PREDIKSI PENURUNAN METODE ASAOKA PADA TANAH LUNAK YANG DIPERBAIKI DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAIN Studi Kasus: Timbunan Pada Jalan Tol Pejagan-Pemalang Kabupaten Brebes

(1)

TUGAS AKHIR

PREDIKSI PENURUNAN METODE ASAOKA PADA TANAH LUNAK YANG DIPERBAIKI DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAIN

Studi Kasus: Timbunan Pada Jalan Tol Pejagan-Pemalang Kabupaten Brebes

Disusun Oleh :

DEDE AGUNG MASPANJI NIM : 2012 011 0125

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

INTISARI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

E. Batasan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Memprediksi Penurunan Tanah dilapangan ... 4

B. Prediksi Penurunan Tanah ... 8

C. Perbaikan Tanah Untuk Mempercepat Konsolidasi ... 10

D. Permeabilitas Tanah ... 11

E. Perencanaan Prefabricated Vertikal Drains PVD ... 11

F. Kreteria Tanah ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 17

B. Metode Pengumpulan Data ... 21

C. Tahapan Analisis ... 22

D. Bagan Alir Penelitian ... 26

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 27


(3)

viii BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 36 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ………... 37


(4)

(5)

xi Intisari

Permasalahan kondisi tanah dasar dalam pembangunan jalan merupakan probelematika yang kerap terjadi, terlebih pada permukaan tanah lunak (soft Soil). Apabila tidak dilkukan perbaikan tanah terlebih dahulu pada jenis tanah ini, maka jalan yang dibangun akan mengalami penurunan yang relatif besar pada tanah dasar, kondisi penurunan ini berlangsung relatif lama sehingga jalan akan mengalami kerusakan sebelum umur rencana. Hal ini terjadi oleh kondisi tanah dasar yang bersifat kompresabilitas yang tinggi dengan kekuatan geser yang kecil dengan kuat geser kurang dari 25 kpa. Maka dari itu penimbunan yang dilakukan pada tanah lunak akan mengalami penurunan (konsolidasi). Konsolidasi merupakan fenomena dalam mekanika tanah yang sering menimbulkan permasalahan geoteknik yang terjadi pada waktu yang lama. Untuk memprediksi penurunan akhir yang terjadi akibat timbunan maka dilakukan pembebanan sementara (pre-Loading) menggunakan koral, yang diperbaiki dengan pabricated vertical drain (PVD). Dari hasil akhir penurunan tanah lunak yang ditujukan oleh data lapangan hasil pembacaan settlement plate sebesar nilai Sf, dimana Sf = 72,10 x Hf sedangkan hasil

akhir penurunan dari estimasi asaoka sebesar f = 91,66 x Hf dimana Hf merupakan tinggi

timbunan. Adapun besar perubahan penurunan akhir lapangan terkoreksi sebesar 0,81dari hasil akhir menurut asaoka.


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakanang

Permasalahan kondisi tanah dasar dalam pembangunan jalan merupakan perobelematika yang kerap terjadi, terlebih pada permukaan tanah lunak (soft Soil). Apabila tidak dilkukan perbaikan tanah terlebih dahulu pada jenis tanah ini, maka jalan yang akan dibangun akan mengalami penurunan yang relatif besar pada tanah dasar yang berlangsung relatif lama, sehingga jalan akan mengalami kerusakan sebelum umur rencana. Penurunan ini terjadi karena proses konsolidasi pada tanah. Konsolidasi tanah adalah peristiwa penurunan tanah akibat terdispersinya ekses air poriyang berlangsung pada waktu yang lama pada keadaan terbebani. Penurunan konsolidasi tanah merupakan fenomena alami dan masalah dalam mekanika tanah yang sering menimbulkan permasalahan geoteknik. Akibat dari penurunan muka tanah ini bisa menimbulkan kerusakan yang fatal. Maka diperlukan perkutan tanah dan penanganan yang tepat untuk mencegah kejadian seperti itu. Penanganan yang perlu dilakukan yaitu meminimalisir penurunan permukaan tanah dan memperkirakan besar penurunan akhir pada poses konsolidasi yaitu dengan pemasangan PVD (Pabrecated Vertical Drain) yang diberi beban.

Pemberiaan beban pada tanah, akan mengakibatkan tegangan pada tanah. Tegangan tambahan yang bekerja pada tanah awalnya akan dipikul oleh air pori dikarenakan sifat incompressible dari air. Dalam hal ini akan menyebabkan timbulnya ekses air pori yang membuat air pori terdispasi dan mengalir keluar melalui pori-pori tanah, semenara tegangan tambahan yang awalnya dipikul air pori secara gradual akan ditrasnfer ke partikel tanah padat. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya volume tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunan (Holtan 2003).

Sedangkan untuk memperkirakan punurunan akhir yang terjadi pada studi kasus ini digunakan anaisis dengan metode Asaoka.


(7)

2

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini bertujuaan agar peneliti dapat terarah sesuai dengan tujuaan, adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu memprediksi besarnya penurunan tanah akibat suatu kasus timbunan dengan menggunakan prosedur observasi Asaoka yang diperoleh setelah data penurunan tanah lapangan. Kemudian dilakukan koreksi penurunan akhir dengan metode Asaoka. Sedngkan untuk memprediksi lama waktu konsolidasi digunakan persamaan-persamaan dari metode Asaoka untuk kasus tanah yang diberi perbaikan berupa vertical drain

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal berikut ini:

1. Memperkirakan penurunan akhir embankment dengan Metode Asaoka berdasarkan data pengukuran lapangan

2. Menentukan hubungan empirik antara tinggi timbunan dan perkiraan penurunan embankment

3. Mempelajari keandalan Metode Asaoka untuk memperkirakan penurunan embankment di atas tanah lunak yang diperbaiki dengan PVD

D. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Mengidentifikasi dan memprediksi penurunan akhir yang terjadi pada tanah timbunan dengan setelah pembebanan berlangsung.

2. Bisa bermanfaat bagi penulis untuk menuntaskan jenjang pendidikan strata S-1 serta bermanfaat bagi pembaca.


(8)

3

E. Batasan masalah

Batasan masalah pada penelitiana ini bertujuaan agar peneliti dapat fokus dan terarah pada suatu maslah sesuai dengan tujuan. Adapun batasan-batasan dan anggapan yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Evaluasi penurunan tanah dilakukan dijalan tol pejagan pemalang

2. Data yang digunakan pada analisis ini merupakan data skunder hasil pengamatan dilapangan yang terdiri dari pembacaan alat piezometer dan sttlement plate (pelat penurunan) serta denah lokasi titik analisis.


(9)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Memprediksi Penurunan Tanah Dilapangan

1. Teori Asaoka (1978)

Metode observasi asaoka (metode asaoka) adalah salah satu metode yang digunakan untuk mempredisi besarnya penurunan akhir (final settelment). Dengan metode ini besarnya penurunan tanah aktual dapat diprediksi tampa membutuhkan parameter-parameter lain seperti data-data laboraturium, namun yang digunakan pada analisis konsolidasi ini yaitu hasil pengamatan lapangan, seperti data tekanan air pori, panjang drainase, regangan maksimum tanah dan koefisien konsolidasi. Dengan mengunakan metode asaoaka data penurunan yang didapatkan kemudiaan dianalisis dengan curve fitting.

