Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menabung di bank Syariah
i Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh : VITA WIDYAN PRIAJI
NIM: 106070002327
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
ii SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
VITA WIDYAN PRIAJI NIM: 106070002327
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Jahja Umar, Ph.D NIP: 130 885 522
Pembimbing II
Miftahuddin, M.Si NIP: 19730317 200604 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
iii
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 20 September 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan/Ketua merangkap Anggota Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.Si
NIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001
Anggota:
Drs. Akhmad Baidun, M.Si Miftahuddin, M.Si
(4)
iv Nama : Vita Widyan Priaji
NIM : 106070002327
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah”adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 14 September 2011
.Vita Widyan Priaji . NIM: 106070002327
(5)
v
Setiap perbuatan diawali dengan niat. Setiap perkara tergantung pada
niatnya
-Nabi Muhammad SAW
"Tinta para pelajar lebih suci daripada darah orang-orang yang mati
syahid"
-Nabi Muhammad SAW
Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengendalikan
perasaan senang dan deritanya. Ketika dia tidak melakukan tindakan yang diperlukan untuk menuju sukses, dia bisa merasakan penderitaan akibat tidak melakukan tindakan itu. Dan dia mendapatkan perasaan bahagia ketika dia melakukan tindakan
yang diperlukan untuk menuju sukses. Inilah kendali yang
dimiliki orang sukses. Sebaliknya orang gagal. Dia merasakan menderita kalau melakukan tindakan yang diperlukan untuk sukses, dan dia merasa nyaman kalau tidak melakukan tindakan
yang diperlukan untuk sukses itu. Sehingga mereka akhirnya
tidak melakukan kegiatan/kebiasaan sukses -Anthony Robbins
Never be yourself. But, grow yourself. Why be yourself when you can be someone better ?
(6)
vi
yang telah memberikan kasih sayang secara penuh dan
pengorbanan tanpa syarat demi kebahagiaan serta masa
depanku.
(7)
vii (C) Vita Widyan Priaji
(D) XX + 149 halaman + lampiran
(E) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah
(F) Bank Syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan di Indonesia. Namun, meski tingkat pertumbuhan rata-rata termasuk baik, tidak dengan jumlah nasabahnya, dimana dari tahun ke tahun justru menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah nasabah yang bergabung dengan bank syariah. Hal ini dirasa perlu bagi para manajemen bank syariah untuk mengetauhi faktor apa saja yang dapat memunculkan intensi atau niat para calon nasabah untuk menggunakan jasa perbankan syariah dari kacamata psikologis. Intensi menabung merupakan prediktor yang baik untuk memprediksi kemunculan perilaku di masa yang akan datang. Kemunculan intensi menabung ini diduga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor psikologis maupun demografis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang paling besar dan signifikan mempengaruhi intensi menabung di bank syariah. Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi intensi menabung di bank syariah, yaitu sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas, pendapatan, pendidikan, dan usia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 200 responden penduduk Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non-probability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala intensi menabung yang dikembangkan oleh Fishbein & Ajzen (1975). Alat ukur sikap peneliti susun berdasarkan teori Engel (1995), norma subjektif dan PBC berdasarkan silent belief yang berpijak pada teori Fishbein dan Ajzen (1975) dan Ajzen (2005). Alat ukur religiusitas berdasarkan Fetzer Institute (1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 19. Sedangkan untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.3.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan R square sebesar 0,459 hal ini berarti 45,9 % variabel intensi menabung di bank syariah dapat dijelaskan oleh variasi dari ke 7 variabel yaitu sikap, norma subyektif, perceived behavior control, religiusitas, penghasilan, pendidikan, dan usia dengan indeks signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Yang berarti, hipotesis mayor nol (H0) yang
(8)
viii
Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkin dapat mempengaruhi intensi menabung di bank syariah pada penelitian selanjutnya. Selain itu perlu pula untuk menguji hingga ke aspek perilaku menabung di bank syariah.
(9)
ix
menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Menabung di Bank Syariah . Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga, sahabat, ulama, dan segenap umat Islam sekalian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima kasih karena ditengah jadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan waktu dalam proses bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Miftahuddin, M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, arahan, koreksi, pertanyaan kritis, kritik yang membangun, dan waktu yang diberikan kepada Penulis.
3. Ibu Solicha, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan masukannya selama Penulis menjalani perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan pelajaran kepada Penulis, baik itu dalam hal akademis maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu Penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi. Teristimewa untuk Mbak Rini yang banyak memberikan informasi mengenai kegiatan Bapak dan Pak Ayung yang banyak memberi informasi dan bantuan dalam proses birokrasi di bagian akademik.
(10)
x
bentuk apapun. Hanya bakti dan doa-doa yang bisa Penulis berikan. Semoga Bapak dan Ibu diberikan kesehatan serta usia yang panjang dan berkah oleh Allah SWT, agar kelak di masa depan bisa melihat keberhasilan Penulis.
7. Adikku, Vita Wahyu Prahasto, terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sabar menghadapi kakak yang terkadang galak dan jahil. Semoga kamu mampu menjadi anak yang sukses kelak, anak yang sholeh, dan mari kita bersama membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua yang telah banyak berkorban untuk kita.
8. Sahabat GAMA 88, Family without Family Tree ;Kak Ari,Kiki, Dina, Sunu, Ayya, Ayi, Mira, Dyane, Emir, Desi, Intan, Ifah, Manggala Adi, Winas, Suny, Vita, Mbak Tiwi. Walaupun kini kita jarang bersama, namun memori tentang kebersamaan dan perjuang memasuki bangku kuliah dulu, di mana kita saling mendukung demi cita-cita, akan selalu Penulis kenang sepanjang masa. Teristimewa untuk Kak Ari yang benar-benar membimbing Penulis mulai dari nol, memberikan gambaran tentang dunia kuliah di mana kala itu Penulis masih amat buta , mendorong semangat Penulis agar terus optimis dan memiliki konsep diri yang baik, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, dan bala bantuan lain yang begitu banyak dan berarti bagi Penulis.
9. Sahabat-sahabat Penulis semenjak kuliah, Adiyo, Adit, Pras, Rudhi, Amal, Dara, Danny, Hanny, Isni, Rika, Sheli, Suci, & Siti, terima kasih untuk segala canda tawa yang telah kita rangkai bersama, berbagi cerita, dan segala kenangan yang menyejukkan hati. Teristimewa untuk Adiyo, atas bantuan memecahkan kode-kode rumit Lisrel, saran saat proses pengolahan data dan ilmu-ilmu statistika yang diberikan. Nya Soraya dan Inaz yang banyak memberi masukan dan bantuan saat Penulis mengalami kebuntuan, serta refrensi yang sangat membantu bagi Penulis. Untuk teman-teman seperjuangan pengerjaan skripsi Sarah, Lina, Dimas, Eja, Iqbal, Risna, Fifa, Nuran, Reza, dan Efy yang telah berbagi ide, refrensi, saran, dan canda ketika bertemu di kampus dan menunggu bimbingan. Adik-adik mentee Penulis yang kritis, Aman, Ani, Icha, Indah, Sanie, ulul, Serta rekan-rekan kelas D yang sangat kompak.
10. Fathannisa Isnani, terima kasih banyak telah mengisi hari-hari Penulis dengan penuh canda, saling berbagi, kelucuan, dan banyak membantu Penulis, mulai dari mencari bahan refrensi, menemani sewaktu menunggu bimbingan, memberi semangat disaat galau, meluangkan waktu untuk membantu saat kesulitan, serta kesabaran memberi Penulis support kala down dan gundah. Serta kawan-kawan dari Fathannisa; Indah, Meida, Mizan, Nesya, Reisha, Restu, Tate, Thata, Uci, Virgin, dan Winda.
11. Sahabat Penulis, Ratih & Sidiq, selama tujuh tahun kita bersahabat, saling membantu, meredakan emosi saat sedih, memberi semangat sewaktu kehilangan asa, memotivasi satu sama lain kala duka, dan berbagi tawa di momen bahagia. Terima kasih banyak, sahabat.
(11)
xi
Tubagus Wahyudi & Bapak Fir aun Maulana yang banyak memberikan motivasi, ilmu-ilmu, & paradigma kehidupan kepada Penulis yang sangat signifikan mengubah kekeliruan pola pikir Penulis. Kawan-kawan kelas XI A dan XI Maliki yang sangat hangat. Teristimewa untuk Alwi, atas diskusi, sharing ilmu, & bantuan menyebar angket. Ai, Ali, Helen, Ka Hambali, Ka Irfan, Rajesh, Silvi yang juga membantu Penulis mencarikan responden sewaktu kesulitan mendapatkannya. Ka Bogie, Ka DP, Ka Ibnu, Ka Oji, Ka Sorih, Ka Syarif dan Kaka-kaka lain atas pembelajaran luar biasa yang diberikan. Dan Sahabat Kahfi semua yang mohon maaf tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu.
14. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dari Anda semua. Terima kasih banyak atas kesabaran dan waktu luang yang Anda berikan untuk mengisi angket Penulis.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, motivasi, dan bimbingan dari semua pihak dibalas dengan balasan yang berlipat. Amin. Selain itu Penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Mengingat kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan Penulis sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, 14 September 2011
(12)
xii
x
... xii
... xv
... xvii
... xviii
... xix
... -1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah... 16
1.3 Tujuan Penelitian ... 17
1.4 Manfaat Penelitian ... 17
1.5 Sistematika Penulisan ... 18
...- 2.1 Intensi Menabung... 19
2.1.1 Teori Intensi ... 19
2.1.1.1 Pengertian intensi ... 20
2.1.1.2 Spesifikasi intensi... 20
2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya intensi ... 22
(13)
xiii
2.1.3 Intensi Menabung ... 39
2.1.3.1 Definisi Intensi Menabung ... 39
2.1.3.2 Model Teori Intensi Menabung Menurut Robinovich & Paul ... 39
2.1.3.3 Model Teori Intensi Menabung Menurut Croy dkk ... 42
2.1.3.4 Model Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd ... 43
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung ... 45
2.2.1 Sikap ... 46
2.2.1.1 Pengertian Sikap ... 46
2.2.1.2 Komponen Sikap... 49
2.2.2 Norma Subyektif ... 51
2.2.2.1 Pengertian Norma Subyektif... 51
2.2.2.2 Determinan Norma Subyektif ... 52
2.2.3Perceived Behavior Control ...54
2.2.3.1 PengertianPerceived Behavior Control ...54
2.2.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Menabung ... 56
2.2.4 Religiusitas... 57
2.2.4.1 Pengertian Religiusitas ... 58
2.2.4.2 Dimensi Religiusitas... 61
2.2.5 Penghasilan ... 65
2.2.6 Pendidikan... 66
2.2.7 Usia ... 66
2.3 Bank Syariah ... 68
2.3.1 Pengertian Bank Syariah ... 68
2.3.2 Fungsi Bank Syariah ... 68
(14)
xiv
3.1 Populasi dan Sampel ... 78
3.2 Variabel Penelitian ... 79
3.2.1 Definisi operasional... 80
3.2.2 Instrumen pengumpulan data ... 82
3.3 Pengujian Validitas Alat Ukur ... 86
3.3.1 Uji Validitas Alat Ukur ... 89
3.3.1.1 Uji Validitas Skala Intensi Menabung... 89
3.3.1.2 Uji Validitas Skala Sikap ... 91
3.3.1.3 Uji Validitas Skala Norma Subyektif ... 96
3.3.1.4 Uji Validitas Skala PBC ... 99
3.3.1.5 Uji Validitas Skala Religiusitas... 106
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ... 116
3.5 Metode Analisa Data ... 117
- ./ & $' ( $ & !&(...+01-+ +
4.1 Analisa Deskriptif ... 120
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 123
2 3 / & '4$ (, #& /34/ & 5# (/6 (...+0-
+--5.1 Kesimpulan ... 132
5.2 Diskusi ... 133
5.3 Saran .. ... 141
5.3.1 Saran Metodologis... 141
5.3.2 Saran Praktis... 142
# 7! 6'4/!3 ...+-2-+- , $ '&6 (
(15)
xv
Tabel 1.2 Pertumbuhan Bank Syariah Di Indonesia ... 4
Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah Dan Konvensional ... 70
Tabel 2.2 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil ... 72
Tabel 3.1 BluprintSkala Intensi ... 83
Tabel 3.2 BluprintSkala Sikap ... 84
Tabel 3.3 BluprintSkala Norma Subyektif... 84
Tabel 3.4 BluprintSkalaPerceived Behavior Control ...85
Tabel 3.5 BluprintSkala Religiusitas ... 86
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Untuk Intensi Menabung ... 90
Tabel 3.7 Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir Item Faktor Afektif ... 92
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Afektif ... 93
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Kognitif ... 94
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Untuk Faktor Konatif... 95
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item UntukNormative Belief ...97
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item UntukMotivation To Comply ...98
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item UntukControl BeliefPendukung... 100
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item UntukPower BeliefPendukung... 102
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item UntukControl BeliefPenghambat ... 103
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item UntukPower BeliefPenghambat ... 105
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item UntukDaily Spiritual Experience...107
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item UntukMeaning ...108
Tabel 3.19 Muatan Faktor Item UntukValueDanBelief ...110
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item UntukForgiveness ...111
Tabel 3.21 Muatan Faktor Item UntukPrivate Religious Practice ...112
Tabel 3.22 Muatan Faktor Item UntukReligious Support...113
(16)
xvi
Tabel 4.3 Jumlah Subyek Berdasarkan Penghasilan ... 122
Tabel 4.4 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV... 123
Tabel 4.5 Tabel R-Square ...124
Tabel 4.6 Koefisien Regresi... 125
(17)
xvii
BUS dan UUS 2005-2009... 7 Grafik 1.2 Prosentase Pertumbuhan Jumlah Rekening
(18)
xviii
Gambar 2.1 Theory of Planned Behavior... 28
Gambar 2.2 Background FactorPadaTheory of Planned Behavior ...36
Gambar 2.3 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Croy ... 42
Gambar 2.4 Model Kerangka Teori Intensi Menabung Menurut Warneryd ... 45
Gambar 2.5 Pandangan Tradisional Tiga Komponen Sikap... 49
Gambar 2.6 Pandangan Kontemporer Hubungan Antara Kepercayaan, Perasaan, Sikap Intensi Berperilaku Dan Perilaku... 50
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian Muhammad Dan Devi ... 58
Gambar 2.8 Background FactorPadaTheory of Planned Behavior ...74
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir... 75
Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfimatorik Dari Variabel Intensi Menabung .... 89
(19)
xix
U Z[\ ] ^Z_f ContohSyntaxAnalisis Faktor Konfirmatorik
ContohOutputAnalisis Faktor Konfirmatorik Lampiran 3 Analisis Faktor
Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Menabung Analisis Faktor Konfirmatorik Afektif
Analisis Faktor Konfirmatorik Kognitif Analisis Faktor Konfirmatorik Konatif
Analisis Faktor KonfirmatorikNormative Belief
Analisis Faktor KonfirmatorikMotivation To Comply
Analisis Faktor KonfirmatorikControl beliefpendukung Analisis Faktor KonfirmatorikPower beliefpendukung Analisis Faktor KonfirmatorikControl belief penghambat Analisis Faktor KonfirmatorikPower beliefpenghambat Analisis Faktor KonfirmatorikDaily Spiritual Experience
Analisis Faktor KonfirmatorikMeaning
Analisis Faktor KonfirmatorikValuedanBelief
Analisis Faktor KonfirmatorikForgiveness
Analisis Faktor KonfirmatorikPrivate Religious Practice
Analisis Faktor KonfirmatorikReligious Support
Analisis Faktor KonfirmatorikReligious/ Spiritual Coping
(20)
xx
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemKognitif
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemNormative belief
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemMotivation to comply
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemControl beliefPendukung
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemPower beliefPendukung
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemControl beliefPenghambat
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemPower beliefPenghambat
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemDaily spiritual experience
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemMeaning
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemPrivate religious practice
Matriks Korelasi Antar Kesalahan Pengukuran Pada Butir-Butir ItemCommitmentdanOrganizational
(21)
gh gi
jkl mhnopohl
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
iq i prsrtguv rw rx yzr{rv r|
Perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting di dalam
pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung dunia usaha disegala
sektor. Perbankan memiliki porsi yang cukup besar dalam penghimpunan dana
masyarakat baik berupa tabungan, deposito dan giro serta penyediaan dana dalam
bentuk penyaluran berbagai jenis kredit dan menjadi sarana pendukung di dalam
transaksi lalu lintas pembayaran dan keuangan (Hendrawan, 2004).
Penyaluran berbagai arus perputaran uang yang ada di bank dari
masyarakat kembali ke masyarakat, dimana bank sebagai perantaranya. Nasabah
yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam bentuk simpanan giro,
tabungan dan deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat ini sama
artinya dengan membeli dana. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa
dari bank berupa bunga (istilah yang digunakan oleh bank konvensional) atau bagi
hasil (istilah yang digunakan oleh bank syariah). Kemudian oleh bank dana
tersebut disalurkan kembali atau dijual kepada masyarakat yang kekurangan atau
membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman. Bagi masyarkat yang memperoleh
(22)
bunga sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan atau menurut sistem bagi
hasil yang telah ditetapkan bersama.
Salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk menabung di bank
diantaranya karena tergiur oleh suku bunga yang ditawarkan oleh pihak bank.
Namun bunga bank kini menjadi perdebatan para ulama. Secara umum para ulama
menggolongkan bunga bank termasuk dalam kategori riba dan haram.
Sebagian masyarakat Indonesia meyakini pendapat bahwa bunga bank
yang beredar di bank-bank konvensional termasuk dalam kategori riba dan haram.
Sistem yang dijalankan oleh perbankan konvensional tidak sesuai dengan syariah.
Bank syariah tampil sebagai alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan suatu
sistem perbankan yang menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat dan
memenuhi prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah diperkuat
dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dirubah
dalam UU No. 10 tahun 1998, UU No. 23 tahun 1999 dan UU No. 9 tahun 2004
tentang Bank Indonesia.
