta obyek fisik bank, serta faktor pelayanan dan kepercayaan nasabah pada bank memiliki pengaruh yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam menabung.

Penelitian yang dilakukan oleh Binti Khoiriyah (2016) dengan judul pengaruh kualitas pelayanan dan biaya administrasi terhadap kepuasan nasabah di BTM (Baitul Tamwil Muhamadiyah) Mentari Ngunut Tulungagung menunjukkan bahwa secara simultan kualitas pelayanan dan biaya administrasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah di BTM Mentari Ngunut Tulungagung. Dengan menerapkan kualitas pelayanan yang maksimal dan didukung dengan biaya administrasi yang wajar dapat menciptakan kepuasan nasabah pada BTM Mentari Tulungagung


(12)

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada variabel kualitas pelayanan , lokasi , bagi hasil dan biaya administrasi. Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini mengambil topik “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH MENABUNG DI BANK SYARIAH (Studi Kasus di Kabupaten Sleman)”.

B. Batasan Masalah

Setiap usaha perbankan dalam mencapai tujuannya pasti mempunyai masalah yang beragam. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada tingkat kualitas pelayanan, lokasi, bagi hasil dan biaya administrasi terhadap keputusan menabung nasabah di Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman. Batasan masalah ini untuk memudahkan penelitian dan memudahkan mencari solusinya. Alasan memilih Bank Syariah di daerah Sleman daripada daerah lain karena Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten terkaya di Yogyakarta karena di daerah Sleman sendiri jumlah pusat perbelanjaan dan kampus-kampus jumlahnya cukup banyak, serta jumlah penduduk dan jumlah bank syariah di Kabupaten Sleman lebih banyak daripada Kabupaten/Kota lain yang ada di D.I. Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung ?

2. Bagaimana pengaruh lokasi dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung ?


(13)

3. Bagaimana pengaruh bagi hasil dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung ?

4. Bagaimana pengaruh biaya administrasi dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari skripsi ini adalah :

1. Menjelaskan pengaruh pelayanan dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung

2. Menjelaskan pengaruh lokasi dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung

3. Menjelaskan pengaruh bagi hasil dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung

4. Menjelaskan pengaruh biaya administrasi dari Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman terhadap keputusan nasabah menabung

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini sebagai proses pembelajaran yang memberikan tambahan pengetahuan dan informasi serta pengalaman sehingga peneliti dapat mengembangkan ilmu yag diperoleh selama mengikuti perkuliahan.


(14)

2. Manfaat Praktis

Bagi Pihak Bank Syariah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak bank syariah khususnya bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman dalam upaya meningkatkan kinerja operasional dan pelayanannya secara lebih baik.


(15)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya ( Kasmir, 2003). Dari definisi bank diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, Artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :

a. Menghimpun dana b. Menyalurkan dana

c. Memberikan jasa bank lainnya

Kata bank sendiri berasal dari kata bangue yang diambil dari bahasa Perancis dan dari kata banco yang diambil dari bahasa Italia, yang mempunyai arti peti atau lemari atau bangku. Kata lemari atau peti mempunyai arti sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga seperti emas, berlian, uang dan sebagainya. Sedangkan istilah bank di dalam Al Quran tidak disebutkan secara terperinci. Tetapi, jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,


(16)

manajemen fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas seperti zakat, sodaqoh, ghanimah (rampasan perang), ba‟i (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta), dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi (Sudarsono dalam Maysun, 2005)

2. Jenis Bank

Jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa golongan tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendiriannya, kepemilikannya dan target pasarnya. Sebelum diberlakukannya undang-undang nomor 7 Tahun 1992, bank digolongkan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, seperti bank tabungan, bank pembangunan dan bank ekspor-impor. Setelah undang-undang tersebut berlaku, jenis bank yang diakui secara resmi hanya terdidiri dari 2 jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas. Jenis- jenis bank terdiri dari

a. Jenis Bank Menurut Jenis Kegiatan Usahanya. b. Jenis Bank Menurut Badan Hukumnya.

c. Jenis Bank Menurut Pendiriannya d. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya. e. Jenis Bank Menurut Target Pasarnya.


(17)

3. Perbankan Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sesuai syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Syariah (Andri Soemitra, 2009). Triandu Budisantoso dan Sigit (2006) mendefinisikan bank syariah sebagai bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sedangkan Kuncoro (2002) mendefenisikan bank syariah sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan dalam Quran dan Al-Hadist diharapkan dapat menghindari kegiatan- kegiatan yang mengandung unsur-unsur riba dan bertentangan dengan syariat islam. Pengertian Bank Syariah itu sendiri menurut praktisi ekonomi islam yaitu Syafi‟i Antonio dan Karnaen Perwaatmadja, Bank Syariah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Bank Islam, adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang telah dijelaskan dalam agama Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadits.


(18)

2) Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam, adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

Dalam tata cara yang ada dalam Agama Islam yang dilakukan untuk menjauhi praktek riba adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. (Lestari,2006) mengatakan bahwa syariah mempunyai arti peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh kaum muslimin. Syariah disini merupakan salah satu penghubung antara Allah SWT dengan umat manusia, maka jelas bahwa bank syariah merupakan bank yang berdasarkan aturan – aturan yang telah ada pada Agama Islam.

Sedangkan Bank Indonesia memberikan pengertian bahwa Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Dasar sistem perbankan syariah sebenarnya dapat dikemukakan secara sederhana. Operasi institusi keuangan Islam terutama berdasarkan pada prinsip profit and loss sharing. Bank Islam tidak


(19)

membebankan bunga, melainkan mengajak partisipasi dalam bidang usaha yang didanai. Pada deposan juga sama-sama mendapat bagian dari keuntungan bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan pada akad yang telah disepakati. Dengan demikian, ada kerjasama antara bank Islam dan para deposan di satu pihak, dan antara bank dan nasabah investasi sebagai pengelola sumber daya para deposan dalam berbagai usaha produktif di pihak lain. Sistem ini berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan memberikan pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lainnya.

b. Produk Bank Syariah

Bank syariah tugas yang mempunyai sebagai lembaga intermediasi menerima pendanaan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Atas pendanaan para nasabah itu bank memberi imbalan berupa bagi hasil. Demikian pula, atas pemberian pembiayaan itu bank mewajibkan bagi hasil kepada para peminjam. Peran bank syariah dianggap mampu untuk membantu masyarakat, dan kegiatan perbankan dapat dianggap sebagai hal bagi masyarakat untuk membawa mereka kepada kegiatan tolong-menolong dan menghindari adanya dana yang tidak dijalankan sebagimana mestinya (dana menganggur). Selain itu bank syariah


(20)

juga menyediakan produk-produk jasa yang dapat dimanfaatkan oleh nasabahnya.

