Dasar kompensasi ini disebutkan dalam pasal 1425 KUH Perdata. Dikatakan jika dua orang saling berutang satu sama lain, maka terjadilah antara
mereka suatu perjumpaan utang-piutang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan.
Kondisi demikian ini dijalankan oleh bank dengan cara mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan utangnya kepada bank,
sebesar jumlah jaminan yang diambil alih tersebut.
29
B. Tentang Kredit Bank 1. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Latin “credere” yang berarti kepercayaan. Misalkan seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari
bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank
30
. Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan
populer dan merakyat sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah
dicampurbaurkan begitu saja dengan istilah utang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran
pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain
31
29
Pendapat Hasanuddin Rahman seperti dikutip Rachmadi Usman dalam bukunya Aspek- aspek hukum perbankan di Indonesia, Ibid hal 281
30
Hermansyah,SH,M.Hum,2008,Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Jakarta,Kencana Prenada Media Group,hal 57
31
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka hal 526
. Dalam Pasal 1 butir No.10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu , berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
Universitas Sumatera Utara
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
32
a. cerukan overdraft yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah
yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari. Menurut ketentuan Pasal 1 butir 5 Peraturan Bank Indonesia No.
72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum , yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu , berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk :
b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
Berdasarkan pengertian di atas, menunjukkan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-
mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
33
2. Unsur - Unsur Kredit
Sebagaimana diketahui bahwa unsur esensial mendasar;hakiki dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditur terhadap
nasabah peminjam sebagai debitur. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh
debitur antara lain : jelasnya peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan dan lain - lain.
32
Indonesia, Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Lembaran Negara No.182
33
Hermansyah,SH,M.Hum, Op.cit hal 58
Universitas Sumatera Utara
Makna dari kepercayaan tersebut adalah adanya keyakinan dari bank sebagai kreditur bahwa kredit yang diberikan akan sungguh-sungguh diterima
kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.
34
a. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang , barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
Drs. Thomas Suyatno mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :
b. Tenggang Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontaprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang . Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu
uang yang akan ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh-jauh kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu terdapat unsur
ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah , maka timbul jaminan
dalam pemberian kredit. d.
Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang , tetapi juga dapat berbentuk barang , atau jasa. Namun karena kehidupan
34
Ibid hal 58.
Universitas Sumatera Utara
ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam praktik
perkreditan.
35
3. Fungsi Kredit
Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong dalam tujuan
pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari . Pihak yang mendapat kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi
berupa kemajuan-kemajuan pada usahanya atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberi kredit, secara material dia harus
mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit dan secara spiritual mendapatkan kepuasan dengan dapat
membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik
bagi debitur , kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh kepada tahapan yang lebih baik , maksudnya baik bagi pihak debitur maupun kreditur
mendapatkan kemajuan. Kemajuan tersebut dapat digambarkan apabila mereka memperoleh keuntungan juga mengalami peningkatan kesejahteraan dan
masyarakat atau negara pun mengalami suatu penambahan penerimaan dari pajak juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata
dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian , dan perdagangan mempunyai fungsi.
36
35
Pendapat Drs. Thomas Suyatno seperti dikutip Hermansyah,SH,M.Hum,Ibid,hal 58-59
36
Muhammad Djumhana,2003,Hukum Perbankan di Indonesia,Bandung,PT Citra Aditya Bakti,hal 372
Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan daya guna uang.
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
d. Salah satu alat stabilitas ekonomi.
e. Meningkatkan kegairahan berusaha.
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
g. Meningkatkan hubungan internasional.
4. Penggolongan Kredit
Kredit banyak jenisnya karena dapat digolongkan berdasarkan kriteria yang digunakan yaitu
37
A. Penggolongan Berdasarkan Jangka Waktu.
:
a. Kredit Jangka Pendek , yakni kredit yang jangka waktunya tidak
melebihi 1 tahun. b.
Kredit Jangka Menengah, yakni kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.
c. Kredit Jangka Panjang, yakni kredit yang mempunyai jangka waktu
di atas 3 tahun. B.
Penggolongan Berdasarkan Dokumentasi a.
Kredit dengan perjanjian kredit tertulis. b.
Kredit tanpa surat perjanjian kredit, yang dibagi lagi ke dalam : a
Kredit lisan.
37
Pendapat Munir Fuady seperti dikutip Rachmadi Usman dalam bukunya Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, op.cit hal 238
Universitas Sumatera Utara
b Kredit dengan instrumen surat berharga, misalnya kredit yang
hanya lewat dokumen promespromissory note, Obligasi bonds,kartu kredit, dan sebagainya.
c Kredit cerukan overdraft.
