PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN TAMBAHAN METODE FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) MENGGUNAKAN APLIKASI VBA-EXCEL

(1)

TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN TEBAL LAPIS

PERKERASAN TAMBAHAN METODE FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER

(FWD) MENGGUNAKAN APLIKASI VBA-EXCEL

Disusun oleh : FAJAR AFRIANI

20120110221

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

iii

HALAMAN MOTTO

Aku sebagaimana yang hamba-Ku pikirkan tentang Aku (yaitu Aku mampu melakukan apapun untuknya berdasarkan apa yang dia pikirkan Aku bisa melakukannya untuk dirinya) dan Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku.

(HR. Muslim)

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah diperbuatnya. (Ali bin Abi Thalib)

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.


(3)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, atas kenikmatan serta kemudahan yang berikan untuk dapat menyelesaiikan karya tulis ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Aku persembahkan karya ini untuk orang-orang yang kusayangi dan selalu ada untuk aku.

1. Bapak (Samsuadi) dan Mama (Siti Zulaikhah) terimakasih untuk kasih sayang kalian yang selalu tercurahkan untukku. Dukungan dan doa yang tak pernah henti untuk kesuksesanku. Semoga aku bisa menjadi anak yang selalu membanggakan kalian dan berguna bagi orang banyak.

2. Untuk kakak perempuanku Fiqih Roisyana, adik perempuanku Firda Naulha dan adik laki-lakiku Firdaus Ramadhani yang selalu kusayangi. Kalian yang memiliki sifat yang berbeda dan mewarnai hari-hariku. Terimakasih atas do’a dan canda tawa yang telah kita bagi bersama. 3. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Raudlatul Hasanah, Mansili

Rohman, Devia Nur Astuti, Irianti Ayu Indah Permatasari, Kiki, Evan, Indra, Anang, Agung Himmatul, Inge, Fuji, Sela Yogi, Igi, temen main, temen curhat, temen gila-gilaan, Pipin partner tugas akhir dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk segalanya selalu ada, semoga pertemanan kita bisa berjalan sampai selamanya.

4. Terimaksih untuk kakak tingkat Ridwan Umbara dan kak Arifin yang sudah membantu dan membimbing dalam pembuatan tugas akhir ini. 5. Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat dan mendukung saya selama

kuliah dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan semuanya. Terimakasih.


(4)

v PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pembangunan Perangkat Lunak Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Tambahan Metode Falling Weight Deflectometer (Fwd) Menggunakan Aplikasi Vba-Excel” dapat selesai dengan baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan selama pengerjaan laporan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:

1. Bapak Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., M.Sc.Eng., Ph.D., PE. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi masukan serta koreksi dalam pengerjaan laporan ini.

2. Bapak Puji Harsanto, ST., M.T., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan serta koresi dalam pengerjaan laporan ini dan memberi pengarahan tentang pengcodingan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas segala ilmu yang telah diberikan selama menjadi mahasiswa.

4. Seluruh staff Tata Usaha, Karyawan dan Laboran Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Keluarga yang saya cintai, yang telah banyak memberikan berbagai bantuan baik berupa materiil dan spiritual.

6. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil angkatan 2012 yang telah memberi banyak saran dan masukan.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan hingga tugas akhir ini terselesaikan.


(5)

vi

Penulis menyadari betul bahwa masih sangat banyak kekurangan pada laporan ini. Untuk itu, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis,


(6)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

INTIASRI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum ... 6

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

BAB III LANDASAN TEORI A.Falling Weight Deflectometer (FWD) ... 11

B.Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Pd T-05-2005-B ... 13

1. Analisa Lalu Lintas ... 13

a. Jumlah Lajur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C) ... 13

b. Ekivalen beban sumbu kendaraan (E) ... 14

c. Faktor Umur Rencana Dan Perkembangan Lalu Lintas ... 15

d. Akumulasi Ekivalen Beban Sumbu Standar (CESA) ... 16


(7)

viii

a. Lendutan dengan Falling Weight Deflectomete ... 17

b. Keseragaman Lendutan ... 20

c. Lendutan Wakil ... 20

d. Ledutan Rencana/Ijin ... 21

3. Tebal Lapis Tambah (overlay) ... 21

a. Tebal Lapis Tambah (Overlay) Terkoreks ... 22

b. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah ... 22

c. Jenis Lapis Tambah ... 24

C.Program Visual Basic Application (VBA) Excel ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN A.Bagan Alir (Flowchart) Penelitian... 28

B.Lokasi Penelitian ... 29

C.Teknik Pengumpulan Data Lendutan FWD ... 30

1. Alat dan Bahan ... 30

2. Mekanisme Pengujian FWD ... 31

D.Teknik Analisis Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Pengumpulan Data ... 44

B.Hasil Pemprograman FWDBM05-UMY ... 45

C.Pembahasan ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... xii LAMPIRAN


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan Kondisi Ruas Jalan dan Kebutuhan Penanganan ...7

Tabel 3.1 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan ...13

Tabel 3.2 Koefisien distribusi kendaraan (C) ...14

Tabel 3.3 Ekivalen beban sumbu kendaraan (E) ...15

Tabel 3.4 Faktor hubungan antara umur rencana dengan perkembangan lalu lintas (N)...16

Tbael 3.5 Temperatur tengah (Tt) dan bawah (Tb) lapis beraspal berdasarkan data temperatur udara (Tu) dan temperatur permukaan (Tp)...19

Tabel 3.6 Ketentuan-ketentuan untuk aspla keras ...24

Tabel 3.7 Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL) ...26

Tabel 5.1 Data sekunder pengujian FWD...33


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Antara Kondisi, Umur dan Jenis Penanganan Jalan ...6

Gambar 2.2 Hasil tampilan program ...11

Gambar 3.1 Rangkaian alat falling weight deflectometer (FWD)...12

Gambar 3.2 Alat falling weight deflectometer (FWD)...13

Gambar 3.3 Faktor koreksi lendutan terhadap temperatur standar (Ft)...18

Gambar 3.4 Faktor koreksi tebal lapis tambah (Fo) terhadap TPRT ...23

Gambar 4.1 Diagram alir tahapan penelitian...28

Gambar 4.2 Lanjutan Gambar 4.1...29

Gambar 4.3 Tahapan pengerjaan perangkat lunak perhitungan di VBA-Excel..33

Gambar 4.4 Lanjutan Gambar 4.3...33

Gambar 4.5 Tampilan dari VBA-Excel... 35

Gambar 4.6 Awal pembuatan form...35

Gambar 4.7 Tampilan hasil form masukan data...36

Gambar 4.8 Tampilan form hapus...36

Gambar 4.9..Awal pembuatan program...37

Gambar 4.10 Tampialn modul input data...38

Gambar 4.11 Tampilan modul hapus...38

Gambar 4.12 Tampilan modul penyelesaian...39

Gambar 4.13 Tampilan hasil penyelesaian...39

Gambar 4.14 Tampilan modul back to data...40

Gambar 4.15 Tampilan next hasil...41

Gambar 4.16 Tampilan hasil output...42


(10)

xi

Gambar 5.1 Tampilan awal program FWDBM05-UMY...44

Gambar 5.2 Tampialna untuk pemilihan jenis jalan...46

Gambar 5.3 Tampilan untuk jenis lapisan...46

Gambar 5.4 Tampilan input data...47

Gambar 5.5 Tampilan perintah hapus data...48

Gambar 5.6 Tampilan penyelesaian...49


(11)

(12)

xii INTISARI

Perkerasan jalan sebagai salah satu struktur utama pada suatu konstruksi jalan dimana sistem manajemen perkerasan dituntut untuk menentukan kondisi struktur perkerasan jalan. Faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perkerasan jalan seperti lalu lintas, cuaca, desain perkerasan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan. Perencanaan tebal lapis tambah (overlay) perkerasan lentur terkini menggunakan metode yang membutuhkan data lendutan permukaan. Untuk menghitung tebal lapis tambah (overlay) yang dibutuhkan pada penelitian ini menggunakan metode Falling Weight Deflectometer (FWD). FWD yaitu salah satu alat pengujian untuk mengukur lendutan dan lendutan balik dari lapisan perkerasan. Dalam penelitian ini suatu perangkat lunak yang dibangun untuk perencanaan tebal lapis tambahan (overlay) menggunakan metode FWD. Aplikasi dan bahasa pempograman yang digunakan adalah Visual Basic of Application (VBA) pada Microsoft Excel. Panduan yang akan digunakan untuk pembangunan perangkat lunak yaitu Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan Pd T-05-2005-B dengan data pengujian lendutan menggunakan FWD.

Pembangunan perangkat lunak dapat mengolah data tanpa memerlukan waktu yang terlalu lama. Pembangunan perangkat lunak pada VBA Ms. Excel membuktikan bahwa MS.excel tidak hanya membuat tabel dan grafik saja tetapi masih banyak fungsi lainnya. Hanya memerlukan beberapa menit saja untuk pengolahan data pada VBA-Excel dan mempermudah dalam melakukan pengerjaan. Hasil yang diperoleh yaitu mengetahui tebal lapis tambahan pada kondisi jalan. Adapun manfaatnya dalam perangkat lunak dari VBA excel yang dapat digunakan untuk memudahkan pelaku ahli jasa konstruksi guna menganalisis tebal lapis tambah dan data pengujian FWD. Hasil dari penelitian ini yaitu sebuah program perencanaan tebal lapis tambahan dengan menggunakan alat FWD yang diberi nama “Falling Weight Deflectometer Bina Marga 2005-UMY (FWDBM05-UMY)”. Untuk hasil dari FWDBM05-UMY sudah diperiksa dengan hasil perhitungan manual dan hasil dari perangkat lunak yang dibangun sama hanya berbeda pada angka dibelakang koma saja. Perbedaan hasil perhitungan menggunakan FWDBM05-UMY dengan hasil perhitungan manual sebesar 0,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa software hasil penelitian akurat dan dapat digunakan dalam analisis tebal perkerasan jalan secara lebuih efisien dan menghemat waktu analisis.

Kata kunci: Tebal lapis perkerasan tambahan (overlay), falling weight deflectometer (FWD), Bina Marga (2005) dan VBA Microsoft Excel.


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkerasan jalan sebagai salah satu struktur utama pada suatu konstruksi jalan dimana sistem manajemen perkerasan dituntut untuk menentukan kondisi struktur perkerasan jalan tersebut. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kerusakan pasca konstruksi pada suatu jalan yaitu faktor lalu lintas kendaraan dengan beban yang berlebihan, air, material perkerasan, iklim dan kondisi tanah dasar. Oleh karena itu, evaluasi jalan perlu dilakukan perbaikan perkerasan jalan sesuai dengan rencana umur manfaat jalannya maka kondisi jalan akan berangsur-angsur menurun sampai tingkat dimana rehabilitasi sudah harus dilaksanakan.

