Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Asuransi

sarana tranformasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan ke negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat. keadaan ini mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi sosial.

B. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Asuransi

1. Pengertian Asuransi Asuransi insurance sering juga diistilakan dengan pertanggungan. Adapun pengertian dapat ditemukan dalam ketentuan pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha peransuransian: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam hubungan dengan asuransi jiwa, maka fokus pembahasan diarahkan pada jenis asuransi jiwa yang terlihat pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992 yaitu: “Asuransi Jiwa adalah perjanjian antara 2 pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuaransikan”. Didalam pasal 246 KUHD. Pertanggungan atau Asuransi adalah “suatu perjajanjian timbal balik dengan mana seseorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang penanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan pengantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu. 6 a. Arti kata dari persetujuan untung-untungan Pengertian yang disebut di atas, maka pertanggungan suatu perjanjian timbal balik, yang artinya suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak masing-masing mempunyai kewajiban yang senilai. Dalam hal pertanggungan, si tertanggung mempunyai kewajiban untuk membayar premi, yang jumlah ditentukan oleh penanggung, sedangkan penanggung mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung. Menurut paal 1774 BurgelijkWetboek ditentukan bahwa: b. Tiga contoh dari persetujuan tersebut, yaitu: 1. Asuransi 2. Bungan untuk selama hidup seseorang, juga di sebut juga bunga cagak hidup. 3. Perjudian dan pertaruhan. 7 Penyebutan pasal di atas adalah tepat, tetapi mengenai penyebutan arti kata adalah kurang tepat, dikatakan bahwa hasil dari pelaksanaan persetujuan berupa untung atau rugi tergantung pada peristiwa yang belum tentu akan terjadi. Sebetulnya yang tergantung secara langsung ini adalah pelaksanaan kewajiban dari pihak penjamin. Sehingga pelaksanaan ini mengakibatkan rugi bagi pihak penjamin, sedangkan bila kewajiban pihak penjamin tidak perlu dilaksankan, maka untung bagi penjamin. PertanggunganAsuransi adalah perjanjian peralihan resiko, dengan mana penanggung mengambil ahli resiko tertanggung dan sebagai kontrak prestasi, tertanggung berkewajiban membayar uang premi kepada penanggung. Resiko itu terwujud beban kerugian atas benda pertanggungan terhadap bahaya yang 6 H.M.N Purwosutjipto, Pengertiam Pokok Hukum Dagang Indonesia,Jakarta: Djambatan. 2001 Hal.1. 7 Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi Di Indonesia, Jakarta: PPM. 2002, Hal.3. mungkin timbul. Dipandang dari sudut ini, maka penganggung mengambil ahli resiko tertanggung, yang berarti bahwa penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian kepada tertanggung bila terjadi evenemen peristiwa yang tak tentu yang menjadi kenyataan, yang menimpa benda pertanggungan dan kerugian tertanggung. Peralihan resiko itu dilakukan dengan perjanjian yang dibuat untuk itu dan berdiri sendiri yang disebut pertanggungan atau Asuransi dengan mana salah satu pihak penanggung, berkewajiban untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung, sedangkan tertanggung berkewajiban untuk membayar uang premi. Didalam beberapa literatur terdapat perbedaaan tentang pemakaian istilah Asuransi, baik oleh para sarjana hukum Indonesia maupun sarjana hukum Belanda. Wiryono Projodikoro, memakai istilah “Asuransi” didalam bukunya “Hukum Asuransi Indonesia”, H.M.N. Purwosutjipto memakai istilah “Pertanggungan” didalam bukunya “Hukum Pertanggungan Pokok-Pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran, dan Jiwa”, sedangkan didalam KUH Dagang yang disusun oleh R.Surbekti dan R. Tijtrosudibio memakai dua istilah yaitu: “Asuransi dan Pertanggungan”. Para sarjana Belanda memakai istilah “Verzekering dan Assurantie” seperti juga terdapat didalam buku Wetboek Van koophandel Nederland Indonesia. Didalam istilah Verzekering maka penanggung disebut dengan istilah “Verzekeraar” dan tertanggung disebut dengan istlah “Verkerde”. Untuk istilah Assurantie, penanggung disebut dengan “Assuradeur atau Assurador” dan tertanggung disebut dengan istilah “Geassureurde” atau yang diasuransikan. 