Secara umum keseluruhan transaksi di perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni (Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2008):

1) Produk penghimpunan dana (funding)

Produk-produk yang disebutkan disini adalah produk yang bertujuan untuk menghimpun dana yang berasal dari masyarakat. Dalam sistem perbankan syariah simpanan diterima berdasarkan prinsip wadiah dan mudharab, yaitu: a) Giro syariah

Giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan.

b) Tabungan Syariah

Tabungan merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.


(21)

c) Deposito Syariah

Deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank. 2) Produk pembiayaan/penyaluran dana (financing)

Definisi pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang disetujui oleh kedua belah pihak yaitu Bank Syariah dengan pihak lain yang dibiayai atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Produk-produk yang ada di sini adalah produk yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan masyarakat. Dalam sistem perbankan syariah pembiayaan dibedakan menjadi:

a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk:

(1) Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai dengan syariah Islam , dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.


(22)

(2) Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan atau barang untuk menjalankan usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.

b) Transaksi jual beli dalam bentuk:

(1) Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.

(2) Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. (3) Istishna yaitu transaksi jual beli barang yang

dilakukan dengan cara melakukan pemesanan c) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk:

(1) Ijarah adalah transaksi sewa menyewa yang berwujud barang atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan


(23)

(2) Ijarah muntahiyah bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan pilihan perpindahan hak milik objek sewa.

d) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk:

Piutang Qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana yang dilakukan dengan cara tanpa menerima imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

e) Transaksi multijasa dalam bentuk:

(1) Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.

(2) Kafalah adalah transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang tertanggung (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makful anhulashil).


(24)

3) Produk pelayanan jasa (service)

Produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat yang berbasis pendapatan tanpa exposure pembiayaan. Dalam sistem perbankan syariah produk pelayanan jasa , yaitu: a) Letter of Credit (L/C) Import Syariah

Letter of Credit (L/C) Import Syariah yaitu surat pernyataan akan membayar kepada Eksportir (beneficiary) yang diterbitkan oleh Bank (issuing bank) atas permintaan Importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu (Uniform Custom and Practice for Documentary Credits / UCP)

b) Bank Garansi Syariah

Bank Garansi Syariah yaitu jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud.

c) Penukaran Valuta Asing (Sharf)

Penukaran Valuta Asing (Sharf) merupakan jasa yang diberikan bank syariah untuk membeli atau menjual valuta asing yang sama (single currency) maupun


(25)

berbeda (multi currency), yang hendak ditukarkan atau diinginkan oleh nasabah.

c. Karakteristik Bank Syariah

Karakteristik bank syariah tidak sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah (Andri Soemitra:2009)

1) Penghapusan riba

2) Pelayanan kepentingan publik dan realisasi sosio-ekonomi islam

3) Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersil dan bank investasi

4) Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal karena bank komersil syariah menerapkan profit and loss sharing dalam ventura, bisnis atau industri.

5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha

6) Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen bank pasar uang antar bank syariah dan instrumen syariah berbasis syariah.


(26)

d. Tujuan Bank Syariah

Tujuan bank syariah adalah untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan/bisnis yang dilakukan, namun bank syariah menghindari riba dan berlandaskan syariah dari setiap aktivitas dan produknya. Perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk menghasilkan keuntungan secara komersial, namun dituntut untuk menghasilkan laba secara komersial dan sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah.

4. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Sehubungan dengan kontrak personal yang sangat penting dalam menentukan kualitas pelayanan, setiap perusahaan memerlukan service excellence maksudnya pelayanan yang unggul yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani nasabah secara memuaskan. Jika karyawan melakukan hal kepada nasabah maka nasabah akan merasa nyaman dan senang melakukan transaksi di bank tersebut. Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan yang diinginkan oleh pelanggan. Menurut Wyckof yang dikutip oleh Tjiptono (2000) bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sedangkan menurut Geotch


(27)

dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono (2000) menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah penyampaian secara excellence atau superior dibandingkan oleh harapan konsumen. Menurut Payne (2007) kualitas jasa berkaitan dengan kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2000) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik atau buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi evaluatif terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu.

Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Menurut Tho in (2011) bahwa kualitas pelayanan lebih menitikberatkan pada kepuasan pelanggan, dimana kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan


(28)

keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan baik internal maupun eksternal. Kualitas, dalam organisasi jasa tentu bukanlah sesuatu yang mudah didefinisikan, karena hal tersebut sangat berhubungan erat dengan pandangan konsumen. Secara umum dikatakan bahwa kualitas adalah karakteristik produk atau jasa, yang ditentukan oleh pemakai dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.

b. Dimensi Kualitas Pelayanan.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Umar (2000), untuk mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi adalah sebagai berikut :

1) Tangibles

Merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Dimensi ini merujuk pada fasilitas fisik, perlatan dan penampilan dari para personil.


(29)

2) Reliability

Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat.

3) Responsiveness

Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.

4) Assurance

Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan


(30)

keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampauan penyedia jasa. Komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain

5) Emphaty

Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (acces) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.


(31)

5. Lokasi

a. Pengertian Lokasi

Menurut Lupiyoadi (2001) mendefinisikan lokasi adalah tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Jadi lokasi disini adalah tempat dimana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan dilaksanakan

b. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Menurut Kotler (2002) salah satu kunci sukses adalah lokasi. Lokasi di mulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas, persaingan, iklim politik, dan sebagainya. Hubungan lokasi terhadap keputusan pembelian menurut Ma’ruf (2005) menyatakan bahwa lokasi memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian di mana lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses di bandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama,

Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi menurut Lupiyoadi (2001), yaitu:

1) Konsumen mendatangi pemberi jasa

Apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat


(32)

dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis.