Pada prosedur observasi Asaoka, hubungan antara penurunan tanah dan waktu diturunkan melalui persamaan diferensial berdasarkan persamaan dasar konsolidasi (Mikasa, 1963), yaitu

vcv    (1)

dimana

(t,z) = regangan vertikal (regangan volum) t(≥0) = waktu

z = kedalaman dari bagian atas lapisan lempung cv = koefisien konsolidasi

Persamaan dasar konsolidasi ini diturunkan menjadi persamaan diferensial linier biasa oleh Asaoka (1978) untuk mendapatkan persamaan yang dapat menentukan nilai penurunan pada interval waktu ke-j, yang dituliskan sebagai:

j=

– (2)

Dimana j adalah besarnya penurunan tanah pada waktu t = tj, dan koefisien 0 dans s = , , …, n adalah parameter yang tidak diketahui.


(10)

5

Pengukuran data penurunan tanah di lapangan dilakukan dengan menggunakan instrumen settlement plate. Untuk memperoleh prediksi penurunan akhir tanah, maka data-data penurunan ini harus dipilih, sehingga diperoleh nilai penurunan1, 2, 3, …, ndengan interval waktutyang konstan seperti dilihat pada Gambar 2.1. Kemudian nilai n (sumbu-y) dan nilai n-1 (sumbu-x) diplot sehingga akan diperoleh titik-titik yang membentuk garis lurus, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. 0 adalah waktu titik plot pertama dari regresi linear n dan n-1. Penurunan akhir (f) adalah titik pertemuan antara garis n =

n-1 (bersudut 45o) dengan trendline dari garis n vs n-1 sebenarnya. Setelah

diperoleh penurunan akhir (f) maka dapat dicari nilai 1 yang merupakan

kemiringan dari garisn vs n-1 sebenarnya, yang memberikan hubungan

(3)

Metode Asaoka (1978) merupakan metode observasi untuk konsolidasi satu arah yang paling terkenal karena selain dapat memprediksi penurunan akhir juga dapat memungkinkan diperolehnya parameter-parameter konsolidasi yang lebih akurat.


(11)

6

2. Teori Terzaghi (1943)

Metode Terzaghi merupakan metode yang mengasumsikan beban yang bekerja atau deformasi tanah terjadi pada satu arah vertikal saja, hal ini mempengaruhi hasil perhitungan penurunan yang didapat. Pada kondisi sebenarnya, deformasi dapat terjadi ke segala arah, sehingga deformasi yang terjadi akan terdistribusikesegala arah dan menyebabkan nilai penurunan akan lebih kecil. Selain itu, banyak faktor-faktor yang tidak dipertimbangkan, seperti adanya perkuatan tanah akibat timbunan yang bertahap. Perkuatan tanah akan memberikan nilai penurunan yang lebih kecil.

Teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi (1943) telah lama dipergunakan untuk memprediksi penurunan serta waktu konsolidasi. Teori ini sudah sangat lazim dipergunakan dan dianggap dapat menjelaskan penurunan akibat kompresi dan drainase satu dimensi pada tanah secara baik. Akan tetapi dalam banyak kasus, estimasi penurunan konsolidasi dengan teori Terzaghi memberikan hasil yang jauh lebih besar daripada penurunan aktual di lapangan. Adanya pengabaian dari beberapa faktor terkait dengan metode pelaksanaan penimbunan adalah penyebab ketidakakuratan ini. Perkuatan tanah (gained strength) yang terjadi akibat proses penimbunan bertahap (stage construction), perubahan tingkat kejenuhan (wetting effects), rangkak (creep strain), merupakan faktor-faktor yang kerap tidak diperhitungkan dalam estimasi penurunan konsolidasi.

3. Teori hiperbolik

Penyelasian permasalah pada kasus penurunan akhir akibat adanya pembebanan oleh timbunan dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara garfis, dengan menarik garis liner seperti gambar 2.2 dan bisa memilih salah satunya antara U60 dengan U90. Hubungan atara penurunan dan waktu, dimana nilai b dapat ditentukan pada perptongan garis miring yang linier garis pengamatan data penurunan tanah lapangan. Tetapi pada studi ini metode ini tidak dikaji secara detail karana metode ini tidak digunakan pada analisis


(12)

7

Gambar 2.2. Analisis Penurunan tanah dengan metode Hiperbolik.

4. Teori titik balik

Metode titik balik melakukan penyelesaian dengan kurva semi logaritmik Koordinat U% dibandingkan log Tv, dimana pada kodisi tertentu pada kurva akan memiliki titik belok sesuai dengan Tv ¼ 0,405 dan Ui ¼ 70%. Cour (1971) terletak titik belok untuk kurva pada waktu tertentu dengan koordinat titik belok tetap baik dengan visualisasi atau absolut dimana nilai dari garis singgung terhadap kurva waktu mencapai maksimal seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2.3. Robinson (1997) memberikan prosedur alternatif untuk lokasi infleksi titik Kemiringan kurva, yaitu Mv ¼ dU /dlog Tv. Tapi metode ini berlaku hanya onedimensional drainase vertikal dan mempertimbangkan lebar aplikasi PVD untuk perbaikan tanah lunak


(13)

8

(a)

(b)

Gambar 2.3 Analisis penurunan tanah dengan metode titik balik (a). Sebelum modifikasi Robinson 1997 (b). setelah modifikasi oleh Robinson 1997

B. Prediksi Penurunan Tanah

Nawir dkk (2012) melekukan penelitian studi kasus timbunan di

Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia. Memperdiksi penurunan tanah

mengunakan metode terzaghi, metode elemen hingga, dan metode Asaoka.

Dari studi yang dilakukan

disimpulkan bahwa Estimasi penurunan konsolidasi yang didapat dari analisis konsolidasi Terzaghi memiliki hasil yang jauh lebih


(14)

9

besar dari penurunan yang diperoleh dari analisis berdasarkan metode Asaoka artinya hasil estimasi dari Terzaghi mendapatkan nilai yang lebih besar dari nilai penurunan aktual dilapangan. Sedangkan kekurangan dari metode elemen hingga adalah masih membutuhkan parameter-parameter tanah yang ketidakpastiannya tinggi, sehingga hasil analisis masih memiliki perbedaan yang signifikan dengan penurunan aktual dilapangan.

Li (2014) melakukan setudi penelitian dengan membandingkan dua metode yaitu metode Hiperbolik dan metode Asaoka hasil yang lebih mendekati data pengamatan lapangan adalah estimasi asaoka sedangkan estimasi dari hiperbolik lebih kecil dibandingkan pengamatan dilapangan meskipun metode yang diusulkan sangat mendekati kondisi lapangan. Namun diatara metode asaoka dan metode hiperbolik lbih baik digunakan metode asaoka.

Clifton B. Farnsworth dkk (2013) melakukan penelitian pada suatu kasus tanah yang tersusun atas beberapa lapisan dengan mengunakan metode Asaoaka, Metode Permodelan Numrik mengatakan bahwa metode asaoak dapat memperkirakan penurunan konsolidasi, namun akurasinya dibatasi oleh asumsi penyederhanaan. Untuk pondasi dengan sifat konsolidasi cukup seragam, metode Asaoka dengan teknik kurva-pas dapat secara efektif digunakan untuk kedua drainase vertikal dan radial. Namun, metode ini kehilangan akurasi untuk kasus-kasus ketika tanah dasar mencakup beberapa lapisan pada tingkat substansial berbeda. Untuk kasus tersebut tanah yang berlapis lebih cocok digunakan metode numerik karena dapat memberikan perkiraan yang akurat . Namun, untuk menerapkan FDM perlu ditambah dengan pengukuran magnet extensometer untuk hasil yang lebih akurat dari kondisi penurunan yang diamati. Penelitian ini menunjukkan bahwa FDM yang diterapkan lebih universal.