C. Penggolongan Berdasarkan Bidang Ekonomi
a. Kredit untuk sektor pertanian , perburuhan dan sarana pertanian.
b. Kredit untuk sektor pertambangan.
c. Kredit untuk sektor perindustrian.
d. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air.
e. Kredit untuk sektor konstruksi.
f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel.
g. Kredit pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi.
h. Kredit untuk sektor jasa.
i. Kredit untuk sektor lain-lain.
D. Penggolongan Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya
a. Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang diberikan kepada debitur
untuk keperluan konsumsi seperti kredit profesi,kredit perumahan,kredit kendaraan bermotor, pembelian alat-alat rumah
tangga, dan lain-lain sebagainya. b.
Kredit Produktif,terdiri dari : a
Kredit Investasi yakni kredit yang dipergunakan untuk membeli barang modal atau barang-barang tahan lama, seperti tanah,
mesin dan sebagainya . Namun demikian, sering juga kredit ini
Universitas Sumatera Utara
digolongkan ke dalam kredit investasi adalah Kredit Bantuan Proyek.
b Kredit Modal Kerja yakni kredit yang merupakan porgram
pemerintah, khusus bagi pengusaha kecil pribumi yang diperuntukkan untuk modal kerja yang terus menerus diperlukan
guna kelancaran usahanya , dengan syarat-syarat lunak dan tata cara yang disederhanakan. .
c Kredit Likuiditas yakni kredit yang diberikan Bank Indonesia
kepada semua bank untuk membantu meringankan beban likuiditas pemberian kreditnya, dan mengatasi kesulitan
likuiditas dalam keadaan darurat.
38
E. Penggolongan Kredit Berdasarkan Objek yang Ditransfer
a. Kredit Uang Money Credit , di mana pemberian dan pengembalian
kredit dilakukan dalam bentuk uang. b.
Kredit Bukan Uang Non Money Credit,Merchant Credit , di mana diberikan dalam bentuk barang dan jasa dan pengembaliannya
dilakukan dalam bentuk uang. F.
Penggolongan Kredit Berdasarkan Waktu Pencairannya a.
Kredit Tunai Cash Credit , di mana pencairan kredit dilakukan dengan tunai atau pemindahbukuan ke dalam rekening debitur.
b. Kredit Tidak Tunai Non Cash Credit, di mana kredit tidak dibayar
pada saat pinjaman dibuat misalnya garansi bank atau stand LC dan Letter of Credit
38
Aliminsyah SE dan Drs Padjied.,2006,Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Bandung, Yrama Widya hal 372
Universitas Sumatera Utara
G. Penggolongan Kredit Menurut Cara Penarikannya
a. Kredit Sekali Jadi Alfopend , yakni kredit yang pencairan dananya
dilakukan sekaligus , misalnya secara tunai ataupun secara pemindahbukuan.
b. Kredit Rekening Koran, yakni kredit yang penyediaan dana maupun
penarikan dana tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara tidak teratur kapan saja dan berulang kali.
c. Kredit berulang-ulang Revolving Loan, yakni kredit yang
diberikan terhadap debitur yang tidak memerlukan kredit sekaligus, melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih
dalam batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang diperjanjikan.
d. Kredit Bertahap., yakni kredit yang pencairan dananya dilakukan
secara bertahap dalam beberapa termin. e.
Kredit Tiap Transaksi, yakni kredit yang diberikan untuk suatu transaksi tertentu, dimana pengembalian kredit diambil dari hasil
transaksi yang bersangkutan. H.
Penggolongan Kredit dilihat dari Pihak Krediturnya. a.
Kredit Terorganisasi, yakni kredit yang diberikan oleh badan-badan yang terorganisir secara legal dan memang berwenang memberikan
kredit , misalnya : bank,koperasi,dan sebagainya. b.
Kredit Tidak Terorganisasi, yakni kredit yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang ataupun badan yang tidak resmi
untuk memberikan kredit, terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a Kredit Rentenir, yakni kredit yang diberikan oleh perorangan
atau badan tidak resmi untuk memberikan kredit. b
Kredit Penjual, yakni kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli dalam suatu jual beli, dimana barang segera diserahkan
sementara harga barang dibayar kemudian secara kredit. c
Kredit Pembeli, yakni kredit yang juga terbit dari jual-beli , di mana uang pembelian segera diserahkan sementara barangnya
diserahkan dikemudian hari. I.
Penggolongan Kredit Berdasarkan Negara Asal Kreditur a.
Kredit Domestik, yakni kredit yang debiturkreditur utamanya berasal dari dalam negeri.
b. Kredit Luar Negeri, yakni kredit dengan krediturkreditur utamanya
berasal dari luar negeri. J.
Penggolongan Kredit Berdasarkan Jumlah Kreditur a.
Kredit dengan Kreditur Tunggal, yakni kredit yang krediturnya hanya satu orangsatu badan hukum saja. Ini yang sering disebut
Single Loan. b.