Dalam pekerjaan perbaikan perkerasan jalan, dikenal dua istilah yaitu pemeliharaan dan rehabilitasi. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum, pemeliharaan jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan perbaikan jalan yang diperlukan dan direncanakan untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal melayani lalu lintas selama umur rencana jalan ditetapkan. Berdasarkan frekuensi pelaksanaanya pemeliharaan jalan meliputi:

1. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus sepanjang tahun meliputi : perbaikan kerusakan kecil, penambalan lubang, pemburasan, perbaikan kerusakan tepi perkerasan, perawatan trotoar, saluran samping dan drainase bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan dan perawatan bahu jalan. 2. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakuakn hanya pada interval waktu tertentu karena kondisi jalan sudah menurun meliputi : perbaikan, levelling, resealing maupun overlay (pelapisan ulang) pada jalan beraspal atau regrooving


(14)

2

(pengaluran/pengkasaran permukaan) maupun overlay paa jalan beton semen.

3. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk hal-hal yang sifatmya mendadak/mendesak/darurat akibat terjadi kerusakan setempat yang cukup berat misalnya jalan putus akibat banjir, longsor, gempa,dll meliputi semua kegiatan pengembalian kondisi jalan ke kondisi semula yang harus dilakukan secepatnya agar lalu lintas tetap berjalan dengan lancar.

Saat ini, pemeliharaan dan rehabilitasi di Indonesia belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh semakin luasnya jaringan jalan, terbatasnya dana pemerintah untuk pemeliharaan jalan di Indonesia, dan keterbatasan kemampuan pengujian laboratorium untuk mendapatkan parameter ukur evaluasi jalan secara praktis dilapangan. Pada permasalahan ini dibutuhkan suatu sistem yang mampu mengevaluasi jaringan jalan secara baik, mulai dari tahap penilaian hingga rehabilitasi agar jalan memiliki umur layanan yang lebih lama. Sistem ini disebut sebagai sistem manajemen perkerasan jalan (Road Management System, RMS).

Shanin (1994) merumuskan bahwa salah satu prinsip yang utama dalam sistem perkerasan jalan raya adalah kemampuan untuk menilai keadaan kekuatan perkerasan jalan pada masa kini dan memprediksi kekuatannya pada masa depan. Kekuatan struktur perkerasan jalan dapat diketahui dengan cara mengukur nilai modulus (E) dan ketebalan perkerasan setiap lapisnya (H). Kedua parameter tersebut selain dapat digunakan 2 untuk menentukan kapasitas beban yang dapat dilayani, keduanya juga dapat digunakan untuk pemilihan serta perancangan sistem rehabilitasi yang tepat. Ada dua metode untuk memonitor kualitas bahan dan menilai kondisi struktur jalan. Adapun pengujiannya sebagai berikut:


(15)

3

1. Metode pengujian merusak (Destructive Testing, DT).

2. Metode pengujian yang tidak merusak (Non Destructive Testing, NDT).

Metode DT merupakan metode konvensional yang melalui tahapan pengeboran (core drilling), perbaikan lubang jalan akibat pengambilan sampel, pemadatan ulang, pengujian benda uji di laboratorium hingga proses análisis data. Kelemahan dari metode ini antara lain memberikan efek gangguan yang cukup signifikan terhadap perjalanan kendaraan, memerlukan biaya yang relatif mahal, dan memerlukan waktu yang lama. Contoh metode DT yang umumnya digunakan antara lain core drilling, shelby tube trenching, Marshall, dan modulus Resilien.

Metode NDT merupakan suatu metode yang melalui pengamatan perilaku defleksi dan perpindahan partikel yang diakibatkan oleh beban statik atau dinamik. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode DT dalam RMS antara lain proses pengujiannya yang cepat, ekonomis, tidak memberikan gangguan yang minimum terhadap kelancaran lalu-lintas, dan tidak menimbulkan kerusakan pada struktur perkerasan jalan. Menurut Rosyidi (2004), metode NDT lebih hemat karena dapat dikerjakan di tempat atau lapangan tanpa memerlukan waktu yang lama. Metode NDT yang berkembang saat ini diantaranya Bankelman Beam (BB), Falling Weight Deflectometer (FWD), Spectral Analysis of Surface Wave (SASW), Ground Penetrating Radar, dan Rolling Dynamic Deflectometer.

Sesuai metode NDT, FWD merupakan salah satu teknologi maju yang dimiliki oleh Indonesia. FWD merupakan alat uji dilapangan yang bersifat tidak merusak jalan, bekerja dengan cepat dan mendapat nilai modulus elastisitas pada setiap lapis perkerasan jalan. Nilai modulus elastisitas tersebut dihasilkan dari mengukur lendutan balik dan lendutan langsung perkerasan yang menggambarkan kekuatan struktur perkerasan jalan untuk mengetahui tebal lapis tambahan. Tebal lapis tambahan (overlay) merupakan lapis perkerasan tambahan yang dipasang diatas


(16)

4

konstruksi perkerasan yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan struktur perkerasan yang ada agar dapat melayani lalu lintas yang direncanakan selama kurun waktu yang akan datang.

Penelitian ini suatu perangkat lunak membangun untuk perencanaan tebal lapis tambahan menggunakan metode Falling Weight Deflectometer (FWD). Aplikasi dan bahasa pempograman yang digunakan adalah Visual Basic of Application (VBA) pada Microsoft Excel. Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan nomor : Pd T-05-2005-B (Bina Marga,2005).

B. Rumusan Masalah

Pembangunan perangkat lunak ini dapat mempermudah sekaligus mempercepat pekerjaan pada saat pengolahan dan analisis data. Dari permasalahan ini dapat diharapkan meminimalisir waktu dalam penyelesaian dan mengurangi kesalahan dalam pengolahan data yang terlalu banyak.

C. Tujuan Penelitian

1. Membangun aplikasi program (perhitungan) metode Falling Weight Deflectometer (FWD) menggunakan Visual Basic of Application (VBA) pada Microsoft Excel.

2. Membandingkan hasil perhitungan VBA-Excel dengan perhitungan manual tebal lapis tambahan (overlay) menggunakan data simulasi ataupun data lapangan pengujian Falling Weight Deflectometer.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu membuat aplikasi dari VBA excel yang dapat digunakan untuk memudahkan pelaku ahli jasa konstruksi guna menganalisis tebal lapis tambah dan data pengujian FWD.


(17)

5

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam perencanaan perhitungan tebal lapis tambahan berdasarkan metode falling weight deflectometer sebagai berikut:

1. Perhitungan dengan Visual Basic of Application (VBA) pada Microsoft Excel

2. Pengambilan data dengan pengujian langsung dilapangan oleh Pusat Litbang Bandung dengan menggunakan alat Falling Weight Deflectometer (FWD)

3. Perhitungan berdasarkan dengan Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan nomor : Pd T-05-2005-B (Bina Marga,2005).


(18)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum

Jalan memiliki umur layan atau umur rencana. Jika umur layan telah terlampaui, maka perlu adanya suatu lapisan tambahan (overlay) untuk meremajakan struktur perkerasan. Overlay digunakan sebagai pemeliharaan jalan untuk meningkatkan struktur perkerasan yang sudah menurun (Effendi, 2015).

Menurut Saleh, dkk (2008) pada dasarnya penetapan kondisi jalan minimal adalah sedang, dalam gambar 2.1 terlihat berada pada level iri antara 4,5 m/km sampai dengan 8 m/km tergantung dari fungsi jalannya. Jika iri menunjukkan dibawah 4,5 artinya jalan masih dalam tahap pemeliharaan rutin, sementara jika iri antara 4,5 sampai 8, yang dikategorikan pada kondisi sedang, berarti jalan sudah perlu dilakukan pemeliharaan berkala (periodic maintenance) yakni dengan pelapisan ulang (overlay). Sedangkan jika IRI berkisar antara 8 sampai 12, artinya jalan sudah perlu dipertimbangkan untuk peningkatan. Sementara jika IRI > 12 berarti jalan sudah tidak dapat dipertahankan, sehingga langkah yang harus dilakukan rekonstruksi.

Gambar 2.1 hubungan antara kondisi, umur dan jenis penanganan jalan Sumber : Saleh dkk, 2008


(19)

7

Direktorat jenderal bina marga menggunakan parameter international roughness index (IRI) dalam menentukan kondisi konstruksi jalan, yang dibagi atas empat kelompok. Berikut ditampilkan Tabel 2.1 penentuan kondisi ruas jalan dan kebutuhan penanganannya:

Tabel 2.1 penentuan kondisi ruas jalan dan kebutuhan penanganan Kondisi jalan Iri (m/km) Kebutuhan penanganan Tingkat

kemantapan Baik

Sedang

Iri rata-rata ≤ 4,0 4,1 ≤ iri rata-rata ≤ 8,0

Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan berkala

Jalan mantap

Rusak ringan

Rusak berat

8,1 ≤ iri rata-rata ≤ 12

Iri rata-rata > 12

Peningkatan jalan

Peningkatan jalan

Jalan tidak mantap

Falling weight deflectometer (FWD) merupakan peralatan uji lapangan untuk perkerasan jalan yang telah lama digunakan di berbagai negara. Sekitar 30 tahun yang lalu, alat ini diperkenalkan pertama di Perancis untuk mengevaluasi struktur perkerasan jalan (Karadelis, 1999).

Selanjutnya pada tahun 1981, dermak menggunakan fwd untuk menilai daya dukung, umur manfaat dan disain tebal lapis perkerasan tambahan (overlay) pada jaringan jalan (Schmidt, 1989).

Fwd digunakan di seluruh dunia sebagai pengujian perangkat jalan non-destructive yang mapan dan berharga untuk analisi struktur perkerasan. Fwd digunakan sebagaian besar untuk investigasi disain rehabilitas dan sistem manajemen perkerasan (PMS) untuk memantau secara jaringan. Sebagai alternatif untuk semi-mekanistik semi-empiris teknik analisis telah dikembangkan di afrika selatan yang di mana parameter defleksi mangkuk diukur dengan FWD yang berkorelasi dengan trotoar lapisan individual kekuatan struktural (Horak & Emery, 2006).


(20)

8

Pengukuran lendutan pada struktur perkerasan yang digunakan untuk melakukan analisis struktural untuk tujuan dari desain rehabilitasi serta pemantauan dari jaringan trotoar. Peralatan yang lebih tua seperti benkelman beam digunakan secara luas dalam hubungan empiris masa lalu dan berbagai dikembangkan untuk analisis dan desain overlay oleh organisasi seperti shell, institut aspal, dan TRRL (Jordaan, 1988).

Menurut Rosyidi, dkk. (2006), terdapat beberapa keuntungan menggunakan alat fwd untuk sistem manajemen jalan, yaitu:

1. Dapat menampilkan kinerja perkerasan secara menyeluruh dengan memberikan nilai modulus setiap lapisan struktur perkerasan jalan,

2. Peralatan fwd dioperasikan dengan mudah dan memberikan hasil pengukuran yang tepat serta ketelitian yang tinggi,

3. Beban pelat dan ketinggian jatuh yang dapat diukur, dengan demikian intensitas beban yang direpresentasikan sebagai beban kendaraan dapat disesuaikan untuk kondisi di indonesia (8,16 ton).