(15)

10

C. Perbaikan Tanah Untuk Mempercepat Konsolidasi

a. Kondisi geoteknik lokasi

Kondisi tanah pada daerah studi ini terdiri dari partikel lempung, dimana lempung memiliki sifat fisik memiliki ukuran butir halus (> 0,002), kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, proses konsolidasi lambat, sifat mudah mampet yang tinggi, kembang susut tinggi dan permeabilitasnya rendah (Bowles (1984).

Sedangkan untuk mendapatkan parameter dan kondisi pelapisan tanah, telah dilkukan penyelidikan tanah di lokasi studi yang terdri dari pengeboran dalam dan standard penetration test (SPT) di bebrapa titik dengan kedalama yang bervariasi lebih kurang 50 m dan cone penetration test (CPT) dengan kedalaman yang bervariasi antara 10 meter dan 18 meter. Pengambilan data ini ada dibeberapa stasioning yang tersebar merata sepanjang area studi.

b. Perbaikan tanah

Pada proyek perbikan tanah yang dilakukan pada studi kasus ini, metode yang digunakan adalah preloading yang dikombinasikan dengan PVD dan juga terdapat penggunaan geosintetik jenis geotekstil guna meningkatkan kuat geser tanah pada saat proses preload. Instrumentasi seperti piezometer dan settlement plate dipasang pada konstruksi timbunan.

a. Kecepatan penurunan konsolidasi

Estimasi kecepatan penurunan konsolidasi biasanya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya kecepatan penurunan selama proses konsolidasi berlangsung.

Untuk menghitung penurunan konsolidasi pada waktu tertentu (t) digunakan persamaan:


(16)

11

(4)

t = Waktu yang diperlukan T = Faktor waktu

Hdr = panjang aliran terpanjang Hdr = H bila aliran satu arah Hdr = ½ H bila aliran 2 arah Cv = Koefisien konsolidasi

D. Permebilitas Tanah

Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori saling berhubungan satu sama lain, sehingga air dapat mengalir dari sutu titik yang mempunyai energi lebih tinggi ketitik energi yang lebih rendah (menurut Das 1985). Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam perncanaan vertical drains yaitu;

1. Untuk memperkirakan besar penurunan yang terjadi pada timbunan

2. Menyelidiki permasalahan-permaslahan yang mempengaruhi penurunan timbunan

3. Menganalisis kestabilan dari tanah timbunan

E. Perencanaan Prefabricated Vertikal Drains (PVD)

Untuk mempercepat konsolidasi dibuat suatu konstruksi vertikal drain, yang ditanamkan kedalam lapisan tanah secara vertikal. Pola pemasangan vertikal drain yang terpasang dilapangan setempat direncanakan dengan jarak tertentu. Dengan adanya PVD akan mempengaruhi besarnya koefsisien permeabilitas tanah disekitarnya.


(17)

12

Pada perncanaan vertikal drain pada umumnya dihitung dengan menggunakan persamaan Barron (1948) yang relatif sederhana yaitu:

(5) t = Uaktu yang diperlukan untuk mencapai Uh

Uh = Derajat konsolidasi rata-rata akibat disipasi tekanan air pori kearah horizontal (radial)

D = diameter pangaruh satu drain

= 1,05 S, Untuk vertikal drain yang dipasang dengan pola segitiga sama sisi

= 1,13 S, Untuk Vertikal drain yang dipasang dengan pola bujur sangkar

S = jarak as ke as vertikal drain

Cr = Koefisien konsolidasi akibat dispasi air pori kearah radial

(horisontal) Fn = ln (D/dw)- ¾

= Faktor jarak vertikal drain

dw = Diameter sumur ekivalen vertikal drain

= (a+b)/2  50 mm a = Lebar vertikal drain b = Ketebalan vertikal drain

Dalam persamaan Baron (1948) hanya terdapat faktor jarak vertikal drain, tidak terdapatfaktor gangguan dan hambatan alir. Perhitungan yang sudah mempertimbangkan faktor ganguan dan hambatan air diperkenalkan oleh Hansbo pada tahun 1979 lewat persamaan sebagai berikut

(6)


(18)

13

Fn = Faktor jarak vertikal drain

Fs = Faktor ganguan

Fr = Faktor hambatan alir

Kn = Permeabilitas horisontal zona tak terganggu

Ks = Permeabilitas horisontal zona terganggu (smear zone)

ds = Diameter zona tergangu (minimal 2,5 kali diameter

mandrel; lihat tabel 2.1 dw = Diameter sumur ekivalen

L = Seluruh panjang PVD ketika air hanya dapat mengalir lewat salah satu ujung PVD, dan sama dengan setengah panjang PVDketika air dapat mengalir keluar melalui kedua ujung PVD

qw = kapasitas alir sumur ekivalen PVD pada gradien hidrolik

sebesar satu.

Argumentasi evek ganguan didasarkan atas cara memesukan vertikal drain (PVD) ke dalam tanah. Dimensi penampang medral yang cukup besar mengakibatkan tanah disekitarnya terdesak dan terganggu seperti diilustrasikan pada gambar 2.1. Secara teoritis permeabilitas tanah tanah di daerah yang terganggu akan berkurang dan menjadi lebih kecil dari permeabilitas tanah asli (Hansbo 1979), akibatnya dapat terjadi perlambatan disipasi air pori.


(19)

14

Tabel 2.2 Rasio Permeability Zone terganggu, Kh/Ks

(modifikasi dari indonesia et al, 2005)

Sumber konfrensi geoteknik Indonesia tahun 2015


(20)

15

F. Kreteria Tanah

1. Klasifikasi Tanah dari Data Sondir

Data tekanan conus ( qc ) dan hambatan pelekat ( fs ) yang didapatkan dari hasil pengujian sondir dapat digunakan untuk menentukan jenis tanah seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1

(Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M. Das Jilid 1)

Sedangkan untuk mendeskipsikan tanah lempung itu sendiri dapat diklasifikasikan dengan cara membuat hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained cohesion, dimana semakin tinggi nilai C dan qc maka semakin keras tanah tersebut. Seperti yang terlihat dalam Tabel 2.2


(21)

16

Tabel 2.2. Hubungan Antara Konsistensi Dengan Tekanan Conus Pada Tanah Lempung

Konsistensi tanah Tekanan Konus qc (Kg/cm2)

Undrained Cohesion ( T/m2 )

Very Soft < 2,50 < 1,25

Soft 2,50 – 5,0 1,25 – 2,50

Medium Stiff 5,0– 10,0 2,50 – 5,0

Stiff 10,0– 20,0 5,0 – 10,0

Very Stiff 20,0– 40,0 10,0 – 20,0

Hard > 40,0 > 20,0

(Sumber : Begeman, 1965)

2. Klasifikasi Tanah dari Nilai Standart Penetration Test (N-SPT)

Untuk menentukan korelasi empiris antara nilai N-SPT dengan konsestensi tanah pada lempung. Dapatdilihat pada tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Korelasi empiris antara nilai N-SPT dengan konsestensi tanah pada lempung.