Sejarah berdirinya perbankan syariah dengan sistem bagi hasil, didasarkan
pada dua alasan utama: (1) Adanya pandangan bahwa bunga (interes t) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang
dilarang oleh agama. Larangan riba bukan saja oleh agama Islam, tetapi dilarang
pula oleh agama lainnya. (2) Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki
kecenderungan terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elit,
para bankir dan pemiliki modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa
(23)
mengakibatkan kerawanan berupa konflik antar kelas sosial yang berujung pada
terganggunya stabilitas nasional maupun perdamaian internasional (Sumitro,
2004)
Menurut Sullivan (dalam Felix, 1997), kebutuhan akan bank syariah
disebabkan tiga pertimbangan. (1) Seorang investor Islam harus menghindari
hubungannya dengan industri yang dilarang untuk seorang Muslim, seperti;
alkohol, perjudian, ponografi, atau daging (daging babi). (2) Perusahaan Islam
harus menghindari bunga (riba), perjudian dan memperhatikan batasan dalam jual
beli saham. (3) Banyak investor muslim yang cenderung tertarik untuk
berinvestasi di perusahaan yang memperhatikan etika dan moral Islam.
Perbankan syariah pun memiliki perkembangan yang cukup
menggembirakan baik di Indonesia maupun luar negeri. Pertumbuhan perbankan
syariah di beberapa negara cukup meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat
prosentase pertumbuhan bank syariah di lima negara berkembang yang mayoritas
muslim penduduknya beragama dari tahun 2002 ke 2006 yaitu Tukey 44%,
(24)
}~
~ ~ ~~ ~ ~ ~) NEGARA BERKEMBANG
Negara 2002 2003 2004 2005 2006 % Pertumbuhan
2002-2006
Turkey 1.5 1.6 1.5 2.4 2.7 44
Indonesia 0.4 0.6 1.2 1.4 1.6 60
Kuwait 15 16.2 18.1 21.6 25.4 29
Malaysia 8.9 9.7 10.5 11.7 12.3 20
Qatar 12.5 12.5 13.7 14.4 15.9 40
Sumber: Bank Sentral dalam Riawan (2009)
Tidak hanya di luar negeri saja. Pertumbuhan bank syariah dan usaha
syariah di Indonesia pun cukup membanggakan. Hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut.
TABEL 1.2
PERTUMBUHAN USAHA SYARIAH DI INDONESIA
Sumber: BI, statistik Perbankan Syariah, 2009 (dalam E-Syariah, 2010)
Perkembangan bank syariah yang ditunjukkan dalam Tabel 1.2 menunjukkan
secara kuantitas pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan
dalam jumlah bank. Awal tahun lahirnya bank syariah yaitu pada tahun 1998
terlihat hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah. Berbeda dengan di awal-awal tahun, pada Desember 2009 jumlah bank
syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Indikasi 1998 KP/UUS 2003 KP/UUS 2004 KP/UUS 2005 KP/UUS 2006 KP/UUS 2007 KP/UUS 2008 KP/UUS 2009 KP/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
(25)
Unit Usaha Syariah. Disamping itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama
Namun demikian walaupun pertumbuhan perbankan syariah di berbagai
sektor cukup baik, belum tentu halnya dengan para nasabah. Partisipasi umat
Islam terhadap bank syariah masih sangat minim, jika dihitung dalam prosentase
hanya sekitar (1,57%) dibandingkan dengan masyarakat Indonesia yang sebagian
besar umat Islam. Hal ini menjadi pertanyaan sejauh mana pemahaman dan sikap
masyarakat mengenai bank syariah. Selain itu, bank syariah yang hadir
berdasarkan kaidah yang berlandaskan unsur keislaman idealnya menjadi daya
tarik bagi penduduk Indonesia yang memiliki penduduk kurang lebih 200.000.000
jiwa dan 88% diantaranya atau sekitar 176.000.000 merupakan penduduk muslim.
Jika menengok ke belakang, krisis moneter yang melanda dunia termasuk
negara Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan bank-bank konvensional
dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara
perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu
bertahan. Tak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para
penyimpan dana di bank-bank syariah. Salah satu bank yang tercatat berhasil
(26)
2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp300 miliar lebih
(E-Syariah, 2010).
Sistem bunga yang membawa kehancuran perekonomian dan tergolong
riba dihindari oleh bank syariah dan kemudian diganti menjadi sistem yang
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil ini tidak bertentangan
dengan ajaran agama dibandingkan prinsip bunga yang dianut oleh bank-bank
konvensional. Dalam Gozali (2010) sistem bagi hasil perbankan syariah yaitu
berprinsip pada keadilan. Keunggulan dari sistem bagi hasil antara lain yang
pertama, lebih menunjukkan kewajiban bisnis dan keadilan karena pengusaha
hanya akan membayarkan bagi hasil sesuai dengan keuntungan rill yang
diperoleh. Ke dua, adanya fleksibilitas dan dinamika yang tidak akan
menyebabkan kebangkrutan dan hilangnya produktivitas masyarakat. Ketiga,
memberikan peluang kemitraan usaha karena setiap penyaluran dana bank
dikaitkan dengan sektor rill disertai pembinaan dan pengawasan dalam proses
manajemen perusahaan. Ke empat, memberikan kesempatan berkembang usaha
kecil karena dasar penilaian pembiayaan yaitu kelayakan usaha nasabah bukan
pada sisi jaminan. Ke lima, dengan diterapkannya sistem bagi hasil ost push in
fl
ion dapat ditekan/dihapus. Ke enam, tidak mengenal neive spre seperti
dialami oleh bank konvensional akibat kenaikan suku bunga simpanan. Ke tujuh,
bank syariah tidak boleh melakukan usaha spekulatif yang dapat membahayakan
bank.
Suhesta (2010) menjelaskan mengenai fenomena yang menarik jika
(27)
Bank Indonesia pada akhir Maret 2010 yang lalu. Fenomena itu ialah tentang
pertumbuhan nasabah perbankan syariah.
Berdasarkan data jumlah rekening Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) mulai 2005 hingga 2009 dapat dihitung bahwa rerata
tingkat pertumbuhan jumlah rekening BUS dan UUS yaitu 25% per tahun. Pada
2005 jumlah rekening tersebut 1,4 juta unit. Sementara pada akhir 2009 telah
berjumlah 5,2 juta lebih. Berikut merupakan grafik mengenai pertumbuhannya:
¡ ¢£¡¤¥¦¡¢§¤ ¥¥£¡ ¨©¥¡¡ ¨ ª««¬ª««®
Sumber: Suhesta (2010)
Meski tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar itu termasuk cukup baik,
namun ternyata jika dilihat dari tahun ke tahun justru menunjukkan trend
(kecenderungan) penurunan yang cukup signifikan. Statistik tersebut bisa diolah
(28)
¯° ± ²³´µ¶·
¯° ± ²³´¸¹°º ¹»¼±º¹¸¹°¼ ½ ¾¿½ À±»Á ½ ¾Â±À°¹´¹»³»¯¿ ½ º ñ»½½ º·ÄÄÅÆ·ÄÄÇ
Sumber: Suhesta (2010)
Terlihat bahwa tingkat pertumbuhan rekening pada 2006 naik 68,11%
dibandingkan jumlah rekening pada tahun 2005. Namun, pada tahun-tahun
berikutnya, tingkat pertumbuhan itu semakin menurun hingga pada akhir 2009
tinggal 19,73% di bawah rata-rata tahunan dibandingkan dengan tahun 2008.
Bahkan jika dilihat dari jumlah pertambahan unit rekening per tahunnya pun
sebagaimana grafik yang pertama terlihat adanya trend penurunan yang sama.
Fenomena ini menunjukkan adanya gejala stagnasi pertumbuhan rekening
pada institusi perbankan syariah di Indonesia. Ini juga berarti terjadi stagnasi
terhadap jumlah nasabah, oleh karena jumlah nasabah berkorelasi langsung
dengan jumlah rekening. Pada gilirannya hal ini secara tidak langsung
berpengaruh pula terhadap lambannya peningkatan mÈÉÊet ËÌ ÈÉÍ perbankan
(29)
Kenyataan ini sungguh terasa ironis setidaknya karena dua hal. Pertama,
stagnasi itu justru terjadi pada saat pemerintah dan kalangan perbankan syariah
tengah berusaha keras mengejar pangsa pasar (mÎÏ Ðet Ñ ÒÎÏ Ó ) 5% dari kue bisnis
perbankan nasional sesegera mungkin. Ke dua, perbankan syariah justru tidak
berhasil menggaet nasabah dari kalangan muslim di tengah penduduk Indonesia
yang mayoritas muslim.
Melihat masih minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap perbankan
syariah, penting sekali bagi para manajemen perbankan syariah untuk mengetahui
intensi menabung yang dimiliki oleh para calon nasabah serta faktor-faktor
psikologis dan demografis apa saja yang mempengaruhinya, dilihat dari kacamata
psikologi. Dengan pemahaman terhadap intensi para calon nasabah tersebut maka
akan menjadi bahan pertimbangan bagi para manajemen bank syariah untuk dapat
mengembangkan jumlah nasabahnya.