Perencanaan tebal lapis tambah (overlay) perkerasan lentur terkini menggunakan metode yang membutuhkan data lendutan permukaan. Untuk menghitung tebal lapis tambah (overlay) yang dibutuhkan pada penelitian ini menggunakan metode FWD. Pada penghitungan perencanaan tebal lapis tambah (overlay) dilakukan dengan menggunakan sebuah program pada visual basic of application (vba) pada excel.

Menurut Kusrini (2007), “visual basic adalah salah satu bahasa pemograman komputer”. Bahasa pemograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual basic merupakan salah satu development tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer khususnya yang menggunakan sistem operasi windows.

Vba memang secara otomatis menangani semua data secara detail, yang membuat kita menjadi nyaman dalam melakukan pemrograman. Tidak


(21)

9

semua bahasa pemrograman memberikan kenyamanan seperti ini. Misalnya, ada bahasa pemrograman yang semata-mata hanya mengetik saja, sehingga seorang pemrogram harus secara eksplisit mendefinisikan secara operasional tipe data untuk setiap variabel yang digunakan (walkenbach, 2007).

Oleh karena itu penelitian ini berjudul tentang “pembangunan perangkat lunak perencanaan tebal lapis perkerasan tambahan metode falling weight deflectometer (fwd) menggunakan aplikasi vba-excel” yang bertujuan agar dapat mempermudah dan mempercepat pada saat proses perhitungan analisis data.

B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa hasil dari penelitian terdahulu tentang karakteristik perencanaan tebal lapis tambah dengan metode falling weight deflectometer serta pembangunan perangkat lunak menggunakan aplikasi vba-excel:

1. Kosasih, (2007) melakukan penelitian mengenai “modifikasi metoda aashto’93 dalam disain tebal lapisan tambahan untuk model struktur sistem 3-lapisan” yang bertujuan untuk memperhitungkan modulus perkerasan yang diperoleh dari model struktur sistem 3-lapisan dengan menggunakan program backcalc dalam disain tebal lapisan tambahan, dan secara khusus meneliti pengaruh dari variasi temperatur perkerasan dalam sehari dan variasi beban survai lendutan fwd terhadap modulus perkerasan dan terhadap disain tebal lapisan tambahan. Hasil analisis sebagai berikut: a. Proses disain tebal lapisan tambahan menurut metoda aashto’93 dengan cara non-destructive deflection test dapat diaplikasikan untuk struktur perkerasan yang dimodelkan sebagai sistem 3-lapisan setelah diadakan beberapa modifikasi pada rumus dasar yang digunakan. Hasil disain tebal lapisan tambahan yang diperoleh cenderung lebih tipis. Namun demikian, verifikasi lapangan dan/atau kajian lanjutan untuk membandingkannya dengan standar disain lain disarankan untuk dilakukan.


(22)

10

b. Temperatur perkerasan sangat mempengaruhi modulus lapisan perkerasan yang dihasilkan dari proses back calculation. aktor koreksi temperatur menurut metoda aashto’93 terhadap suhu standar 20 c pada dasarnya dapat digunakan untuk kondisi data lendutan di indonesia. Yang terpenting adalah pengukuran temperatur udara dan temperatur permukaan perkerasan harus selalu diusahakan untuk dilakukan secara teliti di setiap titik survai lendutan fwd. Selain itu, penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menurunkan rumus konversi dari temperatur permukaan perkerasan ke temperatur perkerasan rata-rata yang memperhitungkan fungsi loop antara data lendutan dan data temperatur permukaan perkerasan.

2. Silaban, (2008) melakukan penelitian mengenai “program visual basic v 6.0 untuk perencanaan balok dan kolom ” dengan tujuan untuk memperoleh perhitungan luas tulangan, mendapatkan diameter tulangan dan jaraknya, memperoleh dimensi serta meminimalkan kesalahan pada saat perhitungan dilakukan. Hasil analisis sebagai berikut:

a. Tulangan memanjang yang diperlukan hasil hitungan dan komputer sama. Gaya geser tidak mempengaruhi tulangan memanjang. Tulangan transversal yang diperlukan dari hitungan manual adalah ϕ8-216 sedangkan hasul hitungan komputer adalah ϕ8-207, perbedaan tersebut diakibatkan jumlah tulangan yang dipergunakan menghitung berbeda.


(23)

11

Gambar 2.2 hasil tampilan program Sumber: Silaban, 2008


(24)

12 BAB III LANDASAN TEORI

A. Falling Weight Deflectometer (FWD)

Menurut Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan Pd. T-05-2005-B, tebal lapis tambah (overlay) merupakan lapis perkerasan tambahan yang dipasang di atas konstruksi perkerasan yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan struktur perkerasan yang ada agar dapat melayani lalu lintas yang direncanakan selama kurun waktu yang akan datang. Falling Weight Deflectometer (FWD) merupakan peralatan uji lapangan untuk perkerasan jalan yang telah lama digunakan di berbagai negara, alat untuk mengukur lendutan langsung perkerasan yang menggambarkan kekuatan struktur perkerasan jalan.

Gambar 3.1 Rangkaian alat Falling Weight Deflectometer (FWD) Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2005


(25)

13

B. Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Pd T-05-2005-B 1. Analisa Lalu Lintas

a. Jumlah Lajur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan, yang menampung lalu-lintas terbesar.

Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur

L < 4,50 m

4,50 m ≤ L < 8,00 m 8,00 m ≤ L < 11,25 m 11,25 m ≤ L < 15,00 m 15,00 m ≤ L < 18,75 m 18,75 m ≤ L < 22,50 m

1 2 3 4 5 6 Sumber : Bina Marga, 2005 (Pd T-05-2005-B)

Gambar 3.2 Alat Falling Weight Deflectometer (FWD) Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2005


(26)

14

Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada lajur rencana ditentukan Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Koefisien distribusi kendaraan (C)

Jumlah Lajur Kendaraan ringan* Kendaraan berat**

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 2 3 4 5 6 1,00 0,60 0,40 - - - 1,00 0,50 0,40 0,30 0,25 0,20 1,00 0,70 0,50 - - - 1,00 0,50 0,475 0,45 0,425 0,40 Sumber : Bina Marga, 2005 (Pd T-05-2005-B) Keterangan: *) Mobil Penumpang

**) Truk dan Bus

b. Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan (E)

Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukan menurut persamaan 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4 atau Tabel 3.3

Angka ekivalen STRT = [ n n

, ] ... (3.1)

Angka ekivalen STRG = [ n n

,1 ] ... (3.2)

Angka ekivalen SDRG = [ n n

1 , ] ... (3.3)

Angka ekivalen STrRG= [ n n


(27)

15

Tabel 3.3 Ekivalen beban sumbu kendaraan (E) Beban sumbu

(ton)

Ekivalen beban sumbu kendaraan (E)

STRT STRG SDRG STrRG

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0,00118 0,01882 0,09526 0,30107 0,73503 1,52416 2,82369 4,81709 7,71605 11,76048 17,21852 24,38653 33,58910 45,17905 59,53742 77,07347 98,22469 123,45679 153,26372 188,16764 0,00023 0,00361 0,01827 0,05774 0,14097 0,29231 0,54154 0,92385 1,47982 2,25548 3,30225 4,67697 6,44188 8,66466 11,41838 14,78153 18,83801 23,67715 29,39367 36,08771 0,00003 0,00045 0,00226 0,00714 0,01743 0,03615 0,06698 0,11426 0,18302 0,27895 0,40841 0,57843 0,79671 1,07161 1,41218 1,82813 2,32982 2,92830 3,63530 4,46320 0,00001 0,00014 0,00070 0,00221 0,00539 0,01118 0,02072 0,03535 0,05662 0,08630 0,12635 0,17895 0,24648 0,33153 0,43690 0,56558 0,72079 0,90595 1,12468 1,38081

c. Faktor Umur Rencana Dan Perkembangan Lalu Lintas

Faktor hubungan umur rencana dan perkembangan lalu lintas ditentukan menurut persamaan 3.5 atau Tabel 3.4

N = 1[ 1+� −1

� ]... (3.5)


(28)

16

Tabel 3.4 Faktor hubungan antara umur rencana dengan perkembangan lalu lintas (N)

r(%)

n (tahun) 2 4 5 6 8 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 25 30 1,01 2,04 3,09 4,16 5,26 6,37 7,51 8,67 9,85 11,06 12,29 13,55 14,83 16,13 17,47 24,54 32,35 40,97 1,02 2,08 3,18 4,33 5,52 6,77 8,06 9,40 10,79 12,25 13,76 15,33 16,96 18,66 20,42 30,37 42,48 57,21 1,03 2,10 3,23 4,42 5,66 6,97 8,35 9,79 11,30 12,89 14,56 16,32 18,16 20,09 22,12 33,89 48,92 68,10 1,03 2,12 3,28 4,51 5,81 7,18 8,65 10,19 11,84 13,58 15,42 17,38 19,45 21,65 23,97 37,89 56,51 81,43 1,04 2,16 3,38 4,69 6,10 7,63 9,28 11,06 12,99 15,07 17,31 19,74 22,36 25,18 28,24 47,59 76,03 117,81 1,05 2,21 3,48 4,87 6,41 8,10 9,96 12,01 14,26 16,73 19,46 22,45 25,75 29,37 33,36 60,14 103,26 172,72 Sumber : Bina Marga, 2005 (Pd T-05-2005-B)

d. Akumulasi Ekivalen Beban Sumbu Standar (CESA)

Dalam menentukan akumulasi beban sumbu lalu lintas (CESA) selama umur rencana ditenrukan dengan persamaan 3.6.

CESA = ∑ × × × × ... (3.6) dengan pengertian :

CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar m = jumlah masing-masing jenis kendaraan 365 = jumlah hari dalam satu tahun


(29)

17

E = ekivalen beban sumbu (Tabel 3.3)

C = koefisien distribusi kendaraan (Tabel 3.2)

N = Faktor hubungan umur rencana yang sudah disesuaikan dengan perkembangan lalu lintas (Tabel 3.4)

2. Analisa Lendutan

a. Lendutan dengan Falling Weight Deflectometer

Lendutan yang digunakan dalam lendutan pada pusat beban (df1). Nilai lendutan ini harus dikoreksi dengan faktor muka air tanah (faktor musim) dan koreksi temperatur serta faktor koreksi beban uji (bila beban uji tidak tepat sebesar 4,08 ton). Besarnya lendutan langsung adalah sesuai persamaan 3.1 berikut :

dL = df1× Ft × Ca × FKB-FWD ... (3.7) dengan pengertian :

dL = lendutan langsung (mm)

df1 = lendutan langsung pada pusat beban (mm)

Ft = faktor penyesuaian lendutan terhadap temperatur standar 35°C, yaitu sesuai persamaan 3.8, untuk tebal lapis beraspal (HL) lebih kecil 10 cm dan persamaan 3.9, untuk tebal lapis beraspal (HL) lebih besar atau sama dengan 10 cm atau menggunakan Tabel 3.5 atau Gambar 3.3 (kurva A untuk HL˂ 10cm dan Kurva B untuk HL 10 cm). = 4,184 × TL-0,4025, untuk HL˂ 10cm ... (3.8) = 14,785 × TL-0,7573, untuk HL 10 cm ... (3.9) TL = temperatur lapis beraspal, diperoleh dari hasil pengukuran langsung dilapangan atau dapat diprediksi dari temperatur udara yaitu:

TL = 1/3 (Tp + Tt + Tb) ...(3.10) Tp = temperatur permukaan lapis beraspal


(30)

18

Tb = temperatur bawah lapis beraspal atau dari tabel 3.7 Ca = faktor pengaruh muka air tanah (faktor musim)

= 1,2 ; bila pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau atau muka air tanah rendah

= 0,9 ; bila pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau atau muka air tanah tinggi

FKB-FWD = faktor koreksi beban uji Fallig weigh Deflectometer (FWD)

= 4,08 × (Beban Uji dalam ton)(-1) ... (3.11)

Catatan:

 Kurva A adalah faktor koreksi (Ft) untuk tebal lapis beraspal (HL) kurang dari 10 cm.