(22)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Area studi ini berada di proyek pembangunan jalan tol Pejagan – Pemalang di kabupaten Brebes ,Provinsi Jawa Tengah yang merupakan lajutan dari jalan tol Kanci-Pejagan yaitu dari sta 270+000 sampai dengan sta 284+250. Pengambilan data dilakukan pada 52 titik stasioning yang tersebar sepanjang proyek.

Gambar 3.1. Penampang memanjang jalan tol Pejagan-Pemalang

Lokasi pengambilan data SP1-SP7

Lokasi pengambilan data SP8-SP11

Lokasi pengambilan data SP12

Lokasi pengambilan data SP13-SP17

Lokasi pengambilan data SP18-SP23

Lokasi pengambilan data SP24-SP29

Lokasi pengambilan data SP30-SP41

Lokasi pengambilan data SP42-SP51

Lokasi pengambilan data SP52


(23)

18 Gambar 3.2 Potongan melintang jalan sta 274+600 (sumber; P.T. Waskita Kontraktor)


(24)

19 Gambar 3.3 Potongan melintang jalan sta 274+900 (sumber; P.T. Waskita Kontraktor)


(25)

20 Gambar 3.3 Potongan melintang jalan sta 276+800 (sumber; P.T. Waskita Kontraktor)


(26)

21

Pemasangan PVD pada proyek ini dipasang sedalam ±15 m dengan pola pemasangan segitiga dengan jarak antar PVD lainnya sebesar 1,5 m denah pemasangannya seperti gambar berikut:

Gambar 3.5. Denah Pemasangan PVD (Sumber: P.T. Waskita Kontraktor)

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari data sekunder P.T. Waskita Kontrktor. Data meliputi tinggi timbunan, data penurunan settlement plate dan data gambar denah lokasi pengambilan sample. Jumlah data yang digunakan sebanyak 52 sample khusus untuk akses rencana jalan utama, adapun data yang didapatkan antara lain data tinggi timbunan, dan data settlement plate kemudian data yang didapatkan dipilih secara teliti. Data yang rusak pada penelitian ini tidak dipakai dan tidak dialkukan analisis.

Adapun jenis-jenis data yang diperoleh seperti pada lampiran 1. Lampiran A. Hasil estimasi dengan metode Asaoka

2. Lampiran B. Data settlement plate dan data tinggi timbunan 3. Lampiran C. Data bor


(27)

22

C. Tahapan analisis

Data settlementplate yang didaptkan dari lapangan dianalisis secara gafis untuk mendapatkan hasil estimasi penurunan akhir dengan metode Asaoka, Dengan metode ini besarnya penurunan tanah aktual dapat diprediksi tampa membutuhkan parameter-parameter lain seperti data-data laboraturium, namun yang digunakan pada analisis konsolidasi ini yaitu hasil pengamatan lapangan, seperti data tekanan air pori, panjang drainase, regangan maksimum tanah dan koefisien konsolidasi. Dengan mengunakan metode asaoaka data penurunan yang didapatkan kemudiaan dianalisis dengan curve fitting.

Metode Asaoka (1978) merupakan metode observasi untuk konsolidasi satu arah yang paling populer, karena selain dapat memprediksi penurunan akhir juga dapat memungkinkan diperolehnya parameter-parameter konsolidasi yang lebih akurat. Metode ini diadopsi untuk menganalisis penurunan tanah akhir (settelment final) secra grafis. Pengukuran dan dan pembacaan data penurunan tanah lapangan dapat dilakukan dengan instrumen settelment plate dipilih dengan interval waktu t yang konstan sehingga diperoleh nilai penurunan 1, 2, 3, . . . n, yang kemudiaan nilai tersebut diplot pada (sumbu y) dan perubahan waktu n-1

pada (sumbu x) sehingga diperoleh titik-titik yang membentuk garis lurus. Penurunan akhir (f) adalah titik pertemuan antara garis n = n-1 dengan sudut

kemiringan 45° dengan trendline.

Umumnya analisis penurunan tanah memerlukan data lapangan dan data laboratorium seperti data tekanan air pori, panjang aliran air, regangan maksimum tanah dan koefisien konsolidasi


(28)

23

Gambar 3.6 prosedur analisis data monitoring penurunan dengan interval waktu yang konstan (Asaoka 1978)

Gambar 3.7. Analisis prediksi penurunan akhir Metode Asaoka (1978).

Sedangkan cara untuk menentukan hasil estimasi Asaoka yaitu data penurunan yang diperoleh dari pengamatan (settlement plate) Seperti Gambar 3.6. Kemudian diplot


(29)

24

dalam sebuah grafik hubungan n (sumbu-y) dan nilai n-1 (sumbu-x) Seperti Gambar 3.7, sehingga akan diperoleh titik-titik yang membentuk garis lurus, penurunan akhir (f). Adapun grafik yang didapatkan setelah menentukan estimasi penurunan akhir dari Asaoka yaitu;

1. Grafik tinggi timbunan dengan penurunan akhir berdasarkan estimasi dari Asaoka. 2. Grafik tinggi timbunan dengan hasil pengamatan langsung dilapngan (settlement

plate)


(30)

25

Alur analisis penelitian

Membuat grafik estimasi penurunan Asaoka untuk semua data dengan menentukan hal-hal berikut ini

1. sumbu x = n-1 dan sumbu y = n

2. Buat garis regresi dengan sudut 450

3. Lakukan anailsis grafis dengan metode asaoka ( curve fitting)

Pemeriksaan data yang akan dianalisis Mulai

Pembacaan data settlement plate dari grafik hubungan besar penurunan terhadap waktu

waktu yang konstan)

Menentukan parameter 0, 1, dan f

Membuat grafik analisis

1. Grafik hubungan tinggi timbunan dengan estimasi penurunan akhir Asaoka atau hasil pengamatan langsung dilapangan.

2. Grafik hubungan dari hasil estimasi asaoka dengan penurunan akhir pengamatan lapangan.

Melakukan Analisis

Membuat kesimpulan

Selesai


(31)

26

D. Bagan Alir Penelitian

Urutan pada tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.9 Bagan alir tahapan penelitian Mulai

Pengumpulan Data

Pemilihan data yang akan dilakukan analisis

Tahapan Analisis

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan


(32)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari data pengamatan penurunan harian yang diperoleh untuk masing-masing settlement plate SP-1 sampai dengan SP-52 didapatkan hasil estimasi dari asaoka kemudian dibandingkan dengan hasil penurunan yang didaptkan dari lapangan. Hasil-hasil yang didapatkan pada penurunan akhir estimasi Asaoka maupun pengamatan dilapangan dapat dilihat pada tabel 1, dimana hasil estimasi dari asaoka lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengamatan dilapangan. Adapun cara untuk menentukan nilai f (hasil estimasi Asaoka) dapat dilihat pada

Gambar 4.1. dari cara grafis Asaoka didapat juga paramter lain seperti 0 dan 1

Tabel 4.1. Hasil penurunan akhir menurut estimasi metode Asaoka (f) dan

pengamatan langsung dilapangan (Sf)

No Titik Pengujian Hf (m) f (mm) Sf (mm)

1 SP1 1.70 186 172

2 SP2 3.00 351 304

3 SP3 3.70 311 294

4 SP4 2.90 393 379

5 SP5 1.50 190 172

6 SP6 1.00 58 38

7 SP7 0.60 19 5

8 SP8 0.80 32 29

9 SP9 0.60 34.5 23

10 SP10 0.80 26 21

11 SP11 0.60 37 22

12 SP12 1.40 145 115


(33)