8 8 Emmy Pangaribuan Simanjutak, Hukum Pertanggungan Pokok-Pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran dan Jiwa Yogyakarta: UGM. 2000, Hal.6. Pada Marine Insuranse Act of 1906, untuk istilah Asuransi dipakai “Insurance”, istilah penanggung dipakai “The Insurance” dan tertanggung dipakai “The Assured”. 9 “Pertanggungan” sebagai terjemahan dari Verzekering dari W.V.K. dan dengan demikian untuk Verzekeraar saya pakai istilah tertanggung. Sementara ada sarjana-sarjana hukum kita yang memilih dan memakai peristilahan penjamin untuk Verzekeraar dan yang dijamin untuk Verzekerde. Akan tetapi saya sendiri keberatan memakai peristilahan demikian oleh karena bagi saya istilah “Jaminan” lebih baik pakai dalam pengertian pemberian jaminan atau Zekerheidslling yang bersifat pribadi sepertinya didalam lembaga Borgtocht. Oleh karena itu dalam seluruh uraian saya didalam buku ini, saya akan tetap memakai peristilahan pertanggungan, penanggung dan tertanggung. Pemakaian istilah yang berbeda-beda dapat menimbulkan kesalah pahaman bagi masyarakat. Dalam pemakaian istilah selanjutnya Emmy Pangaribuan Simanjuntak berpendapat bahwa: 10 Purwosutjipto, mengartikan pertanggungan sebagai suatu perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi dimana penanggung Pada masyarakat awam di Indonesia lebih mengenal istilah Asuransi dari pada pertanggungan. Ini di sebabkan pengunaan istilah Asuransi selalu dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang ditulis oleh media massa pada umumnya, juga untuk nama perusahaan selalu memakai istilah Asuransi. Demikialah bagi sarjana baik di Belanda maupun di Indonesia memakai istilah Asuransi untuk Verzekering, penanggung untuk Verzekeraar dan tertanggung untuk Verzekerde. Defenisi dari Asuransi atau pertaggungan itu menurut pasal 246 KUH Dagang merupakan suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu permi mengikatkan dirinyaterhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan akan dapat dideritanya oleh karena suatu kejadian yang tidak pasti. 9 Ibid, Hal.7. 10 Ibid, Hal.7. mengikatkan diri untuk mengantikan kerugian dan membayar sejumlah uang santunan yang ditetapkan pada saat penutupan perjanjian, kepada penutup perjanjian atau orang lain yang di tunjuk pada waktu terjadinya Evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi. 11 2. Fungsi Asuransi Jiwa a. Tujuan Asuransi Jiwa adalah mengadakan penjaminan bagi masyarakat, yaitu mengambil ahli semua beban resiko dari tiap-tiap individu. Bila mana ditanggung sendiri akan terlalu berat, maka lebih baik dipindahkan kepada perusahaan asuransi jiwa. Untuk mengambil ahli resiko dari masyarakat, oleh perusahaan asuransi dipunggut suatu pembayaran yang relatif rendah pembayaran premi b. Perusahaan Asuransi mempunyai tugas lain bila dilihat dari sudut pembangunan economic developmen yaitu sebagia suatu lembaga yang mengumpulkan dana fundpremium dan dana tersebut dapat diinvestasikan dalam lapangan pembangunan ekomoni seperti: industri- industri, perkebunan, dan lain-lain. Dengan jalan demikian, adanya asuransi bisa untuk membangun perekonomian nasional. c. Employment pekerjaan, perusahaan asuransi memberi bantuan kepada publik, yaitu memberi kesempatan berkerja pada buruh-buruhpegawai- pegawai memperoleh pemasukan income untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari. 12 Dari semua fungsi yang kita lihat diatas, dapatlah ditarik kesimpulan secara umum bahwa Perusahaan Asuransi Jiwa bertujuan untuk: a. Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat b. Meningkatkan kesejahteraa ekomonis Dalam asuransi jiwa banyak teori kemungkinan, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan atau kejadian-kejadian yang mungkin timbul. 13 3. Manfaat Asuransi Jiwa Adapun beberapa manfaat dari Asuransi Jiwa yaitu: a. Meminimalisirkan resiko yang tak terduga. 11 H.M.N Purwosjipto, op. cit, Hal.10. 12 A. Abbas Salim,op. cit, Hal.39. 13 Ibid, Hal.40. Siap pun tidak akan bisa mengatasipasi ataupun menduga terjadinya suatu bencana dalam keluarga. Dengan asuransi, perlindungan bisa didapat sehingga akan teras meringankan. b. Keluarga kita akan lebih terjamin. Kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada keluarga kita, karena ada “dana cadangan” yaitu klaim asuransi yang akan dipakai untuk membantu keluarga kita. c. Banyak hal-hal yang dapat disiapkan. Seperti pendidikan anak, dana pensiun dan hingga sampai kematian. d. Menentramkan pikiran akan masa depan. Khususya bagi yang menjadi kepala keluarga, adanya asuransi jiwa dapat membuat pikiran lebih tentram sebab akan ada dana cadangan jika terjadi suatu. 14

C. Dasar Hukum Asuransi Konvensional