2) Pemberi jasa mendatangi konsumen

Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas. 3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung

Berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua belah pihak dapat terlaksana. c. Pertimbangan-pertimbangan dalam Penentuan Lokasi

Dalam mendirikan perusahaan, pemilihan lokasi sangat dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan. Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan lokasi meliputi faktor-faktor sebagai berikut (Tjiptono, 2000):

1) Akses

Misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2) Visibilitas.

Misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3) Lalu lintas (traffic) dimana ada dua hal yang perlu


(33)

a) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya impulse buying.

b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan.

c) Tempat parkir yang luas dan aman. d) Ekspansi.

e) Lingkungan. f) Persaingan.

Tujuan strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan. Pengusaha akan selalu berusaha mencari lokasi yang strategis, yang mudah dilihat dan dijangkau oleh konsumen. Lokasi bisnis yang paling tepat untuk bisnis jasa adalah di tempat dengan potensi pasar yang besar. 6. Bagi Hasil

Setiap pembelian produk jasa maupun barang, konsumen dipengaruhi oleh tingkat keuntungan atau manfaat yang akan diperolehnya dari produk tersebut. Adapun tingkat keuntungan yang akan diperoleh konsumen pada jasa bank terutama bank syariah adalah bagi hasil. Bagi hasil artinya kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama dimana bagi hasil mensyaratkan kerjasama pemilik modal dengan usaha/kerja untuk kepentingan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus untuk masyarakat”. Konsekuensi dari kesepakatan


(34)

tersebut adalah resiko ditanggung bersama. Jika untung yang diperoleh besar maka penyedia dana (pihak bank) dan pekerja menikmati bersama sesuai dengan kesepakatan sebelumnya dan jika rugi usaha maka harus dirasakan bersama pula (Al-Qardhawi, 2001).

Wiroso (2005) menyatakan“ dalam bank syariah, imbalan yang diberikan kepada para deposan (penghimpun dana) sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pendapatan yang telah diikuti dengan aliran kas masuk (cash basis) sehingga dari bulan ke bulan berikutnya penghasilannya tidak selalu sama”. Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana) dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atau pengelola dana mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang kecil maka distribusi hasil usaha juga didasarkan pada jumlah yang kecil pula.

Menurut Didin dalam Hamidi (2003) “bagi hasil dalam bank syariah tidak mengenal pemberlakuan keuntungan mutlak dimuka kepada para investornya”. Keuntungan bagi hasil yang diterima tidak tetap tetapi sesuai dengan keuntungan yang diperoleh bank. Sebaliknya, jika dalam perjanjian usaha tersebut mengalami kerugian, maka baik investor maupun pengelola dana yang menjalankan proyek akan


(35)

menanggung secara bersama-sama sesuai dengan share yang dimiliki. Prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasarkan kaidah al-mudharabah dan al musyarakah. Al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau perjanjian atas suatu jenis perkongsian dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

a. Jenis- Jenis al-Mudharabah 1) Mudharabah Muthlaqah.

adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi olehspesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

2) Mudharabah Muqayyadah.

atau disebut juga dengan istilah specified mudharabah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah, dimanasi mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempatusaha.


(36)

b. Jenis- Jenis al-Musyarakah 1) Musyarakah Pemilikan

Tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

2) Musyarakah Akad

Tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian

7. Biaya Administrasi

Pengertian biaya menurut standar akuntansi keuangan (1999) adalah aliran dana atau sumber daya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan guna memenuhi pengeluaran perusahaan atau sering disebut beban perusahaan.

Definisi biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.


(37)

Selain itu pengertian biaya secara luas mengandung 4 unsur antara lain :

a. Merupakan pengorbanan sumber ekonomi. b. Diukur dengan satuan uang.

c. Yang telah terjadi atau yang akan terjadi. d. Untuk tujuan tertentu.

Biaya administrasi atau yang lebih dikenal di dunia perbankan dengan maintenance fee adalah suatu biaya yang diberikan kepda nasabah pada suatu bank. Sebagai contonya : biaya administrasi rekening koran, iuran tahunan kartu kredit . nasabah bisa tidak dikenai biaya tersebut jika nasabah dapat memelihara saldo minimum tertentu sesuai dengan kebijakan bank tersebut. Biaya administrasi yang diberikan kepada nasabah antara bank yang satu dengan bank lainnya tentunya akan berbeda dan oleh karena itu biasanya nasabah cenderung akan memilih bank dengan biaya administrasi yang lebih sedikit. Untuk beberapa bank yang ada di Indonesia memang memiliki biaya yang berbeda-beda ada beberapa hal yang membuat nasabah harus mengetahui dahulu biaya administrasi pada sebuah bank. Berikut ini adalah alasan mengapa nasabah harus mengetahuinya.

a. Nasabah harus menghitung jumlah tabungan yang akan mereka dapatkan jika mereka akan menggunakan bank tersebut


(38)

b. Nasabah harus mengetahui jumlah potongan yang akan diberikan dari pihak bank agar tidak terjadi kesalahpahaman antara 2 belah pihak.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Maski (2010) melakukan penelitian di Malang, Jawa Timur menemukan bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak memilih bank syariah dalam menabung dipengaruhi oleh variabel karakteristik syariah, pelayanan dan kepercayaan pada bank, pengetahuan dan obyek fisik bank. Dan pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah adalah variabel pelayanan dan kepercayaan.

2. Ayoe Niken Pratiwi (2010) melakukan penelitian di Surakarta, Jawa Timur menemukan bahwa kualitas keagamaan , tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan masyarakat muslim di kota Surakarta untuk menggunakan bank syariah sedangkan variabel pendapatan, usia , jenis kelamin dan jarak rumah nasabah tidak mempunyai pengaruh dalam memutuskan menggunakan bank syariah.

3. Fatimah Sofiani (2008) melakukan penelitian dengan objek penelitian di BCA Pusat Pembantu Pasar Medan dengan 50 responden. Hasilnya bahwa nasabah BCA Bizz telah merasa puas dengan pelayanan yang ada dan pengaruhnya terhadap tingkat tabungan sangat berpengaruh karena dapat meningkatkan jumlah nasabah dan jumlah tabungan yang ada.