28

Tabel 4.1 Lanjutan hasil estimasi metode Asaoka (f) dan pengamatan

langsung dilapangan (Sf)

14 SP14 0.80 76 44

15 SP15 0.70 45.4 32

16 SP16 0.70 57 27

17 SP17 0.80 56 30

18 SP18 0.70 48 23

19 SP19 0.65 67 34

20 SP20 0.80 60 18

21 SP21 0.90 98 69

22 SP22 1.00 54 26

23 SP24 1.60 72 26

24 SP25 1.80 132 65

25 SP26 1.60 88.6 38

26 SP27 1.40 49 13

27 SP28 0.80 48 18

28 SP29 1.20 79 47

29 SP30 0.30 64 45

30 SP31 0.50 62 36

31 SP32 0.50 70 32

32 SP33 0.50 70 40

33 SP34 0.50 70 41

34 SP35 0.50 72 43

35 SP36 0.76 74 51

36 SP37 0.80 58 52

37 SP38 0.90 58 46

38 SP39 0.80 72 59

39 SP40 0.90 80 57

40 SP41 0.90 64 54

41 SP42 0.80 87 64

42 SP43 0.80 86 51


(34)

29

Tabel 4.4 Lanjutan hasil estimasi metode Asaoka (f) dan pengamatan langsung dilapangan (Sf)

44 SP45 0.90 74 40

45 SP46 1.00 74 48

46 SP47 1.00 56 35

47 SP48 0.30 70 50

48 SP49 0.78 46 22

49 SP50 0.70 68 47

50 SP51 0.70 72 43

51 SP52 0.70 56 26

Setelah didapatkan semua nilai f dan Sf kemudian diplot dala grafik tinggi

timbunan dengan besar penurunan akhir untuk melakukan analisis seperti Gambar 4.6.

B. Pembahasan

Dari hubungan penurunan dengan tinggi timbunan pada Gambar 4.6 menujukan bahwa penurunan akhir dari hasil pengamatan lapangan lebih kecil dibandingkan dengan hasil estimasi penurunan akhir menurut asaoka. Hal ini dapat dilihat dari hasil persamaan yang dihubungkan dengan garis tradeline yang linier


(35)

30

Gambar 4.6 Grafik hubungan penurunan dengan tinggi timbunan (dari SP1-SP50).

Jadi dari hasil grafik tersebut menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi hampir sebanding dengan tinggi timbunan, hal ini dapat diartikan semakin tinggi timbunan dalam meter maka penurunan yang terjadai semakin besar dalam melimeter.

Hasil akhir penurunan yang ditujukan oleh data lapangan sebesar nilai Sf,

dimana nilai tersebut dinyatakan dalam Sf = 72,10 x Hf sedangkan hasil akhir

penurunan dari estimasi asaoka dinyatakan dalam f = 91,66 x Hf dimana Hf

merupakan tinggi timbunan.

Untuk mengetahui seberpa besar perbedaan nilai Sf yang terkoreksi oleh


(36)

31

Gambar 4.7 Grafik penurunan akhir metode asaoka (f)dengan penurunan akhir

dilapngan (Sf)

Hasil analisis dari grafik hubungan tinggi timbunan dengan penurunan akhir dilapangan terlihat hasil estimasi dari asaoka lebih besar dibandingkan dengan lapangan, setelah dibandingkan dengan hasil estimasi dari Asaoka, terjadi penurunan sebesar Sf = 0,8115 f maka f = yang didapatkan dari hasil

penurunan akhir yang diamati dilapangan. Namun dari kedua kondisi penurunan akhir yang terlihat pada grafik menujukan garis linier, yang artinya jika tinggi timbunan bertambah maka penurunan yang terjadi kan semakin bertmbah .

Dari hasil grafik hubungan penurunan akhir estimasi asaoka, dengan hasil penurunan akhir pengamatan lapangan berada dibawah garis normal yang artinya penurunan akhir dari estimasi asaoka terkoreksi sebesar 0,81 dari penurunan akhir menurut pengamatan lapangan.


(37)

32

Prediksi nilai akhir penurunan dengan pembebanan bertahap

Pada umumnya pembebanan dilakukan relatif lama dan membutuhkan material yang banyak, dengan metode Asaoka dapat meprediksi besar penurunan akhir yang terjadi meskipun pembebanan tidak mencapai tahap terakhir dengan membuat suatu hubungan tinggi Pre-Loading dan prosentase nilai Hf untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grfik 4.8

Tabel 4.5 Tinggi Pre-Load dan Prosentase nilai Hf

Prosentase Hf

Tinggi Pre-Load hingga penurunan konstan (mm)

0.71 1.20

1.00 3.00

1.00 3.70

1.00 2.90

1.00 1.50

0.60 0.60

1.00 0.60

1.00 0.80

1.00 0.60

1.00 0.80

1.00 0.60

1.00 1.40

1.00 1.10

0.63 0.80

1.00 0.70

1.00 0.70

1.00 0.80

1.00 0.70

1.00 0.65

1.00 0.80

1.00 0.90

1.00 1.00

1.00 1.60

1.00 1.80

1.00 1.60

1.00 1.40


(38)

33

Tabel 4.5 Lanjutan Tinggi Pre-Load dan Prosentase nilai Hf

0.67 0.80

1.00 1.20

1.00 0.50

1.00 0.50

1.00 0.50

1.00 0.50

1.00 0.50

1.00 0.76

0.25 0.20

0.22 0.20

1.00 0.80

0.33 0.30

1.00 0.90

0.25 0.50

0.50 0.40

0.30 0.30

0.33 0.30

0.40 0.40

0.50 0.50

1.00 0.30

1.00 0.78

1.00 0.70

1.00 0.70

1.00 0.70

Jumlah = 43.69

Rata-rata = 0.84 Atau (84 %)


(39)

34

Gambar 4.8 Grafik hubungan Prosentasi Hf dengan tinggi Pre-Load

Dari hasil grafik 4.8 penurunan yang terbaca akan mulai konstan pada saat tinggi pembebanan 0,9 m. Jadi grafik tersebut menyimpulkan bahwa untuk memprediksi nilai akhir penurunan yang terjadi pada kasus ini bisa didapatkan dengan pembebanan bertahap sampai ketinggian 0,9 m atau tinggi pre-load mencapai 0,9 m.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan pada tanah luak 1. Permeabilitas tanah

Penurunan pada tanah lunak sangant dipengaruhi oleh permeabilitas tanah artinya semakin besar nilai permeabilitas tanah maka waktu untuk mencapai air tekanan air pori minimum semakin kecil, atau penurunan yang terjadi semakin kecil.

2. Kondisi lapisan tanah

Penurunan tanah yang berlebih ini terjadi oleh beberapa faktor diantaranya jenis lapisan tanah. Lapisan tanah yang ada pada kasus ini terdiri dari bebrapa jenis yaitu lempung, pasir, lanau dan lempung organik. Namun yang lebih mendominasi pada tempat dilakukannya setudi ini adalah jenis tanah lempung.


(40)

35

Dimana tanah lempung memiliki ukuran butir yang lebih kecil dibandingkan dengan pasir. Yang artinya pada pasir akan terjadi penurunan yang besar pada waktu yang singkat sedangkan untuk lapisan lempung penurnan terjadi pada waktu yang relatif lama.