Menabung merupakan suatu aktivitas guna memenuhi suatu kebutuhan
yaitu jaminan akan materi. Menabung juga merupakan kegiatan atau aktivitas
yang memerlukan adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan
menyimpan uangnya di bank. Menabung memerlukan niat agar perilakunya dapat
terealisasikan dengan baik. Seorang nasabah pada saat akan menabung kepada
suatu bank terlebih dahulu mempertimbangkan apa manfaat dan tujuan dari
menabung. Selanjutnya mulai mengumpulkan informasi tentang bank apa yang
cocok dengan kebutuhan maupun prinsipnya. Kemudian dilakukan kegiatan
menilai, mencari dan memakai jenis tabungan yang dibutuhkan tersebut. Maka,
(30)
kemauan yang kuat atau niat untuk melakukannya. Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975) kemauan yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku, dapat dijelaskan
melalui konsep intensi. Intensi dalam diri individu menggambarkan aspek-aspek
internal maupun eksternal yang mempengaruhi orang tersebut merealisasikan
suatu perilaku.
Intensi juga ditentukan oleh tiga faktor yaitu sikap, norma subyektif dan
p e
Ô ÕeivedÖ×ØÙÚior Õontrol . Sikap dalam Fishben dan Ajzen (1975) diartikan
sebagai besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek yang
dimaksud dalam hal ini umumnya berupa suatu tingkah laku. Norma subyektif
menurut Fishbein dan Ajzen (1975) didefinisikan sebagai persepsi individu bahwa
kebanyakan orang yang dianggap penting bagi dirinya berpikir supaya dia
seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tingkah laku tertentu. Jadi norma
subyektif merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Sementara peÔ ÕeivedÖeØÙÚiÔ ÙÛ
Õontrol (PBC), diartikan sebagai dorongan ataupun hambatan yang dipersepsikan
individu untuk menampilkan suatu tingkah laku (Ajzen, 1991). Intensi merupakan
prediktor yang baik dalam mempengaruhi berbagai macam tingkah laku. Tingkah
laku yang dimaksud di sini yaitu tingkah laku yang nampak. Intensi yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu intensi menabung di bank syariah.
Hubungan yang kuat antara intensi dan perilaku ini, memunculkan dugaan
bahwa hal-hal yang mempengaruhi perilaku menabung kemungkinan besar juga
(31)
faktor yang mempengaruhi intensi menabung dengan berpijak pada
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menabung.
Masyarakat dapat memiliki intensi atau tidak memiliki intensi sama sekali
untuk menabung di bank syariah dapat dipengaruhi oleh sikap masyarakat
terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Sikap diperoleh melalui pengalaman
dan proses belajar. Dengan adanya pengalaman dan proses belajar tersebut, maka
seseorang bertindak berdasarkan perasaannya. Sebuah pengalaman dan proses
seseorang sangatlah beragam dan dalam kaitannya dengan bank syariah,
masyarakat pun mempunyai sikap yang berbeda-beda. Misalnya saja, dalam
konteks keharaman bunga bank yang secara jelas dihindari oleh bank syariah,
masyarakat cenderung mengabaikan keharaman dari bunga bank itu sendiri dapat
dikarenakan proses pembelajarannya selama ini mengenai bunga bank dan riba itu
sendiri.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cokro (1999)
tentang pengaruh sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif dan peÜÝeived
Þßàáâior Ýontrol terhadap intensi menabung di bank syariah didapatkan hasil
bahwa intensi pemeluk agama Islam untuk menabung di bank syariah cenderung
tinggi. Faktor yang berpengaruh paling tinggi pada intensi untuk menabung di
bank berasal dari faktor sikap dan juga PBC. Sebelum memutuskan untuk
memilih institusi perbankan, para calon nasabah biasanya memiliki tipe perbankan
yang telah dievaluasinya sebagai objek yang lebih disukai dari institusi perbankan
yang lain. Pada saat perasaan suka itu terbentuk, maka intensinya pun juga ikut
(32)
Dalam penelitian Taib dkk (2008) ãnteäåæçièåæ é journal of Islamic and
middle eastern finance and management dalam penelitiannya yang berjudul
Factors influencing intention to use diminishing partnership home financing,
mejelaskan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap intensi untuk terlibat dalam
diminishing partnership (DP). Diminishing partnership dalam dunia perbankan
syariah juga disebut dengan musyarakah mutanaqisa, yang didefinisikan sebagai
bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang
atau aset. Kerja sama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak
sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan
kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain.
Bentuk kerja sama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada
pihak lain (Gozali, 2010). Selain itu, didapatkan bahwa norma subyektif, ini
secara positif berkaitan dengan intensi untuk terlibat dalam DP. Norma subyektif
menjadi prediktor yang lebih baik karena memiliki koefisien nilai yang lebih
tinggi. Karena DP merupakan produk keuangan yang bebas bunga dan
keberadaannya sangat dipandu oleh hukum syariah, secara jelas ini telah
memberikan kontibusi terhadap norma subyektif. Pendapat yang disuarakan para
Ulama, anggota keluarga dan teman sebaya memberikan pengaruh terhadap
intensi individu untuk menggunakan DP.
Selain itu, Croy dkk (2010) dalam jurnalThe role and relevance of domain
knowledge, perceptions of planning importance, and risk tolerance in predicting savings intentions, menyebutkan bahwa PBC (perceived behavior control)
memberikan pengaruh besar terhadap intensi menabung. Hasil mengkonfirmasi
(33)
model powerful yang bisa digunakan dalam memprediksi intensi berperilaku dalam konteks menabung.
Penelitian yang dilakukan oleh SEF UGM (2008) mengenai preferensi
mahasiswa terhadap perbankan syariah memberikan data bahwa meskipun banyak
responden yang tertarik untuk menabung di bank syariah tetapi ternyata
kebanyakan dari mereka belum memiliki rekening di sana. Sebanyak 72,6%
responden masih belum memiliki rekening di bank syariah. Sebesar 16,67% yang
sudah memiliki rekening di bank syariah. Sedangkan sebanyak 10,42% responden
berencana untuk memulai membuka rekening baru.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa masih belum
berencana membuka rekening di bank syariah. Sebagian besar dari mereka merasa
malas dan merasa bahwa tidak praktis jika harus membuka rekening baru. Selain
itu alasan lainnya yaitu karena kesulitan akses menjangkau. Memang sampai saat
ini bank syariah masih lebih sedikit jumlahnya dibanding bank konvensional. Tak
mengherankan jika masyarakat kesulitan untuk menggunakan jasa bank syariah
dan lebih memilih bank konvensional. Ada juga alasan lain yang meragukan
praktek bank syariah apakah sudah sesuai dengan syariah Islam.
êëì íeivedîëïðñior íontrol erat kaitannya dengan faktor-faktor yang
dipersepsi sebagai faktor pendukung dan penghambat seseorang dalam
berperilaku. Dalam peneltian Karim dan Affif (2008) yang berjudul òslð ó ií
îðôõingíonsumer îëïðruvio inòndonesið menjelaskan mengenai faktor-faktor
yang dipersepsikan oleh masyarkat sebagai pendukung dan penghalang mereka
(34)
Faktor yang dipersepsi sebagai pendukung diantaranya:
a. Mendapatkan beberapa ketenangan.
b. Menyimpan uang dengan cara yang diarahkan oleh Islam.
c. Berpartisipasi dalam rencana baik untuk persaudaraan.
d. Keselamatan di dunia dan akhirat.
e. Keinginan untuk mendapatkan pahala.
Faktor yang dipersepsi sebagai penghambat diantaranya:
a. Kurangnya Informasi tentang produk bank syariah.
b. Tidak melihat manfaat praktis dari produk.
c. Ada hambatan mental untuk menjadi nasabah yang dipersepsi harus
menyesuaikan dengan aturan syariah yg ketat.
d. Bank syariah belum terbukti dalam kinerja mereka.
e. Laba-rugi dan sistem bagi hasil dirasakan lebih rendah dari bunga di bank
konvensional.
f. Tidak mendukung kegiatan individu dan bisnis dalam mengelola
keuangan.
Faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap intensi menabung di bank
syariah yaitu faktor religiusitasö Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
seseorang memilih bank-bank Islam terutama berdasarkan alasan agama.
Karenanya, unsur keislaman dan keagamaan memegang peranan penting dalam
menentukan bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu, yang dalam hal
(35)
Pengaruh religiusitas terhadap perilaku menabung pernah diteliti oleh
Abdullah dan Majid (2003) dalam Jurnal Ekonomi Islam yang berjudul ÷he in
flu e
øùe of religiosity, inme acond p ontioumsnconú ûüingýþÿ ûviour Hasil dari
penelitian ini menunjukkan perilaku menabung erat kaitannya dengan religiusitas
dan signifikan berhubungan secara positif. Artinya, semakin tinggi religiusitas
seseorang, semakin tinggi pula kecenderungan seseorang untuk menabung.
Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010) mengenai ÷he influeøùe of relig
io u
s ýþlief on depositor ýþÿ ûür inioûø emerging mû et, memberikan bukti
bahwa keyakinan agama dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan
individu dalam memilih jasa perbankan. Penelitian ini menemukan bahwa
bank-bank Islam di Pakistan menikmati tingkat pertumbuhan deposito jauh lebih besar
dari bank konvensional. Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad & Devi (2006) dalam jurnalnya eligiosity ûø the mû û muslim in
vesto
rs in mû ûsiûûø ûøûysis on some ûú ùets of ethiùû investm ent deùision ,
juga memberikan kesimpulan bahwa tingkat religiusitas berpengaruh signifikan
terhadap perilaku investasi para investor muslim Malaysia dalam berinvestasi
secara syariah.
Kibet (2009) dalam jurnalnya yang berjudul etermiøûøs of household
ú ûving: Case study of small holder farmers, entrepreneurs and teachers in rural
areas of Kenya, menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi tabungan rumah
tangga salah satunya yaitu penghasilan, usia dan tingkat pendidikan. Ini sesuai
dengan background faktor pada teori planned behavior dimana ketiga variabel
(36)
Berangkat dari latar belakang di atas, maka Peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh sikap, norma subyektif dan pereivedior ontrol , religiusitas,
penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi menabung di bank syariah.
Dalam penelitian ini hanya sampai pada taraf niat untuk menabung, tidak sampai
pada perilaku menabung. Namun intensi tetap penting untuk dipahami, karena
perilaku seseorang dapat diprediksi dengan melihat intensinya.
ruu
ruu
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh sikap, norma subyektif dan pe eived vior
ontrol , religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia terhadap intensi
menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan?
2. Faktor manakah yang paling mempengaruhi intensi menabung di bank syariah
pada masyarakat Tangerang Selatan?
1. Untuk memudahkan Peneliti dalam proses penelitian. Peneliti hanya melakukan
penelitian pada variabel sikap, norma subyektif dan pe eivedevior
ontrol , religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia yang diprediksi
mempengaruhi variabel intensi.
2. Subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu masyarakat Tangerang
(37)
!"#$u%u&'()' )*+t+ &'
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif,
p e
, -eived./01vior -ontrol , religiusitas, penghasilan, pendidikan dan usia
terhadap intensi menabung di bank syariah pada masyarakat Tangerang Selatan.
!"23&'4&&5()' )*+t+&'
!"2"!3&'4&&5 t)67+t +s
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan ekonomi
yang berkaitan dengan perilaku menabung.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
masukan dalam pengembangan skala pengukuran psikologi. Hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya
yang relevan.
!"2"83&'4&&5 pr&9+ts
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para praktisi ekonomi syariah
khususnya perbankan syariah, mengenai faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan
(38)
:;<;= >st?@At> B AC?DuE>ADs
BAB 1: Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
baik yang teoritis maupun praktis dan sistematika penelitian.
BAB 2: Kajian Teori
Dalam bab kajian teori ini akan dipaparkan mengenai sejumlah teori
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian.
BAB 3: Metodelogi Penelitian
Dalam bab metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai populasi
dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk, prosedur pengumpulan data
dan metode analisis data.
BAB 4: Hasil Penelitian
Dalam bab empat ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis
deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi dan
(39)
FG FH
IGJKGLMNOPGIG
Pada bab ini, akan diuraikan mengenai pengertian intensi menabung di bank
syariah, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi yaitu sikap, norma subyektif
dan peQReivedSTUVvior Rontrol , religiusitas, penghasilan, pendidikan, usia,
pengertian menabung, bank syariah, fungsi bank syariah, prinsip-prinsip bank
syariah, Perbedaan bunga dan bagi hasil, kerangka berpikir dan terakhir hipotesis.
HWX K YtZY [\]ZY^_uY `
HWXWX PZab\KYtZY [\
Sebelum membahas mengenai intensi menabung, akan dijelaskan terlebih dahulu
teori tentang intensi berperilaku secara umum dan juga sikap, norma subyektif,
p e
QReivedST UVcior Rontrol yang secara teoritis mempengaruhi terwujudnya
intensi berperilaku.
Perilaku menabung seringkali sulit untuk dijelaskan dan diprediksi karena
banyak faktor yang mempengaruhinya. Sebelum perilaku itu nampak di
permukaan secara kasat mata, tentu terdapat disposisi yang mendahuinya.
Disposisi yang mendahului perilaku ini lah yang dinamakan intensi. Intensi
merupakan prediktor terbaik terhadap kemunculan perilaku dan hampir tidak
dapat dipisahkan dari tiap perilaku. Intensi merupakan pernyataan individu
tentang niatnya untuk melakukan tingkah laku. Pengukuran intensi ini sangat
berguna dalam memprediksi tingkah laku dan sudah diuji oleh beberapa ahli
(40)
defefefghi jhrtk limithi nk
Banyak ahli yang mendefinisikan intensi, diantaranya Fishbein & Ajzen (1975)
yang mendefinisikan intensi sebagai berikut:
oersons location on subjective probability dimension involving a
relation between himself and some action. A behavioral intension, therefore refers to a person s subjective probability that he will perform the behavior.
Dapat disimpulkan, bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam
dimensi probabilitas yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan
tingkah laku. Sebuah intensi berperilaku, oleh karena itu, merujuk pada
probabilitas subyektif seseorang yang akan membentuk suatu perilaku.
Intensi juga dapat didefinisikan sebagai maksud, pamrih, keinginan,
tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri yang dapat
dibedakan dari proses-proses psikologis, yang mencakup referensi atau kaitannya
dengan suatu objek (Chaplin, 1999). Sedangkan menurut Ajzen (2005) intensi
diartikan sebagai kecenderungan tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan
kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah suatu niat dari
individu untuk melakukan tingkah laku tertentu. Fishbein dan Ajzen menyatakan
bahwa intensi berperilaku merupakan determinan terdekat dengan perilaku yang
akan dilakukan seseorang.
Mempelajari intensi sama saja dengan mempelajari kemungkinan
seseorang dalam melakukan perilaku tertentu dan memprediksi apakah seseorang
(41)
terealisasikan dalam sebuah tindakan nyata. Dapat disimpulkan juga bahwa
intensi merupakan konstruk dalam diri seseorang yang mengacu pada keinginan
untuk melakukan tingkah laku tertentu.
pqrqrqpsptuv wv x yuvz{tt{ uv
Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu tindakah demi mencapai tujuan
tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi
memiliki empat aspek, yaitu:
1. Perilaku (|}~ior ), yaitu tindakan spesifik yang nantinya akan
diwujudkan.
2. Sasaran (t }t), yaitu obyek yang menjadi sasaran perilaku. Obyek yang
menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu:
a. Orang / obyek tertentu (piul |et ),
b. Sekelompok orang/obyek (l |et ) dan
c. Orang atau obyek pada umumnya (y |et ).
3. Situasi (sition ), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya
suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan).
Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi dan keadaan terjadinya perilaku.
4. Waktu (time ), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode.
(42)
periode tertentu (bulan tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu
yang akan datang). Berdasarkan aspek-aspek intensi dari kedua pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu
perilaku atau tindakan, sasaran, situasi dan waktu.
t t p u rwuu ¡ t¢
Ajzen (2005) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang membuat seseorang
mampu mewujudkan sebuah perilaku, terdiri atas faktor internal dan faktor
eksternal:
ttr£
Faktor internal seorang invididu dapat mempengaruhi kesuksesan
mewujudkan suatu perilaku. Beberapa faktor ini dengan mudah dimodifikasi
oleh pelatihan dan pengalaman, sementara sisanya lebih sulit untuk berubah.
¡¤ ¢¥
trp £
pu
Seseorang yang memiliki intensi untuk mewujudkan kemungkinan
perilaku, selain dari usaha untuk melakukannya sendiri, ia juga
membutuhkan informasi, keterampilan dan kemampuan. Kehidupan
sehari-hari banyak memberikan contoh. Mungkin kita memiliki intensi
mengajak orang lain agar memiliki satu persepsi yang sama dengan kita
mengenai pandangan politik, membantu anak untuk mengerjakan soal
matematika, atau memperbaiki perekam video yang tidak berfungsi.
Namun intensi kita gagal dalam upaya kita dikarenakan kita tidak
(43)
matematika, atau keterampilan mekanis. Kekurangan informasi,
keterampilan dan kemampuan seperti inilah yang akhirnya menggagalkan
terwujudnya intensi.
¦ §¨©ª«¬ ®¯° ª©p± «¬u
Kurangnya keterampilan, kemampuan dan informasi dapat menghasilkan
masalah kontrol perilaku. Namun biasanya diasumsikan bahwa secara
prinsip masalah ini dapat diatasi. Sebaliknya, beberapa jenis perilaku
memiliki kekuatan yang tampaknya sebagian besar di luar kendali kita.
Orang kadang terlihat tidak dapat berhenti berfikir atau bermimpi tentang
peristiwa tertentu, berhenti berbicara, gagap, atau berhenti mencentang
pada daftar lis. Perilaku kompulsif ini dilakukan meskipun intensi dan
usaha terpadu dilakukan untuk melakukan perilaku yang sebaliknya.