Kredit Sindikasi, yakni kredit dimana pihak krediturnya terdiri dari beberapa badan hukum, di mana biasanya salah satu diantara
kreditur tersebut bertindak sebagai Lead CreditorLead Bank
5. Prinsip - Prinsip Pemberian Kredit
Di dalam ketentuan Pasal 8 ayat 1 dan 2 UU No.10 Tahun 1998 merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada
Universitas Sumatera Utara
nasabah debitur. Lebih dari itu, karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan
menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari , penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan
kredit dilakukan dengan berpedoman pada prinsip 5 C yaitu sebagai berikut
39
a. Penilaian watak
Character :
Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat kejujuran , integritas dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh
oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.
b. Penilaian kemampuan Capacity
Yang dimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat
prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang
kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan , misalnya
pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan
39
Hermansyah,SH,M.Hum,op cit, hal 64-65
Universitas Sumatera Utara
laba rugi dan arus kas cash flow usaha dari beberapa tahun terakhir.Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas
dan rentabilitas usaha serta tingkat resikonya . Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya di dunia bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitur, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing
lainnya. c.
Capital Penilaian terhadap modal Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap
modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal , akan tatapi lebih difokuskan kepada
bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.
d. Collateral Penilaian terhadap agunan
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman backup atas resiko yang mungkin terjadi atas
wanprestasinya nasabah debitur di kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet, Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok
maupun bunganya. e.
Condition of Economy Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur
Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank , kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari
Universitas Sumatera Utara
bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.
Bank dalam memberikan kredit, selain menetapkan prinsip 5 C juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5 P yaitu sebagai berikut
40
a. Party Para Pihak
:
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu
“kepercayaan” terhadap para pihak , dalam hal ini debitur. Bagaimana karakternya , kemampuan dan sebagainya.
b. Purpose Tujuan
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif,
yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan
dalam suatu perjanjian kredit. c.
Payment Pembayaran Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon
debitur cukup tersedia dan cukup aman , sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur
yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitur punya sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut
mencukupi untuk membayar kembali kreditnya. d.
Profitability Perolehan Laba
40
Ibid hal 248
Universitas Sumatera Utara
Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu , kreditur harus berantisipasi apakah laba yang
akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman. Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas , bank dalam
memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu
41
a. Returns Hasil yang Diperoleh
:
Returns, yakni hasil yang diperoleh oleh debitur , dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon krediturnya. Artinya
perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga,ongkos-ongkos, di samping membayar keperluan perusahaan yang lain
sepserti untuk cash flow
42
b. Repayment Pembayaran Kembali
, kredit lain jika ada, dan sebagainya.
Kemampuan bayar dari pihak debitur tentu saja juga mesti dipertimbangkan . Dan apakah kemampuan bayar tersebut match dengan schedule
pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
c. Risk Bearing Ability Kemampuan Menanggung Resiko
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-hal
di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya
41
Ibid hal 249
42
cash flow adalah perputaran keuangan perusahaanbank , baik pengeluaran dan pemasukan uang tunai yang diperlukan untuk kepentingan operasi atas dasar arus harian,
mingguan atau jangka waktu lain.
Universitas Sumatera Utara
kredit macet.Untuk itu harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan . atau sauransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi resiko tersebut
43
6. Batas Maksimum Pemberian Kredit
Dalam pemberian kredit, suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil risiko sekecil mungkin” . Risiko yang dimaksud adalah risiko
terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh debiturnya. Risiko itu dapat dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu banyak
memberikan kredit kepada nasabah tertentu saja atau kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan bank tersebut. Asaa yang terkandung di dalam
pepatah orang Inggris yang menyatakan “Don’t Put all your eggs in one basket” harus benar-benar diperhatikan dalam pemberian kredit. Oleh karena itu, praktek
pemberian kredit oleh suatu bank kepada perusahaan-perusahaan yang merupakan kelompok usaha sendiri, kepada pemegang saham dan kepada pengurus bank yang
bersangkutan, harus dihindarkan atau sekurang-kurangnya sangat dibatasi. Begitu juga pemberian kredit yang terlalu berlebihan kepada nasabah - nasabah tertentu
akan dapat menempatkan bank pada keadaan berisiko tinggi. Untuk itu perlu adanya ketentuan tentang penentuan batas maksimum pemberian kredit atau legal
lending limit yang harus dipatuhi oleh setiap bank
44
Pemberian kredit yang hanya terkonsentrasi pada hanya beberapa nasabah mengandung risiko tinggi karena kehidupan bank akan tergantung pada
beberapa nasabah tersebut. Risiko ini lebih besar lagi kalau kredit tersebut diberikan kepada perusahaan-perusahaan orang dalam, karena pada umumnya
43
Pendapat Munir Fuady seperti dikutip Rachmadi Usman,S.H,Ibid hal. 250.