Lapisan tanah yang tersusun oleh lempung yang lebih tipis pada lapisan teratas kemudian lapisan ke2 berupa pasir akan mengalami penurunan segera dalam waktu yang singkat ketika terbebani (penurunan segera), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 yaitu pada SP19 terjadi penurunan dengan waktu yang relatif lama sedangkan pada SP48 terlihat penurunan yang sangat drastis pada waktu yang singkat, hal ini terjadi karena tanah lempung pada titik pengujian SP19 (Sta 275+050) lebih tebal dari SP5 (Sta 270+450). lebih jelasnya dapat dilihat pada Lapiran B hasil pengamatan lapangan, untuk susunan lapis tanahnya pada lampiran C.


(41)

36 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis penurunan tanah dengan menggunakan metode asaoka dapat disimpukan bahwa:

1. Besar estimasi penurunan akhir embankment dengan mengunakan Metode Asaoka berdasarkan data pengukuran lapangan didapatkan f = 91,66 x Hf

2. Dari hasil hubungan empirik antara tinggi timbunan dan perkiraan penurunan embankment dilapngan didapatkan sebesar Sf = 72,10 x Hf.

3. Hasil prediksi penurunan akhir dengan menggunakan metode Asaoka dapat diandalkan apabila memenuhi kriteria data dibawah:

a) Data penurunan yang sudah menunjukkan nilai tetap (asimtotik) terhadap suatu nilai tertentu

b) Data yang tidak fluktuatif, Jika data yang tersedia sangat luas sebarannya, maka harus ada penyesuaian terhadap data-data tersebut c) Data dengan interval waktu pengukuran yang sama

Saran

1. Perlu adanya data pendukung lainya agar dapat mengunakan dua metode atau lebih sebagai bahan pembanding dari metode Asaoka

2. Untuk penggunaan metode ini diperlukan lebih banyak lagi titik-titik pengujiaan agar medapatkan hasil yang lebih baik atau lebih akurat 3. Pada penelitiaan selanjutnya dengan mengunakan metode ini disarankan


(42)

37

DAFTAR PUSTAKA

Asaoka, A., 1978, Observational Procedure of Settlement Prediction, Soils and Foundation, No.4.

Barron, R, 1948, Consolidation of Fine Grain Soils by Drain Wells, Trans ASCE,113 pp. 718-734

Bowles, J.E. 1993, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika tanah)

Clifton B. Farnsworth, Ph.D., P.E., Steven F. Bartlett, Ph.D., P.E., Evert C. Lawton, Ph.D., P.E. Estimation Of The Time-Rate Of Settlement For Multi-Layered Clays Undergoing Radial Drainage (2013)

Das, B.M. (2006). Principles of Geotechnical Engineering, (6th ed.). CL-Engineering

Das, B.M. (2006) Buku Mekanika Tanah, Jilid 1

Hansbo, S, 1979, Consolidation of Clay by Bant Shaped Prefabricated drains, Ground Engineering, No 5, pp. 16-25

Holtan, P.T., Iskandar, R., 2003 Analisa Penurunan pada tanah lunak akibat timbunan, vol 1203-1214.

Li, Chunlin. A., 2013, simplified method for prediction of embankment settlement in clays. Journal of Rock Mechanics and Geotechnical Engineering.

Konfrensi Geoteknik Indonesia, 2015, Seberapa Besar Pengaruh Efek Gangguan hambatan Alir papda Prefabrecated Vertical Drain, vol 257-264

Mikasa, M., 1963, Consolidation of Soft Clay, Kajimashuppan-kai, Tokyo.

Nawir, H., Apoji, D.,Fatimatuzahro, R., Pambudji, M.D., 2012, Prediksi penurunan tanah menggunakan prosedur Asaoka Studi Kasus: timbunan dibontang Kalimatan Timur, jurnal teknik sipil, rekayasa sipil vol. 19,pp 133-148.

Tan T, Inoue T, Lee S. Hyperbolic method for consolidation analysis. Journal of Geotechnical Engineering 1991;117(11):1723–37

Terzaghi, Peck, Lambe, Whitman, 1948, Soil Mechanics Internasional Edition 1969


(43)

38

Waskita Kontraktor P.T., 2015, Settlement Plate Gabungan Tol Pejagan-Pemalang, Jakarta, Indonesia.


(44)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Hasil estimasi dengan metode asaoka Ttik Pengujian (SP-1) STA 270+013

Gambar A.1. Hasil estimasi Asaoka pada SP-1 STA 270+013

Tabel hasil estimasi asaoka dititik SP-1 (STA 270+013)

Titik STA 270+013

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP1

0,4 4,5 23 0,80

0,9 22 180 0,87

1,2 11 182 0,94

1,7 39 186 0,79

(a). Tinggi timbunan 0,4 m (b). Tinggi timbunan 0,9 m


(45)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-2) STA 270+083

Gambar A.2. Hasil estimasi Asaoka pada SP-2 STA 270+083 Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-2 (STA 270+083)

Titik STA 270+083

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 ° SP2

0,69 2 34 0,94

1,96 16 195 0,92

3 35 351 0,9

(a). Tinggi timbunan 0,69 m (b). Tinggi timbunan 1,96 m


(46)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-3) STA 270+063

Gambar A.3. Hasil estimasi Asaoka pada SP-3 STA 270+063

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-3 (270+063)

Titik STA 270+063

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP3 2,5 39 115 0,66

3,7 28 311 0,91


(47)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-4) STA 270+375

Gambar A.4. Hasil estimasi Asaoka pada SP-4 STA 270+375

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-4 (270+375)

Titik STA 270+375

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 ° SP4

1,3 23 72 0,68

2,27 30 220 0,86

2,9 48 393 0,87

(a). Tinggi timbunan 1,3 m (b). Tinggi timbunan 2,27 m


(48)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-5) STA 270+450

Gambar A.5. Hasil estimasi Asaoka pada SP-5 STA 270+450

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-5 (270+450)

Titik STA 270+450

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 ° SP5

0,3 11,5 20 0,4

0,7 8 114 0,93

1,5 28 190 0,85

(a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,7 m


(49)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-6) STA 270+560

Gambar A.6. Hasil estimasi Asaoka pada SP-6 STA 270+560

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-6 (270+560)

Titik STA 270+560

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP6

0,2 1 5 0,8

0,4 2,5 42 0,94

0,6 5 47 0,89

1 5 58 0,91

(a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,4 m


(50)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-7) STA 270+585

Gambar A.7. Hasil estimasi Asaoka pada SP-7 STA 270+585

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-7 (270+560)

Titik STA 270+585

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP7 0,2 1 10,5 0,90

0,6 1 19 0,95

Ttik Pengujian (SP-8) STA 272+576

Gambar A.8. Hasil estimasi Asaoka pada SP-8 STA 272+576 (a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,6 m


(51)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-8 (272+576)

Titik STA 272+576

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP8 0,8 6 32 0,81

Ttik Pengujian (SP-9) STA 272+600

Gambar A.9. Hasil estimasi Asaoka pada SP-9 STA 272+576

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-9 (272+600)

Titik STA 272+600

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP9 0,1 1 15 0,93

0,6 4 34,5 0,88


(52)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-10) STA 272+625

Gambar A.10. Hasil estimasi Asaoka pada SP-10 STA 272+625

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-10 (272+625)