Perilaku emosional terlihat memiliki karakteristik yang sama. Individu
sering tidak dapat bertanggungjawab atas terjadinya perilaku yang terjadi
di bawah tekanan atau dalam keadaan emosi yang kuat. Kontrol perilaku
yang lemah pada seseorang sering disebut dengan keadaan dikuasai oleh
emosi . Tindakan kekerasan dan buruknya sebuah kinerja diasumsikan
terjadi dalam kondisi seperti itu dan tampaknya tidak banyak yang dapat
dilakukan untuk mengubah hal itu.
Kesimpulannya, berbagai faktor internal dapat mempengaruhi kesuksesan
perwujudan perilaku jika memiliki intensi atau pencapain tujuan yang diinginkan.
(44)
informasi, kemampuan dan keterampilan. Namun faktor lain seperti emosi yang
intensif, stres atau kompulsi lebih sulit untuk dinetralisir.
²³´µ¶t·¸¹ ¶stºr»µ ¼
Kontrol seseorang atas pencapaian tujuan perilaku juga dipengaruhi oleh situasi
atau faktor lingkungan di luar individu. Faktor eksternal ini menentukan faktor
mana yang ada di lingkungan yang memfasilitasi atau menggangu perwujudan
sebuah perilaku.
µ³½º¾º¿pµtµ »
Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk menghargai pentingnya faktor
kebetulan atau peluang untuk keberhasilan dalam eksekusi sebuah perilaku
yang berintensi. Sebuah intensi untuk menonton bioskop tidak dapat
menjadi perilaku jika tiket terjual habis pada malam sebelumnya atau jika
seseorang mengalami kecelakaan serius dalam perjalanan menuju biskop.
Kurangnya kesempatan dapat mengurangi usaha untuk mewujudkan suatu
perilaku. Di sini seseorang berusaha untuk mewujudkan intensi namun
gagal karena keadaan sekitar menghalanginya. Walaupun intensi langsung
akan terpengaruh, keinginan dasar untuk melakukan sebuah perilaku tidak
harus diubah. Lingkungan menghambat perilaku untuk mewujudkan
perilaku dan akan memaksa untuk merubah rencana, namun tidak selalu
dapat merubah intensi seseorang. Karena ada kemungkinan orang yang
(45)
À ÁÂÃtÃrÄ ÅÆtuÆÄ ÅÆÇÅÈÅÉ ÅÆÄÊ ÅË Æ
Setiap kali perwujudan perilaku tergantung pada tindakan orang lain, ada
potensi kontrol yang tidak lengkap terhadap perilaku atau tujuan. Sebuah
contoh yang baik mengenai ketergantungan perilaku misalnya kasus kerja
sama. Seseorang akan bisa bekerjasama dengan orang lain hanya jika
orang yang diajak tersebut juga berkeinginan untuk bekerjasama.
Seperti waktu dan kesempatan, ketidakmampuan untuk berperilaku
sesuai dengan intensi dapat disebabkan oleh ketergantungan pada
kebutuhan seseorang tidak mempengaruhi intensi dari motivasi. Sering
kali, seseorang yang menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan
ketergantungan interpersonal dapat membentuk perilaku yang diinginkan
dalam kerjasama dengan partner yang berbeda. Namun, bagaimanapun, hal
ini tidak dapat terus menerus menjadi penyebab sebuah tindakan.
Singkatnya, kekurangan kesempatan dan ketergantungan pada orang lain
hanya membawa pada perubahan yang sementara pada intensi. Ketika
lingkungan menolak terwujudnya sebuah perilaku, seseorang akan
(46)
ÌÍÎÍÎÍÏÐ ÑÒÓÔyÕÖ ×ØÑ ÙÚÕÛÕÜØÑÖ ×ÑÖ ÕÔÝ ÖtÑÖÜÔ
ÌÍÎÍÎÍÏÍÎÐ ÑÒÓÔPlanned Behavior
Awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) mengkaji hubungan antara intensi dan
perilaku dengan menggunakan Þheory of ßàáâ ãäed Action (TRA). Berdasarkan
teori ini, suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku dan tingkah laku
ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma
subyektif yang merefleksikan pengaruh sosial. Namun setelah dikaji selama
beberapa tahun, Ajzen menemukan bahwa TRA hanya berlaku bagi tingkah laku
yang berada di bawah control penuh individu dan tidak bisa atau tidak sesuai
untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah control individu.
Ajzen berpendapat bahwa ada faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat
realisasi intensi ke dalam tingkah laku.
Dari analisis itulah kemudian Ajzen memberikan teori penyempurna dari
Theory of Reasoned Action yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). Ajzen
mengajukan TPB sebagai alat prediktor perilaku ketika individu tidak memiliki
kontrol kemauan sendiri secara penuh. Dengan demikian, TPB memperhitungkan
bahwa tidak semua perilaku berada di bawah kontrol kemauan individu itu sendiri
dan bahwa perilaku berada di sepanjang kontinum yang meregang dari titik
kontrol penuh sampai tidak ada kontrol sama sekali. Individu dikatakan memiliki
kontrol penuh ketika tidak ada halangan jenis apapun dalam mengadopsi suatu
perilaku yang kurang memiliki kesempatan-kesempatan, seperti sumber daya atau
(47)
Perbedaan antara TRA dengan TPB terletak pada penambahan determinan
ketiga dari åæçèviéêè ë intention yaitu ìerpeivedåæçèíior ìontrol (PBC). Niat
individual untuk membentuk suatu perilaku terhadap suatu objek merupakan suatu
kombinasi sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilakunya. Sikap
individual terhadap perilaku termasuk keyakinan perilaku (åeçèíiéê è ë åælief ) dan
evaluasi terhadap konsekuensinya (lîèïeva ion of ìeðìouseqn es)ñ
Sikap di sini merupakan keyakian positif atau negatif tentang melakukan
suatu perilaku tertentu. Di lain pihak, seorang individu akan bermaksud
melakukan suatu perilaku tertentu ketika ia mengevaluasinya sebagai hal yang
positif. Oleh karena itu, sikap ditentukan oleh bobot keyakinan individual tentang
konsekuensi melakukan perilaku (keyakinan perilaku) serta oleh evaluasinya
terhadap konsekuensi itu (evaluasi hasil atau akibat).
Menurut Ajzen (2005), sikap memiliki suatu efek langsung pada
åæçèíiéêè ë intention serta terkait dengan norma subyektif dan PBC. Dalam norma
subyektif individu terdapat keyakinan normatif (normèïive åælief ) dan motivasi
untuk mematuhi saran dari orang lain (motivation to comply others suggestion).
Dalam TPB ada satu faktor tambahan yang mempengaruhi intensi, yaitu
perceived behavior control(PBC). PBC menjelaskan tentangcontrol belief, yaitu
keyakinan tentang adanya faktor yang bisa memfasilitasi atau menghambat suatu
perilaku. PBC ini juga mempengaruhi perilaku secara tidak langsung (lihat
gambar 2.1, garis putus-putus PBC terhadap perilaku). Secara umum teori ini
(48)
òóôõ ó ö÷øù
THEORY of PLANNED BEHAVIOR
Sumber: Ajzen (2005)
Persepsi ini dapat merefleksikan pengalaman masa lampau, antisipasi
keadaan di masa yang akan datang dan sikap terhadap norma yang berpengaruh
yang mengelilingi individu. Faktor kontrol di sini termasuk faktor internal dan
eksternal. Faktor internal seperti keahlian, kemampuan, informasi, emosi dan
lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor situasi atau faktor lingkungan.
Sebagai contoh dalam hal perilaku untuk berenang. Seseorang bisa saja memiliki
sikap yang positif dan persepsi bahwa orang-orang disekitranya akan sangat
mendukung tindakannya untuk bisa berenang atau bahkan ia sudah berkeinginan
untuk berenang, namun ia tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh
faktor perasaan takut tenggelam dan tidak mampu untuk melakukannya atau
kakinya akan terasa keram jika ia nanti berenang dan faktor dari dalam ataupun
(49)
Kontrol perilaku yang dipersepsi (PBC) mengindikasikan bahwa motivasi
seseorang dipengaruhi oleh persepsi seberapa sulitnya perilaku itu dapat
dilakukan, sebagaimana persepsi seberapa sukses yang dapat dilakukan seseorang
dalam suatu aktivitas. Bila seseorang memiliki keyakinan kontrol tentang adanya
faktor-faktor yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka kontrol yang
dipersepsinya akan tinggi terhadap suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang akan
mempunyai suatu persepsi kontrol yang rendah bila ia mempunyai keyakinan
kontrol yang kuat tentang rintangan dalam mewujudkan perilaku tersebut.