(39)

4. Bariah, Zaenal Abidin dan Harlina Nurtjahjanti (2008) pernah meneliti tentang Hubungan Antara Kualitas Layanan Bank Dengan Minat Menabung Nasabah PT. BRI Kantor Cabang Ungaran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 nasabah. Hasilnya bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas layanan dengan minat menabung nasabah PT. BRI di Kantor Cabang Ungaran. Sumbangan efektif dalam penelitian ini adalah 71,5%. Artinya sebesar 71,5% minat menabung nasabah PT. BRI di Kantor Cabang Ungaran diprediksi oleh variabel kualitas layanan, sedangkan 28,5% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian.

5. Muhammad Tho in (2011) mengadakan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Faktor-faktor Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Nasabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Tekun Karanggede Boyolali. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 80 responden nasabah. Hasil analisis yang telah diuraikan, dapat disimpulkan. Pertama, pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan baik internal maupun eksternal. Kedua, terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy terhadap kepuasan nasabah, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Hal ini terbukti dari hasil uji F yang memperoleh nilai F hitung F tabel (30,744-2,45) pada taraf signifikansi 5%. Ketiga, Variabel


(40)

reliabiity merupakan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t- hitung varibel reliability (4,004) lebih tinggi dari t hitung variabel lainnya tangibles (3,106), responsiveness (3,779), assurance (2,614), dan emphaty (3,188). Hal ini berarti jika kehandalan dalam memberikan pelayanan menyebabkan nasabah merasa puas

C. Hipotesis

Dari landasan teori yang telah di paparkan di atas, maka dalam penelitian kali ini di dapatkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Diduga kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

2. Diduga lokasi bank syariah mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

3. Diduga bagi hasil mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman. 4. Diduga biaya administrasi mempunyai pengaruh positif terhadap

keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.


(41)

D. Kerangka Konseptual

Berdasarkan batasan penelitian dan beberapa variabel yang mendorong masyarakat untuk menabung di Bank Syariah yang ada di Kabupaten Sleman , maka kerangka konseptual penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Keputusan Nasabah Menabung di Bank

Syariah Kualitas Pelayanan

Lokasi

Bagi Hasil

Biaya Administrasi

+

_

+


(42)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek / Subyek Penelitian

1. Obyek penelitian ini adalah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini berbentuk survei, yakni menganalisis keputusan nasabah menabung di bank syariah. Adapun tujuan dari survei ini bersifat menerangkan atau menjelaskan, yakni mempelajari fenomena sosial dengan meneliti variabel penelitian. 2. Subyek penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi sumber

informasi yang dapat memberikan data akuran sesuai dngan kondisi dan peristiwa yang terjadi di tempat penelitian. Dalam hal ini subyek penelitian adalah para nasabah bank syariah di Kabupaten Sleman. B. Jenis Data

Data penelitian terdiri dari dua jenis menurut sumbernya, yaitu data primer dan data sekunder sedangkan menurut waktunya data dibedakan atas data cross-section dan time-series. Menurut Mubyarto dan Soeratno (1976) data primer merupakan data yang bersumber langsung dari objek penelitian dan langsung diambil dari lapangan oleh peneliti dan belum mengalami pengolahan lebih lanjut, sedangkan data sekunder merupakan data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain, bukan peneliti langsung, biasanya oleh kantor-kantor sensus dan statistik, departemen-departemen dan instansi pemerintah lain. Sementara itu data cross-section merupakan


(43)

data variabel tertentu yang berasal dari banyak satuan sample pada satu waktu tertentu, sedangkan data time-series merupakan data satu variable tertentu yang berurutan pada waktu yang panjang.

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari responden, yaitu nasabah bank syariah di Kabupaten Sleman. Data ini dikumpulkan dengan cara peneliti menyebar kuesioner sebanyak 100 lembar kepada nasabah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman. Data dalam penelitian ini merupakan jenis data cross-section, data ini menunjukkan informasi yang berbeda namun dalam satu waktu yaitu pada waktu penelitian.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Nazir (1988) stratified random sampling dipergunakan sebagai metode pengambilan sampel karena menginginkan suatu ketepatan yang lebih tajam terhadap masalah yang diselidiki. Metode stratified random sampling adalah metode dimana populasinya dibagi dalam beberapa kelas atau subpopulasi yang anggota kelompoknya memiliki sifat homogenitas yang lebih nyata di dalam masing-masing subpopulasi atau masing-masing kelas dan memberikan heterogenitas yang nyata antarsubpopulasi. Suatu stratified random sample adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari setiap strata. Untuk mendapatkan alokasi sampel dalam tiap-tiap stratum dapat didapatkan


(44)

dengan menggunakan Alokasi Sampel Berimbang dengan Besarnya Strata (Allocation Proportional to Size of Strata). Jika populasi dibagi atas 5 buah strata dimana subpopulasinya adalah N1, N2, N3, N4, dan N5, maka besarnya subsamp Populasi mencakup keseluruhan individu atau obyek yang akan diteliti. Menurut Supriyanto, populasi adalah totalitas objek atau objek keseluruhan yang dibatasi oleh suatu kriteria tertentu (Supriyanto, 2009) Jadi dalam penelitian ini populasinya adalah nasabah bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode Slovin dengan rumus sebagai berikut (Sevilla et al, 1993):

Keterangan :

N: Ukuran Populasi n : Ukuran sampel

e : Tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

Ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diinginkan yaitu 10%.

Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul , 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang beragama islam yang bermukim di Kabupaten Sleman. Jumlah keseluruhannya ada 951.454.


(45)

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Beragama Islam di Kabupaten Sleman

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Gamping 41.795 40.034 81.892

Godean 32.708 31.127 63.835

Moyudan 14.352 14.548 28.900

Minggir 13.626 13.658 27.284

Seyegan 23.880 23.689 47.569

Mlati 41.173 39.375 80.548

Depok 54.554 50.110 104.664

Berbah 24.848 24.440 49.288

Prambanan 25.477 24.988 50.465

Kalasan 34.586 33.964 68.550

Ngemplak 26.903 26.566 53.469

Ngaglik 43.374 41.522 84.896

Sleman 31.123 30.785 61.908

Tempel 26.978 26.310 53.288

Turi 16.611 16.432 33.043

Pakem 15.560 15.800 31.360

Cangkringan 15.105 15.453 30.558

Jumlah 482.653 468.801 951.454

Sumber : BPS

Pada tabel 3.1 diatas merupakan data jumlah penduduk yang beragama Islam yang bermukim di Kabupaten Sleman. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 responden. Besar sampel ditentukan menggunakan rumus slovin dengan rumus sebagai berikut :

n

n = 99,98

Sampel dipilih dari sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti yang jumlahnya lebih sedikit dari populasi serta dianggap mampu mewakili keseluruhan dari populasi (Djarwanto, 1998). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian elemen-elemen populasi yang diambil menurut prosedur tertentu dan mempunyai karakteristik sendiri. Untuk


(46)

kepentingan suatu analisis data digunakan sampel yang dapat mewakili populasi, sampel dipilih dengan metode purposive sampling yaitu penunjukan sampling yang di dasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu (Indrianto dan Supomo, 2011).