Titik STA 272+625

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP10 0,15 1,5 16 0,91

0,8 4,5 26 0,83

Ttik Pengujian (SP-11) STA 272+650

Gambar A.11. Hasil estimasi Asaoka pada SP-11 STA 272+650 (a). Tinggi timbunan 0,15 m (b). Tinggi timbunan 0,8 m


(53)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-11 (272+650)

Titik STA 272+650

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP11 0,15 0,8 9,2 0,91

0,6 2,9 37 0,92

Ttik Pengujian (SP-12) STA 272+175

Gambar A.12. Hasil estimasi Asaoka pada SP-12 STA 272+175 (a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,9 m


(54)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-12 (272+175)

Titik STA 274+175

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP12

0,3 4 39 0,89

0,9 10 96 0,89

1,4 10 145 0,93

Ttik Pengujian (SP-13) STA 274+205

Gambar A.13. Hasil estimasi Asaoka pada SP-13 STA 274+205 (a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,5 m


(55)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-13 (274+205)

Titik STA 274+205

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP13

0,3 2,5 31 0,92

0,5 9 140 0,93

1,1 5 160 0,99

Ttik Pengujian (SP-14) STA 274+235

Gambar A.14. Hasil estimasi Asaoka pada SP-14 STA 274+235

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-14 (274+235)

Titik STA 274+235

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP14 0,2 5 62 0,92

0,8 4 76 0,95


(56)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-15) STA 274+265

Gambar A.15. Hasil estimasi Asaoka pada SP-15 STA 274+265 Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-15 (274+265)

Titik STA 274+265

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP15 0,25 3,8 25 0,85

0,7 4 45,4 0,91

Ttik Pengujian (SP-16) STA 274+250

Gambar A.16. Hasil estimasi Asaoka pada SP-16 STA 274+250 (a). Tinggi timbunan 0,25 m (b). Tinggi timbunan 0,7 m


(57)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-16 (274+250)

Titik STA 274+250

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP16 0,3 1,8 24 0,93

0,7 2 57 0,96

Ttik Pengujian (SP-17) STA 274+325

Gambar A.17. Hasil estimasi Asaoka pada SP-17 STA 274+325

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-17 (274+325)

Titik STA 274+325

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP17 0,3 2,2 27 0,92

0,8 4 56 0,93


(58)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-18) STA 275+025

Gambar A.18. Hasil estimasi Asaoka pada SP-18 STA 275+025

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-18 (275+025)

Titik STA 275+025

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP18

0,3 2,5 29,5 0,92

0,47 8 34 0,76

0,7 2 48 0,96

(a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,47 m


(59)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-19) STA 275+050

Gambar A.19. Hasil estimasi Asaoka pada SP-19 STA 275+050

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-19 (275+050)

Titik STA 275+050

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP19

0,2 2,5 42 0,94

0,4 10 52 0,81

0,65 2 67 0,97

(a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,4 m


(60)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-20) STA 275+075

Gambar A.20. Hasil estimasi Asaoka pada SP-20 STA 275+075

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-20 (275+075)

Titik STA 275+075

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP20

0,3 2,5 28 0,91

0,52 1,5 33 0,95

0,8 2 60 0,97

(a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,52 m


(61)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-21) STA 275+187

Gambar A.21. Hasil estimasi Asaoka pada SP-21 STA 275+187

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-21 (275+187)

Titik STA 275+187

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP21

0,24 1 19 0,95

0,5 4 54 0,93

0,9 6 98 0,94

(a). Tinggi timbunan 0,24 m (b). Tinggi timbunan 0,5 m


(62)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-22) STA 275+212

Gambar A.22. Hasil estimasi Asaoka pada SP-22 STA 275+212

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-22 (275+212)

Titik STA 275+212

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP22

0,2 3 29,5 0,89

0,54 3 45 0,93

1 1 54 0,98

(a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,54 m


(63)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-24) STA 279+310

Gambar A.24. Hasil estimasi Asaoka pada SP-24 STA 279+310

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-24 (279+310)

Titik STA 279+310

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP24

0,5 1 23 0,96

0,8 1 28 0,96

0,95 2 31 0,94

1,6 3 72 0,96

(a). Tinggi timbunan 0,5 m (b). Tinggi timbunan 0,8 m


(64)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-25) STA 279+340

Gambar A.25. Hasil estimasi Asaoka pada SP-25 STA 279+340

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-25 (279+340)

Titik STA 279+340

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP25

0,45 4 68 0,94

1 5 78 0,94

1,8 8 132 0,94

(a). Tinggi timbunan 0,45 m (b). Tinggi timbunan 1 m


(65)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-26) STA 279+370

Gambar A.26. Hasil estimasi Asaoka pada SP-26 STA 279+370

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-26 (279+370)

Titik STA 279+370

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP26

0,5 3 68 0,96

1 3 68 0,96

1,6 4 88,6 0,95

(a). Tinggi timbunan 0,5 m (b). Tinggi timbunan 1 m


(66)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-27) STA 279+415

Gambar A.27. Hasil estimasi Asaoka pada SP-27 STA 279+415

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-27 (279+415)

Titik STA 279+415

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP27 0,9 2 26 0,92

1,4 2 49 0,96

Ttik Pengujian (SP-28) STA 279+445

Gambar A.28. Hasil estimasi Asaoka pada SP-28 STA 279+445 (a). Tinggi timbunan 0,9 m (b). Tinggi timbunan 1,4 m


(67)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-28 (279+445)

Titik STA 279+445

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP28 0,5 2 27 0,93

0,8 2 48 0,96

Ttik Pengujian (SP-29) STA 279+475

Gambar A.29. Hasil estimasi Asaoka pada SP-29 STA 279+475 (a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,8 m


(68)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-29 (279+475)

Titik STA 279+475

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP29

0,3 42 2 0,95

0,8 2 48 0,96

1,2 1 33 0,97

Ttik Pengujian (SP-30) STA 282+970

Gambar A.30. Hasil estimasi Asaoka pada SP-30 STA 282+970

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-30 (282+970)

Titik STA 282+970

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP30 0,14 24 50 0,52

0,3 2 64 0,97


(69)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-31) STA 283+000

Gambar A.31. Hasil estimasi Asaoka pada SP-31 STA 283+000

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-31 (283+000)

Titik STA 283+000

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP31 0,2 10 44 0,77

0,5 5 62 0,92

Ttik Pengujian (SP-32) STA 283+030

Gambar A.32. Hasil estimasi Asaoka pada SP-32 STA 283+030 (a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,5 m


(70)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-32 (283+030)

Titik STA 283+030

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP32 0,2 4 50 0,92

0,5 3 70 0,96

Ttik Pengujian (SP-33) STA 283+060

Gambar A.33. Hasil estimasi Asaoka pada SP-33 STA 283+060

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-33 (283+060)

Titik STA 283+060

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP33 0,2 10 54 0,81

0,5 10 70 0,86


(71)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-34) STA 283+090

Gambar A.34. Hasil estimasi Asaoka pada SP-34 STA 283+090

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-34 (283+090)

Titik STA 283+090

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP34 0,15 10 56 0,82

0,5 7 70 0,90

Ttik Pengujian (SP-35) STA 283+120

(a). Tinggi timbunan 0,15 m (b). Tinggi timbunan 0,5 m


(72)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Gambar A.35. Hasil estimasi Asaoka pada SP-35 STA 283+120 Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-35 (283+120)