úû üúý þÿúý yú ú ÿuýu Attitudes Toward the Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)
Teoripld ior menunjukkan bahwa bagaimana seseorang mengevaluasi
setiap objek cukup dari keyakinannya saja tentang objek tersebut. Sikap terhadap
perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari
perilaku, yang disebut e i lief . Setiap i lief terhubungkan
dengan perilaku terhadap suatu hasil tertentu, atau terhadap atribut lainnya seperti
biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan pada saat menampilkan sebuah
perilaku. Sebagai contoh, seseorang dapat mempercayai bahwa menjalani diet
rendah sodium (perilakunya), mengurangi tekanan darah , menyebabkan
perubahan pada gaya hidup , sangat membatasi berbagai makanan yang telah
disetujui sebelumnya dan sebagainya (hasil). Sikap terhadap perilaku ditentukan
oleh evaluasi seseorang terhadap hasil yang berkaitan dengan perilaku dan oleh
(50)
Evaluasi setiap hasil penting yang memberikan kontribusi terhadap sikap
secara proporsional terhadap kemungkinan subyektif seseorang bahwa perilaku
tersebut akan memberikan hasil yang dimaksud. Dengan mengalikan kekuatan
lief dan evaluasi hasil, serta rangkuman produk-produk yang dihasilkan,
diperoleh sebuah perkiraan mengenai sikap terhadap perilaku dan perkiraan ini
berdasarkan padalief yang diperoleh seseorang tentang perilaku tersebut.
Model nilai yang diharapkan ini dideskripsikan secara simbolis dengan
rumus berikut:
= biei
Berdasarkan rumus di atas, AB merupakan simbol dari sikap terhadap
perilaku (titude tow ior ); bi merupakan simbol dari i lief
(kemungkinan subyektif) yang akan melakukan tindakan B dan akan
menyebabkan hasil i;ei merupakan simbol dari evaluasi hasil i; dan jumlah yang
melebihi jumlah keyakinan perilaku diakses pada saat itu juga. Dapat
diinterpretasikan bahwa, orang yang percaya melakukan suatu perilaku tertentu
akan menyebabkan hasil tertentu dan sebagian besar hasil tertentu tersebut
dievaluasi sebagai hasil yang positif bagi dirinya maka ia akan memiliki sikap
yang baik terhadap perilaku tersebut. Sementara orang yang percaya bahwa
melakukan perilaku tersebut sebagian besar akan membawa hasil negatif
(51)
!y " #$% "& !u'u Subjective Norms(Norma subyektif)
()*+e,tive norm s, sebagai penentu utama intensi yang berada di posisi kedua
dalam teori pl-../d *e0 -1ior , juga diasumsikan sebagai fungsi dari */lief ,
namun*/lief dari jenis yang berbeda, yaitu*/lief seseorang bahwa individu atau
kelompok tertentu menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku; atau
bahwa kelompok sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam
dalam perilaku tertentu tersebut. Untuk banyak perilaku, acuan penting yang
biasanya ada ialah orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja dan tergantung
pula pada perilaku yang terlibat, mungkin para pakar seperti dokter atau akuntan
pajak.
Kepercayaan yang mendasari norma subyektif disebut norm-2ive *elief .
Umumnya, seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka
harus patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang
bahwa hal tesebut menjadi tekanan secara sosial dan sebagai keharusan bagi
dirinya untuk melakukan perilaku tersebut. Sebaliknya, orang yang percaya
bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya dan ia patuhi akan tidak setuju
dengan perwujudan perilaku dirinya, akan memiliki norma subyektif yang
menekan mereka untuk menghindari perwujudan dari perilaku tersebut.
Hubungan antara kepercayaan normatif dan norma subyektif
(52)
3 4=
n
im
iDi sini SN merupakan simbol dari5 678e9tive norm ; ni merupakan simbol
dari norm:;ive 7elief tentang acuan i; mi merupakan simbol dari motiv:;ion to
9omply yaitu motivasi seseorang untuk patuh pada acuan i; dan jumlahnya
merupakan jumlah kepercayaan normatif yang dapat diikur. Dengan kata lain,
orang yang percaya bahwa individu atau kelompok yang cukup berpengaruh
terhadapnya akan mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal
ini menyebabkan ia menjadi terdorong untuk melakukannya. Sebaliknya, jika ia
percaya individu atau kelompok yang cukup berpengaruh terhadap dirinya tidak
mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tertentu, maka hal ini membuat
dirinya untuk tidak melakukan tingkah laku tersebut.
<678e9tive norm (norma subyektif) dapat dinilai secara langsung dengan
meminta responden untuk menilai seberapa besar kemungkinan bahwa
kebanyakan orang-orang yang penting bagi mereka akan menyetujui mereka
melakukan perilaku tertentu
c. Hal-hal yang Mendahului Perceived Behavior Control (Persepsi Kontrol Perilaku)
Prediktor utama yang terakhir di dalam teori pl: ==>d 7e?:vior , pe@ 9eived
7>?:Aior 9ontrol atau persepsi kontrol perilaku, yang juga dianggap fungsi dari 7>lief . Belief dalam PBC ini yaitu tentang ada atau tidak adanya faktor yang
memfasilitasi atau menghalangi terwujudnya sebuah perilaku. Belief ini dapat
(53)
perilaku. Namun mereka biasanya juga dipengaruhi oleh informasi dari orang
kedua tentang perilaku dengan mengobservasi pengalaman dari rekan-rekan dan
teman dan oleh faktor lainnya yang meningkatkan atau menurunkan persepsi
tentang kesulitan dalam mewujudan perilaku tertentu.
Semakin banyak sumber yang dibutuhkan dan kesempatan yang dianggap
telah ia miliki dan lebih sedikit penghalang atau penghambat yang mereka
antisipasi, semakin besar kontrol yang mereka persepsi atas perilaku. CDhEFiGH EI
J Dlief dianggap menentukan sikap, normEKive J Dlief dipandang sebagai
menentukan norma subyektif dan Lontrol J Dlief dapat dianggap sebagai penentu
dari PBC. Jika seseorang memiliki Lontrol J Dlief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang ada akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut
memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku.
Namun sebaliknya, seseorang akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memilikiLontrol J Dlief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku.
Untuk memperoleh pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat
dilakukan dengan bertanya pada seseorang apakah mereka percaya bahwa
melakukannya di bawah kontrol dirinya dan seterusnya. Persepsi kontrol perilaku
dapat diukur dengan rumus berikut ini:
MNC =
c
ip
iDalam rumus ini, ci merupakan simbol dari Lontrol J Dlief yang diberikan
(54)
terjadinya perilaku; dan hasilnya dapat dilihat dari jumlah Oontrol Pelief yang
dapat diukur. Dengan kata lain, orang yang memiliki Oontrol PQlief yang kuat
mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi perilaku tertentu, maka
orang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu
perilaku. Sebaliknya, orang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memilikiOontrol PQlief yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku.
Pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat dilakukan dengan
menanyakan pada seseorang apakah mereka percaya bahwa mereka mampu
mewujudkan perilaku tertentu, apakah mereka percaya bahwa melakukannya
benar-benar di bawah kontrol mereka dan seterusnya.
Proses seseorang tiba pada niat mereka merupakan pendekatan beralasan
untuk penjelasan dan prediksi perilaku sosial dalam arti bahwa niat berperilaku
seseorang diasumsikan mengikuti keyakinan mereka tentang mewujudkan sebuah
perilaku. Perilaku seseorang diasumsikan berasal dari kepercayaan mereka tentang
mewujudkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan ini bisa jadi tidak akurat, bias
atau bahkan tidak masuk akal. Bagaimanapun, sekali saja satu set kepercayaan
terbentuk ia akan menyediakan pondasi kognitif dimana sikap, norma subyektif
dan persepsi kontrol perilaku, terutama intensi dan perilaku dianggap mengikuti
alasan dan model tetap. Bagaimanapun, hal ini tidak dapat dikatakan bahwa
seseorang dengan sadar melihat kembali setiap langkah dan setiap kali mereka
terlibat dalam sebuah perilaku
.
Sekali terbentuk sikap, norma, persepsi kontrol perilaku dan intensi akan menjadi sangat mudah diakses dan siap sedia untuk(55)
memandu terwujudnya sebuah perilaku. Itulah, mengapa seseorang tidak harus
melihat kembali perilaku mereka, norma dan Rontrol STlief agar konstruk ini
menjadi aktif.
UVWVWVXBackgroundYZ[t\]^ _t`_ ab
Menurut teori plcddTd See cfior , selain faktor-faktor utama yaitu sikap, norma
subyektif dan PBC, banyak variabel yang mungkin berhubungan atau
mempengaruhi kepercayaan yang seseorang seperti; umur, jenis kelamin, etnis,
status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, keanggotaan, kepribadian,
suasana hati, emosi, sikap dan nilai secara umum, inteligensi, anggota kelompok
tertentu, pengalaman masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial, kemampuan
Roping dan lainnya.
Jelas bahwa seseorang yang tumbuh dalam lingkungan sosial yang
berbeda dapat memiliki informasi yang berbeda tentang isu-isu yang berbeda.
Informasi menyediakan dasar bagi kepercayaan mereka tentang konsekuensi
sebuah perilaku, pengharapan normatif, pentingnya seseorang dan penghalang
yang dapat mencegah mereka dalam mewujudkan perilaku. Laki-laki dapat
memiliki pengalaman yang berbeda daripada pengalaman wanita, orang yang
lebih tua mendapatkan informasi yang berbeda dari informasi orang yang lebih
muda dan suasana hati yang bersifat sementara dapat mempengaruhi cara
seseorang mempersepsikan sesuatu. Semua faktor ini dapat mempengaruhi
perilaku, normatif dan kontrol kepercayaan. Sebagai hasilnya, akan mempengaruhi intensi dan tindakan.