44
Pendapat Sutan Remy Sjahdeni seperti dikutip Rachmadi Usman,S.H,Ibid hal. 251.
Universitas Sumatera Utara
kredit yang demikian ini diberikan secara kurang wajar , artinya penilaian kreditnya, dilakukan secara kurang objektif , persyaratan biasanya lebih longgar
dibandingkan dengan kredit lainnya , dan pada saat perusahaan grup orang dalam tersebut mengalami kesulitan , bank tidak mampu bertindak secara lugas dan
tegas. Untuk mencegah pemberian kredit yang berlebihan tersebut, di beberapa negara diatur secara tegas, bahkan dalam undang-undang. Di Indonesia semula
pembatasan hanya disisipkan dalam ketentuan perhitungan capital adequacy yaitu dengan memberikan risk margin yang lebih besar pada kredit - kredit besar yang
melampaui 15 modal sendiri , namun kemudian ketentuan batas maksimum pemberian kredit ini untuk pertama kali ditegaskan dalam paket Oktober 1998 ,
yang selanjutnya dikukuhkan dalam undang-undang.. Dengan demikian Batas Maksimum Pemberian Kreditselanjutnya
disebut BMPK merupakan sarana pengawasan penyaluran kredit atau pembiayaan oleh bank. Batas maksimum pemberian kredit BMPK adalah batas
maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam tertentu. Penyediaan dana di sini
meliputi pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan, fasilitas jaminan, penempatan investasi surat berharga , atau hal lain yang serupa dengan itu, antara
lain tagihan yang diambil alih oleh bank dalam rangka kegiatan anjak piutang yang dapat diberikan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam.
Dalam hal ini, Bank Indonesia diberikan wewenang untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit untuk masing-masing peminjam atau sekelompok
peminjam termasuk perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Berdasarkan pasal 11 UU No. 10 Tahun 1998 tersebut, maka ketentuan BMPK dibedakan atas dua jenis yaitu
45
a. Jenis batas maksimum 30
:
Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 30 dari modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 30 dari modal bank yang
bersangkutan. Pengertian modal bank ditetapkan Bank Indonesia sesuai dengan pengertian yang dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank. Batas maksimum
pemberian kredit ini ditujukan kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait , termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama
dengan bank yang bersangkutan. Kelompok grup merupakan kumpulan orang atau badan yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan ,
kepengurusan , danatau hubungan keuangan. b.
Jenis batas maksimum 10 Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah
dari 10 , tetapi tidak boleh melebihi 10 dari modal bank yang bersangkutan . Pengertian modal bank ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan pengertian
yang dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank . Batas maksimum pemberian kredit ini ditujukan kepada :
a Pemegang saham yang memiliki 10 atau lebih dari modal disetor
bank; b
Anggota Dewan Komisaris;
45
Ibid hal 253
Universitas Sumatera Utara
c Anggota Direksi;
d Keluarga dari pihak pemegang saham , anggota Dewan Komisaris
dan anggota Direksi; e
Pejabat bank lainnya; dan f
Perusahaan - perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris ,
anggota direksi , keluarga pemegang saham , anggota dewan komisaris dan anggota direksi dan pejabat bank lainnya.
Dalam usahanya di bidang pemberian kredit, bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit sebagaimana tersebut di atas. Larangan ini
dimaksudkan agar dalam memberikan kredit atau pembiayaan, bank menerapkan asas-asas perkreditan yang sehat sehingga bank dapat memelihara kesehatan dan
meningkatkan daya tahannya. Bank dinyatakan melakukan pelanggaran larangan terhadap ketentuan BMPK apabila pada saat pemberiannya saldo kredit atau
pembiayaan tersebut melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pelanggaran terhadap ketentuan BMPK tersebut selain dapat dikenakan
sanksi, juga akan diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Kemudian kepada bank diwajibkan untuk meyampaikan laporan bulanan setiap
bulan kepada Bank Indonesia mengenai penyediaan dana kepada peminjam dan kelompok peminjam yang melampaui BMPK , seluruh penyediaan dana kepada
pihak-pihak yang terkait dengan bank, Apabila kewajiban ini dilanggar oleh bank, maka bank yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa kewajiban
membayar denda danatau sanksi pidana.
46
46
Ibid hal 254
Universitas Sumatera Utara
Timbulnya kasus Bapindo misalnya adalah akibat pemberian kredit yang terlalu besar jika dibandingkan dengan aset modal yang dimilikinya. Bahkan
dalam penyalurannya telah melampaui jumlah batas maksimum dalam pemberian kredit , penyaluran dananya pun dilakukan tidak sesuai dengan prosedurnya.
D. Tentang Jaminan 4.