 Kurva B adalah faktor koreksi (Ft) untuk tebal lapis beraspal (HL) minimum 10 cm


(31)

19

Tu +Tp (°C) Temperatur (°C)

2,5 cm 5,0 cm 10 cm 15 cm 20 cm 30 cm

45 26,8 25,6 22,8 21,9 20,8 20,1

46 27,4 26,2 23,3 22,4 21,3 20,6

47 28 26,7 23,8 22,9 21,7 21

48 28,6 27,3 24,3 23,4 22,2 21,5

49 29,2 27,8 24,7 23,8 22,7 21,9

50 29,8 28,4 25,2 24,3 23,1 22,4

51 30,4 28,9 25,7 24,8 23,6 22,8

52 30,9 29,5 26,2 25,3 24 23,3

53 31,5 30 26,7 25,7 24,5 23,7

54 32,1 30,6 27,1 26,2 25 24,2

55 32,7 31,2 27,6 26,7 25,4 24,6

56 33,3 31,7 28,1 27,2 25,9 25,1

57 33,9 32,3 28,6 27,6 26,3 25,5

58 34,5 32,8 29,1 28,1 26,8 26

59 35,1 33,4 29,6 28,6 27,2 26,4

60 35,7 33,9 30 29,1 27,7 26,9

61 36,3 34,5 30,5 29,5 28,2 27,3

62 36,9 35,1 31 30 28,6 27,8

63 37,5 35,6 31,5 30,5 29,1 28,2

64 38,1 36,2 32 31 29,5 28,7

65 38,7 36,7 32,5 31,4 30 29,1

66 39,3 37,3 32,9 31,9 30,5 29,6

67 39,9 37,8 33,4 32,4 30,9 30

68 40,5 38,4 33,9 32,9 31,4 30,5

69 41,1 39 34,4 33,3 31,8 30,9

70 41,7 39,5 34,9 33,8 32,2 31,4

71 42,2 40,1 35,4 34,3 32,7 31,8

72 42,8 40,6 35,8 34,8 33,2 32,3

73 43,4 41,2 36,3 35,2 33,7 32,8

74 44 41,7 36,8 35,7 34,1 33,2

75 44,6 42,3 37,3 36,2 34,6 33,7

76 45,2 42,9 37,8 36,7 35 34,1

77 45,8 43,4 38,3 37,1 35,5 34,6

78 46,4 44 38,7 37,6 36 35

79 47 44,5 39,2 38,1 36,4 35,5

80 47,6 45,1 39,7 38,6 36,9 35,9

81 48,2 45,6 40,2 39 37,3 36,4

82 48,8 46,2 40,7 39,5 37,8 36,8

83 49,4 46,8 41,2 40 38,3 37,3

84 50 47,3 41,6 40,5 38,7 37,7

85 50,6 47,9 42,1 40,9 39,2 38,2

Tabel 3.5 Temperatur tengah (Tt) dan bawah ( Tb) lapis beraspal berdasarkan data temperatur udara (Tu) dan temperatur permukaan (Tp)


(32)

20

b. Keseragaman Lendutan

Perhitungan tebal lapis tambah dapat dilakukan pada setiap titik pengujian atau berdasarkan panjang segmen (saksi). Untuk menentukan faktor keseragaman lendutan adalah dengan menggunakan persamaan 3.12 sebagai berikut:

FK =

d × 100% < FK ijin ... (3.12)

dengan pengertian:

FK = faktor keseragaman

FK ijin = faktor keseragaman yang diijinkan = 0% - 10% ; keseragaman sangat baik = 11% - 20% ; keseragaman baik = 21% - 30% ; keseragaman cukup baik dR = lendutan rata-rata pada suatu seksi jalan ∑ dns

ns ... ... (3.13) s = deviasi standar = simpangan baku

= √ (∑

)− (∑ )

−1 ... (3.14)

d = nilai lendutan balik (dB) atau lendutan langsung (dL) tiap titik pemeriksaan pada suatu seksi jalan

ns = jumlah titik pemeriksaan pada suatu seksi jalan. c. Lendutan Wakil

Untuk menentukan besarnya lendutan yang mewakili suatu sub ruas jalan harus disesuaikan dengan fungsi/kelas jalan yaitu:

Dwakil = dR + 2 s ; untuk jalan arteri/tol ... (3.15) Dwakil = dR + 1,64 s ; untuk jalan kolektor ... (3.16) Dwakil = dR + 1,28 s ; untuk jalan lokal ... (3.17) dengan pengertian:


(33)

21

dR = lendutan rata-rata pada suatu seksi jalan sesuai persamaan 3.13

s = deviasi standar sesuai persamaan 3.14

Pada perencanaan tebal lapis tambahan perkerasan lentur ini memiliki tiga jenis jalan berdasarkan fungsinya menurut Sukirman (1999), yaitu:

1) Jalan Arteri/tol adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

2) Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi

3) Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Ledutan Rencana/Ijin

Untuk lendutan FWD menggunakan persamaan sebagai berikut: Drencana = 17,004 × CESA(-0,2307) ... (3.18) dengan pengertian:

Drencana = lendutan rencana, dalam satuan milimeter

CESA =akumulasi ekivalen beban sumbu standar dalam satuan ESA

3. Tebal Lapis Tambah (Overlay)

Untuk menentukan tebal lapis tambah (Ho) dapat menggunkan rumus sebagai berikut:

Ho = n 1, + n − n n n

, ... (3.19)


(34)

22

Ho = tebal lapis tambah sebelum dikoreksi temperatur rata-rata tahunan daerah tertentu dalam satuan centimeter (cm).

Dwakil = lendutan sebelum lapis tambah/Dwakil dalam satuan milimeter (mm).

Drencana= lendutan setelah lapis tambah atau lendutan rencana dalam satuan milimeter (mm).

a. Tebal Lapis Tambah (Overlay) Terkoreksi

Untuk menentukan tebal lapis tambah terkoreksi (Ht) menggunakan persamaan sebagai berikut:

Ht = Ho × Fo ... (3.20) dengan pengertian:

Ht = tebal lapis tambah Laston setelah dikoreksi dengan temperatur rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan centimeter.

Ho =tebal lapis tambahan Lastos sebelum dikoreksi temperatur rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan centimeter.

Fo = faktor koreksi tebal lapis tambah sesua pada persamaan 3.21

b. Faktor Koreksi Tebal Lapis Tambah

Tebal lapis tambah (overlay) yang diperoleh berdasarkan temperatur standar 35°C, maka untuk masig-masing daerah perlu dikoreksi karena memiliki temperatur perkerasan rata-rata tahunan (TPRT) yang berbeda. Untuk menentukan faktor koreksi pada tebal lapis tambah menggunakan persamaan 3.21 berikut:

Fo = 0,5032 × EXP(0,0194 x TPRT) ... (3.21) dengan pengertian:


(35)

23

TPRT =temperatur perkerasan rata-rata tahunan untuk daerah/kota tertentu Tabel A1 pada Lampiran A)

Gambar 3.4 Faktor koreksi tebal lapis tambah (Fo) terhadap TPRT

c. Jenis Lapis Tambah

Pada perencanaan tebal lapis tambahan perkerasan lentur ini memiliki tiga jenis lapisan yang digunakan yaitu:

1) Laston Modifikasi merupakan lapisan aspal yang dimodifikasi haruslah jenis Asbuton, dan elastomerik latex atau sintetis memenuhi ketentuan-ketentuan Tabel 3.6. Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2005


(36)

24

Tabel 3.6 Ketentuan-ketentuan untuk aspla keras

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian

Tipe I Aspal

Pen.60-70

Tipe II Aspal yang Dimodifikasi

A B

Aston yang diproses

Elastometer Sintetis 1 Penetrasi pada 25° C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 min. 50 Min. 40 2 Viskositas Dinamis 60° C (Pa.s) SNI 06-6411-2000 160-240 240-360 320-480 3 Viskositas Kinematis 135° C (cSt) SNI 06-6411-2000 ≥ 300 385-2000 ≤ 3000

4 Titik lembek (°C) SNI 2434-2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54

5 Daktilitas pada 25°C, (cm) SNI 2434-2011 ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100

6 Titik Nyala (°C) SNI 2434-2011 ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232

7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T 144-03 ≥ 99 ≥ 90(1) ≥99

8 Berat Jenis SNI 2441 2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥1,0

9 Stabilo\itas Penyimpanan: Perbedaan Titik Lembek (°C)

ASTM D 5976 part

6.1 - ≤ 2,2 ≤ 2,2

10 Partikel yang lebih halus dari 150

micron (µm) (%) Min. 95

(1) -

Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002)

11 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2456-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8

12 Viskositas Dinamis 60° (Pa.s) SNI 03-6441-2000 ≤ 800 ≤ 1200 ≤ 1600 13 Penetrasi pada 25° C (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54

14 Daktilitas pada 25° C (cm) SNI 2432 2011 ≥ 100 ≥ 50 ≥ 25

15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - ≥ 60 Sumber : Spesifikasi Umum Bina marga, 2010 (Revisi 3)

Proses pembuatan aspal modifikasi dilapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuatan aspal modifikasi dan pabrik pembuatannya menyediakan instalasi pencampuran yang setara dengan yang digunakan di pabrik asalnya.

2) Laston kepanjangan dari Lapis Aspal Beton yang selanjutnya disebut AC. Terdiri dari tiga jenis canpuran


(37)

25

yaitu AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis antar (AC-Binder Course, AC-BC0 dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimosifikasi dengan alam disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

3) Lataston merupakan kepanjang dariLapis Tipis Aspal Beton yang selanjutnya disebut HRS. Terdiri dari dua jenis campuran HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimal agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai propersi fraksi agregat kasar lebih besar dari pada HRS-WC.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah:

i) Gradasi yang benar-benar senjang.

Agar diperoleh gradasi yang benar-benar senjang, maka selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.

ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang ditunjukan dalam Spesifikasi ini.

Laston bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi senjang hanya boleh digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.


(38)

26

Jika jenis atau sifat campuran (bahan perkerasan jalan) yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan, maka tebal lapis tambahan harus dikoreksi dengan faktor koreksi tebal lapis tambahan penyesuaian (FKTBL) sesuai persamaan 3.22 atau tabel 3.6.