(56)
Pada gambar 2.2 faktor-faktor yang melatarbelakangi ini dibagi ke dalam
kategori personal, sosial dan informasional. Teori plghhid jekg lior mengenali
potensi yang penting ini sebagai faktor yang melatarbelakanginya. Mengingat
banyaknya jumlah potensi yang sesuai dengan faktor yang melatarbelakangi, sulit
untuk mengetahui mana yang harus dipertimbangkan tanpa seleksi teori yang
dapat menuntun dalam area perilaku yang diamati. Teori seperti ini bukan
merupakan bagian dari model teori plghhidjikg lior , namun hanya sebagai
pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam tentang determinan tingkah laku
manusia. Dengan demikian memperdalam pemahaman tentang penentu perilaku.
Di bawah ini mengenai kerangka teoriplanned behavior :
mnop n qrsr
BACKGROUNDtn uvw qxn y nTHEORY OF PLANNED BEHAVIOR
membeli BACKGROUND FACTORS PERSONAL General Attitudes Personality traits Values Emotions Intelligence SOCIAL
Age, Gender, Race, Ethnicity, education, income, religion INFORMATION Experience Knowledge xposure Behavioral belief Attitude toward the behavior Normative Belief Subjective norm Normative Belief ujective norm Control belief Perceived Behavioral Control Intention Behavior
(57)
z{|{z }~r u~ u
z{|{z{|}~ ~rt}~~ ~ u
Keynes (dalam Felix, 1995) mendefinisikan menabung sebagai berikut:
ess of iome over p exptionmsunoenditure in period or the d
iffere
e in net worth the end of period th e net worth the ginning of the peri
Dapat diambil pengertian bahwa menabung adalah kelebihan dari
penghasilan yang melebihi pengeluaran konsumsi dalam suatu periode tertentu,
atau sebagai selisih antara kekayaan bersih pada akhir periode dan kekayaan
bersih pada awal periode.
Warneryd (1999) juga memberikan pengertian tentang menabung:
ing me rule t some tio wnopmsun postponed e uture living
Tabungan dimaksudkan sebagai suatu pengaturan dimana suatu konsumsi ditunda
demi keamanan di kehidupan mendatang.
Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia no.
22/133/UPG/1989 (dalam Sudaryana, 2007) yaitu tabungan adalah simpanan
pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
syarat:
a) Mendatangi bank atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut.
b) Penarikan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah
pembayaran lain yang sejenis.
(1)
*+,- ./+ 0
3
12345 6 789 4:; 275< = 3248:7 2;2> 2=? := @A 6A42=?2B 2C A 35 4DCA 354E 3: FG26 394< H :6 35H
1
2
3
10
13
14
1
1
2
V
1
3
1
4
1
13
V
V
1
14
1
8:3I32= B2JF:= A=KA 6 6 2 =53:FL2= @6 :72; 2> 2= =L27 2;5 = @M:4 6 94 :;275
1 2345 67894 :; 275< =3248:7 2;2> 2=?:= @A 6 A4 2=?2B 2CA 354DCA 354E 3:FNOPQ R SR T
4
5
6
7
8
9
4
1
5
1
6
V
V
1
7
V
1
8
V
1
9
1
8:3I32= B2JF:= A=KA 6 6 2 =53:FL2= @6 :72; 2> 2= =L27 2;5 = @M:4 6 94 :;275
1 23456 7894 :;275<= 3248:7 2; 2> 2=?:= @A 6 A4 2=?2B 2CA 354DCA35 4E 3: FUOVWXSRYZ[Z\RZT
] ^ _ ` a b c d e
] ]
^ ]
_ ]
`
f f
]
a ]
b
f f f
]
c f f ]
d
f f
]
e f f f ]
8:3I32= B2
J
(2)
ghijk l mnoj pqhmkr s ihjnpmhq hthsups vw l wj hsuhx hywik jzyw ikj{ ip|}~ ~ ~
~
npiihs x h|ps w sw l l hskip|hs vlpm hqhths shmhqks vpj l oj pqhmk
ghijk lmn oj pq hmkr sihjnpm hqhthsups vw l wj hsuhx hyw ikjzyw ikj{ ip|~ ~
ups x w l w s v
n piihs xh|ps wsw l l hskip|hs vl pmhq hths shm hqk s vpjl oj pq hmk
ghijk l mnoj pqhmkr s ihjnpmhq hthsups vw l wj hsuhx hywik jzyw ikj{ ip|~
ups x w l w s v
1
2
3
4
5
6
1
1
2
1
3
V
1
4
1
5
V
V
1
6
V
V
V
1
(3)
¡¢£ ¤ ¥¦§¢¨© ¥ £ª« ¡ ¢¦¨¥ © ¬ «¨ «®¯¤¯¢ « ° ±¯ ¡£ ¢²±¯ ¡£ ¢³¡¨ ´µ¶· ¸ ¹¶º»¼º ½ ¼¾
¨ «® ¬ ´¿ ¡
À Á Â Ã Ä Å Æ Ç
À À
Á È À
 à Ä À
Å À
Æ È È È À
Ç È È È À
¦¨¡É¡ «° Ê´¨ «¯«Ë¯¤ ¤ «£ ¡¨ ´Ì «®¤ ¨¥ © ¬ « «Ì ¥ ©£«®¿ ¨ ¢¤§ ¢¨ © ¥ £
¡ ¢£ ¤¥¦§¢¨ © ¥ £ª«¡ ¢¦¨¥ © ¬ «¨ «®¯¤¯¢ « ° ±¯¡£¢²±¯ ¡£ ¢³¡¨´Í¶Î¼¹» ¼º½¼¾
¨ «® ¬ ´¿ ¡
À Á Â Ã Ä Å Æ Ç
À À
Á È À
 à Ä À
Å À
Æ È È È È À
Ç È È À
¦¨¡É¡ «° Ê´¨ «¯«Ë¯¤ ¤ «£ ¡¨ ´Ì «®¤ ¨¥ © ¬ « «Ì ¥ ©£«®¿ ¨ ¢¤§ ¢¨ © ¥ £
¡ ¢£ ¤¥¦§¢¨ © ¥ £ª«¡ ¢¦¨¥ © ¬ «¨ «®¯¤¯¢ « ° ±¯¡£¢²±¯ ¡£ ¢³¡¨´ÏнºÑÒ Ó½¹½ ¸Ôк
¼ÕÓ¼¹½ ¼·Ö¼
À Á Â Ã Ä Å
À À
Á È À
 à Ä À
Å È À
(4)
×ØÙÚÛ Ü ÝÞßÚ àáØÝÛâ ã ÙØÚÞàÝØá ØäØãåàã æç Ü çÚ ØãåØè ØéçÙÛ Úêéç ÙÛÚë Ùàìíîïð ñð ò
ó ô õ ö÷
ó ö
ô ö
õ ø ö
ö÷ ø ö
Þ àÙùÙØã èØúìàã çãûç Ü Ü ØãÛÙàìüØã æÜ àÝØá ØäØã ãüØÝ ØáÛ ã æýàÚÜ ßÚ àá ØÝÛ
×ØÙÚÛ Ü ÝÞß Úàá ØÝÛâ ã ÙØÚÞàÝ ØáØäØãå àã æç ÜçÚØãåØè Øé ç ÙÛ Úêéç ÙÛÚë Ùàìþÿñ ï îÿîñ òñ
ÿïñî
ö öó öô öõ ÷ ö
ö ö
öó ö
öô ø ö
öõ ö
÷ ø ö
ö ö
Þ àÙùÙØã èØúìàã çãûç Ü Ü ØãÛÙàìüØã æÜ àÝØá ØäØã ãüØÝ ØáÛ ã æýàÚÜ ßÚ àá ØÝÛ
×ØÙÚÛÜ ÝÞßÚ àáØÝÛâã ÙØÚÞ àÝØá ØäØãåàã æç Ü çÚ ØãåØè Øéç ÙÛÚêé ç ÙÛ Úë Ùàìñîð
è Øã ÿ òïð ñ ï ñ ð ï
ö
ö
ö
ø ö
ø ö
(5)
LAMPIRAN 4
OUTPUT SPSS 19 ANALISIS REGRESI BERGANDA
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1
.678
a
.459
.440
4.68567
a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma
Subjektif, PBC, Penghasilan
ANOVA
b
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
3582.536
7
511.791
23.310
.000
a
Residual
4215.464
192
21.956
Total
7798.000
199
a. Predictors: (Constant), Usia, Religiusitas, Sikap, Pendidikan, Norma Subjektif, PBC,
Penghasilan
b. Dependent Variable: Intensi
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
31.010
4.490
6.906
.000
Sikap
.190
.019
.575
10.100
.000
NormaSubjektif
.002
.001
.199
3.530
.001
PBC
.000
.000
.032
.559
.577
Religiusitas
.006
.006
.053
.998
.319
Penghasilan
.240
.246
.063
.977
.330
Pendidikan
.423
.334
.072
1.267
.207
Usia
.032
.049
.042
.654
.514
(6)