Dalam penelitian ini penyusun memeilih sampel dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian , criteria sampel yang dibutuhkan adalah :

1. Tercatat sebagai warga masyarakat kabupaten Sleman atau masyarakat yang bermukim di daerah yang ada di Kabupaten Sleman

2. Minimal mengetahui atau memiliki pengetahuan tentang perbankan syariah dan masyarakat sebagai objek peneliti dapat ditemui atau dijangkau oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan yang pokok. Dengan menggunakan instrumen atau alat pengumpulan data.

Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertyanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang tua/anak yang ingin diselidiki (Bimo Walgito, 2010).


(47)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert yaitu menghadapkan responden dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan mencakup tanggapan para nasabah terhadap keputusannya menabung di bank syariah. Dalam penelitian ini peneliti membagikan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada 100 orang responden yang berisi tentang data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat menggunakan skala likert itu dengan skala 1-5

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat di beri skor, misalnya:

Jawaban Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Menurut Mubyarto dan Soeratno (1976) data primer merupakan data yang bersumber langsung dari objek penelitian dan langsung diambil dari lapangan oleh peneliti dan belum mengalami pengolahan lebih lanjut, Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang menggunakan jenis data kuantitatif yaitu data yang didapat/dikumpulkan oleh peneliti dengan cara mendapat informasi langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data primer , peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung.


(48)

Jenis data yang digunakan adalah metode kuesioner, yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara membagikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada para responden dan data yang diberikan oleh peneliti harus dijawab oleh responden dengan jujur dan tidak mengada-ada.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Keputusan Menabung (Y) adalah Proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi tentang bank tersebut agar konsumen dapat memutuskan suatu hal. 2. Kualitas Pelayanan (X1) adalah Kualitas Bank dalam memberikan

layanan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah demi tercapainya kepuasan pada nasabah itu sendiri.

3. Lokasi (X2) adalah tempat berdirinya suatu bank yang mempunyai pengaruh dalam menarik hati konsumen dalam keputusannya untuk menabung di bank tersebut ada usur kedekatan dengan rumah konsumen atau mudah dijangkau oleh alat transportasi umum

4. Bagi Hasil (X3) adalah bentuk skema pembiayaan alternatif yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan bunga bank.

5. Biaya Administrasi (X4) adalah suatu biaya yang diberikan kepada nasabah atau pemegang rekening secara berkala.


(49)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2007). Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang berisi pertanyaan yang nantinya akan disebar pada responden. Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pengaruh kualitas pelayanan, bagi hasil, lokasi dan biaya administrasi terhadap keputusan nasabah menabung di perbankan syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

Uji kaulitas data terdiri dari uji validitas dan uji realibilitas. Kedua pengujian tersebut masing-masing bertujuan untuk mengetahui akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument.

1. Uji validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur tujuannya dengan nyata dan benar (Jogiyanto,2014). Dalam penelitian ini,data dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuisoner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur dalam kuisoner tersebut. Sedangkan suatu instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur atau memiliki factor loading >0,05, dimana menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor total mempunyai signifikan yang kurang dari 0,05 maka bisa dikatakan item tersebut valid. Dengan kriteria pengambilan keputusan :


(50)

a. Jika rhitung >rtabel, maka pertanyaan tersebut valid

b. Jika rhitung<rtabel, maka pertanyaan tersebut tidak dinyatakan valid 2. Uji Realibilitas

Uji relibilitas digunakan untuk melihat sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan dalam beberapa kali pengukuran terhadap subjek yang sama dan diperoleh hasil yang relatif sama. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai cronbach alpha. Suatu instrument penelitian akan dinyatakan reliebel apabila nilai croncbach alpha >0.05. Ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rpositif>rtabel, maka pertanyaan reliable b. Jika rnegatif>rtabel, maka pertanyaan tidak reliable 3. Uji analisis regresi berganda (uji hipotesis)

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh empat variable independen yaitu variabel kualitas pelayanan, variabel lokasi, variabel bagi hasil dan variabel biaya administrasi.

Dalam penelitian ini peneliti mengolah data dengan bantuan sofwere SPSS statistic person 16.0 Adapun persamaan regresinya yaitu:


(51)

Keterangan :

Meng = menggunakan α = konstanta

β1- β4 = koefisien variable independent KP = kualitas pelayanan

L = lokasi

BH =bagi hasil

BA = biaya administrasi e = residual (error) G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Untuk menguji apakah independen mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variable dependen, maka perlu dilakukan uji koefisien.

1. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variable independen secara serentak terhadap variable dependen. Apabila nilai koefisien determinasi dalam model regresi semakin kecil (mendekati nol) membuktikan kemampuan variable-variabel independen terbatas dalam menjelaskan variable dependen. Sebaliknya jika nilai yang mendekati satu (100%),maka variable-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable dependen.


(52)

2. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variable independen secara simultan terhadap variable dependen (ghozali,2011) kriteria penentu uji F adalah dengan melihat tingkat signifikansi (alpha 5%) apabila signifikansi F < α 0.05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen.

3. Uji signifikansi parsial (uji statistic t)

Uji dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variable independen secara individual terhadap variable dependen (ghozali,2011). Hipotesis diterima apabila nilai signifikan < α 0,05 dan koefisien regresi searah dengan hipotesis.

H. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda. Uji asumsi klasik juga dilakukan untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten dan penaksiran regresi bersifat efisien. Pengujian asumsi klasik dari normalitas, uji autokorelasi, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas. Berikut ini adalah penjelasan uji asumsi klasik yang akan efisien:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik


(53)

parametric. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal yaitu bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal, dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Data yang membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama,demikian juga simpangan bakunya.

Langkah-langkah pengujian normalitas data dibagi menjadi dua tipe yaitu dengan Hipotesis:

a. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera > α (0,05) , maka residualnya berdistribusi normal

b. Jika nilai probabilitas Jarque-bera < α (0,05), maka residualnya berdistribusi tidak normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji multikoloniaritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variable independent.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF), jika nilai VIF < 10 maka tidak terdapat mutikolonieritas diantara variable independen.

3. Uji heteroskedastisitas

Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Residual


(54)

adalah faktor-faktor lain yang terlibat akan tetapi tidak termuat dalam model karena residual ini merupakan variabel yang tidak diketahui, maka diasumsikan bahwa nilai residual bersifat acak. Pada analisis regresi, heteroskedastisitas berarti situasi dimana keragaman variabel independen bervariasi pada data yang kita miliki. Salah satu asumsi kunci pada metode regresi biasa adalah bahwa error memiliki keragaman yang sama pada tiap-tiap sampelnya. Asumsi inilah yang disebut homoskedastisitas .Jika keragaman residual/error tidak bersifat konstan, data dapat dikatakan bersifat heteroskedastisitas. Karena pada metode regresi ordinary least-squares (OLS) mengasumsikan keragaman error yang konstan, heteroskedastisitas menyebabkan estimasi OLS menjadi tidak efisien. Model yang memperhitungkan perubahan keragaman dapat membuat penggunaan dan estimasi data menjadi lebih efisien. Beberapa asumsi dalam model regresi yang terkait dengan heteroskedastisitas antara lain adalah residual (e) memiliki nilai rata-rata nol, keragaman yang konstan, dan residual pada model tidak saling berhubungan, sehingga estimator bersifat blue. Jika asumsi ini dilanggar maka prediksi model yang dibuat tidak dapat diandalkan. Pendeteksian heteroskedastisitas yang peneliti gunakan dilakukan melalui uji white. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis: Bila probabilitas Obs*�2 > 0.05 artinya signifikan sedangkan bila probabilitas Obs*�2 < 0.05 artinya tidak signifikan. Apabila probabilitas Obs*�2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut


(55)

tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila probabiitas Obs*�2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat Heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana telah terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan tingakat kesalahan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson atau dengan Uji Breusch-Godfrey.

Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange multiplier (LM Test) atau yang disebut uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-squared dengan α = 5% (0.05).

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 artinya signifikan, Dan jika probabilitas Obs*R2 < 0.05 artinya tidak signifikan. Apabila probabilitas Obs*�2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*�2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.


(56)

51 BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Gambaran Umum Bank Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai awal tahun 1990-an. Dimana terjadi diskusi pendirian perbankan syariah sebagai pilar ekonomi islam. Majelis Ulama Indonesia memprakarsai pendirian bank syariah dengan menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan Cisarua,Bogor Jawa Barat pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Hasil Lokokarya ini kemudian dibahas lebih mendalam dalam musyawarah nasional IV MUI di Jakarta pada tanggal 20-25 Agustus 1990. Dari hasil Munas ini dibentuk kelompok kerja yang disebut tim perbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di Indonesia yang bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi untuk pembentukan bank syariah. Hasilnya pada November 1991 ditandatangani pendirian PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi pada bulan mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah antara lain adalah BPR Mardhatillah dan BPR amal sejahtera yang didirikan tahun 1991 di bandung dan di prakarsai oleh Institute for Sharia.

Sektor hukum perbankan di Indonesia mengalami perkembangan signifikan dengan diundangkannya Undang-undang


(57)

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Hal ini terjadi karena di dalam kebijakan perbankan di Indonesia pasca diundangkannya undang-undang ini secara tegas mengakui eksistensi dari bank islam (Islamic banking) atau yang lebih kita kenal dengan nama bank syariah. berbeda dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun1992 yang mengenal bank syariah semata-mata hanya bank yang mendasarkan pengelolaannya berdasarkan bagi hasil, maka dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 secara tegas mengakui eksistensi bank dengan prinsip syariah disamping bank konvensional yang berbasis pada bunga.

Perkembangan perbankan syariah terus mengalami peningkatan yang signifikan. Sampai dengan Desember 2009 jumlah perbankan syariah telah mencapai 5 BUS (Bank Umum Syariah) dengan jumlah kantor sebanyak 660, 24 UUS (Unit Usaha Syariah), 137 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dengan 1.144 kantor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Produk dan jasa yang ditawarkan pun sangat beragam. Terlepas dari perkembangan yang cukup menggembirakan , pertumbuhan bank syariah juga mengalami perlambatan. Terlepas banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah faktor kompetisi dengan perbankan konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sistem perbankan yang dianut, yaitu dual bankin system, sehingga nasabah masih dapat melakukan pilihan antara bank konvensional dengan bank syariah (Nurul Huda. 2009).


(58)

B. Karakteristik Responden

Dari 100 orang yang dijadikan responden dapat diketahui karakteristik masing-masing responden yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, lama mejadi nasabah, penghasilan dan nama bank syariah yang digunakan nasabah. Analisis ini disajikan dalam bentuk frekuensi dan presentase. Berikut karakteristik responden :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Presentase

Laki-laki 40 40%

Perempuan 60 60%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan , yaitu responden perempuan sebanyak 60 dari 100 responden atau 60%, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40 responden dari 100 responden atau 40%. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang memutuskan untuk menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya adalah karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase

SD 1 1%

SMP/Sederajat 3 3%

SMA/Sederajat 59 59%

Diploma 11 11%

Sarjana 26 26%


(59)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini adalah 1 orang dari 100 responden (1%) tamatan SD, 3 orang dari 100 responden (3%) tamatan SMP, 59 orang dari 100 responden (59%) tamatan SMA, 11 orang dari 100 responden (11%) tamatan diploma, 26 dari 100 responden (26%) tamatan perguruan tinggi/sarjana dan 0 orang responden (0%) dari 100 responden tamatan lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang memutuskan untuk menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, jumlah responden terbanyak adalah tamatan SMA . Selanjutnya adalah karakteristik responden berdasarkan Pekerjaannya.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Pokok Frekuensi Presentase

Pegawai Negeri Sipil 2 2%

Swasta 36 36%

Wiraswasta 14 14%

Pelajar/Mahasiswa 35 35%

Lainnya 12 12%

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukan bahwa responden yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai negeri sipil ada 2 orang dari 100 responden (2%), yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai swasta ada 36 orang dari 100 responden (36%), yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta ada 14 orang dari 100 responden (14%), yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pelajar ada 35 orang dari 100 responden (35%), sedangkan yang memiliki pekerjaan pokok (lain-lain) ada 12 orang dari 100 responden (12%). Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang memutuskan untuk menabung di


(60)

bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, jumlah responden terbanyak adalah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta. Selanjutnya adalah karakteristik responden berdasarkan lama menjadi nasabah.