(FKTBL) = 12,51 × MR(-0.333) ... (3.22) dengan pengertian:

(FKTBL) = faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian MR = Modulus Resilien (MPa)

Tabel 3.7 Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL)

Jenis Lapisan

Modulus Resilien, MR

(MPa)

Stabilitas Marshall

(kg)

FKTBL

Laston Modifikasi 3000 min. 1000 0,85

Laston 2000 min. 800 1,00

Lataston 1000 min. 800 1,23

C. Program Visual Basic Application (VBA) Excel

Sejak tahun 1993, Excel telah memiliki bahasa pemrograman Visual Basic for Applications (VBA), yang dapat menambahkan kemampuan Excel untuk melakukan automatisasi di dalam Excel dan juga menambahkan fungsi-fungsi yang dapat didefinisikan oleh pengguna (user-defined functions/UDF) untuk digunakan di dalam worksheet. Selain itu, Excel juga dapat merekam semua yang dilakukan oleh pengguna untuk menjadi (macro), sehingga mampu melakukan automatisasi beberapa tugas. VBA juga mengizinkan pembuatan form dan kontrol yang terdapat di dalam worksheet untuk dapat berkomunikasi dengan penggunanya.


(39)

27

Secara umum Visual Basic of Application (VBA) Microsoft Excel dapat diartikan sebagai program yang berisi rangkaian perintah untuk mengatur beberapa aspek pada Excel sehingga pekerjaan dapat menjadi lebih efektif dan efesien. Sesungguhnya VBA tidak hanya digunakan untuk Microsoft Excel, tetapi juga digunakan oleh beberapa produk Microsoft lainnya seperti Microsoft Word, Microsoft Acces dan Microsoft Power Point.

Adapun komponen-komponen untuk membangun VBA pada Excel diantaranya sebagai berikut:

1. Visual Basic Editor atau Excel VBA Integrated Development Environment (IDE) adalah lingkungan tempat program VBA excel dibuat lingkungan kerja visual basic edditor.

2. ToolBox Control merupakan objek dalam useform atau worksheet yang dapat dimanipulasi, seperti command button, text box, check box, combo box, list box, label dan option button.

3. Property merupakan karakteristik suatu objek seperti scrollarea, font, dan name.

4. UserForm merupakan lembar kerja yang berisi kontrol dan intruksi VBA untuk memanipulasi antar muka pengguna (user interface). 5. Function dan Macro. Untuk fuction adalah salah satu tipe VBA macro

yang memiliki return value. Sedangkan macro sekumpulan instruksi dalam VBA yang dijalankan secara otomatis.


(40)

27 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Bagan Alir (Flowchart) Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengerjaan hitungan menentukan tebal lapis tambahan. Penelitian dilakukan dengan membangun perangkat lunak VBA excel dan data yang digunakan berasal dari pengujian dengan alat Falling Weight Deflectometer (FWD). Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram alir tahapan penelitian Mulai

Tinjauan Pustaka

Menentukan flowchart perhitungan FWD

Penulisan rumus data VBA:

Nilai CESA, Kelas jalan, Tebal lapis beraspal, Musim (hujan atau kemarau), Sta. Pengujian, Tegangan, Beban uji, Nilai lendutan (dF1, dF2, dF3, dF4, dF5,

dF6 dan dF7), Temperatur (Tu dan Tp)

Menyusun Tampilan Pemprograman

B A


(41)

28

B. Lokasi Penelitian

Untuk lokasi yang dilakukan di ruas jalan batas Tanjung Jabung Barat 83+500 sampai SP Tuan 48+500. Pada lokasi batas Tanjung Jabung Barat (Tanjab) yaitu pada daerah Jambi dan sampai SP Tuan yaitu daerah Palembang. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat Falling Weight Deflectometer (FWD).

Gambar 4.2 Lanjutan Tampilan hasil perangkat lunak

Selesai Validasi Data

dan Program

Pengujian FWD dari Data real Simulasi data

Cek hasil dengan perhitungan

OK

A A


(42)

29

C. Teknik Pengumpulan Data Lendutan FWD

FWD Adalah alat pengujian bersifat non-destructive digunakan untuk pengujian structural digunakan pada perkerasan lentur, kaku dan komposit. Pengujian FWD bertujuan menentukan kapasitas struktural dari struktur perkerasan, kekuatan tanah dasar, dan memperkirakan kemampuan transfer beban pada sambungan di perkerasan kaku dan komposit.

Tata cara pengumpulan data lendutan perkerasan jalan dari alat FWD dijelaskan sebagai berikut.

1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian FWD dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pelat Beban

Pembebanan dilakukan menggunakan sistem hidraulik pada perangkat mekanik FWD. Besarnya beban yang digunakan selama pengujian berkisar 30-50 KN dengan rentang waktu pembebanan pada permukaan jalan antara 25 – 30 msec (milidetik). Beban dijatuhkan di atas pelat beban dengan ukuran diameter 150 mm. Pelat ini diletakan tepat diatas titik perkerasan jalan yang diuji.

b. Sensor

Sensor atau bisa disebut geophone dengan frekuensi natural sebesar 4,7 Hz pada alat FWD, berguna untuk mengukur besarnya lendutan yang terjadi pada permukaan perkerasan jalan sebagai respon perkerasan akibat dari beban yang diberikan. Geophone sering juga disebut sebagai deflector yang merupakan sensor untuk mencatat lendutan yang terjadi ketika dilakukan pengujian. Geophone merupakan sensor elektronik yang menerjemahkan dynamic velocity menjadi tegangan listrik, berdasarkan prinsip induksi magnet, alat ini mengubah vibrasi menjadi sinyal listrik analog. Proses transfer dari data geophone menjadi data lendutan memerlukan perhitungan seismik yang cukup rumit. Geophone ini diletakan pada jarak yang berbeda yautu 0, 200, 300, 450, 600, 900 dan 1500 mm dari pusat


(43)

30

pelat beban yang digunakan. Untuk merubah data seismik yang dihasilkan ketika melakukan pengujian dengan FWD menjadi nilai lendutan, maka diperlukan fungsi transfer yang melibatkan perhitungan-perhitungan seismik yang cukup rumit.

c. Load cell : merupakan sensor yang mencatat besarnya beban yang diaplikasikan. Load cell berfungsi untuk mengukur beban yang akan diaplikasikan, dimana di dalamnya terdapat strain gauge. Dengan mengukur regangan pada lempengan blok besi maka beban yang diaplikasikan dapat dihitung.

d. DMI/Odometer : merupakan sensor yang dibutuhkan untuk mencatat jarak yang telah ditempuh ketika melakukan pengujian.

e. Sensor temperatur: sensor ini terdiri atas 3 buah sensor yang mencatat temperatur udara, temperatur permukaan dan temperatur perkerasan. f. Optional: GPS+Kamera

2. Mekanisme Pengujian FWD

Untuk perhitungan kekuatan struktur perkerasan dari data lendutan FWD menggunakan teori-teori Boussinesq dan Burminster. Pada prinsipnya, alat FWD memberikan beban implus terhadap struktur perkerasan khususnya perkerasan lentur melalui pelat beban berbentuk sirkulasi (bundar) yang dimodelkan dapat memberikan efek yang sama seperti beban roda kendaraan (Darsana dkk., 1994). Sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan alat FWD, dilakukan kalibrasi alat yaitu pada:

a. Load cell : untuk alat load cell kalibrasi dilakukan di pabrik

b. Geophone : dikalibrasi sampai didapatkan nilai 400 – 600 mikron. Relative Calibration: untuk memastikan fungsi dan akurasi sensor geophone bekerja dengan baik, seluruh geophone harus menghasilkan output yang sama pada posisi dan lokasi yang sama.


(44)

31

c. Refference Calibration: Untuk memastikan akurasi sensor geophone yang dibandingkan dengan alat kalibrasi acuan

d. DMI (Distance Meaasurement Index) : kalibrasi dengan jarak yang ditentukan (standar 500 m – 1 km)

e. Temperature Sensor Calibration

Pelat sirkular diletakan diatas permukaanperkerasan yang akan diukur. Kemudian pelat dijatuhkan diatas pelat sehingga menyebabkan beban impuls yang akan memberikan respon lendutan pada struktur perkerasan. Respon lendutan tersebut direkam oleh tujuh buat sensor geophone. Ketika beban dijatuhkan, secara keseluruhan lendutan akan membentuk suatu cekung (deflection bowl). Pengambilan data sebagai berikut:

a. Network Level: interval 100 – 500 m, pada jejak roda luar untuk perkerasan lentur, dan tengah slab untuk perkerasan kaku (min. 10 % dari jumlah slab dilakukan pengujian pada sambungan).

b. General Project Level: interval 50 – 200 m, pada jejak roda luar untuk perkerasan lentur, dan tengah slab untuk perkerasan kaku (min. 25 % dari jumlah slab dilakukan pengujian pada sambungan).

c. Detail Project Level: interval 10 – 100 m, dapat dilakukan pada kedua jejak roda untuk perkerasan lentur, dan tengah slab untuk perkerasan kaku yang diikuti dengan pengujian pada sambungan atau retak pada jejak roda luar ataupun corner slab, pengujian di sambungan dilakukan untuk semua slab).

Adapun jenis-jenis pengujian dengan alat Falling weight Deflectometer (FWD) sebagai berikut:

a. Basin Testing: Evaluasi kekuatan struktural dari struktur perkerasan dan tanah dasar (Fleksibel, Rigid & Komposit)

b. Joint Testing: Mengetahui kinerja (load transfer) pada sambungan serta void detection (Rigid & Komposit)

c. Corner Testing: Mengetahui kinerja (load transfer) pada sudut slab (corner) serta void detection (Rigid).