Titik STA 283+120

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP35 0,2 9 54 0,83

0,5 6 72 0,92

Ttik Pengujian (SP-36) STA 283+150

Gambar A.36. Hasil estimasi Asaoka pada SP-36 STA 283+150

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-36 (283+150)

Titik STA 283+150

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP36 0,65 20 60 0,67

0,76 12 74 0,84


(73)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-37) STA 283+180

Gambar A.37. Hasil estimasi Asaoka pada SP-37 STA 283+150

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-37 (283+180)

Titik STA 283+180

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP37 0,2 6 58 0,89

0,8 6 58 0,89

Ttik Pengujian (SP-38) STA 283+210

Gambar A.38. Hasil estimasi Asaoka pada SP-38 STA 283+210 (a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,8 m


(74)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-38 (283+210)

Titik STA 283+210

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP38 0,2 10 58 0,83

0,9 10 58 0,83

Ttik Pengujian (SP-39) STA 283+240

Gambar A.39. Hasil estimasi Asaoka pada SP-39 STA 283+210

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-39 (283+240)

Titik STA 283+240

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP39 0,2 10 58 0,83

0,8 4 72 0,94


(75)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-40) STA 283+270

Gambar A.40. Hasil estimasi Asaoka pada SP-40 STA 283+270

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-40 (283+270)

Titik STA 283+270

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP40 0,3 9 80 0,89

0,9 9 80 0,89

Ttik Pengujian (SP-41) STA 283+300

Gambar A.41. Hasil estimasi Asaoka pada SP-41 STA 283+300 (a). Tinggi timbunan 0,3 m (b). Tinggi timbunan 0,9 m


(76)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-41 (283+300)

Titik STA 283+300

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP41 0,3 6 64 0,91

0,9 6 71 0,92

Ttik Pengujian (SP-42) STA 283+330

Gambar A.42. Hasil estimasi Asaoka pada SP-42 STA 283+330

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-42 (283+330)

Titik STA 283+330

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP42 0,2 10 87 0,89

0,8 10 87 0,89


(77)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-43) STA 283+360

Gambar A.43. Hasil estimasi Asaoka pada SP-43 STA 283+360

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-43 (283+360)

Titik

STA 283+360

Tinggi timbunan (m)

0 ° f (mm) 1 °

SP43

0,4

14

86

0,84

0,8

14

86

0,84

Ttik Pengujian (SP-44) STA 283+390

Gambar A.44. Hasil estimasi Asaoka pada SP-44 STA 283+390 (a). Tinggi timbunan 0,2 m (b). Tinggi timbunan 0,8 m


(78)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-44 (283+390)

Titik STA 283+390

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP44 0,3 12 68 0,82

1,0 12 68 0,82

Ttik Pengujian (SP-45) STA 283+420

Gambar A.45. Hasil estimasi Asaoka pada SP-45 STA 283+420

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-45 (283+420)

Titik STA 283+420

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP45 0,3 10 74 0,86

0,9 10 74 0,86


(79)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-46) STA 283+450

Gambar A.46. Hasil estimasi Asaoka pada SP-46 STA 283+450

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-46 (283+450)

Titik STA 283+450

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP46 0,4 9 74 0,88

1 9 74 0,88

Ttik Pengujian (SP-47) STA 283+480

Gambar A.47. Hasil estimasi Asaoka pada SP-47 STA 283+480 (a). Tinggi timbunan 0,4 m (b). Tinggi timbunan 1 m


(80)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-47 (283+480)

Titik STA 283+480

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP47 0,5 9 56 0,84

1 9 56 0,84

Ttik Pengujian (SP-48) STA 283+480

Gambar A.48. Hasil estimasi Asaoka pada SP-48 STA 283+480 tinggi timbunan 0,3 m

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-48 (283+480)

Titik STA 283+510

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °


(81)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-49) STA 283+540

Gambar A.49. Hasil estimasi Asaoka pada SP-49 STA 283+540

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-49 (283+540)

Titik STA 283+540

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP49 0,18 2 20 0,9

0,78 4 46 0,91

Ttik Pengujian (SP-50) STA 283+570

Gambar A.50. Hasil estimasi Asaoka pada SP-50 STA 283+570 (a). Tinggi timbunan 0,18 (b). Tinggi timbunan 0,78


(82)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-50 (283+570)

Titik STA 283+570

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP50 0,2 3 45 0,93

0,7 5 68 0,93

Ttik Pengujian (SP-51) STA 283+600

Gambar A.51. Hasil estimasi Asaoka pada SP-51 STA 283+570

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-51 (283+600)

Titik STA 283+600

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP51 0,1 4 56 0,93

0,7 4 72 0,94


(83)

Lampiran A

Hasil estimasi dengan metode Asaoaka Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Ttik Pengujian (SP-52) STA 284+630

Gambar A.52. Hasil estimasi Asaoka pada SP-52 STA 284+630

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-52 (284+630)

Titik STA 284+630

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP52 0,3 1,5 34 0,96

0,7 3 56 0,95


(84)

Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016

Gambar ilustrasi susunan lapisan tanah


(1)

Ttik Pengujian (SP-46) STA 283+450

Gambar A.46. Hasil estimasi Asaoka pada SP-46 STA 283+450

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-46 (283+450)

Titik STA 283+450

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP46 0,4 9 74 0,88

1 9 74 0,88

Ttik Pengujian (SP-47) STA 283+480

Gambar A.47. Hasil estimasi Asaoka pada SP-47 STA 283+480 (a). Tinggi timbunan 0,4 m (b). Tinggi timbunan 1 m


(2)

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-47 (283+480)

Titik STA 283+480

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP47 0,5 9 56 0,84

1 9 56 0,84

Ttik Pengujian (SP-48) STA 283+480

Gambar A.48. Hasil estimasi Asaoka pada SP-48 STA 283+480 tinggi timbunan 0,3 m

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-48 (283+480)

Titik STA 283+510

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °


(3)

Ttik Pengujian (SP-49) STA 283+540

Gambar A.49. Hasil estimasi Asaoka pada SP-49 STA 283+540

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-49 (283+540)

Titik STA 283+540

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP49 0,18 2 20 0,9

0,78 4 46 0,91

Ttik Pengujian (SP-50) STA 283+570

Gambar A.50. Hasil estimasi Asaoka pada SP-50 STA 283+570 (a). Tinggi timbunan 0,18 (b). Tinggi timbunan 0,78


(4)

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-50 (283+570)

Titik STA 283+570

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP50 0,2 3 45 0,93

0,7 5 68 0,93

Ttik Pengujian (SP-51) STA 283+600

Gambar A.51. Hasil estimasi Asaoka pada SP-51 STA 283+570

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-51 (283+600)

Titik STA 283+600

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP51 0,1 4 56 0,93

0,7 4 72 0,94


(5)

Ttik Pengujian (SP-52) STA 284+630

Gambar A.52. Hasil estimasi Asaoka pada SP-52 STA 284+630

Tabel hasil estimasi Asaoka dititik SP-52 (284+630)

Titik STA 284+630

Tinggi timbunan (m) 0 ° f (mm) 1 °

SP52 0,3 1,5 34 0,96

0,7 3 56 0,95


(6)

Tugas Akhir Teknik Sipil, Program Studi teknik sipil, Fakultas teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakrta, 2016 Gambar ilustrasi susunan lapisan tanah