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah

Lama Menjadi Nasabah Frekuensi Presentase

< 1 Tahun 32 32%

1-5 Tahun 57 57%

5-10 Tahun 10 10%

>10 Tahun 1 1%

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukan bahwa responden yang menjadi nasabah bank syariah kurang dari 1 tahun ada 32 orang dari 100 responden (32%), yang menjadi nasabah bank syariah antara 1-5 tahun ada 57 orang dari 100 responden (57%) , yang menjadi nasabah antara 5-10 tahun ada 10 orang dari 100 responden (10%) dan yang menjadi nasabah bank syariah lebih dari 10 tahun ada 1 orang dari 100 responden (1%). Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang memutuskan untuk menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, jumlah terbanyak adalah nasabah yang menabung di bank syariah antara 1-5 tahun. Selanjutnya adalah karakteristik responden berdasarkan jumlah penghasilannya.

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilannya

Penghasilan Frekuensi Presentase

< Rp 1.000.000 26 26%

Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 52 52%

>Rp 5.000.000 3 3%


(61)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukan bahwa responden yang memiliki penghasilan lebih kecil dari Rp 1.000.000 ada 26 orang dari 100 responden (26%), yang memiliki penghasilan antara Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 ada 52 orang dari 100 responden (52%), yang memiliki penghasilan lebih besar dari Rp 5.000.000 ada 3 orang dari 100 responden (3%) dan yang memiliki penghasilan lainnya ada 19 orang dari 100 responden (19%). Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa jumlah responden yang memutuskan untuk menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman, jumlah terbanyak adalah responden yang berpenghasilan antara Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000. Selanjutnya adalah karakteristik responden berdasarkan nama bank syariah yang digunakan.

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Bank Syariah Yang Digunakan

Nama Bank Syariah Frekuensi Presentase

Bank Syariah Mandiri 52 52%

BNI Syariah 13 13%

BRI Syariah 21 21%

BPD Syariah 14 14%

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukan bahwa responden yang menggunakan jasa bank syariah mandiri ada 52 orang dari 100 responden (52%). Yang menggunakan jasa bank BNI syariah sebesar 13 orang dari 100 responden (13%). Yang menggunakan jasa bank BRI syariah sebesar 21 orang dari 100 responden (21%). Dan yang menggunakan jasa bank BPD syariah sebesar 14 orang dari 100 responden (14%).


(62)

57 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Kausalitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas

Salah satu usaha peneliti guna mendapatkan hasil yang akurat dan juga dapat diandalkan sebagai informasi yang dipakai dalam penelitian ini, langkah selanjutnya adalah dengan uji validitas data. Uji validitas merupakan alat untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu koesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghazali, 2013). Pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai (rhitung) yang lebih besar dari (rtabel) pada taraf α = 10% atau bisa juga dilihat dari nilai singkat signifikan pada analisis ini menggunakan SPSS yang harus bernilai < 0 05. Dari analisis didapat nilai korelasi antara skor item variabel dengan skor total. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k. Dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah konstruk. Pada kasus ini, besarnya df dapat dihitung 100-2 = 98 dengan alpha 0,010 (10%), maka didapat nilai rtabel sebesar 0,165 dengan jumlah total keseluruhan sampel sebanyak 100 responden dengan menggunakan uji dua sisi. Untuk mempermudah perhitungan


(63)

dari validitas koefisien yang akan di gunakan, maka nilai-nilai dari hasil kuisioner dikelompokan menurut masing-masing variabelnya.

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh hasil uji validitas terdapat masing-masing pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel kualitas pelayanan, lokasi , bagi hasil dan biaya administrasi

a. Variabel Kualitas Pelayanan

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan Item R person

correlation R tabel Signifikan Kesimpulan Kualitas

Pelayanan 1

.609** 0.195 0.000 Valid

Kualitas Pelayanan

2

.631** 0.195 0.000 Valid

Kualitas Pelayanan

3

.542** 0.195 0.000 Valid

Kualitas Pelayanan

4

.748** 0.195 0.000 Valid

Kualitas Pelayanan

5

.603** 0.195 0.000 Valid

Berdasarkan hasil pengujian uji validitas di atas terhadap variabel kualitas pelayanan, dalam variabel kualitas pelayanan terdapat 5 pertanyaan dalam kuisioner yang ditanyakan kepada responden. Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel (0.195) dan nilai


(64)

pertanyaan dalam kuisioner dapat dikatakan valid. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. b. Variabel Lokasi

Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi Item R person

correlation R tabel Signifikan Kesimpulan

Lokasi 1 .639** 0.195 0.000 Valid

Lokasi 2 .605** 0.195 0.000 Valid

Lokasi 3 .638** 0.195 0.000 Valid

Lokasi 4 .743** 0.195 0.000 Valid

Lokasi 5 .577** 0.195 0.000 Valid

Berdasarkan hasil pengujian uji validitas di atas terhadap variabel lokasi, di mana dalam variabel lokasi terdapat 5 pertanyaan dalam kuisioner yang ditanyakan kepada responden. Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rhitung

lebih besar daripada nilai rtabel (0.195) dan nilai signifikan yang

bernilai dibawah 0.05, sehingga masing-masing pertanyaan dalam kuisioner dapat dikatakan valid. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.