(45)

32

D. Teknik Analisis Data

Untuk menjalankan aplikasi Visual Basic for Applications (VBA) pada Microsoft Excel kita memerlukan menu developer. Jika belum tersedia maka terlebih dahulu kita harus mengaktifkannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Klik menu office button, pilih Excel Options 2. Akan ditampilkan jendela Excel Option

3. Pada kategori popular, beri tanda centang pada Show Developer tab in the Ribbon, lalu klik tombol OK.

Kemudian setelah menu developer aktif kita dapat melanjutkan untuk membangunan perangkat lunak perencanaan tebal lapis tambah sesusai rumus yang ada. Untuk langkah-langkahnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

A

Gambar 4.3 Tahapan pengerjaan perangkat lunak perhitungan di VBA excel A

Mulai

Mengaktifkan menu developer pada Microsoft Excel

Membuka aplikasi VBA yang terdapat pada Microsoft Excel

Desain tampilan :

 Input data

 Penyelesaian


(46)

33

Proses penyelesai : 1. Koreksi nilai lendutan

a. Nilai Tt dan Tb didapat dari nilai Tu+Tp b. Nilai TL =

1

3 × (Tp + Tt + Tb)

c. Nilai Ft , Ft = 4,184 × TL-0,4025 untuk HL < 10 cm

Ft = 14,785 × TL-0,7573 untuk HL≥ 10 cm

d. FKB-FWD = 4,08 × (Beban uji dalam ton)(-1) e. Lendutan terkoreksi,

dL = df1× Ft × Ca × FKB-FWD f. Lendutan rata-rata,

dR = (∑lendutanterkoreksi / ∑titik) g. Deviasi standart, s = ns ∑ dns − ∑ d ns

ns ns−1

2. Keseragaman lendutan, FK = s/dR × 100% 3. Dwakil atau Dsbl ov = dR + 2s (jalan ateri) ,

Dwakil = dR + 1,64s (jalan kolektor), Dwakil = dR + 1,28s (jalan lokal)

4. Drencana atau Dstl ov = 17,004 × CESA-0,2307

5. Tebal lapis tambah, Ho = Ln 1,0364 + Ln Dwakil − Ln Drencana 0,0597

6. Koreksi tebal lapis tambah, (Fo) = 0,5032 × EXP(0,0194xTPRT)

7. Tebal lapis tambah koreksi, Ht = Ho × Fo

Jika jenis atau campuran tidak sesuai ketentuan, maka harus dikoreksi dengan FKTBL,

FKTBL = 12,51 × Mr-0,333

Ht = Ho × FKTBL

Selesai

Tidak Ya

Form berisi :

nilai tebal lapis tambah dan gambar lapis permukaan Output:

- Lokasi -Sta. -Tanggal -Penguji -Pelaksanaan pengujian -Umur rencana -CESA -Lendutan wakil -Lendutan rencana -Ho -Ht

 Lokasi pengujian

 Nilai CESA

 Kelas jalan

 Tebal lapis beraspal

 Musim (hujan atau kemarau)

 Sta. Pengujian

 Beban uji

 Nilai lendutan (df1, df2, df3, df4, df5,df6 dan df7)

 Temperatur (Tu dan Tp) Nilai CESA :

∑�� �

��� ���−���� �� ×

365×E×C×N

TPRT : Dilihat pada Tabel A1 (lampiran A) sesuai lokasi Pengkodean (Coding) Proses running (Validasi) Simulator A


(47)

34

1. Membuat Form Input Data

Langkah awal : Klik Insert User Form Klik pada menu toolbox seperti label, textbox, option bottom, frame untuk membuat tampilan yang diinginkan. Edit penamaan untuk form. (Terlihat pada Gambar 4.6). Hasil input data dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Awal pembuatan form Insert userform


(48)

35

Gambar 4.7 Tampilan hasil form masukkan data

Langkah kedua : Pemasukkan kode pada tombol oke dan tombol tutup agar dapat menjalankan perintah program. Caranya : Klik double tombol oke atau tombol tutup Coding (Lampiran C).

2. Membuat Form Hapus

Caranya sama dengan membuat form masukkan data yaitu menggunakan menu insert userform dan toolbox untuk bentuk yang dinginkan (terlihat pada Gambar 4.8).


(49)

36

Untuk pengkodean (pada Lampiran C) dapat dimasukkan pada tombol tutup dengan cara mengklik double tombol tutup.

3. Membuat Menu Utama

Tampilan dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan. Untuk pembuatan tombol seperti input data, hapus, penyelesaian dapat menggunkan bentuk-bentuk yang terdapat pada menu shapes. Gambar menu utama dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Menu utama program 4. Membuat Submenu Input Data

Fungsinya agar ketika diklik tombol input data maka akan muncul tampilan form masukkan data. Caranya : klik kanan tombol input data klik assign macro tulis nama modul (masukkan data) pada macro name sesuai keinginan klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.10 dan pengkodean (Lampiran C) dapat dimasukkan ke dalam modul.


(50)

37

Gambar 4.10 Tampilan Submenu input data 5. Membuat Modul Hapus

Caranya : klik kanan pada tombol hapus klik assign macro tulis nama modul (hapus_data) pada macro name sesuai keinginan klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.11 dan pengkodean (terlampir) dapat dimasukkan ke dalam modul.


(51)

38

6. Membuat Modul Penyelesaian

Caranya sama seperti modul input data maupun hapus yaitu : klik kanan tombol penyelesaian klik assign macro tulis nama modul (penyelesaian) pada macro name sesuai keinginan klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.12 dan pengkodean (terlampir) dapat dimasukkan ke dalam modul.

Gambar 4.12 Tampilan modul penyelesaian

Untuk tampilan hasil pada penyelesaian dapat dilihat pada Gambar 4.13


(52)

39

7. Membuat Modul Back to Data

Caranya : klik kanan tombol back to data klik assign macro tulis nama modul (pada macro name) klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.14 dan pengkodean (terlampir) dapat dimasukkan ke dalam modul.

Gambar 4.14 Tampilan modul back to data

8. Membuat Modul Next Hasil

Caranya : klik kanan tombol back to data klik assign macro tulis nama modul (pada macro name) klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.15 dan pengkodean (terlampir) dapat dimasukkan ke dalam modul. Dan pada modul ini juga dimasukkan coding (terlampir) untuk menghasilkan nilai yang akan disajikan pada hasil akhir.


(53)

40

Gambar 4.15 Tampilan modul next hasil

9. Membuat Tampilan Hasil Output dan Modul Print

Pada tampilan akhir dapat kita buat sebuah form yang berisi tentang data-data dari hasil penyelesaian. Dan disajikan juga dalam bentuk sketch gambar untuk lapisan perkerasannya. Untuk tampilan dapat dilihat pada Gambar 4.16.


(54)

41

Gambar 4.16 Tampilan hasil output

Untuk pembuatan modul print yang fungsinya ketika diklik maka hasil output dapat langsung dicetak. Caranya : klik kanan tombol back to data klik assign macro tulis nama modul (cetak_data) pada macro name sesuai keinginan klik OK maka akan muncul seperti Gambar 4.17 dan pengkodean (pada Lampiran C) dapat dimasukkan ke dalam modul.

Lokasi :

Sta. :

Pelaksanaan Pengujian :

Tanggal :

Penguji :

Umur Rencana = 5

CESA = 30000000 Lendutan Wakil = 0,596103

Ho = 0,320316

Ht = 11,00264

9,569134

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK

9,569134 cm

15 cm

30 cm FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD)

HASIL PERHITUNGAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN

RINGKASAN

-Kemarau

83+500 s/d 48+500

Pusat Litbang

Batas Tanjung Jabung Barat - SP Tuan


(55)

42

Gambar 4.17 Tampilan modul print

Sebelum digunakan program tersebut diuji terlebih dahulu dengan data simulasi (terlampir). Tujuannya untuk mengetahui apakah hasil yang akan diproses nanti sudah benar dengan hasil ketika menghitung dengan hitungan manual sehingga program dapat digunakan.

Setelah program oke maka dicek lagi dengan data yang real atau data yang didapat langsung dari pengujian dilapangan. Program akan menjalankan sesuai perintah dan hasil akan keluar secara otomatis.


(56)

44 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data

Data sekunder pada penelitian ini di dapat dari pengujian Litbang yang sudah ada. Data pengujian FWD (Falling Weight Deflectometer) ini pada ruas jalan batas Tanjung Jabung Barat sampai SP Tuan. Pengujian dilakukan sekitar 35 km dan jarak antar pengujian sekitar 500 m. Data dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Data Sekunder Pengujian FWD

dF1 dF2 dF3 dF4 dF5 dF6 dF7 Tu Tp Tt Tb

83.500 4,02 566 0,626 0,42 0,328 0,201 0,142 0,091 0,054 51 42 15 30

82.500 4,07 574 0,447 0,326 0,271 0,193 0,149 0,096 0,053 51 42 15 30

81.500 4,09 577 0,3 0,186 0,153 0,111 0,089 0,062 0,049 51 42 15 30

80.500 4,03 568 0,412 0,272 0,226 0,142 0,101 0,066 0,038 51 42 15 30

79.500 4,02 567 0,32 0,214 0,192 0,139 0,114 0,083 0,046 51 42 15 30

78.500 4,02 567 0,241 0,156 0,144 0,117 0,101 0,069 0,038 51 39 15 30

77.500 4,03 568 0,316 0,205 0,181 0,144 0,118 0,081 0,059 51 39 15 30

76.500 4,02 566 0,343 0,228 0,203 0,153 0,122 0,081 0,046 51 39 15 30

75.500 4,11 580 0,416 0,295 0,261 0,195 0,154 0,094 0,045 51 39 15 30

74.500 4,1 578 0,357 0,241 0,213 0,162 0,133 0,089 0,048 51 39 15 30

73.500 4,04 570 0,379 0,262 0,225 0,159 0,12 0,066 0,029 51 39 15 30

72.500 4,05 571 0,325 0,2 0,173 0,131 0,107 0,074 0,046 51 39 15 30

71.500 4,04 570 0,436 0,352 0,298 0,2 0,141 0,074 0,04 51 39 15 30

70.500 4,01 565 0,424 0,299 0,249 0,173 0,125 0,066 0,028 51 39 15 30

69.500 4,02 566 0,316 0,217 0,198 0,132 0,109 0,072 0,033 51 39 15 30

68.500 4,07 574 0,47 0,33 0,289 0,199 0,151 0,094 0,039 51 39 15 30

67.500 4,09 576 0,235 0,167 0,139 0,114 0,095 0,06 0,034 51 39 15 30

66.500 4,07 574 0,423 0,301 0,262 0,199 0,157 0,103 0,061 51 39 15 30

65.500 4,04 569 0,503 0,326 0,272 0,183 0,136 0,079 0,043 51 39 15 30

64.500 4,13 583 0,312 0,223 0,194 0,139 0,107 0,069 0,037 51 39 15 30

63.500 4,07 574 0,308 0,199 0,172 0,117 0,093 0,06 0,033 51 39 15 30

62.500 4,06 572 0,271 0,166 0,145 0,102 0,081 0,053 0,032 51 39 15 30

61.500 4,02 567 0,253 0,173 0,154 0,124 0,104 0,074 0,043 51 39 15 30

60.500 4,03 568 0,2 0,106 0,095 0,08 0,073 0,057 0,034 51 39 15 30

59.500 4,07 573 0,166 0,095 0,089 0,08 0,07 0,058 0,039 51 39 15 30

58.500 4,07 574 0,189 0,122 0,109 0,084 0,069 0,047 0,028 51 39 15 30

57.500 4,05 571 0,275 0,186 0,166 0,128 0,107 0,071 0,037 51 39 15 30

56.500 4,02 566 0,553 0,357 0,282 0,179 0,125 0,073 0,041 51 39 15 30

55.500 4,11 580 0,206 0,137 0,125 0,104 0,091 0,07 0,044 51 39 15 30

54.500 4,02 567 0,237 0,153 0,135 0,108 0,091 0,065 0,038 51 39 15 30

53.500 4,04 570 0,476 0,336 0,291 0,205 0,154 0,088 0,035 51 39 15 30

52.500 4,11 579 0,215 0,141 0,121 0,091 0,076 0,05 0,029 51 39 15 30

51.500 4,07 573 0,276 0,176 0,154 0,115 0,089 0,06 0,044 51 39 15 30

50.500 4,08 575 0,288 0,177 0,146 0,1 0,074 0,05 0,03 51 39 15 30

49.500 4 573 0,156 0,106 0,099 0,084 0,071 0,054 0,031 51 39 15 30

48.500 4,04 570 0,248 0,165 0,149 0,123 0,105 0,076 0,048 51 39 15 30

Ketebalan (cm) Sta (KM) Beban uji

(ton) Teg


(57)

45

B. Hasil Pemprograman FWDBM05-UMY

Pada perhitungan tebal lapis tambahan (overlay) dengan membandingkan antara menggunakan perangkat lunak dari aplikasi VBA-Excel yang telah dibangun sesuai dan perhitungan manual (terlampir) sesuai dengan peraturan Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan nomor : Pd T-05-2005-B (Bina Marga,2005). Nama dari perangkat lunak ini adalah FWDBM2005 kepanjangan dari Falling Weight Deflektometer Bina Marga 2005. Pembangunan perangkat lunak FWDBM05-UMY dengan menggunakan coding pada setiap sheet di Excel yang telah disesuaikan dengan persamaan sesuai ketentuan yang ada.

1. Prosedur pengguanaan program/software FWDBM05-UMY

Gambar 5.1 Tampilan awal program FWDBM05-UMY

Hasil tampilan awal program FWDBM05-UMY terlihat pada Gambar 5.1. Berikut panduan langkah-langkah menggunakan program FWDBM05-UMY:

a. Sheet pertaman yaitu sheet “Data” untuk langkah awal memasukan data-data yang digunakan dalam perhitungan tebal lapis tambahan


(58)

46

(ovarlay). Ada beberapa data yang dimasukan pada tampilan awal sebagai berikut:

1) Jenis jalan

Pengisian data pada jenis jalan sudah memiliki pilihan yaitu jenis jalan kolektor, jenis jalan arteri dan jenis jalan lokal.

Gambar 5.2 Tampilan untuk pilihan jenis jalan

2) Jenis lapisan

Pada pengisian data jenis lapisan juga memiliki pilihan yaitu lapisan Laston modifikasi, lapisan Laston, dan lapisan Lataston.

Gambar 5.3 Tampilan untuk jenis lapisan

Pilih sesuai pengujian

Pilih sesuai pengujian


(59)

47

3) Untuk tebal lapis beraspal (AC), umur rencana, jumlah repitisi beban lalu lintas (CESA), serta modulus resilien (Mr) mengisi data dengan manual sesuai dengan pengujian tidak seperti jenis jalan dan jenis lapisan yang memiliki pilihan.

4) Temperatur rata-rata tahunan (TPRT)

Untuk mengisi data TPRT melihat sesuai lokasi pengujiannya berada dikarenakan memiliki syarat sesuai pedoman PD T-052005-B (Terlampir).

5) Tombol “Input Data”

Setelah mengisi data seperti pada langkah ke 1 sampai langkah ke

4 selanjutnya yaitu klik “Input Data”. Pada form “Input Data”

berisi meliputi stasioning (km), beban uji (ton), tegangan (KPa), dF1, dF2, dF3, dF4, dF5, dF6, dF7, temperatur permukaan (tp), temperatur udara (tu), ketebalan Tt dan Tb serta musim (cuaca) yang harus diisikan sesuai pengujian. Setelah semuanya terisi lalu klik “oke” kemudian data akan muncul ditabel, bisa saja data tidak akan bisa diproses ketika belum terisi semua. Untuk tampilan input data dapat dilihat pada Gambar 5.4.


(60)

48

6) Tombol “Delete Data”

Pada tampilan awal terdapat tombol “Delete Data” dimaksudkan ketika ada data yang salah ataupun yang tidak sesuai bisa dihapus

dengan tombol “Delete Data” tersebut. Ada pilihan tombol yang

hanya dapat menghapus bagian akhir data dan semua data yang ada dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Tampilan perintah hapus data 7) Tombol “Next Penyelesaian”

Setelah semua data dimasukkan pada form “input data” kemudian klik tombol “Next penyelesaian” maka akan berpindah pada sheet

kedua yaitu sheet “penyelesaian”.

b. Pada sheet kedua yaitu sheet “penyelesaian” yaitu hasil perhitungan yang sudah otomatis pada program ini. Untuk melihat hasil akhir data yang dikerjakan dapat mengklik tombol “next to hasil” dan untuk melihat data awal kita dapat mengklik “tombol back to data”. Data yang dimasukan (input) maka aplikasi FWDBM05-UMY ini akan otomatis memproses sesuai yang telah diprogramkan dan hasil penyelesaian dapat telihat pada Gambar 5.6.


(61)

49

Gambar 5.6. Tampilan penyelesaian

c. Pada sheet ketiga yaitu sheet “hasil” merupakan hasil akhir yang didapat dalam bentuk form yang berisikan hasil tebal lapis tambahan dalam bentuk gambar. Pada form hasil akhir berisi data sebagai berikut:

1) Pada form memiliki data lokasi, stasioning, pelaksaan pengujian, tanggal serta penguji dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam pengujian. Pada data lokasi, stasioning, pelaksaan pengujian, tanggal dan penguji tidak secara otomatis terisi dengan sendirinya, data itu harus mengisi dengan manual.

2) Pada tampilan data “ringkasan” berbentuk seperti form yang berisi nilai dari umur rencana, CESA, lendutan wakil, lendutan rencana,

VBA

= 12,47488668

= 4,934651499

= 35

= 0,356425334

= 0,119838844

= 33,6224261

= 0,596103022 mm

= 0,320316435 mm

Ho = 11,00263502 cm

Fo = 0,992262516

Ht = 10,9175023 cm

= 9,569134049 cm

Ht (dari FKTBL) Jumlah Titik (ns)*

Devisi Standar (s)

lendutan rencana, Drencana lendutan wakil, Dwakil Keseragaman lendutan, FK

Lendutan rata-rata (dR)

∑ ^2

∑ BACK

TO DATA

NEXT TO HASIL


(62)

50

Ho dan juga Ht serta disajikan juga dengan sket gambar lapisan perkerasan yang dibuat otomatis sesuai data yang diisikan pada

sheet “data”. 3) Tombol “PRINT”

Untuk mencetak form dari sheet “hasil” yaitu dengan mengeklik tombol print yang dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Lokasi :

Sta. :

Pelaksanaan Pengujian :

Tanggal :

Penguji :

Umur Rencana = 5

CESA = 30000000 Lendutan Wakil = 0,596103

Ho = 0,320316

Ht = 11,00264

9,569134

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK

9,569134 cm

15 cm

30 cm

FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) HASIL PERHITUNGAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN

RINGKASAN

-Kemarau

83+500 s/d 48+500

Pusat Litbang

Batas Tanjung Jabung Barat - SP Tuan

PRINT


(63)

51

C. Pembahasan

Dari perhitungan dapat dilihat bahwa hasil yang didapat sama hanya berbeda pada angka di belakang koma saja. Perbedaan hasil perhitungan menggunakan FWDBM05-UMY dengan hasil perhitungan manual sebesar 0,2 % (Tabel 5.2). Dengan ini, program FWDBM05-UMY telah diuji dapat menentukan tebal lapis tambahan denan akurat dan lebih cepat dibandingkan dengan perhitungan manual.

Tabel 5.2 Hasil Perbandingan perhitungan manual dengan FWDBM05-UMY Manual FWDBM05-UMY Perbedaan Lendutan wakil 0,5957 mm 0,596103022 mm 0,06766 % Lendutan Rencana 0,3203 mm 0,320316435 mm 0,00513 % Ho 10,961 cm 11,00263502 cm 0,37984 % Ht 9,536 cm 9,569134049 cm 0,34746 %


(64)

52 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembangunan perangkat lunak dapat mengolah data tanpa memerlukan waktu yang terlalu banyak. Pada aplikasi ini dapat mengolah data hasil pengujian FWD untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Dari perbandingan hasil perhitungan menggunakan program FWDBM05-UMY dengan hasil perhitungan manual sebesar 0,2 %. Hal ini menunjukan bahwa hasil dari perangkat lunak akurat.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas pada pembahasan dan hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi diperlukan saran-saran yang bersifat membangun seperti yang disebutkan sebagai berikut:

1. Pada penelitian yang sejenis mungkin dapat dilakukan dengan metode yang lain dan bisa menambahkan nilai SN.

2. Menggunakan bahasa program lainnya seperti VB, C, C++, menghasilkan software standalone.


(65)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, D. 2015. Analisis Perhitungan Tebal Lapis Tambahan Pada Jalan Pangeran Suryanata–Patung Lembuswana Kota Samarinda. Kurva S, 4(1), 992-1000.

Ferdian, T., Prasasya, A., Subagio, B. S., & Hendarto, S. 2008. Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries Dan Metoda AASHTO 1993. Volume 15 No. 3. Diakses Tanggal 14 Januari 2016 dari Http://Www.Ftsl.Itb.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2009/05/Abstrak-Tofan-Vol15-No3.Pdf.

Hak, M. A. 2009. Penggunaan Alat Benkelman Beam Unuk Menghitung Kekuatan Struktur (Sn) Perkerasan Lentur. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.

Horak,E., & Emery, S. 2006. Falling Weight Deflectoometer Bowl Paramemeters as Analysis Tool for Pavement Structural Evaluations. In Research intoPractice: 22nd ARRB Conference.

Karadelis, J. N. 1999. A Numerical Model for The Computation of Concrete Pavement Moduli: A Non-destructive Testing and Assessment Method. NDT & E International, 33(2), 77-84.

Muhammad, A. 2009. Analisis Perhitungan Balik (Backcalculation) Pada Lendutan Jalan Dari Pengukuran FWD Analisis Modulus Elastisitas, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Rosyidi, S. A. P. 2004. Penilaian Kekukuhan Dinamik Bahan Lapisan Turapan Menggunakan Kaedah Sasw, Tesis Master, Universitas Kebangsaan Malaysia. Tidak Dipublikasikan.

Rusli, M. 2015. Aplikasi Perhitungan Indeks Prestasi Mahasiswa Menggunakan Excel Dan Macro Visual Basic For Application.I-Statement: Information And Technology Manegement (E-Journal). 1(1).

Siahaan, D. A. 2014. Analisis Perbandingan Nilai IRI Berdasarkan Variasi Rentang Pembacaan Naasra. Jurnal Teknik Sipil USU, 3(3).


(1)

5

nak VBA excel dan data yang digunakan be-rasal dari pengujian dengan alat Falling Weight Deflectometer (FWD). Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

FWD adalah alat pengujian bersifat non-destructive (NDT) digunakan untuk pengujian structural digunakan pada perkerasan lentur, kaku dan komposit. Pengujian FWD bertujuan Perkiraan kapasitas struktural dari struktur perkerasan, Penentuan kekuatan tanah dasar, Perkiraan kemampuan transfer beban pada sambungan di perkerasan kaku dan komposit.