(65)

c. Variabel Bagi Hasil

Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas Variabel Bagi Hasil Item R person

correlation R tabel Signifikan Kesimpulan Bagi

Hasil 1 .775** 0.195 0.000 Valid

Bagi

Hasil 2 .604** 0.195 0.000 Valid

Bagi

Hasil 3 .741** 0.195 0.000 Valid

Bagi

Hasil 4 .655** 0.195 0.000 Valid

Bagi

Hasil 5 .565** 0.195 0.000 Valid

Berdasarkan hasil pengujian uji validitas di atas terhadap variabel bagi hasil, di mana dalam variabel bagi hasil terdapat 5 pertanyaan dalam kuisioner yang ditanyakan kepada responden. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rhitung lebih

besar daripada nilai rtabel (0.195) dan nilai signifikan yang bernilai

dibawah 0.05, sehingga masing-masing pertanyaan dalam kuisioner dapat dikatakan valid. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel bagi hasil dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.


(1)

75

bank syariah juga tidak sebanyak bank konvensional sehingga letak bank syariah rata-rata cukup jauh dari tempat tinggal nasabah.

Hasil ini perujuk oleh penelitian yang dilakukan Firman Yulianto K. (2010) , Atwal Arifin dan Husnul Khotimah (2014).

3. Pengaruh Bagi Hasil Terhadap Keputusan Nasabah Menabung di Bank Syariah

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman diketahui bahwa untuk variabel bagi hasil (X3) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,218 (positif) dan nilai signifikansinya sebesar (0,043<0,05), yang berarti bahwa bagi hasil secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bagi hasil adalah hal yang berpengaruh dominan dalam keputusan nasabah menabung di bank syariah. Hal ini disebabkan karena selain ingin terbebas dari unsur riba nasabah juga ingin memiliki keuntungan dari uang yang telah mereka titipkan di bank syariah tersebut. Pihak bank syariah juga akan mempromosikan kepada nasabah bahwa bank syariah juga memiliki bagi hasil yang menggiurkan dan tidak kalah dari bank konvensional. Sehingga nasabah akan memutusakan menabung di bank syariah, khususnya bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.


(2)

Dan penelitian yang dilakukan oleh Raihanah Daulay (2014) juga menunjukkan bahwa bagi hasil berpengaruh terhadap keputusan menabung nasabah di bank syariah mandiri di kota Medan.

4. Pengaruh Biaya Administrasi Terhadap Keputusan Nasabah Menabung di Bank Syariah

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman diketahui bahwa untuk variabel biaya administrasi (X4) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,222 (positif) dan nilai signifikansinya sebesar (0,024<0,05), yang berarti bahwa biaya administrasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah.

Menurut Kotler (2000:41) biaya administrasi merupakan unsur harga dalam bauran pemasaran. Biaya layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan dan menggunakan produk atau jasa tersebut. Biaya administrasi yang dikenakan tiap bulannya mempunyai pengaruh yang cukup tinggi terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah. Dari kuisioner yang disebar kepada responden menunjukkan bahwa responden memilih menabung di bank syariah karena biaya administrasinya lebih sedikit daripada di bank konvensional. Hal ini yang menyebabkan nasabah memutuskan menabung di bank syariah karena mereka merasa tidak terbebani oleh biaya administrasi yang lebih ringan.


(3)

77

Dengan demikian meskipun memutuskan menjadi nasabah bank syariah adalah untuk menghindari riba namun di satu sisi nasabah juga masih mempertimbangkan unsur keuntungan yang diperoleh melalui rendahnya biaya administrasi yang ditarik oleh bank syariah sehingga hal ini akan menjadi pertimbangan karena secara tidak langsung akan menguntungkan nasabah.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Binti Khoiriyah (2016) yang menyatakan bahwa biaya administrasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah di Baitul Tamwil Muhammadiyah Mentari Ngunut Tulungagung.


(4)

78 BAB VI

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung di bank syariah (Studi kasus Kabupaten Sleman). Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

2. Faktor lokasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

3. Faktor bagi hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.

4. Faktor biaya administasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di bank syariah yang ada di Kabupaten Sleman.


(5)

79

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Adapun saran-saran tersebut antara lain :

1. Bagi Pihak Bank Syariah

a. Disarankan kepada bank syariah untuk meningkatkan kualitas pelayanan karena variabel ini termasuk variabel utama yang menjadi alasan nasabah memutuskan menabung di bank syariah. b. Bagi hasil harus disampaikan secara fair dan jelas kepada nasabah

agar pemahaman tentang bagi hasil betul-betul dapat dipahami oleh nasabah, karena variabel ini mempengaruhi mereka untuk menabung di bank syariah

c. Biaya administrasi juga harus dipertahankan agar tidak memberatkan nasabah karena variabel ini mempunyai pengaruh dalam memutuskan menabung di bank syariah. Pihak bank syariah juga harus tetap berkompetisi dengan bank konvensional karena nasabah memilih menabung di bank syariah alasanya karena biaya administrasinya lebih ringan.

2. Penelitian selanjutnya bisa lebih baik dengan menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah menabung di bank syariah.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti dalam bidang


(6)

perbankan Islam khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah menabung di bank syariah.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan pada nasabah yang ada di Kabupaten Sleman, penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan di tempat lainnya sehingga dapat membedakan perilaku masyarakat yang satu dengan lainnya.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data primer (kuisoner) sehingga jawaban reponden kurang obyektif, maka diperlukan metode lain seperti wawancara langsung agar jawaban yang diberikan lebih relevan. 3. Kuisoner yang digunakan peneliti masih kurang dalam menggali


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

50 438 139

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung di Bank Syariah (Studi Kasus Bank Syariah di Kota Lhokseumawe)

13 192 92

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menabung di bank Syariah

3 21 197

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Bertransaksi Di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Jateng Syariah Cabang Surakarta).

0 2 18

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH DALAM KEPUTUSAN MENABUNG DI BANK SYARIAH ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH DALAM KEPUTUSAN MENABUNG DI BANK SYARIAH (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH (Studi Empiris di Surakarta).

1 1 8

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung Di Bank Syariah (Studi Kasus Bank Mega Mitra Syariah Cabang Sragen).

0 0 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung Di Bank Syariah (Studi Kasus Bank Mega Mitra Syariah Cabang Sragen).

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MENABUNG DI BANK BNI SYARIAH (Studi pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Purwokerto)

0 1 17