Lokasi data yang digunakan yaitu pada Batas Batas Tanjung Jabung Barat 83+500 Sampai SP Tuan 48+500 menggunakan alat Falling Weight Deflectometer.

Untuk tahapan pembangunan perangkat lunak perencanaan tebal lapis perkerasan dengan VBA-Excel dapat dilihat pad

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengujian dengan Falling Weight Deflectometer (FWD) yang digunakan untuk memverifikasi program terlihat pada

Tabel 1 sebagai berikut :

Mulai

Mengaktifkan menu developer pada Microsoft Excel

Membuka aplikasi VBA yang terdapat pada Microsoft Excel

Desain tampilan :  Input data  Penyelesaian  Hasil (berupa gambar)

Pengkodean (Coding)

Pengujian aplikasi dengan simulator (data yang telah ada)

Selesai

Tidak

Ya Proses running

(Validasi)

Gambar 3 Tahapan pembangunan perangkat lunak di VBA-Excel Mulai

Tinjauan Pustaka

Menentukan flowchart perhi-tungan FWD

Penulisan rumus data VBA:

Nilai CESA, Kelas jalan, Tebal lapis beraspal, Musim (hujan atau kemarau), Sta. Pengujian,

Beban uji, Nilai lendutan (d1, d2 dan d3), Temperatur (Tu dan

Tp)

Menyusun Tampilan

Pemprograman

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian Tampilan hasil perangkat

lunak

Selesai Validasi

Pengujian FWD dari Data real Simulasi data

Cek hasil dengan

perhi-tungan


(2)

Tugas Akhir

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

6

Tabel 1 Data Pengujian FWD

Hasil dari pembangunan menggunakan perangkat lunak dari aplikasi VBA pada Microsoft Excel diberi nama “Falling Weight Deflectometer Bina Marga 2005 – UMY (FWDBM05-UMY)”. Untuk tampilan dapat dilihat pada Gambar 3. Cara memasukkan data yaitu:

1. Pada bagian blok biru ketikan data dibagian kolom yang tersedia. Untuk data-data seperti Tabel 1 dimasukkan dengan mengklik tombol input data dan isi sesuai kolom yang ada.

2. Selanjutnya setelah selesai memasukkan data kemudian klik penyelesaian klik next hasil. Untuk hasil ouput disajikan dalam bentuk form yang disertai dengan sketch gambar (terlihat pada Gambar 4).

Untuk tahapan pengolahan data

menggunakan FWDBM’05-UMY dan manual dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

dF1 dF2 dF3 dF4 dF5 dF6 dF7 Tu Tp

83.5 4.02 566 0.626 0.42 0.328 0.201 0.142 0.091 0.054 51 42

82.5 4.07 574 0.447 0.326 0.271 0.193 0.149 0.096 0.049 51 42

81.5 4.09 577 0.3 0.186 0.153 0.111 0.089 0.062 0.049 51 42

80.5 4.03 568 0.412 0.272 0.226 0.142 0.101 0.066 0.038 51 42

79.5 4.02 567 0.32 0.214 0.192 0.139 0.114 0.083 0.046 51 42

78.5 4.02 567 0.241 0.156 0.144 0.117 0.101 0.069 0.038 51 39

77.5 4.03 568 0.316 0.205 0.181 0.144 0.118 0.081 0.059 51 39

76.5 4.02 566 0.343 0.228 0.203 0.153 0.122 0.081 0.046 51 39

75.5 4.11 580 0.416 0.295 0.261 0.195 0.154 0.094 0.045 51 39

74.5 4.1 578 0.357 0.241 0.213 0.162 0.133 0.089 0.048 51 39

73.5 4.04 570 0.378 0.262 0.225 0.159 0.12 0.066 0.029 51 39

72.5 4.05 571 0.325 0.2 0.173 0.131 0.107 0.074 0.046 51 39

71.5 4.04 570 0.436 0.352 0.298 0.2 0.141 0.074 0.04 51 39

70.5 4.01 565 0.424 0.299 0.249 0.173 0.125 0.066 0.028 51 39

69.5 4.02 566 0.316 0.217 0.198 0.132 0.109 0.072 0.033 51 39

68.5 4.07 574 0.47 0.33 0.289 0.199 0.151 0.094 0.039 51 39

67.5 4.09 576 0.235 0.167 0.139 0.114 0.095 0.06 0.034 51 39

66.5 4.07 574 0.423 0.301 0.262 0.199 0.157 0.103 0.061 51 39

66.5 4.04 569 0.503 0.326 0.272 0.183 0.136 0.079 0.043 51 39

64.5 4.13 583 0.312 22300.31 0.194 0.139 0.107 0.069 0.037 51 39

63.5 4.07 574 0.308 0.199 0.172 0.117 0.093 0.06 0.033 51 39

62.5 4.06 572 0.271 0.166 0.145 0.102 0.081 0.053 0.032 51 39

61.5 4.02 567 0.253 0.173 0.154 0.124 0.104 0.074 0.043 51 39

60.5 4.03 568 0.2 0.106 0.095 0.08 0.073 0.057 0.034 51 39

59.5 4.07 573 0.166 0.095 0.089 0.08 0.07 0.058 0.039 51 39

58.5 4.07 574 0.189 0.122 0.109 0.084 0.069 0.047 0.029 51 39

57.5 4.05 571 0.275 0.186 0.166 0.128 0.107 0.071 0.037 51 39

56.5 4.02 566 0.553 0.357 0.282 0.179 0.125 0.073 0.041 51 39

55.5 4.11 580 0.206 0.137 0.125 0.104 0.091 0.07 0.044 51 39

53.5 4.04 570 0.476 0.336 0.291 0.205 0.154 0.088 0.035 51 39

52.5 4.11 579 0.215 0.141 0.121 0.091 0.076 0.05 0.029 51 39

51.5 4.07 573 0.276 0.176 0.154 0.115 0.089 0.06 0.044 51 39

50.5 4.08 575 0.288 0.177 0.146 0.1 0.074 0.05 0.03 51 39

49.5 4 573 0.156 0.106 0.099 0.084 0.071 0.054 0.031 51 39

48.5 4.04 570 0.248 0.165 0.149 0.123 0.105 0.076 0.048 51 39

Beban uji (ton)


(3)

7

Dari perhitungan dapat dilihat bahwa hasil yang didapat sama hanya berbeda pada angka dibelakang koma saja (terlihat pada Tabel 2. Dengan ini maka Program FWDBM05-UMY dikatakan berhasil atau OKE.

Tabel 5.2 Hasil perhitungan manual dan

FWDBM05-UMY

Manual FWDBM05-UMY Lendutan

wakil 0,5957 mm 0,596103022 mm Lendutan

rencana 0,3203 mm 0,320316435 mm Ho 10,961 cm 11,00263502 cm Ht 9,536 cm 9,569134049 cm Mulai

Selesai Klik tombol input data

Membuka program FWDBM05-UMY

Mengisi data pada block biru, meliputi :

1. Jenis Jalan 5. CESA

2. Jenis Lapisan 6. TPRT 3. Umur rencana 7. Mr 4. Tebal lapis

 Klik tombol penyelesaian  Klik tombol next to hasil

Data-data yang dimasukkan : 1. Sta

2. Tegangan 3. Beban Uji 4. dF1

5. dF2 6. dF3 7. dF4 8. dF5 9. dF6 10. dF

11. Ketebalan Tu 12. Ketebalan Tp 13. Musim

Gambar 5. Tahapan pengolahan data menggunakan FWD05-UMY

Mulai

Selesai Membuat tabel

Memasukkan data pada tabel

Perhitungan manual (menggunakan kalkulator)

Menghitung:

1. Lendutan terkoreksi (dL),

meliputi: menentukan Tt dan Tb (menggunakan tabel), TL, Ft, Ca, FKB-FWD, dL, dL

2 , dR, s 2. Keseragaman lendutan (FK) 3. Lendutan wakil (Dwakil) 4. Lendutan rencana (Drencana) 5. Tebal lapis tambah (Ho)

6. Tebal lapis tambah terkoreksi (Ht)

Gambar 6. Tahapan pengolahan data secara manual


(4)

Tugas Akhir

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

8

F. KESIMPULAN

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembangunan perangkat lunak dapat mengolah data tanpa memerlukan waktu yang terlalu banyak. Pembangunan perangkat lunak pada VBA Ms. Excel membuktikan bahwa MS.excel tidak hanya membuat tabel dan graf-ik saja tetapi masih banyak fungsi lainnya. Hanya memerlukan beberapa menit saja untuk pengolahan data pada VBA-Excel dan mem-permudah dalam melakukan pengerjaan. Hasil yang diperoleh dari pembangunan perangkat lunak untuk mengetahui tebal lapis tambahan pada kondisi jalan.

G. SARAN

Adapun untuk saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian yang sejenis mungkin dapat dilakukan dengan metode yang lain dan bisa menambahkan nilai SN.

2. Perlu dikembangkan pada mahasiswa ten-tang pengaplikasian bahasa pemograman dan pengcodingan menggunakan Visual Basic of Application (VBA) di mata perkuliahan,Agar mempermudah untuk pembangunan perangkat lunak.

H. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 2005, Pd T-05-2005-B, Perencanaan Tebal Lapis Tam-bahan Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan, Pustran Balitbang PU, Jakarta. Effendi, D. (2015). Analisis Perhitungan Te-bal Lapis Tambahan Pada Jalan Pan-geran Suryanata–Patung Lembuswana Kota Samarinda. Kurva S, 4(1), 992-1000.

Karadelis, J. N. 1999. A Numerical Model

for The Computation of Concrete

Pavement Moduli: A Non-destructive

Testing and Assessment Method. NDT

& E International, 33(2), 77-84.

Kementrian Pekerjaan Umum, 2013, Nomor 02/M/BM/2013. Manual Desain Perkera-san Jalan, Pustran Balitbang PU, Jakarta. Muhammad, Ario. 2009. Analisis Perhitungan Balik (Backcalculation) Pada Lendutan

Jalan Dari Pengukuran Fwd Analisis Modulus Elastisitas, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rosyidi, 2004. Penilaian Kekukuhan Dinamik

Bahan Lapisan Turapan Menggunakan Kaedah SASW, Tesis Master, Universitas

Kebangsaan Malaysia. Tidak

dipublikasikan.

Umbara, Ridwan. 2010. Aplikasi Teknik Falling Weight Deflectometer Untuk Evaluasi Modulus Elastisitas Dan Kekuatan Struktur Perkerasan Lentur, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Winpec Solution. 2010. Menguasai VBA Macro Microsoft Excel 2010. Surabaya: PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.


(5)

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016


(6)

Tugas Akhir

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 2016

Gambar 4 Tampilan Output Hasil

Lokasi

:

Sta.

:

Pelaksanaan Pengujian

:

Tanggal

:

Penguji

:

Umur Rencana = 5

CESA = 30000000

Lendutan Wakil = 0,596103

Ho = 0,320316

Ht = 11,00264

9,569134

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK

9,569134 cm

15 cm

30 cm

FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD)

HASIL PERHITUNGAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN

RINGKASAN

-Kemarau

83+500 s/d 48+500

Pusat Litbang